i
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN TINDAKAN
LATIHAN MENGHARDIK WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas akhir program studi DIII Keperawatan
Di susun oleh :
HAYUN MA’RIF A01401898
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
i
i
v Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2017
HayunMa'rif, Ike Mardiati Agustin
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADAM KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSOR: HALUSINASI PENGLIHATAN DENGAN PEMBERIAN TINDAKAN MELATIH MENGHARDIK DI
WILAYAH PUSKESMAS II GOMBONG
Latar belakang: Terapi halusinasi adalah usaha untuk mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan "Tidak" pada halusinasi atau kelalaian yang muncul.
Tujuan: Menggambarkan asuhan keperawatan kepada klien penderita skizofrenia dengan persepsi halusinasi sensori penglihatan dengan menerapkan terapi demam. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Subjek penelitian adalah 2 klien yang memiliki kelainan persepsi halusinasi.
Asuhan keperawatan: Setelah di lakukan tindakan terapi menghardik selama 3 hari pada pasien halusinasi, terjadi penurunan tanda dan gejala respons kognitif sebesar 25% (klien I), dan 12% (klien II) dan respons perilaku sebesar 16,7% (klien I) dan 16,7 ( Klien II). Kemampuan untuk menegur telah meningkat sebesar 80% (klien I) dan 40% (klien II).
Rekomendasi: Terapi menghardik untuk halusinasi bisa diaplikasikan di rumah sakit dan masyarakat.
Kata kunci: Persepsi sensori, gangguan halusinasi, terapi menegur
1. Mahasiswa DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
vi DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health ScienceInstitute of Gombong Scientific paper, July 2017
Hayun Ma'rif, Ike Mardiati Agustin
ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR SCHIZOPHRENIC CLIENTS WITH SENSORY PERCEPTION DISORDER: HALUSINATION OF SIGHTCONDUCTED BYREBUKING THERAPY IN THE WORKING
AREA OF COMMUNITY HEALTH CENTRE II OF GOMBONG
Background:Hallucination rebuking therapy is an attempt to control oneself against hallucination by rejecting the appearing hallucination. Patient is trained to say “No” to the appearing hallucination or neglectingit.
Objective: Describing nursing care to a schizophrenic clients with perception sensory hallucination of sight by applyingrebuking therapy.
Method: This study is an analytical descriptive with a case study approach. Data were obtained through interview, observation, and physical examination. The subjects were 2 clients having hallucinationsensory perception disorder.
Result: After having nursing care for 3days, there was a decrease in signs and symptoms of the cognitive response by 25% (client I), and 12 % (client II) and the behavioral response by 16.7 % (client I) and 16.7 (client II).The ability to rebuke had increased at 80% (client I) and 40% (client II).
Recommendation: This rebuking therapy for clients with hallucination hopefully can be applied in hospital and community.
Keywords: Sensory perception, hallucination disorder, rebuking therapy
i
vii
KATA PENGANTAR
Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobil'alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT
yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Melatih Tindakan Menghardik Di wilayah Sempor 2”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia dari kegelapan menuju kehidupan
yang terang benderang.
Karya tulis ilmiyah ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Muhammadiyah Gombong. Penyusunan karya tulis ilmiyah ini
penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga
karya tulis ilmiyah ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
2. Nurlaila, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong.
3. Ike Mardiati Agustin, M.Kep.Sp.Kep.J selaku pembimbing yang telah
berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.
4. Tri Sumarsih MNS selaku penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberikan motivasi dan masukkan.
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Gombong, yang telah
memberikan banyak pengetahuan penulis.
6. Kepada kedua orang tua saya Bapak Ahmad Nasir Mustofa dan Ibu
viii
maupun spiritual. Serta semangat dan doa yang selalu diberikan setiap
waktu sampai sekarang ini.
7. Kepada kaka saya Umi Sagadah Abadiyah yang juga selalu
memberikan dukungan kepada saya sampai sekarang ini.
8. Semua teman-teman dari Prodi DIII Keperawatan angkatan 2014
STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan motivasi
dan semangat.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah masih banyak kekurangan,
oleh karena itu, segala saran dan masukkan sangat di harapkan untuk
perbaikan karya ilmiah ini.
Akhir penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya,
dan di bidang kesehatan pada khususnya.
