• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS DI "

Copied!
131
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banyak penderita Diabetes Melitus yang dirawat di rumah sakit dengan komplikasi aktif akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengontrol gula darah. Menurut data WHO, Indonesia menduduki peringkat ke-4 jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Di Indonesia, penderita diabetes Mellitus diperkirakan mencapai 5,7% dari total penduduk atau bisa berarti sebanyak 12 juta penduduk Indonesia menderita Diabetes Mellitus (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Angka kejadian diabetes di RSUD Sidoarjo pada bulan Januari sampai Agustus 2016 menunjukkan penderita diabetes melitus sebanyak 1276 orang. Pasien diabetes dengan diagnosis medis diabetes melitus non-insulin-dependent dengan komplikasi peredaran darah perifer. Jika orang tua mengidap diabetes, maka anak mereka akan lebih mungkin terkena diabetes.

Diabetes Melitus dapat menimbulkan komplikasi seperti penyakit makrovaskuler (pembuluh darah besar), penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil), penyakit neuropatik (Ernawati, 2013). Di Amerika, strategi terapi yang efektif untuk Diabetes Mellitus mencakup modifikasi gaya hidup dan obat antidiabetik oral.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Pada saat diagnosis, resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan rusaknya integritas kulit, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi sesuai dengan kriteria luaran yaitu tanda-tanda vital dalam dalam batas normal, tidak ada nanah pada lukanya.

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustakaan

Sistematika Penulisan Metode

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Penyakit

  • Pengertian Diabetes mellitus
  • Etiologi
  • Manifestasi klinik
  • Patofisiologi
  • Diagnosa banding
  • Komplikasi
  • Pemeriksaan penunjang
  • Pencegahan
  • Penatalaksanaan

Dampak Masalah Diabetes Mellitus

Permasalahan yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes melitus tidak hanya menimbulkan dampak fisik saja, namun juga dampak psikologis, sosial dan ekonomi. Dampak psikologis dari stres atau kecemasan terkait diabetes melitus tidak hanya dirasakan oleh penderita diabetes melitus saja, namun dampak psikologis tersebut juga dirasakan oleh keluarganya. Penderita diabetes melitus yang telah mengalami komplikasi diabetes seperti nefropati dan tukak diabetik akan memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga pengobatannya memerlukan biaya yang besar (Kusniawati, 2011).

Konsep asuhan keperawatan

  • Pengkajian
  • Pemeriksaan Fisik
  • Diagnosa Keperawatan
  • Evaluasi

Kerangka Masalah

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

  • Identitas
  • Riwayat Keperawatan
    • Riwayat Keperawatan Sekarang
    • Riwayat Keperawatan Sebelumnya
    • Riwayat Kesehatan Keluarga
  • Status cairan dan nutrisi
  • Genogram
  • Pemeriksaan Fisik

Rumah Sakit: Nafsu makan menurun karena makanan di rumah sakit tidak selezat makanan di luar atau di rumah. Respon klien terhadap harga dirinya : Klien merasa bersyukur atas apa yang telah diberikan kepadanya.

Tabel 3.1 Hasil laboratorium pemeriksaan darah lengkap Ny. “S” tanggal  26 Februari 2019
Tabel 3.1 Hasil laboratorium pemeriksaan darah lengkap Ny. “S” tanggal 26 Februari 2019

Analisa Data

Dengan palpasi diperoleh data RR : ≥ 22x/menit, primus vokal antara kanan dan kiri sama, susunan ruas tulang belakang normal, pada auskultasi tidak ditemukan bunyi tambahan, bunyi nafas vesikular, cepat dan dalam. bernapas. dapat terjadi, frekuensinya meningkat, nafas berbau aseton, sehingga timbul masalah keperawatan dimana pola pernafasan tidak efektif yang ditandai dengan perlunya bantuan pernafasan O2, peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan cepat dan dalam. Meskipun tinjauan literatur tidak mengungkapkan diagnosis nyeri akut yang berhubungan dengan oklusi pembuluh darah. Pada tinjauan kasus diperoleh hasil bahwa ketidakseimbangan gizi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan penyerapan zat gizi dengan data obyektif pendukung yaitu klien mengatakan tidak nafsu makan, makan 2-3 sendok makan, klien katanya bingung tapi tidak muntah, keadaan lemas, keadaan umum lemas dan bising usus 8x/menit, Hb 9,7 g/dL, lingkar lengan 35cm.

Pada nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera biologis, pada saat pengkajian klien telah dilakukan perawatan luka secara aseptik dan pasien telah diberikan analgesik dalam batas normal dalam waktu 2 x 24 jam karena telah dilakukan tindakan yang tepat dan berhasil serta tujuan dan sasarannya. dan kriteria hasil tercapai sebagian. Dalam tinjauan kasus pada saat evaluasi, ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh disebabkan oleh malabsorpsi. Masalah keperawatan yang timbul adalah nyeri akut berhubungan dengan penyumbatan pembuluh darah, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan penyerapan nutrisi.

Diagnosis kedua adalah ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, akibat ketidakmampuan penyerapan nutrisi.

Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis  Diabetes Mellitus Di Ruang Melati RSUD Bangil
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Diabetes Mellitus Di Ruang Melati RSUD Bangil

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Implementasi Perkembangan

Catatan Perkembangan

Evaluasi Keperawatan

PEMBAHASAN

Pengkajian keperawatan

Pada pemeriksaan B1 (Pernapasan) menurut Wijaya (2013), tinjauan literatur ditemukan data pada saluran pernafasan, kadang pada pemeriksaan bentuk dada simetris, tidak ada retraksi alat pernafasan, kadang ada yang memerlukan bantuan pernapasan O2. Pada ujian B1 (Pernapasan) tidak terdapat gap antara review teori dan case review karena tidak terdapat perbedaan yang nyata pada case review. Pada auskultasi, bunyi jantung normal dan mungkin tidak ada bunyi tambahan seperti derap atau murmur.

Berdasarkan peninjauan kasus, ditetapkan bahwa tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, denyut kuat, bunyi jantung s1s2 tunggal, CRT <2 detik, tidak ada sianosis, tidak ada jari tabuh. Dari kajian B3 (Otak) menurut Wijaya (2013), tinjauan literatur mengungkapkan bahwa kesadaran mungkin baik atau berkurang atau bahkan koma, klien mungkin pusing, mungkin merasa kesemutan, mungkin tidak disorientasi, mungkin sering mengantuk, mungkin Pola tidur malam mungkin terganggu karena sering buang air kecil dan tidak ada gangguan daya ingat. Saat pengkajian kasus ternyata orientasinya baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku leher, tidak ada Brudsky, tidak sakit kepala, istirahat/tidur: sore: di rumah pasien tidur 6-8 jam/hari, di rumah sakit pasien tidur 6 -8 jam sehari, pasien tidak mengalami gangguan tidur, tidak ada kelainan saraf kranial.

Pada pemeriksaan B5 (Derm) menurut Wijaya (2013) pada tinjauan pustaka ditemukan bahwa pada pemeriksaan kondisi mulut mungkin kotor, mukosa bibir mungkin kering atau lembab, lidah mungkin kotor, kebiasaan menyikat gigi sebelum dan saat MRS, ada atau tidaknya kesulitan menelan di tenggorokan. Pada pemeriksaan B5 (Derm) pada tinjauan literatur ditemukan masalah keperawatan adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang ditandai dengan mual, muntah, penurunan berat badan, lidah mungkin kotor. Pada tinjauan kasus didapatkan mulut bersih, selaput lendir lembab, bibir normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi 3 kali di rumah/.

Pada pemeriksaan B6 (tulang) menurut Wijaya (2013), pada tinjauan pustaka ditemukan kulit tampak kotor pada pemeriksaan, apakah luka, kulit atau selaput lendir kemungkinan kering, apakah terdapat edema atau tidak, lokasi, ukuran. B6 (Bone) dalam tinjauan literatur mengidentifikasi masalah keperawatan kekurangan volume cairan yang ditandai dengan kulit kering, mata terkulai, membran mukosa kering, CRT kurang dari 3 detik, dan masalah keperawatan kelebihan volume cairan. , yang ditandai dengan edema, pada pemeriksaan kasus ditemukan kemampuan bergerak. Pada pemeriksaan B7 (Sensing) menurut Wijaya (2013) pada tinjauan pustaka didapatkan mata mulai berkabut, ketajaman penglihatan mulai menurun, pada hidung ketajaman penciuman normal, sekret.

Pada pemeriksaan B8 (Endokrin) pada tinjauan literatur didapatkan masalah keperawatan berupa kerusakan integritas jaringan yang ditandai dengan adanya gangren nekrotik, masalah keperawatan, perubahan eliminasi urin yang ditandai dengan adanya poliuria. , Dan. Pada pemeriksaan kasus ditemukan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, klien mengatakan sering minum, sering buang air kecil dan sering makan (poluria, polidipsia, polifagia), menderita ulkus gangren pada jempol kaki kiri. ada nanah, bau nanah yang khas, lebar luka ± 2 cm, kedalaman luka 0,5 cm, terdapat pembengkakan pada daerah luka, luka tampak kemerahan, tidak ada nekrosis, kata klien nyeri pada kelingking kanan, nyeri seperti ditusuk, nyeri tingkat 8, timbul nyeri saat digerakkan. Pada pemeriksaan fisik B8 (Endokrin) pada case review terdapat masalah keperawatan yaitu nyeri akut dan kerusakan integritas jaringan.

Diagnosa keperawatan

Intervensi keperawatan

Pada intervensi tinjauan literatur dilakukan intervensi yang sama seperti pada case review, karena data yang diperoleh klien mengatakan tidak nafsu makan, makan 2-3 sendok per hari. makan, klien mengatakan mual tetapi tidak muntah, keadaan umum lemah, bising usus 8x/menit, Hb9, 7g/dL. Diagnosis ini diprioritaskan karena merupakan hal yang paling dirasakan klien. Tujuannya setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi memenuhi kriteria sehingga nafsu makan meningkat, Hb normal (12,0) –18,0g/dL), konjungtiva merah muda atau tidak anemia, akankah dilakukan intervensi pembinaan? dilakukan. saling percaya, amati bising usus dengan auskultasi, libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi bila diperlukan, lakukan penimbangan harian, bekerja sama dengan ahli gizi untuk memberikan nutrisi yang tepat.

Implementasi keperawatan

Evaluasi keperawatan

Tindakan yang dilakukan seperti membangun hubungan saling percaya, mengamati bising usus dengan mengauskultasi bising usus 8x/menit, melibatkan keluarga dalam pemberian jika diperlukan, melakukan penimbangan/pengukuran lingkar lengan setiap hari (lingkar lengan 3-5 cm), bekerja sama dengan ahli gizi. memberikan nutrisi yang cukup.benar (Diet DM 2100). 2x24 jam karena tindakan yang tepat dan berhasil telah dilaksanakan serta tujuan dan kriteria kinerja telah tercapai sebagian. Pada akhir evaluasi, seluruh tujuan dan kriteria hasil dapat tercapai karena adanya kerjasama yang baik antara perawat dan klien, serta keluarga klien dan tim pelayanan kesehatan lainnya.

Ibu serta saran-saran yang mungkin dapat membantu dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien DM Gangren. Dari hasil uraian yang menggambarkan asuhan keperawatan pada klien Diabetes Melitus, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut.

Diperoleh data pengkajian klien adanya gangren, nanah, kondisi luka bersih, tidak nekrosis. Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi terpenuhi dengan nafsu makan meningkat, Hb normal (12,0–18,0 g/dL), konjungtiva merah muda/tidak anemia. Amati bising usus dengan auskultasi, libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi bila diperlukan, lakukan pengukuran berat badan/lingkar lengan setiap hari, bekerja sama dengan ahli gizi untuk memastikan nutrisi yang tepat (diet DM 2100).

Pada akhir evaluasi, semua tujuan dapat tercapai berkat kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. sudah sesuai harapan penyelesaian masalah dan pelanggan KRS pada tanggal 27 Februari 2019. Fauzi, Isma. (2014). Buku pintar untuk deteksi dini gejala dan pengobatan asam urat, diabetes melitus dan hipertensi. Jakarta: Araska. Hubungan faktor risiko : umur, jenis kelamin, obesitas dan hipertensi dengan kejadian DMII di wilayah kerja Puskesmas Matram.www.lpsdimataram.com.

2011).Analisis Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Self-Care Diabetes Pada Klien DM Tipe II Di RSUD Tangerang. 2015). Hubungan Kepatuhan Pola Makan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Dr. 2015). Faktor risiko yang mempengaruhi kasus komplikasi gangren diabetes melitus (DM) di RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh. Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. (2011) Penatalaksanaan Terpadu Diabetes Mellitus. 2015).Karakteristik pasien komplikasi tipe 2 yang dirawat di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2012-2013.

PEMBAHASAN

Kesimpulan

Saran

Gambar

Tabel 3.1 Hasil laboratorium pemeriksaan darah lengkap Ny. “S” tanggal  26 Februari 2019
Tabel 3.2 Analisa data pada Ny “S” dengan diagnosa medis DM Ganggren di  Ruang Melati RSUD Bangil
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis  Diabetes Mellitus Di Ruang Melati RSUD Bangil

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan Berdasarkan dari pembahasan yang penulis bahas diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1 Komunikasi antarbudaya terjadi pada masyarakat Bandar