• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Gangguan Jiwa : Harga Diri Rendah

N/A
N/A
Mardhiyah Herma

Academic year: 2024

Membagikan "Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Gangguan Jiwa : Harga Diri Rendah"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Klien dengan

Masalah Gangguan Jiwa : Harga Diri

Rendah

Kelompok 16

(A20.1)

(2)

Anggota Kelompok

Mezzaluna Pradyna Putri (22020120120005) Siti Mardhiyah Hermaningrum

(22020120140042)

Tamara Dian Rosalina (22020120140096)

Hervintarani Aisyah (22020122187019)

(3)

Table Of Contents

Latar belakang Definisi, Ciri, Faktor

predisposisi dan presispitasi, Rentang respon, Cara Meningkatkan HDR

Gambaran kasus, Pembahasan

Kesimpulan, Saran

01

03

02

04

Kasus dan

Pembahasan Penutup

Pendahuluan Tinjauan Teori

(4)

Pendahuluan

1

(5)

LATAR BELAKANG

Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011). Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith,2011).

Harga Diri Rendah menurut (Keliat, 2011), adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.

Banyaknya pasien dengan harga diri rendah (HDR) membuat hal ini menjadi salah satu sorotan dalam kasus gangguan jiwa. Mengatasi yang terjadi pada pasien dengan harga diri rendah perawat memiliki peran yang cukup besar dalam membantu pasien yang dirawat di rumah sakit agar dapat meningkatkan harga diri rendah (HDR) yaitu dengan melakukan upaya kesehatan yang meliputi upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

(6)

Tinjauan Teori

2

(7)

Harga Diri Rendah?

Harga diri/self-esteem merupakan kumpulan dari perasaan dan pikiran seseorang terhadap nilai, kepercayaan diri, kompetensi, dan kemampuan menghadapi tantangan yang akan berpengaruh sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri. Harga diri rendah adalah suatu perasaan sedih atau perasaan duka yang berkepanjangan.

Menurut PPNI (2016), harga diri rendah terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Harga Diri Rendah Situasional 2. Harga Diri Rendah Kronis

PENGERTIAN

(8)

Ciri-Ciri Perilaku Harga Diri Rendah Situasional

Subjektif Objektif

● Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)

● Merasa malu/bersalah

● Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

● Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

● Berbicara pelan dan lirih

● Menolak berinteraksi dengan orang lain

● Berjalan menunduk

● Postur tubuh menunduk

Gejala dan Tanda Mayor

(9)

Ciri-Ciri Perilaku Harga Diri Rendah Situasional

Subjektif Objektif

● Sulit berkonsentrasi

● Kontak mata kurang

● Lesu dan tidak bergairah

● Pasif

● Tidak mampu membuat keputusan

Gejala dan Tanda Minor

(10)

Ciri-Ciri Perilaku Harga Diri Rendah Kronis

Subjektif Objektif

● Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)

● Merasa malu/bersalah

● Merasa tidak mampu melakukan apapun

● Meremehkan kemampuan mengatasi masalah

● Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif

● Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

● Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

● Enggan mencoba hal baru

● Berjalan menunduk

● Postur tubuh menunduk

Gejala dan Tanda

Mayor

(11)

Ciri-Ciri Perilaku Harga Diri Rendah Kronis

Subjektif Objektif

● Merasa sulit berkonsentrasi

● Sulit tidur

● Mengungkapkan keputusasaan

● Kontak mata kurang

● Lesu dan tidak bergairah

● Berbicara pelan dan lirih

● Pasif

● Perilaku tidak asertif

● Mencari penguatan secara berlebihan

● Bergantung pada pendapat orang lain

● Sulit membuat keputusan

Gejala dan Tanda

Minor

(12)

Faktor

Predisposisi dan Presipitasi Harga

Diri Rendah

(13)

- Faktor Biologi

Faktor keturunan misalnya, latar belakang keluarga masalah mental, riwayat penyakit kronis atau cedera kepala adalah salah satu elemen yang menambah masalah mental.

