• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK) CHEPALGIA

N/A
N/A
fitria R

Academic year: 2023

Membagikan "PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK) CHEPALGIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 Pengertian

Suatu panduan yang dibuat untuk mempermudah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien

Strok infark

Cephalgia atau nyeri kepala merupakan suatu penyakit yang sering atau pernah dialami oleh masyarakat.

Penyakit ini menyerang pada segala umur. Namun penyakit ini bisa disembuhkan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan periksa ke dokter

2 Assesmen Keperawatan 1. Nyeri Akut

2. Tekanan darah meningkat 3. Pola napas berubah 4. Nafsu makan berubah 5. Proses berfikir terganggu 6. Menarik diri,

7. Berfokus pada diri sendiri, 8. Diaphoresis

3 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan).

3. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan cedera kepala

4. Resiko jatuh ditandai dengan kejang.

(2)

4 Kriteria evaluasi/ Nursing Outcome

1. Keluhan nyeri menurun 2. Tampak meringis menurun 3. Sikap protektif menurun 4. Gelisah menurun

5. Kesulitan tidur menurun 6. Frekuensi nadi membaik 7. Tekanan darah membaik

8. Porsi makan yangdihabiskan meningkat

9. Berat badan membaik Frekuensi makan membaik 10. Klien menyatakan pemahaman tentang hipertensi 11. Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal 12. Sakit kepala menurun

13. Gelisah menurun 14. Kesadaran membaik 15. Demam menurun 16. Kecemasan menurun

5 Intervensi Keperawatan 1. Nyeri Akut

Observasi

 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

 kualitas, intensitas nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respon nyeri non verbal

 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

 Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

 ▪Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan

(3)

 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor nyeri secaramandiri

 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi pemberian analgetik, jikaperlu 2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan

faktor psikologis

 Identifikasi status nutrisi

 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

 Monitor asupan makanan

 Monitor berat badan▪ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.

Piramida makanan)

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

 Berikan suplemen makanan, jika perlu

 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum

makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika

perlu

(4)

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika per

lu

3. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan cedera kepala

 Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral)

 Monitor tanda/gejala peningkatan TIK mis.

Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola nafas irregular, kesadaran menurun)

 Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)

Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu

Monitor PAWP, jika perlu

Monitor PAP, jika perlu

Monitor ICP (Intracranial Pressure), jika tersedia

Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)

 Monitor gelombang ICP

 Monitor status pernapasan

 Monitor intake dan output cairan

 Monitor cairan cerebrospinalis (mis. Warna, konsistensi)

 Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

 Berikan posisi semi fowler

 Hindari maneuver Valsava

 Cegah terjadinya kejang

 Hindari penggunaan PEEP

 Hindari pemberian cairan IV hipotonik

 Atur ventilator agar PaCO2 optimal

 Pertahankan suhu tubuh normal

 Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu

 Kolaborasi pemberian diureti osmosis, jika perlu 4. Resiko jatuh ditandai dengan kejang.

 Identifikasi resiko jatuh (mis, usia>65 tahun, tingkat

(5)

kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati).

 Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi

 Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh (mis, lantai licin, penerangan kurang)

 Monitor kemampuan berpindah tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya

6 Informasi dan Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

6. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 7. Ajarkan diet yang diprogramkan 8. Anjurkan memanggil perawat jika

membutuhkan bantuan untuk berpindah 9. Anjurkan menggunakan alas kaki yang

tidak licin

7 Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan

8 Penelaah Kritis Komite Keperawatan

9 Unit Pengolahan Bidang keperawatan

10 Kepustakaan 1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indoensia Edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

2.

Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Pada diagnosa yang pertama perawat mengkaji skala nyeri, durasi dan intensitas nyeri pasien, ditemukan skala nyeri 5, durasi 10-15 menit dan nyeri terasa di bagian kaki

a) Lakukan pengkajian yang komprehensif meliputi lokasi, karekteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya. b)

tanda-tanda vital, gelisah. Kaji lokasi, karaktersitik, durasi, frekuensi dan tingkat keparahan. Dorong klien menyatakan persaan tentang nyeri. Perhatikan keluhan peningkatan nyeri

Rencana selanjutnya, yaitu hentikan intervensi yaitu pantau ulang tingkat nyeri yang komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala,

Observasi respon pasien dan efektivitas pengobatan setelah pemberian analgesia, tetap dengan menentukan skala nyeri sesuai yang dirasakan pasien, dokumentasikan intensitas dan

Pada diagnosa yang pertama perawat mengkaji skala nyeri, durasi dan intensitas nyeri pasien, ditemukan skala nyeri 8, durasi 10-15 menit dan nyeri terasa di bagian abdomen

M tanggal 11 Maret 2022 yaitu mengobservasi nyeri kedua pasien yang meliputi PQRST penyebab, kualitas, lokasi, skala, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri sebelum dan sesudah

karakteristik durasi, kualitas, intensitas nyeri respon subyektif pasien mengatakan bersedia Saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil P: Pasien mengatakan nyeri dibagian kaki kiri, Q: