• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Ny. E dengan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan)

N/A
N/A
Erik

Academic year: 2024

Membagikan " Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Ny. E dengan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Ny. E DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI PENGLIHATAN) DI RUANG FLAMBOYAN

RS RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG

Disusun Oleh : Kelompok 15

1. MOH. SYAHRUL NIZAM 221057

2. MOKHAMAD RIZKI KHASAN A. 221098

3. ERIK PUTRA PRADANA A. R 221061

4. HAMADA CATTLEYA H. 221081

5. FAIZAH RAMADHANTI L. 221018

6. EVA ALEYDA FITRIANA 221125

7. INTAN INGGA FEBIANTI 221121

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

RS DR. SOEPRAOEN KESDAM V/BRAWIJAYA 2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Seminar Kasus Departemen dengan Tema “Laporan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Ny. E dengan Masalah Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Di Ruang Flamboyan RS Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang” ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan Paripurna pada tanggal 18 November – 23 November 2024 di Ruang Flamboyan RS Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang oleh mahasiswa kelompok 15INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN KESDAM V/BRAWIJAYA Prodi D3 Keperawatan Malang. Sebagai salah satu syarat untuk pemenuhan tugas Asuhan Keperawatan Paripurna yang telah disetujui dan dilaksanakan Seminar pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui, Pembimbing Institusi

Ns. Tien Aminah, M.Kep.

NIDN. 0713098202

Pembimbing Klinik Ruang Flamboyan RS Lawang

Yhunika Nur Mastiyas S. Kep., Ners NIP. 198906082012122001

Mengetahui, Kepala Ruangan Flamboyan RS Lawang

Maulidah Chasanah,S.Kep.,Ns NIP. 196805301989032002

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. E dengan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) di ruang Flamboyan RS dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang”.

Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materi, moral, dan spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Yuniar Sp.KJ, MMRS selaku Direktur Utama RS dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang

2. Ibu Ns. Henny Nurmayunita, MMRS. selaku Kepala Prodi D3 Keperawatan INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN KESDAM V/BRAWIJAYA

3. Ibu Yhunika Nur Mastiyas S. Kep., Ners selaku pembimbing lahan ruang Flamboyan 4. Ns Tien Aminah, M.Kep. selaku pembimbing akademik INSTITUT TEKNOLOGI

SAINS DAN KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN KESDAM V/BRAWIJAYA Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi pengembang pembelajaran untuk ilmu kesehatan khususnya bagi keperawatan jiwa.

Malang, 21 November 2024

Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I... 1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang... 1

1.3 Tujuan Penulisan... 3

1.4 Manfaat Penulisan... 3

BAB II...4

TINJAUAN TEORI...4

2.1 Konsep Dasar Halusinasi...4

2.1.1 Definisi...4

2.1.2 Etiologi... 4

2.1.3 Mekanisme Koping... 6

2.1.4 Manifestasi Klinis...7

2.1.5 Pohon Masalah...7

2.1.6 Penatalaksanaan...8

2.2 Asuhan Keperawatan Halusinasi...10

2.2.1 Pengkajian Keperawatan...10

2.2.1 Diagnosa Keperawatan...19

2.2.2 Rencana Keperawatan...22

BAB III...26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI DI RUANG FLAMBOYAN...26

3.1 PENGKAJIAN... 26

3.1.1 IDENTITAS...26

3.1.2 ALASAN MASUK...26

3.1.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG...27

3.1.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU...27

3.1.5 PENGKAJIAN PSIKOLOGIS... 27

3.1.6 PENGKAJIAN FISIK...29

3.1.7 STATUS MENTAL...29

3.1.8 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG...31

(5)

3.1.9 MEKANISME KOPING... 32

3.1.10 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN...32

3.1.11 ASPEK PENGETAHUAN...33

3.1.12 ASPEK MEDIS... 33

3.1.13 ASPEK/ANALISA DATA...34

3.1.14 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN...34

3.1.15 POHON MASALAH...35

3.1.16 PRIORITAS MASALAH...35

3.2 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN...36

3.3 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI...38

BAB IV... 42

PEMBAHASAN...42

4.1 PENGKAJIAN... 43

4.2 ANALISA DATA... 44

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN...44

4.4 INTERVENSI KEPERAWATAN...44

4.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...45

4.6 EVALUASI KEPERAWATAN...46

BAB V...48

PENUTUP...48

5.1 Kesimpulan... 48

5.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA... 50

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...52

Hari Senin,Tanggal 19 Agustus 2024...52

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...54

Hari Selasa,Tanggal 20 Agustus 2024... 54

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...56

Hari Rabu, Tanggal 21Agustus 2024...56

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...58

Hari Jumat, Tanggal 23 Agustus 2024...58

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...60

Hari Sabtu, Tanggal 24 Agustus 2024... 60

Lampiran II... 62

Jadwal Kegiatan Harian...62

(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kehidupan mampu berjalan dengan baik apabila adanya interaksi antar individu. Interaksi yang baik tentu dapat tercipta karena dukungan beberapa hal yang juga dalam kondisi baik, salah satunya adalah kondisi jiwa. Kondisi jiwa yang baik adalah jiwa yang sehat. Jiwa yang sehat meliputi sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh berkembang, memiliki aktualisasi diri, dan memiliki persepsi sesuai kenyataan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Kegagalan dalam berinteraksi dalam hal dikarenakan oleh gangguan jiwa atau gangguan fungsi mental secara internasional diseutkan bahwa gangguan mental yang terjadi pada umumnya adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi yang menimbulkan banyak gangguan jiwa seperti halusinasi(Oktaviani1 et al. 2021)

Halusinasi merupakan suatu gejala dari gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada, akan mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman. Secara fenomenologis, halusinasi adalah gangguan yang paling umum dan paling penting. Selain itu, halusinasi dianggap sebagai karakteristik psikosis(Bunga et al. 2023)

Sejarah mencatat bahwa halusinasi penglihatan telah dikenal sejak zaman kuno. Dalam berbagai budaya dan peradaban, pengalaman visual yang tidak biasa sering dikaitkan dengan pengalaman spiritual, mistis, atau dianggap sebagai tanda dari kekuatan supranatural. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang otak manusia, perspektif ilmiah mulai memberikan penjelasan yang lebih rasional tentang fenomena ini(Erviana et al.

2018).

Pada abad ke-19, penelitian ilmiah tentang halusinasi penglihatan mulai berkembang pesat. Para ahli mulai mengklasifikasikan berbagai jenis halusinasi dan mencoba memahami mekanisme neurologis yang mendasarinya.

Perkembangan ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih mendalam tentang fungsi otak dan persepsi visual manusia(Manford and Andermann 1998).

Dalam konteks medis modern, halusinasi penglihatan sering dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan mental, seperti skizofrenia, gangguan bipolar,

(7)

dan depresi berat. Namun, penting untuk dicatat bahwa halusinasi penglihatan juga dapat terjadi sebagai akibat dari kondisi neurologis seperti epilepsi, migrain, atau tumor otak. Selain itu, penggunaan zat psikoaktif tertentu juga dapat memicu terjadinya halusinasi visual(Rawte, Sheth, and Das 2023).