- Psikologis

Masalah psikologis yang dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan oleh keadaan dan orang-orang terdekat, dan harapan yang tidak realistis.

- Faktor Sosial Budaya

Pengaruh sosial budaya yang dapat memicu rendahnya kepercayaan diri adalah evaluasi negatif terhadap lingkungan klien, tingkat sosial ekonomi rendah, pencapaian pendidikan yang rendah, dan riwayat eksklusi lingkungan terhadap tumbuh kembang anak

Faktor Predisposisi

(14)

Faktor Presipitasi

seperti pelecehan seksual dan pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam jiwa, menjadi pelaku, korban, atau saksi.

Disebabkan oleh pergeseran peran pertumbuhan

Terjadi dengan memperluas atau mengurangi kerabat melalui kelahiran atau kematian.

Transi perkembangan dari sehat ke sakit

01

03

02

04

Perubahan peran

situasional Pergeseran Peran

Riwayat trauma

Ketegangan

karakter

(15)

Rentang Respon Harga Diri Rendah

Gambar 2.4 Rentang Respon Konsep Diri (Stuart & Sundeen, 1991)

Harga diri rendah = komponen konsep diri

= transisi adaptif dan maladaptif

(16)

Cara Meningkatkan Harga Diri Rendah

Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah pada klien:

· Memberikan kesempatan untuk berhasil

· Menanamkan gagasan

· Mendorong aspirasi

· Membantu membentuk koping

(17)

Kasus dan Pembahasan

3

(18)

Gambaran Kasus

Nn. A berusia 28 tahun datang ke RSJ Tunas Bakti Semarang pada tanggal 28 Oktober 2022 dibawa oleh keluarganya. Sejak masih muda, klien didiagnosa mengalami Diabetes Mellitus Tipe I. Karena inilah klien mengaku sering dibully anak penyakitan oleh temannya di SMA. Meski mendapatkan pembullyan, klien mengatakan tidak pernah menceritakan apa yang dialami kepada kedua orang tuanya. Padahal klien adalah anak bungsu dari 4 bersaudara, yang sangat disayang kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya.

Klien mengatakan bahwa pembullyan yang klien rasakan semasa SMA inilah yang membuat klien tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di perguruan tinggi. Rasa trauma itu masih ada. Setelah lulus SMA Nn. A langsung bekerja di perusahaan konveksi. Sampai saat ini beliau mengatakan belum menikah karena kepercayaan dirinya makin rendah. Nn. A merasa masih belum bisa menerima keadaannya dengan DM Tipe I. Klien merasa buruk karena memiliki penyakit sejak kecil dan merasa membawa sial. Akhir-akhir ini, Nn. A mengaku sering memikirkan bagaimana kedepannya dirinya tanpa kedua orang tuanya dengan penyakit seperti ini.

Kurang lebih 2 minggu ini keluarga mengatakan bahwa Nn. A sangat susah untuk diminta makan dan minum.

Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum. Klien akan mengambil makan dan minum jika memang sudah sangat lapar dan haus. Nn. A mengaku malu dengan orang lain terutama orang yang tidak dipercayainya, tidak bisa melakukan aktivitas berat, klien mengatakan merasa bersalah, merasa tidak nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar, klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru, saat berbicara pelan, saat berjalan menunduk, klien tidak mau mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitar, enggan menatap mata saat berbicara berhadapan.

Karena keadaan yang semakin memburuk, Nn. A mengatakan mengambil cuti di perusahaan tempatnya bekerja. Saat ini Nn. A hanya fokus untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Zat yang mendengar keluh kesahnya. Keluarga mengatakan bahwa dalam keluarga Nn. A belum ada yang pernah mengalami gangguan jiwa. Karena pengalaman pertama dalam keluarga inilah yang membuat Nn. A segera dibawa ke RSJ untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

(19)

PENGKAJIAN

Identitas Klien

Nama : Nn. A Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jl. Mawar, Semarang Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2022 Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2022

Dx. Medis : Diabetes Mellitus Tipe I

(20)

PENGKAJIAN

Akhir-akhir ini, Nn. A mengaku sering memikirkan bagaimana kedepannya dirinya tanpa kedua orang tuanya dengan penyakit seperti ini. Kurang lebih 2 minggu ini Nn. A sangat susah untuk diminta makan dan minum. Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum.

