• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU DI POLI KLINIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU DI POLI KLINIK "

Copied!
114
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar belakang

india menduduki peringkat kedua dunia penyumbang kasus tuberkulosis paru terbesar setelah India (Kementerian Kesehatan, 2016). Di seluruh dunia, tuberkulosis paru merupakan salah satu dari 10 penyebab utama kematian akibat penyakit menular.

Rumusan masalah

Tujuan penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat

  • Bagi peneliti
  • Bagi responden
  • Bagi tempat penelitian
  • Bagi ilmu keperawatan

Metode penelitian

  • Metode
  • Teknik pengumpulan data
  • Sumber data
  • Studi kepustakaan

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga atau kerabat klien, rekam medis perawat, hasil pemeriksaan dan tim medis.

Sistematika penulisan

  • Lembar persetujuan menjadi responden
  • Tanpa nama
  • Kerahasiaan

Penerapan tindakan keperawatan pada pasien TB paru dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penimbunan sekret. Implementasi tindakan keperawatan pada pasien TB paru dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Tuberkulosis Paru

  • Pengertian Tuberculosis Paru
  • Etiologi
  • Patofisiologi
  • Klasifikasi
  • Cara Penularan
  • Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Paru
  • Pemeriksaan Tuberkulosis Paru
  • Cara Penularan Tuberculosis Paru
  • Pengobatan Tuberkulosis

Ada beberapa klasifikasi penyakit TBC paru yaitu menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) yaitu: 2.1.4.1 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena: . 1) TBC paru. Gejala umum pada penderita TBC paru adalah batuk selama 2-3 minggu atau lebih.

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian

Auskultasi: pada penderita tuberkulosis paru, muncul suara pernafasan tambahan (rinis) pada sisi yang sakit. Inspeksi : Tidak ditemukan kelainan pada indera peraba Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan 3.1.10.8 B8 (Endokrin). Penerapan intervensi keperawatan pada pasien tuberkulosis paru dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat.

Tabel  2.1  :  Intervensi  diagnosa  ketidakefektifan  bersihan  jalan  nafas  berhubungan dengan penumpukan secret yang berlebihan  Tujuan/Kriteria hasil  Intervensi  Rasional  Tujuan  :  setelah
Tabel 2.1 : Intervensi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret yang berlebihan Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional Tujuan : setelah

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

  • Identitas
  • Keluhan utama
  • Riwayat penyakit saat ini
  • Riwayat penyakit dahulu
  • Riwayat penyakit keluarga
  • Pengkajian keluarga
  • Kebutuhan dasar
  • Keadaan umum
  • Tanda-tanda vital
  • Pemeriksaan Fisik persistem (B1-B8)
  • Data psikososial
  • Data spiritual
  • Pemeriksaan penunjang
  • Terapi
  • Analisa data

Pada tahun 2019, klien juga mengalami batuk selama ± 1 bulan disertai dahak dan diperiksa kembali kesehatannya di Puskesmas Buduran, setelah itu klien mengalami kekambuhan TBC paru dan menjalani pengobatan TBC Kategori 2, dan klien juga melakukan pemeriksaan rutin di Klinik PT Klinik. Klien juga sering diberikan pendidikan kesehatan tentang kebiasaan membuang lendir di tempat tertutup yang berisi pasir. Status cairan dan gizi klien sebelum sakit nafsu makan baik, klien makan 3x1 porsi dan porsi habis, klien juga menyukai semua jenis makanan, klien minum air putih ±2000cc (10 gelas)/hari dan berat badan klien sebelum sakit adalah 57kg.

Klien menyatakan bahwa ia tidur 6 jam setiap malam dan juga sering terbangun karena klien batuk dan berdahak. Palpasi: tidak ada nyeri tekan sendi atau tulang, kulit lembab, akar hangat, CRT ≤2 detik, kekuatan otot tangan dan tungkai D/S sama (5,5). Pemeriksaan : Reflek mata normal, konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak mata normal, tidak ada strabismus dan tidak digunakan alat bantu.

Tabel  3.1  Analisa  data  pada  Ny.R  dengan  diagnosa  medis  TB.  Paru  di  Klinik PT
Tabel 3.1 Analisa data pada Ny.R dengan diagnosa medis TB. Paru di Klinik PT

Diagnosa Keperawatan

  • Daftar masalah keperawatan
  • Daftar Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas

Implementasi keperawatan

Atur posisi klien sesuai dengan area paru yang akan dilakukan fisioterapi dada (paru kanan klien). Jelaskan tujuan yang akan kita capai dalam pertemuan hari ini dan beberapa tindakan pengasuhan yang akan kita terapkan. Ajari klien cara melakukan pernafasan dalam, fisioterapi dada dan cara batuk yang efektif sehingga dapat melakukannya secara mandiri.”

Berikan lingkungan yang nyaman bagi klien untuk beristirahat dan anjurkan minum air hangat sebelum tidur. Edukasi penyebab TBC pada klien dan keluarga diberikan melalui SAP dan pamflet (terlampir).

Evaluasi

Gejala umum pada penderita TBC paru adalah batuk selama 2-3 minggu atau lebih (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Dalam tinjauan pustaka, kasus TB paru diklasifikasikan berdasarkan jenis penderita, ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya (Nurarif A.H dan Kusuma H, 2015). Dalam terapi dan penatalaksanaan klien TB paru dalam tinjauan pustaka, klien akan diberikan obat anti tuberkulosis (OAT) (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Dalam perencanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan tinjauan literatur dan tinjauan kasus dengan kebutuhan dan kondisi pasien ((Nurarif A.H dan Kusuma H, 2015). Dalam perencanaan tinjauan kasus, tujuan yang digunakan dalam intervensi adalah alasan yang penulis ingin upayakan agar klien dan keluarga mandiri dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), keterampilan terkait masalah (afektif), dan perubahan perilaku klien (psikomotor). dengan TBC Paru di Klinik PT TBC Paru dapat menular melalui udara ketika penderita TBC paru aktif batuk, bersin, atau berbicara.

PEMBAHASAN

Pengkajian

  • Pengkajian
  • Riwayat keperawatan

Berdasarkan pengamatan peneliti antara case review dan literatur review tidak terdapat kesenjangan karena tanda dan gejala yang dialami klien sama dengan pasien TBC paru lainnya yaitu mengalami batuk lebih dari 3 minggu. Sedangkan hasil telaah kasus menunjukkan hal yang sama, yakni keluhan batuk panjang disertai dahak. Dalam mengkaji keluhan utama klien, tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus klien yang datang dengan keluhan batuk.

Pada pemeriksaan kasus, klien diketahui menderita Composmentis dengan GCS (E:4, V:5, M:6), orientasi baik dan leher tidak kaku, serta klien tampak lemah. Pada pemeriksaan kasus didapatkan bibir klien lembab, tidak tampak sianosis, lidah bersih, bentuk bibir simetris, dan gigi bersih. Pada pemeriksaan kasus didapatkan klien mempunyai penglihatan normal, refleks mata, konjungtiva, sklera, kelopak mata normal, tidak ada strabismus dan tidak menggunakan alat bantu.

Diagnosa keperawatan

Dalam tinjauan kasus, terapi yang diberikan adalah OAT (3 tablet FDC RHZE) (yang telah berjalan selama 5 bulan) dan injeksi streptomisin (56 kali). Analisis data pada case review hanya menguraikan teori, sedangkan pada case review disesuaikan dengan keluhan nyata yang dialami klien karena penulis berhubungan langsung dengan klien.

Perencanaan

Dalam mendiagnosis gangguan pola tidur yang berhubungan dengan batuk produktif, tidak ada kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, yaitu menjelaskan pentingnya tidur yang cukup, mencatat kebutuhan tidur klien setiap hari dan setiap jam, menciptakan lingkungan yang nyaman, bekerja sama. dalam pemberian obat tidur. Kesenjangan intervensi dalam mendiagnosis gangguan tidur itu sendiri adalah tidak diberikannya obat tidur karena tidak ada indikasi penyebab gangguan tidur klien selain disebabkan oleh seringnya klien batuk pada malam hari. Oleh karena itu pengobatan ditujukan untuk menyembuhkan gangguan tidur tersebut. batuk dengan pengobatan medis. Dalam diagnosis ketidakseimbangan gizi, tidak ada kekurangan kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan gizi yang tidak adekuat, tidak ada kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus yaitu pemberian informasi tentang kebutuhan gizi, anjuran makan sedikit tapi sering, ajarkan klien bagaimana caranya. untuk menjaga makanan sehari-hari. registrasi makanan, memberikan makanan yang disukai pelanggan, memeriksa jumlah nutrisi dan kandungan kalori.

Implementasi

Dalam diagnosis ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret yang berlebihan, dilakukan seluruh perencanaan tindakan keperawatan seperti melakukan kunjungan rumah dan BHSP (membangun hubungan saling percaya) dengan anggota keluarga, menginformasikan kepada klien dan keluarga tentang batuk efektif, memberikan posisi semi Fowler, meminta klien menarik napas dalam-dalam sebelum melakukan fisioterapi dada, mengajarkan keluarga dan klien cara batuk yang efektif, melakukan fisioterapi dada. Bila terdiagnosis gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif maka dilakukan seluruh perencanaan tindakan keperawatan seperti menjelaskan pentingnya tidur yang cukup, mencatat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam, menciptakan lingkungan yang nyaman, dan hanya kerjasama dalam pemberian obat. obat tidur yang tidak bisa diberikan. Dalam diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat, dilaksanakan seluruh perencanaan tindakan keperawatan seperti pemberian informasi kebutuhan nutrisi, anjuran makan sedikit namun sering, ajarkan klien cara membuat catatan makanan sehari-hari, pemberian makanan pada klien. mereka suka, memantau jumlah nutrisi dan kandungan kalori.

Diagnosis utama pada tinjauan kasus ini adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, sehingga klien diajarkan untuk bernapas dalam-dalam sebelum dilakukan fisioterapi dada, dan keluarga serta klien diajarkan cara batuk yang efektif.

Evaluasi

ECCO Indonesia, penulis dapat mengambil kesimpulan sekaligus saran yang dapat berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis TB Paru. TB paru bersifat kronis dan biasanya ditandai dengan pembentukan granuloma dan nekrosis jaringan. TB paru bersifat kronis dan biasanya ditandai dengan pembentukan granuloma dan nekrosis jaringan.

Penularannya terjadi melalui udara yang mengandung basil TBC pada percikan air liur yang dikeluarkan penderita TBC paru atau TBC laring saat batuk atau bersin. Penderita tuberkulosis paru dengan BTA positif akan mempunyai risiko penularan lebih besar dibandingkan pasien tuberkulosis paru dengan BTA negatif (Widoyono, 2011). Penyakit HIV merupakan faktor risiko terbesar bagi orang yang terinfeksi tuberkulosis paru untuk terserang tuberkulosis paru. Infeksi HIV menyebabkan kerusakan yang luas pada sistem imun seluler tubuh, sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka penderitanya akan menjadi sakit parah. sakit dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil uraian gambaran pelayanan medik bangsal dengan diagnosa medis tuberkulosis paru. Hasil pemeriksaan tanda vital saat mengukur tekanan darah : 120/70 mmHg, suhu 36,5°C (dengan termometer infra merah), nadi 84x per menit (lokasi perhitungan : arteri radialis), pernafasan : 22x/menit 5.1.2 Masalah keperawatan Hal ini menunjukkan tidak efisiennya pembersihan jalan. Setelah pelaksanaan tindakan keperawatan selama 3 hari, dilakukan 1 hari di poliklinik dan 2 hari di rumah klien dengan tujuan membersihkan saluran pernafasan kembali secara efektif dengan kriteria sebagai berikut: Klien mampu mengenali dan mencegah faktor-faktor. yang dapat menyumbat jalan nafas, menunjukkan cara batuk yang efektif dan benar, pernafasan kembali normal, tidak ada sianosis (warna biru pada tangan dan kaki), klien dapat mengeluarkan dahak, dapat bernafas dan tidak sesak.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, 1 hari dilakukan di poliklinik dan 2 hari dilakukan di rumah klien, pola tidur diharapkan memenuhi kriteria hasil : Mampu mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas tidur, Jumlah jam tidur dalam batas normal batas 6-8 jam per hari, Pola tidur, kualitas tidur dalam batas normal, Merasa segar setelah tidur atau istirahat. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa seluruh tujuan tidak tercapai karena penulis mempunyai keterbatasan waktu sehingga tidak dapat terus mengubah intervensi terhadap klien. Hasil evaluasi pada Ny. R tidak sesuai harapan karena masalah tidak terselesaikan dan intervensi dilanjutkan oleh keluarga dan klien sendiri karena pelaku kembali ke panti.

Saran

Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya setelah memahami segala sesuatu yang dijelaskan oleh peneliti mengenai proses untuk memahami studi kasus ini dengan baik. Segala data dan informasi dari saya sebagai peserta hanya akan digunakan untuk keperluan studi kasus ini. Ukuran bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan bentuk bakteri ini berbentuk batang, tipis, lurus atau agak melengkung, berbutir, tidak mempunyai cangkang namun bakteri ini mempunyai lapisan luar yang tebal. terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).

Sifat bakteri ini cukup istimewa, karena bakteri ini tahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut bakteri tahan asam (BTA). Semua kasus yang tidak memenuhi syarat di atas pada kelompok ini termasuk kasus kronis, yaitu pasien yang hasil tesnya masih positif BTA setelah pengobatan berulang. Jika bakteri ini sering masuk dan menumpuk di paru-paru, maka bakteri ini akan berkembang biak dalam jumlah banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

Gambar

Tabel  2.1  :  Intervensi  diagnosa  ketidakefektifan  bersihan  jalan  nafas  berhubungan dengan penumpukan secret yang berlebihan  Tujuan/Kriteria hasil  Intervensi  Rasional  Tujuan  :  setelah
Tabel 2.2 : Intervensi diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  kongesti paru
Tabel 2.3 : Intervensi diagnosa hipertemi berhubungan dengan reaksi inflamasi  Tujuan/Kriteria hasil  Intervensi  Rasional
Tabel  2.4  :  Intervensi  diagnosa  ketidakseimbangan  nutrisi  kurang  dari  kebutuhan  tubuh  berhubungan  dengan  ketidakadekuatan  intake nutrisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

42 | Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan provisions on ihdad based on gender studies on the Compilation of Islamic Law KHI are not gender biased, because it is