Mekanisme terjadinya halusinasi penglihatan masih menjadi subjek penelitian yang intensif. Teori-teori terkini menunjukkan bahwa halusinasi dapat terjadi akibat gangguan dalam proses pengolahan informasi visual di otak. Hal ini dapat melibatkan ketidakseimbangan neurotransmiter, perubahan dalam konektivitas saraf, atau gangguan pada area otak yang bertanggung jawab untuk persepsi visual(Powell, Ireland, and Lewis 2020).

Dampak halusinasi penglihatan pada kehidupan individu dapat sangat bervariasi. Bagi sebagian orang, pengalaman ini mungkin hanya berlangsung singkat dan tidak mengganggu. Namun, bagi yang lain, halusinasi dapat menjadi sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, depresi, atau bahkan perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Penelitian terbaru dalam bidang neurosains dan teknologi pencitraan otak telah membuka peluang baru dalam pemahaman dan pengobatan halusinasi penglihatan. Teknik seperti fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging) dan PET (Positron Emission Tomography) memungkinkan para peneliti untuk melihat aktivitas otak secara real-time selama episode halusinasi. Hal ini memberikan wawasan berharga tentang mekanisme neural yang mendasari fenomena ini(Sulaiman 2023).

Meskipun pemahaman kita tentang halusinasi penglihatan telah berkembang pesat, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap kompleksitas fenomena ini sepenuhnya dan mengembangkan pendekatan pengobatan yang lebih efektif. Dengan kemajuan teknologi dan kolaborasi interdisipliner, diharapkan bahwa masa depan akan membawa pemahaman yang lebih mendalam dan solusi yang lebih baik bagi mereka yang mengalami halusinasi penglihatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis akan membuat suatu rumusan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

(8)

Ny. E dengan Masalah Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) di Ruang Flamboyan RS dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang- Malang?”

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien asuhan keperawatan halusinasi penglihatan.

b. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada klien halusinasi penglihatan.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien halusinasi penglihatan.

d. Mampu melakukan implementasi rencana tindakan keperawatan pada klien halusinasi penglihatan.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan halusinasi penglihatan.

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi penglihatan.

1.4 Manfaat Penulisan 1. Bagi Pasien

Mampu mengenali halusinasi dan mengontrol halusinasi dengan tepat 2. Bagi Ilmu Keperawatan

Menambah keluasan ilmu terapan bidang keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi

3. Bagi penulis

Memperoleh dan menambah pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi

(9)

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Halusinasi 2.1.1 Definisi

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu.

(Prabowo, 2014 : 129)

Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012:102) Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2012: 53) 2.1.2 Etiologi

Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) : 1. Faktor predisposisi

a) Faktor perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.

b) Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.

c) Biologis

Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia, akibat stress

(10)

d) Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya, klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.

e) Sosial Budaya

Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.

Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :

a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut

c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien

(11)

d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.

e. Dimensi Spiritual : Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

2.1.3 Mekanisme Koping

Mekanisme koping halusinasi adalah cara seseorang mengatasi atau menghadapi gangguan persepsi berupa halusinasi. Berikut penjelasan singkat tentang mekanisme koping halusinasi:

a. Identifikasi halusinasi: Mengenali gejala dan pemicu halusinasi.

b. Teknik distraksi: Mengalihkan perhatian dari halusinasi dengan aktivitas lain.

c. Realitas cek: Memverifikasi persepsi dengan orang lain atau lingkungan.

d. Teknik relaksasi: Menenangkan diri melalui pernapasan dalam atau meditasi.

e. Terapi kognitif: Menantang dan mengubah pikiran tidak rasional terkait halusinasi.

f. Komunikasi terapeutik: Berbicara dengan orang terpercaya tentang pengalaman halusinasi.

g. Kepatuhan pengobatan: Mengikuti rejimen obat yang diresepkan.

h. Dukungan sosial: Melibatkan keluarga dan teman dalam proses pemulihan.

i. Rutinitas terstruktur: Mempertahankan jadwal harian yang teratur.

j. Pendidikan diri: Mempelajari lebih lanjut tentang kondisi dan pengelolaannya.

(12)

2.1.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien (Pardede & Ramadia, 2021) adalah sebagai berikut :

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai 2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara 3. Gerakan mata cepat

4. Menutup telinga

5. Respon verbal lambat atau diam

6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan 7. Terlihat bicara sendiri

8. Menggerakkan bola mata dengan cepat

9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu

10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain 11. Disorientasi (waktu, tempat, orang)

12. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah 13. Perubahan perilaku dan pola komunikasi

14. Gelisah, ketakutan, ansietas 15. Peka rangsang

16. Melaporkan adanya halusinasi 2.1.5 Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi

Ketidakpatuhan

Defisit pengetahuan

Koping Tidak Efektif

Ketidakadekuatan Sistem

(13)

2.1.6 Penatalaksanaan

Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat a. Farmakoterapi

Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi bermanfaat pada penderita psikomotorik yang meningkat.

KELAS KIMIA NAMA GENERIK

(DAGANG)

DOSIS HARIAN Fenotiazin Asetofenazin (Tidal)

Klopromazin (Thorazine)

Flufenazine (Prolixine, Permit) Mesoridazin ( Serentil)

Perfenazin (Trialon) Prokloperazin (Compazine) Promazine (Sparine) Tiodazin (Mellani) Trifluopromazine (Stelazine)

60-120 mg 30-800 mg 1-40 mg 30-400 mg 12-64 mg 15-150 mg 40-1200 mg 150-800 mg 2-40 mg 60-150 mg

(14)

Trifluopromazine (Vesprin)

Toksanten Kloproktisen

(Tarctan) Tioktiksen (Navane)

75-600 mg 8-30 mg Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg Didraindolon Molindone (Moban) 225-225 b. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

c. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembali kemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain, perawat dan dokter.

Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiridari :

(15)

d. Terapi aktivitas 1) Terapi music

Focus ; mendengar ; memainkan alat musik ; bernyanyi. yaitu menikmati dengan re laksasi music yang disukai pasien.

2) Terapi seni

Focus: untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapa pekerjaan seni.

3) Terapi menari

Focus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh 4) Terapi relaksasi

Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok

Rasional : untuk koping/perilaku mal adaptif/deskriptif meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.

5) Terapi social

Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain 6) Terapi kelompok

a). Terapi group (kelompok terapeutik)

b). Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy) c). TAK Stimulus Persepsi; Halusinasi Sesi 1 :

Mengenal halusinasi

Sesi 2 ; Mengontrol halusinasi dengan menghardik

Sesi 3 ; Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan Sesi 4 ; Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat 2.2 Asuhan Keperawatan Halusinasi

2.2.1 Pengkajian Keperawatan Pengkajian

a. Identitas Klien

Identitas pasien meliputi Nama pasien, Umur, No RM, Alamat, Pekerjaan, suku bangsa, Jenis Kelamin, Agama , Pendidikan , sumber data / informan b. Alasan Masuk

(16)

Tanyakan kepada klien / keluarga :

1. Keluhan utama apa yang menyebabkan klien dibawa ke fasilitas kesehatan saat ini 2. Bagaimana gambaran gejala tersebut

3. Tanyakan keluhan klien sedetail mungkin c. Stressor presipitasi

1. Kaji adanya masalah biologis yang dialami klien, yang meliputi :

- Tanyakan penyakit fisik yang sedang diderita klien baik yang bersifat keturunan, bawaan, atau yang didapat karena alergi, trauma, infeksi, keganasan, degeneratif, gangguan pertumbuhan. Jika ada apakah bersifat akut, kronis, terminal. Jelaskan kapan terjadinya, berapa lama.

- Tanyakan apakah sedang menggunakan alkohol, kafein, tembakau, atau obat-obatan tertentu termasuk pengobatan gangguan jiwa sebelumnya. Jika ya jelaskan berapa jumlah/dosisnya

- Tanyakan apakah klien mengalami paparan racun/polutan. Jika ya sebutkan jenis, jumlah dan berapa lama terpapar

- Tanyakan apakah klen mengalami gangguan seksual, jelaskan macamnya, seperti impotensi, ejakulasi dini, voyurisme, sadisme, hipersex, frigiditas dsb.

- Apakah mengalami gangguan tidur dan istirahat jika ada sebutkan macamnya.

- Tanyakan apakah ada masalah pemenuhan nutrisi/makan, jelaskan tanda dan gejalanya

2. Kaji masalah psikologis yang mungkin dialami klien, meliputi :

- Tanyakan apakah sedang mengalami penganiayaan/abuse, seperti aniaya fisik, seksual, emosional, tindakan kriminal. Apakah sebagai korban, pelaku, atau saksi

- Tanyakan apakah mengalami neglect/penelantaran dari orang tua/keluarga.

Tanyakan apakah mengalami bullying/perundungan, yaitu menjadi korban tindakan penghinaan/pelecehan dari seseorang

- Tanyakan adanya kejadian traumatis yang dialami klien seperti, kecelakaan, bencana, perkosaan, perang, serangan penyakit dll

3. Kaji masalah sosiobudaya yang meliputi :

(17)

- Tanyakan tentang

- Masalah pendidikan, bila ada jelaskan

- Masalah pendapatan/ekonomi, apakah pendapatanya sesuai dengan kebutuhan, jelaskan

- Masalah pekerjaan ada atau tidak, bila ada jelaskan - Konflik budaya ada atau tidak, bila ada jelaskan

- Konflik agama atau keyakinan, adakah nilai keyakinan/agama membuat klien tertekan, bila ada jelaskan nilai apa yang membuat klien tertekan - Kegagalan dalam kegiata politik, bila ada jelaskan

- Masalah dengan keluarga, bila ada jelaskan ? Masalah dengan masyarakat, bila ada jelaskan

4. Faktor predisposisi 1. Faktor biologis

Tanyakan tentang

- Riwayat penyakit fisik yang pernah dialami klien dahulu yang mungkin terkait dengan masalah sekarang (alergi, trauma, infeksi, keganasan, degenerative, genetic, bawaan, pertumbuhan, dll)

- Riwayat klien selama di kandungan dan kelahiran, tanyakan pada keluarga apakah ada masalah. Dilakukan pada klien anak atau masalah yang terkait misalkan pada klien retardasi mental, autis

- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan (untuk klien anak atau yang terkait)

- Riwayat imunisasi, lengkap atau tidak lengkap, bila tidak jelaskan imunisasi apa yang belum

- Riwayat paparan racun/polutan, bila ada jelaskan

- Riwayat status gizi masa lalu, baik, cukup, atau kurang, jelaskan

- Riwayat gangguan hormonal, Tidak ada atau ada, jelaskan macam dan kapan

- Riwayat seksual (aktifitas, fungsi, gangguan, perilaku),

- Riwayat penggunaan zat, alkohol, kafein, rokok, obat-obatan, jelaskan - Riwayat reproduksi (kehamilan, persalinan, jumlah anak), Jelaskan apakah

peristiwa itu dikehendaki, menjadi beban klien

(18)

- Kebiasaan/Gaya hidup klien, jelaskan 2. Faktor psikologis

- Riwayat gangguan/masalah kejiwaan yang lalu ada atau tidak, bila ada sebutkan waktu/lama, gejala, riwayat pengobatan/perawatan

- Kesan kepribadian klien,

- Pertahanan psikologi : kebiasaan koping yang digunakan adaptif atau maladaptif, Sebutkan dan jelaskan jenisnya :

- Riwayat/masalah masa lalu yang tidak menyenangkan, Jelaskan 3. Faktor sosial budaya spiritual

Tanyakan tentang

- Riwayat masalah pendidikan, bila ada jelaskan

- Riwayat masalah penghasilan/ekonomi, bila ada jelaskan - Riwayat masalah pekerjaan, bila ada jelaskan

- Riwayat pertentangan nilai budaya, bila ada jelaskan

- Riwayat konflik nilai agama dan keyakinan, bila ada jelaskan

- Riwayat keikutsertaan dan masalah dalam kegiatan politik, bila ada jelaskan - Karakteristik hubungan sosial dengan Keluarga, Masyarakat. Tanyakan

pada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, dan minta bantuan

- Peran sosial : Keluarga, Masyarakat. Tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam kegiatan di masyarakat

- Apakah ada anggota keluarga lainnya yang mengalami masalah/gangguan jiwa. Apabila ada, tanyakan bagaimana hubungan klien dengan anggota keluarga terdekat. Tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut.

5. Status Psikososial a) Konsep diri

- Citra tubuh: Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai

(19)

- Identitas diri, tanyakan tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan

- Peran: Tanyakan, Tugas/peran yang diemban dalam keluarga / kelompok / masyarakat, Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran tersebut.

- Ideal diri: Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas / peran, harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.

- Harga diri: Tanyakan penghargaan pada diri sendiri dan penilaian orang lain terhadap diri dan kehidupannya. Bandingkan apakah ada perbedaan.

b) Kecemasan

- Fisiologis: Peningkatan denyut jantung, keringat dingin, sakit kepala, nyeri perut, keinginan BAK dan BAB

- Perilaku: Gelisah, mondar-mandir, tidak konsentrasi, perhatian mudah beralih

- Afektif: Perasaan khawatir, was-was, tidak menentu, tegang d. Kognitif:

Bicara cepat, tidak sistematis, intonasi bicara tidak stabil, ragu-ragu c) Respon kehilangan

Amati respon kehilangan yang ditunjukkan klien, tentukan respon kehilangan yang tampak

- Denial: bila klien sering mengungkapkan kata-kata penyangkalan, seperti tidak mungkin, ini pasti salah, bohong

- Anger: bila klien menunjukkan respon kemarahan, seperti gara-gara saya kamu pergi, ini salah saya, saya gak mempedulikanmu

- Bergaining: bila klien sering mengungkapkan pengandaian, seperti seandainya dia tidak pergi pasti tidak akan terjadi, seandainya saya menemani saya bisa mencegahnya, dll

- Depresi: bila klien menunjukkan ekspresi kesedihan yang ditandai banyak diam, menangis, suka menyendiri

- Acceptance: bila klien sudah ada tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan, ditandai dengan klien sudah mulai membina hubungan dengan

(20)

orang lain, lebih terbuka menceritakan masalahnya, mengikhlaskan kehilangan yang dialami. Jelaskan

d) Harapan/semangat klien terhadap kesembuhan/masalah Gali harapan/semangat klien terhadap kesembuhan

- Hopefulness (penuh harapan): bila klien mempunyai semangat yang tinggi untuk kesembuhan penyakit atau dapat diselesaikannya masalah yang dia hadapi

- Hopeless (putus asa): bila klien menunjukkan sikap merasa tidak peluang atau harapan untuk sembuh atau dapat diselesaikan masalahnya

- Powerless (tidak berdaya): bila klien menunjukkan perilaku tidak berdaya, ditandai tidak mau beraktivitas, tergantung pada orang lain, semangat turun e) Distress spiritual

Apakah klien mempunyai tanda-tanda seperti yang tercantum pada format, bila ya maka klien mengalami masalah distress spiritual

f) Respon pasca trauma

Apakah klien mempunyai tanda-tanda seperti yang tercantum pada format, bila ya maka klien mengalami masalah respon pasca trauma.

6. Status mental a) Penampilan

b) Kesadaran kualitatif

c) Orientasi waktu, tempat, dan orang d) Proses pikir

e) Persepsi f) Afek emosi g) Aktifitas motorik h) Memori

i) Tingkat konsentrasi dan berhitung j) Kemampuan penilaian

k) Daya tilik diri / insight l) Interaksi selama wawancara 7. Fisik

Pengkajian fisik difokuskan pada sistem fungsi organ :

(21)

- Keadaan umum : lihat keadan secara umum klien - Tingkat kesadaran

Compos mentis: sadarkan diri

Apatis: individu mulai mengantuk acuh tak acuh terhadap rangsang yang masuk, diperlukan rangsang yang kuat untuk menarik perhatian

Somnolensia : jelas sudah mengantuk, diperlukan rangsang yang kuat lagi enarik perhatian

Sopor : ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang

Subkoma dan koma : tidak ada respon terhadap rangsang yang keras

- Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien

- Ukur tinggi badan dan berat badan klien, Tanyakan apakah, berat badan naik atau turun

- Tanyakan kepada klien / keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh klien,

- Lakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai keluhan klien Jelaskan

8. Aktivitas sehari-hari/kebutuhan persiapan pulang a) Makan

Observasi dan tanyakan tentang: frekuensi, jumlah, jenis, kesukaan, dan kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan b) BAB/BAK

Observasi frekwensi dan kemampuan klien untuk BAB / BAK serta membersihkannya

c) Personal hygiene

- Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut), dan kebersihan tubuh dan bau badan

- Observasi kemampuan memenuhi kebutan personal higiene d) Berpakaian

- Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian

(22)

- Observasi penampilan cara berpakaian klien - Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian

- Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian

e) Istirahat dan tidur

Observasi dan tanyakan tentang lama dan waktu tidur siang / malam, aktivitas sebelum tidur seperti menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa, Aktivitas sesudah tidur seperti: merapikan tempat tidur, mandi / cuci muka dan menyikat gigi.

f) Penggunaan obat

Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang pemahaman penggunaan obat meliputi frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara pemberian, Reaksi obat. Tingkat kemandirian dalam minum obat.

g) Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang :Apa, bagaimana, kapan dan kemana perawatan lanjut.Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.

h) Aktivitas didalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam: Merencanakan, mengolah dan menyajikan makananMerapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel), Mencuci pakaian sendiri, Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.

i) Aktivitas diluar rumah

Tanyakan kemampuan klien: Belanja untuk keperluan sehari-hari, Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum). Aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah (bayar listrik / telepon / air, kantor pos dan bank).

9. Penilaian Terhadap stressor

Kaji cara penilaian klien terhadap masalah, apakah dinilai sebagai tantangan, ancaman, bahaya

(23)

- Sebagai tantangan bila klien menilai masalahnya sebagai peristiwa yang dapat diambil sebagai pelajaran demi meningkatkan kedewasaan atau kematangan klien.

- Sebagai ancaman bila klien menilai masalahnya dapat mengancam kondisi klien

- Sebagai bahaya bila klien menganggap masalahnya sudah membahayakan bagi kondisi klien

(24)

2.2.1 Diagnosa Keperawatan a. Gangguan persepsi sensori

 Definisi : Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan, atau terdistorsi.

 Penyebab :

- Gangguan penglihatan - Gangguan pendengaran - Gangguan penghidungan - Gangguan perabaan - Hipoksia serebral - Penyalahgunaan zat - Usia lanjut

- Pemajanan toksin lingkungan

 Tanda dan gejala Mayor

 Subjektif

- Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

- Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, atau pengecapan

 Objektif

- Distorsi sensori - Respons tidak sesuai

- Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu

 Gejala dan tanda minor

 Subjektif

- Menyatakan kesal

 Objektif - Menyendiri - Melamun

- Konsentrasi buruk

- Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi - Curiga

(25)

- Melihat ke satu arah - Mondar mandir - Bicara sendiri

 Kondisi klinis terkait - Glaukoma

- Katarak

- Gangguan refraksi ( myopia, hyperopia, astikmatisma, presbyopia ) - Trauma okuler

- Trauma pada saraf kranialis II, III, IV, dan VI akibat stroke, ( Aneurisme intra kranial, trauma atau tumor otak )

- Infeksi okuler - Presbikusis

- Malfungsi alat bantu dengar - Delirium

- Demensia

- Gangguan amnestik - Penyakit terminal - Gangguan psikotik b. Gangguan identitas diri

 Definisi : tidak mampu mempertahankan keutuhan persepsi terhadap identitas diri

 Penyebab :

- Gangguan peran sosial

- Tidak terpenuhinya tugas perkembangan - Gangguan neurologis

- Ketidakadekuatan stimulasi sensori

 Gejala dan tanda mayor Subjektif :

- Persepsi terhadap diri berubah

- Bingung dengan nilai-nilai budaya, tujuan hidup, jenis kelamin, dan atau nilai nilai ideal

- Perasaan yang fluktuatif terhadap diri

(26)

Objektif :

- Perilaku tidak konsisten - Hubungan yang tidak efektif - Strategi koping tidak efektif - Penampilan peran tidak efektif

 Kondisi klinis terkait - Gangguan austistik

- Gangguan orientasi seksual - Periode perkembangan remaja

(27)

2.2.2 Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan 1 Gangguan persepsi sensori b.d

gangguan pendengaran d.d mendengar suara bisikan, distorsi sensori, respon tidak sesuai, bersikap seolah mendengar, menyatakan kesal, menyindiri, melamun, konsentrasi buruk, disorientasi waktu, tempat orang atau situasi, curiga, melihat ke satu arah, mondar mandir, bicara sendiri.

Setelah dilakukan Intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam gangguan persepsi sensori ekspektasi membaik dengan kriteria hasil :

- Verbalisasi mendengar bisikan menurun

- Distorsi sensori menurun

- Respon membaik - Menarik diri menurun - Melamun menurun - Konsentrasi membaik - Orientasi membaik - Curiga menurun

- Mondar mandir

menurun

- Perilaku halusinasi

Manajemen halusinasi Observasi

- Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi - monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan

- Monitor isi halusinasi ( mis. kekerasan atau membahayakan diri )

Terapeutik

- pertahankan lingkungan yang aman

- lakukan tindakan keselamatan Ketika tidak dapat mengontrol perilaku ( mis. limit setting, pembatasan wilayah, pengekangan fisik )

- Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi

- hindari perdebatan tentang validitas halusinasi Edukasi

- anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya

(28)

menurun halusinasi

- anjurkan bicara pada orang yang percaya untuk memberi dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi

- Anjurkan melakukan distraksi ( mis.

mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan teknik relaksasi )

- ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu.

2 Gangguan identitas diri b.d ketidakadekuatan stimulasi sensori d.d persepsi terhadap diri berubah, perasaan fluktuatif terhadap diri, perilaku tidak konsisten, hubungan tidak efektif, strategi koping tidak efektif, penampilan peran tidak

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam identitas diri ekspektasi membaik dengan kriteria hasil :

- Perilaku konsisten meningkat

- Hubungan yang efektif

Orientasi Realita Observasi

- Monitor perubahan orientasi

- Monitor perubahan kognitif dan perilaku Terapeutik

- Perkenalkan nama saat memulai interaksi - Orientasikan orang, tempat, dan waktu

- Hadirkan realita, ( mis. beri penjelasan alternatif,

(29)

efektif meningkat

- Strategi koping efektif menigkat

- Penampilan peran efektif meningkat - Perasaan fluktuatif

terhadap diri menurun - Persepsi terhadap diri

membaik

hindari perdebatan )

- Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten

- Atur stimulus sensorik dan lingkungan ( mis.

kunjungan pemandangan suara, pencahayaan, bau, dan sentuhan )

- Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan ( mis. tanda, gambar, warna )

- Libatkan dalam terapi kelompok orientasi

- Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan

- Fasilitasi akses informasi ( mis. televisi, surat kabar, radio ), jika perlu

Edukasi

-Anjurkan perawatan diri secara mandiri

-Anjurkan penggunaan alat bantu, ( mis. kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu )

-Ajarkan keluarga dalam orientasi realita

(30)
(31)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI DI RUANG FLAMBOYAN

3.1 PENGKAJIAN

Tanggal MRS : 13 Nov 2024 Tanggal dirawat di ruangan : 13 Nov 2024 Tanggal pengkajian : 18 Nov 2024 Ruang rawat : Flamboyan 3.1.1 IDENTITAS

Nama : Ny. E Umur : 49 tahun Alamat : Sidoarjo Pendidikan : SMP Agama : Islam

Status : sudah menikah Pekerjaan : -

Jenis kelamin : P

Nomor CM : 133XXX 3.1.2 ALASAN MASUK

a. Data Primer

Klien masuk dari IGD diantar oleh diantar dinas sosial dengan keluhan klien kadang bingung ingin pulang karena sudah dipanggil anaknya, klien mengaku sering bicara dengan bapaknya yang sudah meninggal dan roh-roh dahulu.

b. Data Sekunder

Klien dapat menyebutkan identitasnya dengan baik, klien kooperatif saat ditanya, klien kontak mata dengan perawat, orientasi waktu klien benar.

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian

(32)

Klien susah tidur karena mendengar suara bising dari luar kamar, klien mengeluh ingin cepat pulang karena tidak mau menginap di RS karena sudah di jemput anaknya.

3.1.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Klien mengalami perubahan perilaku klien mengalami gangguan proses berpikir dan tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata. Klien sering berbicara dengan ayahnya yang sudah meninggal. Klien melakukan pengobatan dan minum obat rutin.

3.1.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya.

Pasien mengatakan bahwa dia pernah memukul orang dan mendapatkan pelecehan seksual oleh pacarnya

Pasien tidak pernah melakukan upaya bunuh diri.

Pasien mengatakan ayah dan ibunya sudah meninggal dunia sejak 3 tahun yang lalu sehingga pasien merasa sedih

Pasien tidak pernah mengalami penyakit fisik.

Pasien tidak pernah menggunakan atau mengkonsumsi NAPZA.

Pasien mengatakan keluarganya tahu jika pasien berada disini karena awalnya pasien dibawa oleh kamituwo, ketua RT, RW, dan 1 laki-laki yang tidak dikenal oleh pasien

Pasien tidak memiliki keluarga yang gangguan jiwa.

3.1.5 PENGKAJIAN PSIKOLOGIS a. Genogram

(33)

Keterangan :

: Perempuan meninggal

: Perempuan : Klien

: Laki – laki meninggal

: Laki – laki : Tinggal satu rumah

Penjelasan : Pasien tinggal bersama suami dan anak. Di rumah yang membuat keputusan didalam keluarga pasien adalah suaminya.

b. Konsep Diri

●Citra tubuh

Klien mengatakan bahwa ia menyukai seluruh anggota tubuhnya, tidak ada bagian yang tidak disukai.

●Identitas

Pada saat dikaji klien dapat menyebutkan Namanya, klien sudah menikah dan mempunyai 7 anak, klien berasal dari sidoarjo.

●Peran

Klien mengatakan Ketika dirumah dia berperan sebagai ibu rumah tangga karena klien mengurus anak dan suaminya. Klien juga melakukan kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel, dan memasak.

●Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat pulang dan bertemu dengan anak-anaknya serta ingin meminta uang.

●Harga diri

Pasien tidak merasa sakit, tetapi pasien tidak merasa malu berada disini

(34)

c. Hubungan Sosial

●Orang terdekat

Pasien mengatakan orang terdekatnya selama ini adalah suami dan anaknya karena mereka yang selalu ada dan mendukung klien, selalu mendengar kelih kesah klien

●Peran serta kegiatan kelompok atau masyarakat

Klien selalu menasehati temannya di RS apabila temannya bertindak yang tidak seharusnya, klien mengajarkan contoh yang baik kepada temannya.

●Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Pasien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain d. Spiritual

●Agama

Pasien mengatakan beragama Islam

●Pandangan terhadap gangguan jiwa

Pasien mengatakan tidak ada pandangan terhadap gangguan jiwa 3.1.6 PENGKAJIAN FISIK

1. Keadaan umum : k/u cukup

2. Kesadaran (Kuantitas) : Compos Mentis (4-5-6).

3. Tanda vital:

TD: 113/72 mm/Hg N: 73x/menit S: 37,3 P: 24 x/menit 4. Ukur

BB: 41 Kg TB : 153 Cm

5. Keluhan fisik : punggung kaku tiap malam, kepala gatal 3.1.7 STATUS MENTAL

1. Penampilan (Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)

Jelaskan: rambut kotor terdapat kutu, tidak bisa menjaga kerapian baju (baju basah masih dipakai setelah mandi, badan tidak dikeringkan dengan handuk,

(35)

penampilan klien sesuai dengan usianya 49 tahun, tidak ada bau menyengat dari tubuh klien.

2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter):

Jelaskan: frekuensi bicara klien stabil, nada suara lembut, klien bicara jika ditanya saja, klien bicara singkat, padat, dan jelas, berdasarkan wawancara klien sedikit ngelantur.

3. Aktivitas Motorik/Psikomotor Tidak ada gangguan

Kompulsif, pasien melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, cuci muka, BAB/BAK secara mandiri tanpa bantuan perawat

4. Mood dan Afek a. Mood

Euforia (pasien merasa senang, gembira, bahagia yang berlebih) b. Afek

Sesuai (pasien mengatakan sesuai dengan apa yang dikatakan, jika ilustrasi senang pasien merasa gembira)

5. Interaksi Selama Wawancara

Saat wawancara pasien kooperatif dan tidak mudah tersinggung 6. Persepsi Sensori

a. Halusinasi (Penglihatan) b. Ilusi (Tidak ada)

klien tiap malam mengaku sering berbicara dengan bapaknya yang sudah meninggal, klien melihat banyak orang di luar kamar yang bersuara bising hingga mengganggu tidur.

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi sensori (D.0085) 7. Proses Pikir

a. Arus pikir (Koheren), kalimat bicaranya mudah dimengerti

b. Isi pikir (Ekstasi), isi pikir yang tidak dapat diceritakan yang dimanifestasikan dengan kegembiraan

c. Bentuk pikir (Realistis), pasien mengatakan apa yang terjadi sebenarnya 8. Kesadaran

(36)

Klien dapat menyebutkan hari, tahun dengan benar. Klien dapat menjelaskan identitas dirinya dengan benar. Klien mengerti sekarang dirinya berada di RS.

9. Memori

Klien tidak mengalami permasalahan dalam gangguan daya ingat.

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung

a. Pasien memiliki konsentrasi yang bagus, sehingga nyambung saat ditanya b. Berhitung pasien mampu menghitung jumlah umur dengan benar.

11. Kemampuan penilaian

Saat selesai mandi, klien tidak mengeringkan badan dengan handuk, akhirnya baju klien basah, setelah diedukasi dengan kebersihan diri klien mampu memahami dan mengulang apa yang sudah diajarkan

12. Daya Tilik Diri

Klien tidak mengetahui dirinya sampai bisa mengalami gangguan jiwa. Klien tidak pernah menyalahkan orang lain atas penyakitnya.

3.1.8 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

Klien mampu melakukan perawatan diri seperti mandi, BAK/BAB, pasien mengatakan punya tempat tinggal di Sidoarjo

2. Kegiatan Hidup Sehari hari a. Perawatan diri

1) Mandi (Pasien mengatakan mandi 2-3 kali sehari dan tidak membutuhkan bantuan perawat)

2) Berpakaian, berhias dan berdandan (Pasien mampu berpakaian dan berdandan rapi)

3) Makan (Pasien mengatakan makan 3x sehari dan selalu habis) 4) Toileting (BAK, BAB) (Pasien BAB BAK ke toilet dengan mandiri) b. Nutrisi

Klien makan 3x sehari, nafsu makan klien baik, klien tidak ada pantangan c. Tidur

Klien tidur malam jam 22.00 karena mendengar suara bising di luar sehingga mengganggu tidurnya.

(37)

3. Kemampuan lain lain

a. Mengantisipasi kebutuhan hidup (Klien mengatakan jika kebutuhan hidupnya yang mengatur adalah suaminya).

b. Membuat keputusan berdasarkan keinginannya (Klien mampu membuat Keputusan sendiri namun perlu dibantu dan diarahkan).

c. Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri. (Selama di Rs, Pasien rajin minum obat dan rutin cek tekanan darah).

4. Sistem Pendukung

Sistem pendukung klien yaitu terapis dan teman.

3.1.9 MEKANISME KOPING

Pasien mengatakan jika ada masalah pasien memilih untuk diam sehingga pasien tidak tahu cara untuk menyelesaikan masalahnya

Diagnosa keperawatan : Koping tidak efektif (D.0096) 3.1.10 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

● Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya

Jelaskan : klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan kelompok di RS

● Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya Jelaskan : klien senang berteman denga teman di RS

● Masalah dengan Pendidikan, spesifiknya Jelaskan : tidak ada masalah

● Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya

Jelaskan : klien merasa saat di RS klien tidak bisa melakukan pekerjaannya yang biasa dilakukan di rumah.

● Masalah dengan perumahan, spesifiknya Jelaskan : tidak ada masalah

● Masalah ekonomi, spesifiknya Jelaskan : tidak ada masalah

● Masalah dengan pelayanan Kesehatan, spesifiknya

(38)

Jelaskan : Pasien mengatakan kalau sakit segera berkunjung ke fasilitas kesehatan

● Masalah lainnya, spesifiknya

Jelaskan : Tidak ada masalah lainnya 3.1.11 ASPEK PENGETAHUAN

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang suatu hal ?

Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa, perawatan dan pelaksanaannya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-obatan atau yang lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifikasinya masalah tsb.

Jelaskan :

Pada saat diwawancara klien menjawab saat ini klien tidaka merasakan saki tapa- apa, klien tidak tahu kenapa dirinya masuk rumah sakit

3.1.12 ASPEK MEDIS

1. Diagnosis Multi Axis Axis I : F20.1 Axis II : - Axis III : - Axis IV : -

Axis V : 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)

2. Terapi Medis

- Rispenden 2 mg 1-0-1 - Clozapine 25 mg 0-0-1 - Ativan 1 mg 0-0-1 Penyakit/gangguan jiwa System pendukung

Penatalaksanaan Lain-lain, jelaskan

(39)

3.1.13 ASPEK/ANALISA DATA

No. DATA DIAGNOSA

KEPERAWATAN 1 DS :

- Klien mengaku sering bicara dengan bapaknya yang sudah meninggal - Klien mengaku melihat banyak orang

didepan ruangan yang menimbulkan suara bising sehingga menyebabkan klien susah tidur

DO :

- Klien tampak berbicara sendiri

- Tatapan klien tertuju pada suatu tempat

Gangguan persepsi sensori (D.0085)

2 DS :

- Klien mengeluh gatal di kepalanya - Klien menolak untuk mengganti

pakaiannya DO :

- Minat melakukan perawatan diri kurang

Defisit Perawatan Diri (D.0109)

3 DS :

- Pasien mengatakan jika ada masalah pasien diam

DO :

- Pasien tidak tau cara untuk menyelesaikan masalahnya

Koping tidak efektif (D.0096)

3.1.14 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori (D.0085) 2. Defisit Perawatan Diri (D.0109) 3. Koping tidak efektif (D.0096)

(40)

3.1.15 POHON MASALAH

3.1.16 PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan persepsi sensori (D.0085) 2. Defisit Perawatan Diri (D.0109) 3. Koping tidak efektif (D.0096)

Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi

Ketidakpatuhan

Defisit pengetahuan

Koping Tidak Efektif

Ketidakadekuatan Sistem Pendukukung

(41)

3.2 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Nama : Ny. E

No. CM :133XXX

DX medis : F20.1 – Schizoffective disorder, manic type Ruangan : Flamboyan

No Dx

keperawatan

Perencanaan

Luaran Utama Kriteria Evaluasi Intervensi 1. GANGGUAN

PERSEPSI SENSORI (D.0085)