Ia akan mengambil makan dan minum jika memang sudah sangat lapar dan haus. Nn. A malu dengan orang lain terutama orang yang tidak dipercayainya, tidak bisa melakukan aktivitas berat, klien mengatakan merasa bersalah, merasa tidak nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar, klien mengatakan malu jika bertemu dengan orang lain terutama orang baru, saat berbicara pelan, saat berjalan menunduk, klien tidak mau mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitar, enggan menatap mata saat berbicara berhadapan.

Alasan Masuk

(21)

PENGKAJIAN

Faktor Predisposisi

● Nn. A belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sehingga belum pernah mendapatkan pengobatan.

● Trauma yang dirasakan Nn. A adalah pernah di bully secara psikis oleh teman-temannya semasa SMA.

● Dalam keluarga Nn. A tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa.

● Nn. A mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan karena pembullyan semasa SMA oleh beberapa teman.

Kurang lebih 2 minggu ini keluarga mengatakan bahwa Nn.

A sangat susah untuk diminta makan dan minum. Nn. A sering membanting pintu jika ada yang menyuruhnya untuk makan maupun minum. Klien akan mengambil makan dan minum jika memang sudah lapar dan haus.

Faktor Presipitasi

(22)

PENGKAJIAN

Pemeriksaan Fisik

● Kesadaran: Compos mentis

● Tanda vital:

TD: 120/80 mmHg N : 80x/i

S : 35,5ºC P : 20x/i.

● Klien memiliki tinggi badan 158 cm dan berat badan 53 Kg.

● Riwayat makan/ minum di rumah:

Klien sangat susah untuk makan dan minum jika dipaksa sering marah. Tetapi ketika makanan dan minuman itu diletakkan di kamar berkurang meski sedikit.

● Tanda-tanda dehidrasi (bila ada):

Bibir klien kering karena memang sangat susah untuk minum.

● Riwayat penyakit fisik:

Klien sampai saat ini masih mengidap DM Tipe I dan masih menjalani pengobatan secara mandiri.

(23)

PENGKAJIAN

Psikososial dan Spiritual

- Genogram

● Pola asuh : Orang tua selalu mendukung apa yang dilakukan klien.

● Komunikasi : Klien mengatakan tidak pernah berbicara tentang apapun yang terjadi pada dirinya karena merasa bahwa ia adalah anak pembawa sial karena berpenyakit sejak kecil,

● Pengambilan keputusan : Klien mengatakan tidak pernah bermusyawarah dalam mengambil keputusan, sering mengambil keputusan sendiri.

(24)

PENGKAJIAN Psikososial dan Spiritual

- Hubungan Sosial

● Gambaran diri : Tidak ada kecacatan.

● Identitas diri : Klien anak ke 4 dari 4 bersaudara, klien hanya lulusan SMA yang saat ini dirawat di RSJ Tunas Bakti.

● Peran : Klien berperan sebagai anak dan masih lajang, klien sebelumnya tinggal bersama keluarganya.

● Ideal diri : Klien merasa takut karena di antarkan ke RSJ Tunas Bakti dan ingin cepat pulang kerumah.

● Harga diri : Klien merasa bosan dirawat di RSJ Tunas Bakti dan merasa malu bertemu banyak orang baru.

- Konsep Diri

Klien menganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya, Klien mengatakan tidak pernah bersosialisasi dengan teman-teman di RSJ karena merasa buruk dan malu bertemu dengan orang baru.