Gombong, juli 2017
i
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skizofrenia... 6
3. Jenis halusinasi... 12
4. Tahapan halusinasi... 13
5. Tanda dan gejala... 14
6. Pohon masalah... 15
C. Asuhan keperawatan cara menghardik... 15
1. Pengkajian... 15
2. Diagnosa... 18
3. Perencanaan... 18
x
5. Evaluasi... 19
BAB III METODE STUDI KASUS A. Desain studi kasus... 21
B. Subyek Studi kasus... 21
C. Fokus Studi kasus... 22
D. Definisi Operasional... 22
E. Instrumen Studi Kasus... 22
F. Metode pengumpulan Data... 22
G. Lokasi dan Waktu Studi kasus... 23
H. Analisis Data dan Penyajian Data... 23
I. Etika Studi Kasus... 23
BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengkajian... 26
B. Pembahasan ... 37
C. Keterbatasan Studi Kasus... 42
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 43
B.Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa di zaman modern saat ini bukan perkara yang mudah
untuk diatasi. Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
persaingan sosial yang semakin banyak masalah yang harus di hadapi dan
di atasi secara fisik maupun psikologi, maka individu di tuntut agar tetap
krisis dan menyesuaikan diri terhadap perubahan, untuk itu di perlukan
kesiapan psikis dan mekanisme koping positif agar dapat menyesuaikan
diri di zaman modern saat ini. Individu yang menganggap perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta persaingan sosial saat ini sebagai
ancaman bagi dirinya dan tidak efektifnya mekanisme koping yang di
gunakan, maka dapat terjadi stress yang berkepanjangan dan selanjutnya
dapat terjadi gangguan jiwa. Hal ini tampak pada meningkatnya penderita
gangguan jiwa di masyarakat dan sarana kesehatan yang bergerak di
bidang kesehatan jiwa seperti rumah sakit jiwa dan dinas sosial (Hendra
2007).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah
suatu keadaan sejahtera fisik (jasmani), mental (rohani) dan sosial yang
lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.Sehat
menurut UU. No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan pengertian
kesehatan jiwa adalah perasaan sehat ataupun bahagia dalam diri kita yang
mampu menghadapi tantangan hidup ini dalam dalam keadaan apapun,
serta dapat bersikap positif baik bagi diri sendri maupun orang lain. Jadi,
kesehatan jiwa meliputi : bagaimana perasaan seseorang terhadap dirinya,
kehidupan sehari-hari. Perlu di ketahui bahwa kesehatan jiwa kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu
yang di butuhkan oleh semua orang termasuk diri kita sendri ( Hendra
2007).
Berdasarkan hasil penelitian maslim mubarta (2011) pada umumnya
masalah kesehatan jiwa di indonesia sebesar 6,55% . angka tersebut
tergolong sedang di bandingkan di negara lainnya. Data dari 33 rumah
sakit(RSJ) yang ada di seluruh indonesia menyebutkan jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Penderita gangguan jiwa
berat dengan usia di atas 15 tahun di indonesia mencapai 0,46%. Berati
terdapat lebih dari 1 juta jiwa di indonesia yang menderita gangguan jiwa
berat. Berdasarkan data trsebut di ketahui bhwa 11,6% dari penduduk
indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa mengalami gangguan mental (Riset
Kesehatan Dasar, 2012).
sabri (2008) bahwa penerapan standar asuhan kperawatan klien halusinasi
dalam mengontrol halusinasi akan mempengaruhi kemampuan kognitif
dan psikomotor klien, sehingga klien halusinasi akan mengalami
penurunan terhadap intensitas tanda dan gejala halusinasi yang muncul.
Pasien dengan halusinasi beresiko perilaku kekerasan, perilaku teror akibat
panik, potensi bunuh diri, agitasi, menarik diri dan kakatonik, dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang. Oleh karena hal tersebut penting
bagi pasien halusinasi untuk di lakukan penanganan pegobatan dan
3
beberapa data di ketahui jumlah penderita gangguan jiwa terbanyak tanda
dan gejala halusinasi.
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsang yang menimbulkannya atau tidak ada objek (Sunardi, 2005).
Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon
neurobiological yang maladaptif (Stuart and Sundeer, 1998).Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengn
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Budi Anna, 2009). Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa halusiasi adalah
gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan (Ermawati et al,2009). Jurnal Keperawatan
Jiwa, Vol. 2, 2014 menjelaskan, salah satu keperawatan yaitu
mengidentifikasi halusinasi yang muncul (isi, jenis, durasi, situasi dan
respon), mengontrol halusinasi dengan menghardik atau mengusir,
bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan dan minum obat
dengan teratur, serta melakukan terapi aktivitas stimulasi persepsi
(Fortinash, 2007).
Terapi Menghadik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Klien di
latih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memperdulikan halusinasinya. Kalau ini dapat di lakukan klien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini klien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang dalam halusinasi.tahapan tindakan
menghardik pada klien halusinasi, menjelaskan cara menghardik
memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku
klien(yosep dan sutini,2014).
Berdasarkan hasil penelitian sastroasmoro dan ismael (2010)
Efektifitas teknik menghardik sebagai cara kontrol halusinasi pada pasien
didapatkan hasil yang berbeda-beda. Penggunaan teknik ini selalu
diajarkan pada pasien halusinasi pendengaran sehingga informasi
keberhasilannya bisa mudah diperoleh.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh isnaeni et all (2008)
tentang efektifitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi hausinasi
terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran di ruang
sakura RSUD banyumas menyebutkan bahwa tingkat kecemasan
sebelumTAK stimulasi persepsi adalah 6(40%) responden mengalami
cemas sedang. Setelah di lakukan TAK stimulasi persepsi hausinasi
didapatkan penurunan tingkat kecemasan yaitu 9 (60%) responden tidak
mengalami kecemasan. 5(33,3%) responden mengalami cemas ringan dan
1(6,7%) responden mengalami cemas ringan. Dengan di lakukan TAK
stimulasi persepsi halusinasi responden dapat berbagi pengalaman untuk
menolong orang lain. Dapat mengekpresikan perasaan dan kesempatan
anggota kelompok untuk menampilkan kemampuannya sehingga
kecemasan di alami menurun.
Berdasarkan fenomena yang ada dan banyaknya penderita gangguan
jiwa masyarakat dengan masalah halusinasi, maka penulis tertarik untuk
membahas study kasus tentang asuhan keperawatan pada klien gangguan
persepsi sensori : halusinasi dengan pemberian tindakan latihan
menghardik.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang berkaitan dengan latar belakang di atas sebagai
berikut : asuhan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori :
5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien
gangguan persepsi sensori : halusinasi dengan pemberian tindakan
latihan menghardik.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran pengkajian pada klien dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi
b. Memberikan gambaran pemberian intervensi dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi
c. Memberikan gambaran impelementasi dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi
d. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi
D. Manfaat
1. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan gambaran pengetahuan tentang pemberian asuhan
keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Manfaat bagi pengembangan Ilmu dan Teknologi
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang
keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi .
3. Penulis
Manfaat bagi penulis adalah memberikan gambaran dalam asuhan
Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Fitria, Nita. (2009). Perinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hardianto. “Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.” Jurnal Ilmiah, (2009): 1.
Herman Surya Direja, Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika : Yogyakarta.
Hidayat. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. A. (2010). Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif. Surabaya : Health Books Publising.
Imron, M, & Munif, A. (2010). Metolodogi penelitian bidang kesehatan. Jakarta : Sagung Seto.
Keliat. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, Anna, Budi dkk. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC
Madalise, Seniaty. “Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri)Terhadap Pelaksanaan Adl (Activity Of Dayli Living) Kebersihan Gigi Dan Mulut Di Rsj Prof.Dr. V. L Ratumbuysang Ruang Katrili.” Jurnal kesehatan, 2015: 2.
Muhith, Abdul. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Andi Offset, 2015. Notosoedirdjo. “Hubungan Konsep Diri (Self-concept) dengan pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL) pada Klien Harga Diri Rendah (HDR) di Rumah Sakit Daerah Amino Gondohutomo Semarang.” Jurnal Ilmiah, 2005.
Prabowo, Eko. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika, (2014).
Rasmun. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta: CV Sagung Seto, (2009).
Riyadi, Sujono. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu, (2013).
Rohmah dan Walid (2009) Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-Ruz Media.
Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, (2014). Yosep. “Gambaran Sikap dan Dukungan Keluarga Terhadap Penderita Gangguan Jiwa di Kecamatan Kartasura.” Jurnal Kesehatan, 2013: 1.
Stuart. (2007). Mental Healt Nursing Principle and Practice. Eidenburgh : Mosby
Yosep, (2009) Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama
Yosep & Sutini , (2014), Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing. Bandung : PT RefikaAditama.
Tujuan Untuk supaya bisa mengontrol halusinasi
Peralatan 1. Alat tulis
2. Kertas
Prosedur A. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
a. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama
Klien
b. Memanggil nama panggilan yang di sukai
c. Menyampaikan tujuan interaksi (untuk
membantu mengatasi masalah).
2. Melakukan evaluasi dan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini
b. Memvalidasi/evaluasi/mengklarifikasi masalah
Klien
3. Melakukan kontrak
a. Menyepakati topik yang akan di bicarakan
b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan
c. Menyepakati lama waktu yang akan di bicarakan
B. Fase Kerja
1. Mendiskusikan dengan pasien tentang :
a. Tanda dan gejala halusinasi
b. Penyebab halusinasi
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
3. Melatih klien untuk mengontrol halusinasi dengan
menghardik
4. Membimbing klien untuk memasukkan jadwal
kegiatan harian
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi subjektif
Menanyakan perasaan klien setelah
berbincang-bincang.
2. Evaluasi Obyektif
Meminta klien untuk menjelaskan kembali inti
pembicaraan yang telah di lakukan
3. Rencana tindak Lanjut
Meminta klien untuk mengingat hal-hal tentang
bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
4. Kontrak akan datang
a. Menyepakati topik yang akan di bicarakan
b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan
c. Menyepakati lama waktu yang akan di
bicarakan.
D. Sikap Terapeutik
1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata
2. Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka
dan rileks
3. Mempertahankan jarak terapeutik
E. Teknik Komunikasi
1. Menggunakan kata-kata yang mudah mengerti