PERSEPSI SENSORI (L.09083)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama 6x

pertemuan, diharapkan

persepsi sensori membaik

1. Verbalisasi melihat bayangan menurun (5)

2. Distorsi sensori menurun (5)

3. Perilaku halusinasi menurun (5)

4. Melamun menurun (5)

5. Orientasi meningkat (5)

MANAJEMEN

HALUSINASI (I.09288) Observasi :

1. Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi 2. Monitor dan sesuaikan

tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan 3. Monitor isi halusinasi

(mis. Kekerasan atau membahayakan diri) Terapeutik :

4. Bina hubungan saling percaya

5. Pertahankan lingkungan yang aman.

6. Diskusikan perasaan dan

respon terhadap

halusinasi

7. Hindari perdebatan tentang validasi

8. Evaluasi capaian

(42)

kemampuan sesuai jadwal

Edukasi :

8. Anjurkan memonitoring sendiri situasi terjadinya halusinasi

9. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberikan dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasinya

10. Anjurkan melakukan distraksi.

Kolaborasi :

11. Kolaborasi pemberian antipsikotik

(43)

3.3 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal & Jam Implementasi keperawatan Evaluasi 18 Nov 2024

15.00-15.30 16.00-16.15

17.00-17.10

Manajemen Halusinasi (I.09288)

1. Memonitor perilaku yang mengindikasi halusinasi

2. Membina hubungan saling percaya dengan klien, dengan menanyakan nama, tempat asal, umur, alasan dibawa kesini, mengkaji tentang keluarga yang ada di rumah dan keadaan di rumah.

3. Melakukan validasi data dari pengkajian yang sudah dilakukan sebelumnya.

S :

Pasien mengatakan masih melihan banyak orang di luar kamar saat malam hari O :

- Pasien tampak berbicara sendiri - Tatapan pasien

tampak focus pada satu arah

- Pasien cenderung diam bila tidak diajak berbicara

A :

- Pasien mampu mengenal apa itu halusinasi

P : Pasien:

- Pasien mampu mengenal apa itu halusinasi

- Pasien mampu mempraktikan cara menghardik

halusinasi perawat Perawat:

- Mengevaluasi

pengetahuan pasien dalam mengetahui apa itu

(44)

halusinasi

- Mengajarkan pasien cara mengurangi halusinasi 19 Agustus 2024

13.00-13.30 13.30-14.00

14.00-14.30

14.30-15.00 15.00-15.45

17.00-17.15

Manajemen Halusinasi (I.09288) 1. Menyiapkan obat pagi untuk pasien 2. Melakukan pengkajian tentang isi dari

halusinasi. Mengeliputi jenis, durasi, isi, waktu dan respon.

3. Menganjurkan untuk memonitor diri sendiri dalam menangani situasi halusinasi

4. Menyiapkan obat sore pasien

5. Melakukan validasi data dari pengkajian tentang isi dari halusinasi meliputi isi, jenis, durasi, isi, waktu dan respon

6. Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya yaitu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

S :

“px mengatakan bahwa semalam melihat bayangan yang menjemputnya”

O :

- Pasien melihat ke satu arah pasien terlihat berbaring di tempat tidur

- Pasien terlihat ketakutan - Pasien dapat

menjelaskan ulang cara prinsip 5 benar obat

A :

- Pasien dapat menjelaskan kegunaan obat P :

Pasien:

- Pasien dapat menjelaskan akibat bila putus obat - Pasien dapat

menjelaskan cara mengunakan obat dengan prinsip 5

(45)

benar ( benar obat, benar pasien, benar dosis, benar benar waktu, benar rute) Perawat:

- Mengevaluasi pengetahuan pasien dalam menjelaskan akibat bila putus obat - Mengajarkan pasien

dapat menjelaskan cara mengunakan obat dengan prinsip 5 benar

(46)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini penulis akan membahas kesenjangan antara bab II (Tinjauan Pustaka) dengan bab III (Tinjauan Kasus) pada Ny. E dengan diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan yang dirawat di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Lawang Provinsi Jawa Timur, dilaksanakan pada tanggal 19-31 Agustus 2024 yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa saat pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara/pendengaran, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas (Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015). Sedangkan halusinasi penglihatan menurut (ramdani, 2017) merupakan gangguan stimulus dimana pasien melihat yang suatu obyek yang membayangi, mengancam, untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya). Pada kasus yang dialami Ny. E adalah halusinasi penglihatan.

Rentang respon pada klien halusinasi diantaranya adalah respon adaptif, respon psikososial dan respon maladaptif. Rentang respon yang muncul dan sedang dialami oleh Ny.E adalah respon maladaptif, karena klien sudah memasuki tahap dimana klien melihat bayangan tanpa adanya wujud yang berhubungan dengan stimulus nyata yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, serta klien lebih sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain di lingkungan masyarakat karena selalu diejek masalah penyakit yang di deritanya.

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendukung dan mempengaruhi terjadinya halusinasi penglihatan diantaranya adalah faktor pengembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, genetik dan pola asuh. Pada Ny. E faktor predisposisi yang muncul adalah faktor sosiokultural dimana klien kurang suka bergaul dengan orang lain dan tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat, faktor pola asuh dimana klien kurang mendapatkan perhatian dan tidak ada dukungan dari keluarganya, sedangkan klien tidak mengalami

(47)

faktor genetik karena didalam riwayat keluarga Ny. E tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh Ny. E

Untuk faktor presipitasi adalah faktor pencetus terjadinya halusinasi penglihatan yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Pada Ny. E faktor presipitasi yang muncul adalah dimensi intelektual dimana klien tidak mampu memecahkan masalah dan cenderung diam ketika ada masalah, dimensi sosial dimana klien lebih asik dengan halusinasinya daripada berinteraksi dengan lingkungannya, dimensi spiritual dimana kurangnya aktivitas ibadah yang dijalani oleh klien.

Tanda dan gejala halusinasi penglihatan menurut (Emulyani & Herlambang, 2020) diantaranya adalah bicara sendiri, tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan pandangan ke arah tertentu, menutup mata, menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, mulutnya komat-kamit sendiri ketika melihat bayangan/sosok tanpa adanya wujud. Pada Ny. E gejala yang muncul adalah melihat ke satu arah, melambaikan tangan, bicara sendiri, dan tertawa sendiri.

Mekanisme koping halusinasi menurut (Purba, 2020), diantaranya adalah menghindari stress (regresi), menyalahkan orang lain (proyeksi), menarik diri (isolasi sosial). Pada Ny. E mekanisme koping klien halusinasi yang muncul adalah menarik diri (ketika terdapat masalah enggan bercerita) dimana klien selalu menyembunyikan tentang masalah yang dialami yang membuat klien tidak bisa menemukan masalahnya.

Penatalaksanaan medis pada klien halusinasi diantaranya adalah psikofarmakoterapi dari golongan Seroquel 400 mg XR (Quetiapin) 0-0-1-0 tab per oral dinaikkan, Clozapine 25 mg MERSI 0-0-0-1 tap per oral, Valproat tablet 250 mg NOVELL 2 dd 250 mg per oral, Inj Zypin 1 amp im bila gelisah. Sedangkan penatalaksanaan keperawatan diantaranya adalah komunikasi terapeutik, cara mengontrol halusinasi dengan Strategi Pelaksanaan (SP), Terapi Aktivitas Kelompok (TAK), Cognitive Behavior Therapy (CBT) dan Family Psychoeducation (FPE). Pada Ny. E penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu komunikasi terapeutik dan cara mengontrol halusinasi dengan Strategi Pelaksanaan (SP).

4.1 PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, yang terdiri dari pengumpulan data baik data subjektif maupun data objektif dan perumusan masalah.

Dalam pengumpulan data ini, kami menggunakan metode wawancara langsung

(48)

dengan klien dan melihat catatan keperawatan medis klien. Proses pengkajian keperawatan jiwa meliputi identitas, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan perencanaan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medis. Sedangkan pada Ny.

E kami melakukan proses pengkajian yang terdapat di teori dengan ditambah keluhan saat ini. Penulis melakukan pengkajian yakni keluhan saat ini bertujuan untuk mendapatkan data yang aktual karena klien sudah masuk Rumah Sakit Jiwa Dr.

Radjiman Wediodiningrat selama 14 hari.

4.2 ANALISA DATA

Menurut (Yosep, 2016), daftar masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan meliputi resiko perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan, gangguan komunikasi verbal, gangguan proses pikir, isolasi sosial, harga diri rendah dan koping individu tidak efektif. Sedangkan pada Ny. E daftar masalah yang muncul yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan, isolasi sosial, koping individu tidak efektif, defisit pengetahuan, dan penyangkalan tidak efektif. Hasil pengkajian pada Ny. E penulis mendapatkan daftar masalah yang berbeda dengan teori dimana daftar masalah yang ditemukan pada Ny. E tidak terdapat dalam teori menurut (Yosep,2016) diantaranya : koping tidak efektif : klien mengatakan ketika terdapat masalah klien diam, klien tidak tahu cara untuk menyelesaikan masalahnya.

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut (Martikainen et al., 1999), diagnosa keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan diantaranya yaitu resiko perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan, isolasi sosial, harga diri rendah dan koping individu tidak efektif, regimen terapeutik in terapeutik. Sedangkan pada Ny. E diagnosa yang muncul yakni gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan, risiko kekerasan, koping tidak efektif.

4.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut (Rika Apriliana, Ayu Pratiwi, 2023), intervensi keperawatan klien gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan meliputi tujuan tindakan keperawatan pada klien, kriteria hasil dan tindakan keperawatan pada klien. Dimana

(49)

tujuan tindakan keperawatan untuk klien halusinasi adalah klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya serta dapat mengikuti program pengobatan dengan benar dan kriteria hasilnya yaitu pasien dapat mengontrol halusinasinya. Sedangkan tindakan keperawatan yang pertama dilakukan adalah membina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi terapeutik untuk membantu klien mengenal halusinasinya dengan cara berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi, waktu halusinasi, frekuensi halusinasi, situasi penyebab halusinasi muncul dan perasaan klien saat halusinasi itu muncul. Tindakan selanjutnya adalah melatih klien untuk mengontrol halusinasi dengan 4 cara yaitu : menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, melakukan kegiatan yang terjadwal, dan minum obat secara teratur.

Pada saat pembuatan rencana tindakan keperawatan pada Ny. E telah disesuaikan dengan data kondisi klien saat ini sehingga rencana tindakan dibuat berdasarkan apa yang terjadi pada klien saat ini dan tindakan yang diberikan juga tepat sasaran.

4.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Menurut (Rika Apriliana, Ayu Pratiwi, 2023), implementasi keperawatan merupakan tindakan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri maupun kolaboratif. Pada saat implementasi keperawatan kami menerapkan implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Kami juga menerapkan komunikasi terapeutik seperti yang telah dijelaskan oleh (Putri & Fitrianti, 2018) yaitu pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering dialihkan dengan aktivitas fisik.

Pada Ny. E penulis mengajak Ny. E berkomunikasi dengan klien lain setiap kali Ny.

E melamun. Selama kami melakukan implementasi klien kooperatif mengikuti arahan dari mahasiswa sehingga kami tidak kesulitan berkomunikasi dengan klien.

Selain itu, klien juga kooperatif mengikuti arahan perawat ruangan karena perawat ruangan juga menerapkan komunikasi terapeutik pada klien sehingga terjalin hubungan yang baik antara perawat dan klien. Kemudian kami telah mengajarkan

(50)

pada klien cara mengontrol halusinasi pendengaran dengan empat cara yaitu menghardik halusinasi, minum obat secara teratur, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan kegiatan terjadwal.

4.6 EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai akibat dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi ini terdiri atas dua macam, yaitu evaluasi formatif (proses) yakni evaluasi yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi sumatif (hasil) yakni evaluasi yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada kasus ini kami menggunakan evaluasi proses atau formatif.

Pada pertemuan pertama, Ny. E berkenalan dengan mahasiswa dan membina hubungan saling percaya. Ny. E berhasil menyebutkan namanya sendiri, umur, asal, dan alasan dibawa kesini.

Pada pertemuan kedua Ny. E dapat menyebutkan ciri-ciri halusinasi yang dia alami yaitu menyebutkan isi, frekuensi, waktu terjadinya halusinasi serta respon.

Namun belum menyadari bahwa dia sedang mengalami gangguan persepsi sensori.

Pada pertemuan ketiga Ny. E berhasil mengenal halusinasi yang dialaminya yakni halusinasi pendengaran dan berhasil menyebutkan isi, frekuensi, waktu terjadinya halusinasi serta respon.

Pada pertemuan keempat, Ny. E diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Ny. E berhasil memperagakan secara mandiri cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik sehingga klien dapat mencapai tujuan rencana keperawatan yang telah dibuat dan dilanjutkan dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

Pada pertemuan kelima klien dapat melakukan tindakan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, walaupun pada saat klien melakukan kegiatan itu halusinasinya tidak timbul. Sehingga kami menganalisa bahwa tujuan bercakap-cakap dengan orang lain tercapai dan tindakan dapat dilanjutkan dengan minum obat dengan benar.

Pada pertemuan keenam klien dapat mengetahui kapan jadwal dia harus minum obat dan cara minum obat yang benar. Sehingga kami menganalisa bahwa tujuan

(51)

tercapai yaitu minum obat secara teratur dan rencana tindakan selanjutnya adalah melakukan kegiatan terjadwal. Ny. E dapat mengoptimalkan cara mengontrol halusinasi yang telah diajarkan.

(52)

BAB V PENUTUP

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.. Nama Penulis

Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik

Mendapatkan pengalaman dalam Asuhan Keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, yang meliputi pengkajian, penegakkan

Mendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien ganguan jiwa sesuai dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di

Hendaknya dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi perlu dilakukan secara intensif dengan lebih memperhatikan keadaan

Dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan. gangguan persepsi sensori halusinasi di bangsal pringgodani

Hendaknya dapat mengembangkan proses asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori halusinasi dan diharapkan menjadi informasi dalam saran dan evaluasi

Kesimpulan : Secara umum hasil akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Tn.T dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran semua masalah keperawatan