- Spiritual

Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin dengan agamanya.

● Kegiatan ibadah : Klien beribadah dengan sholat 5 waktu seperti sebagaimana mestinya.

(25)

PENGKAJIAN Status Mental

- Pembicaraan

Klien berpenampilan bersih dan rapi .

- Penampilan

Klien masih dapat berbicara dan mampu dipahami tetapi lambat.

- Proses Fikir - Aktivitas Motorik

- Isi Fikir

- Tingkat Kesadaran

- Alam Perasaan

- Persepsi

- Interaksi Selama Wawancara

- Afek

Klien terlihat diam, lesu, dan menundukkan kepala,

Klien masih merasa takut jika suatu saat ia hidup sendiri tanpa kedua orang tua.

Afek klien labil, mudah emosi dan marah.

Klien kooperatif, tidak ada kontak mata pada lawan bicara, tidak mudah tersinggung

Persepsi baik.

Menjawab dengan baik tapi lambat.

- Memori

- Daya Tilik Diri

Klien dapat mengontrol isi pikirnya, tidak ada waham.

Klien tidak mengalami gangguan orientasi, mengenali waktu dan tempat.

Tidak mengalami gangguan daya ingat.

Klien mengetahui penyakit DM Tipe I yang diderita, dan menyadari bahwa sering malu jika berinteraksi dengan orang lain

(26)

PENGKAJIAN

Psikososial dan Spiritual

- Hubungan Sosial

Mekanisme koping klien adaptif.

- Mekanisme Koping

- Spiritual

Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang dialaminya dan klien tidak tau apa obat yang dikonsumsinya.

Masalah dengan dukungan kelompok: Klien mengatakan dukungan psikososial dan lingkungan di RSJ sangat baik, hanya saja lebih suka menyendiri dan tidak suka bersosialisasi karena malu dengan orang baru.

(27)

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

(28)

ANALISIS DATA

(29)

ANALISIS DATA

(30)

POHON MASALAH

(31)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis (D.0085)

2. Isolasi Sosial (D.0121)

(32)

Intervensi

Keperawatan

(33)
(34)
(35)
(36)

Implementa

si & Evaluasi

(37)

Tanggal No. Dx Tindakan Evaluasi 29

Oktober 2022

I SP 1 Pasien S : Klien menjawab salam dengan senyum dan menyebutkan nama panggilannya

O :

1.Klien mau berjabat tangan

2.Klien mau duduk berdampingan dengan perawat

3.Klien mampu memilih kemampuan yang dimiliki 4.Klien mau mengutarakan

masalahnya tentang sakit yang dideritanya

A : SP 1 pasien tercapai

P : Lanjutkan Sp 2 pasien, adakan kontrak waktu berikutnya

(38)

Tanggal No. Dx Tindakan Evaluasi 1

Novembe r 2022

I SP 2 Pasien S : klien mengatakan saat di rumah membantu ibunya membersihkan rumah

O : klien mampu melatih

kemampuan yang dipilih yaitu merajut

A : Sp 2 tercapai

P : Lanjutkan Sp 3 pasien, adakan kontrak waktu berikutnya

(39)

Tanggal No. Dx Tindakan Evaluasi 5

November 2022

I SP 3 Pasien S :

1. Klien mengatakan mampu

melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal keseharian

2. Klien mengatakan sudah mulai

berfikiran positif terhadap orang lain O :

1. Klien mengikuti kegiatan positif yang dimiliki sesuai jadwal kegiatan harian yang dibuat.

2. Klien mau mengungkapkan perasaannya

A : Sp 3 tercapai

P : motivasi klien agar mau

melaksanakan kegiatan sehari hari dengan percaya diri

(40)

Tanggal No. Dx Tindakan Evaluasi 9

Novembe r 2022

I SP 1 Keluarga S : keluarga mengatakan merasa sedih dengan kondisi yang dialami klien.

O :

1.Keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta proses terjadinya secara singkat dan sesuai bahasa yang

dipahami.

2.Keluarga mampu memperagakan cara merawat klien dengan harga diri rendah.

A : Sp 1 tercapai

P : Lanjutkan Sp 2 keluarga, adakan kontrak waktu berikutnya

(41)

Tanggal No. Dx Tindakan Evaluasi 12

Novembe r 2022

I SP 2 Keluarga S : Keluarga mengatakan sudah memahami cara merawat klien di rumah.

O : Keluarga mampu melakukan perawatan pada klien secara langsung.

A : Sp 2 tercapai

P : Lanjutkan Sp 3 keluarga, adakan kontrak waktu berikutnya.

(42)

Tanggal No. Dx Tindakan Evaluasi 15

Novembe r 2022

I SP 3 Keluarga S : Keluarga mengatakan sudah mampu merawat klien di rumah.

O :

1.Perawatan yang dilakukan

keluarga kepada klien sudah tepat dan mengetahui apa yang harus dilakukan.

2.Keluarga tetap memberikan dukungan pada klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan percaya diri.

A : Sp 3 tercapai

P : Berikan keluarga informasi rujukan lebih lanjut.

(43)

Penutup

4

(44)

Kesimpulan

Harga diri rendah adalah suatu perasaan sedih atau perasaan duka yang berkepanjangan. Harga diri rendah merupakan emosi normal dari manusia, tetapi secara klinis dapat berarti patologik jika mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan muncul bersama penyakit lain.

Harga diri rendah ada dua jenis, yaitu harga diri rendah kronis dan situasional. Dalam mengatasi pasien dengan harga diri rendah, perawat perlu mengkaji kemampuan pasien dan mendukung pasien untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, dukungan keluarga juga penting untuk membantu merawat pasien saat di rumah.

(45)

Saran

Untuk mahasiswa diharapkan mampu menjalin kerjasama

yang baik dan melakukan bina hubungan saling percaya

dengan klien agar asuhan keperawatan dapat diterima dan diterapkan di keseharian

klien secara optimal dan dapat mempelajari asuhan keperawatan jiwa khususnya

tentang masalah Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

dan lebih mengembangkan teknik komunikasi terapeutik.

Untuk perawat ruangan diharapkan dapat mempertahankan dan

melanjutkan asuhan keperawatan dengan baik serta tetap mempertahankan

mutu pelayanan asuhan keperawatan dengan mendokumentasikan setiap

tindakan yang dilakukan kepada klien dan lebih memotivasi klien untuk melakukan jadwal kegiatan

harian yang dilaksanakan sesuai kemampuan klien.

(46)

Daftar Pustaka

Febrina, R. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan Harga Diri Rendah Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Poltekkes Kemenkes Padang: Sumatera Barat. (Diakses Pada 28 Oktober 2022 : http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/)

Kuntari, M., & Nyumirah, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Akademi Keperawatan Pasar Rebo: Jakarta Timur. (Diakses Pada 28 Oktober 2022 : https://akper- pasarrebo.e-journal.id/nurs/article/download/59/40/)

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Wijayati, F., dkk. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa. Health Information Jurnal Penelitian, 12(2): 224-235, doi https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2.234.

(47)

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Thanks!

Please keep this slide for attribution

Do you have any questions?

Referensi

Dokumen terkait

Dapat mengembangkan pengetahuan, ilmu dan teori yang miliki penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. Bagi

Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik

Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dank lien atau keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik

Hasil : klien setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat menyebutkan penyebab menarik

dan setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu BHSP, menyebutkan penyebab menarik diri,klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian menarik diri, klien

SP tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah pasien yang mengalami

5 5 Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif 6 Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri 7 Menolak penilaian positif tentang diri sendiri Gejala dan

Laporan asuhan keperawatan jiwa pada klien Ny. E dengan masalah gangguan persepsi sensori (halusinasi penglihatan) di Ruang Flamboyan RS Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang