• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN : “GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOARTHRITIS”

N/A
N/A
D3 Keperawatan Universitas Bhakti Kencana

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN : “GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOARTHRITIS” "

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN :

“GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOARTHRITIS”

Disusun Oleh : Wanda Aulia NIM. 201FK01018

TK. 3A

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2022

(2)

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik : Osteoartritis di Kelurahan Cisaranten Weetan Wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinambo” kami susun dengan sebaik-baiknya.

Dengan bantuan berbagai pihak terkait yang ikut melancarkan pembuatan makalah ini, maka kami sampaikaan juga terima kasih pada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah. Kami sadar makalah ini masih banyak kekurangannya.

Saran dan kritik apapun kami terima, sebagai pembelaharan untuk pembuatan makalah lainnya. Kami harap, makalah ilmiah ini dapat menambah inspirasi dan manfaat untuk para pembaca. Terima kasih.

Bandung, 29 Desember 2022

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I...3

PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Tujuan Penulisan...5

1.3 Metode Penulisan dan Tehknik Pengumpulan Data...5

1.4 Sistematika Penulisan...6

BAB II...7

A. Konsep Dasar Osteoarthritis...8

B. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan...12

C. KONSEP ASKEP...14

D. Diagnosa Keperawatan...15

E. Intervensi...15

F. Implementasi...16

G. Evaluasi...16

BAB III...18

LAPORAN KASUS...18

(4)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Osteoartritis adalah penyakit kronik dan degeneratif yang ditandai dengan nyeri dan kerusakan kartilago sendi (Silva, 2012). Osteoartritis adalah penyakit yang bersifat kronik, progresif lambat,dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan misalnya vertebre, panggul, lutut, dan pergelangan kaki (Circuttini,2005).

Osteoartritis (OA) umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi penopang berat badan, terutama sendi genu, panggul (koksa), lumbal dan servikal. Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial, dapat pula menyerang sendi- sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan interfalang proksimal (PIP) (Setiyohadi Bambang,2003). Osteoartritis merupakan tipe artritis yang paling sering dijumpai. Prevalensinya cukup tinggi, terutama pada usia lanjut dan merupakan penyebab disabilitas utama yang berhubungan dengan penyakit pada individu usia lanjut (Kenneth DB, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi penderita osteoartritis di

dunia tahun 2004 mencapai 151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara (Masyhurrosyidi, 2013). Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan osteoartritis di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di Jawa Tengah, kejadian penyakit osteoartritis sebesar 5,1% dari semua penduduk (Kongres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI, 2004).

Di Bandung, khusus untuk angka kejadian OA, telah dilakukan penelitian di poli Reumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung antara bulan Juli 2003 sampai dengan Juli 2005. Ternyata kasus OA didapatkan pada 69% dari 3025 kunjungan pasien ke poliklinik Reumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Lokasi anatomis OA tersering pada penelitan ini adalah pada genue sebanyak 62,86% kasus. (Wachjudi R, 2007).

(5)

Gambaran berupa penyempitan celah sendi yang asimetris, peningkatan densitas tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi, dan perubahan anatomi sendi dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologi (Brandt, 2002). Perubahan – perubahan yang terlihat pada gambaran radiologis osteoartritis genu dikelompokkan menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence berdasarkan adanya osteofit, penyempitan ruang sendi, dan adanya sklerosis dari tulang subkondral (Takahashi, 2004).

I.2 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan ini adalah untuk memahami dan menerapkan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Masalah Kesehatan : Osteoartritis Di Kel. Cisaranten Wetan Wilayah UPTD Puskemas Cinambo.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian gerontik pada Tn. Janabun dengan masalah kesehatan : Osteoartritis di Kelurahan Cisaranten wetan

b. Merumuskan diagnose keperawatan yang tepat pada Tn. Janabun dengan masalah kesehatan : Osteoartritis di Kelurahan Cisaranten wetan

c. Merencanakan tindakan keperawatan yang tepat pada Tn. Janabun dengan masalah kesehatan : Osteoartritis di Kelurahan Cisaranten wetan

d. Melaksanakan implementasi keperawatan yang tepat pada Tn. Janabun dengan masalah kesehatan : Osteoartritis di Kelurahan Cisaranten wetan

e. Melaksanakan evalusi keperawatan yang tepat pada Tn. Janabun dengan masalah kesehatan : Osteoartritis di Kelurahan Cisaranten wetan

I.3 Metode Penulisan dan Tehknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penulisan ini ada beberapa metode yang dilakukan yaitu : 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan ataupun prosedur kerja yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

(6)

b. Wawancara

Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pasien dan keluarga pasien.

c. Studi pustaka

Yaitu penulis mendatangi/ membaca studi literature yang sudak tercetak ataupun yang sudah terpublish sesuai dengan masalah objek yaitu mengenai Osteoartritis.

2. Data-data yang dibutuhkan a. Data subjektif

Data subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi klien tentang masalah kesehatannya.

b. Data objektif

Data objektif merupakan informasi yang dikumpulkan perawat melalui indera perawat. Data objektif adalah informasi dimana perawat dapat melihat (observasi), merasakan (palpasi), mendengar (auskultasi) dan diketuk (palpasi).

3. Metode analisa data

Analisa data yang dilakukan dalam makalah ini adalah dengan menggunakan metode deskripsi. Metode deskriptif adalah metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang didapat dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verbal atau keterangan saja.

I.4 Sistematika Penulisan 1. Pendahuluan

Pada pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan.

2. Kajian pustaka

Kajian pustaka terdiri dari beberapa teori dan hasil penelitian yang relevan.

3. Metode penulisan

Metode yang umum digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau paparan secara sistematik, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan kaitan antara fenomena dan apa yang akan dibahas.

4. Pembahasan

(7)

Pembahasan berisi data-data focus yang abnormal, berisi jawaban permasalahan yang dibahas dan penjelasan bagaimana dan mengapa, serta solusi terhadap permasalahan yang dikaji.

BAB II

(8)

A. Konsep Dasar Osteoarthritis a. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al., 2013). OA juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis, yang merupakan suatu kelompok abnormalitas mekanik yang melibatkan degradasi/ kerusakan dari sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral ( Di Cesare,et al., 2009).

b. Klasifikasi

Berdasarkan patogenesisnya, osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder.

1) Osteoartritis primer disebut juga dengan osteoartritis idiopatik dimana kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.

2) Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas makro dan mikro serta imobilisasi yang terlalu lama (Soeroso S et al., 2006).

c. Etiologi 1. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki

(9)

lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis

kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi

oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetik/keturunan

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak- anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

4. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis

pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

d. Patofisiologi

Perkembangan osteoarthritis tergantung dari interaksi antara beberapa faktor dan proses ini dapat dianggap sebagai produk dari interaksi faktor- faktor sistemik dan lokal (Zhang,et al., 2010).

Patofisiologi osteoarthritis meliputi kombinasi dari proses mekanik, seluler, dan biomekanik dimana interaksi dari proses tersebut menyebabkan perubahan komposisi dan sifat mekanik dari tulang rawan sendi (Arya,et al., 2013).

Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan proteoglikan. Semakin bertambahnya usia seseorang, kandungan air di dalam tulang rawannya akan semakin berkurang sebagai akibat dari berkurangnya kandungan proteoglikan, sehingga menyebabkan tulang rawan menjadi kurang lentur. Tanpa adanya efek proteksi dari proteoglikan, serabut kolagen tulang rawan dapat menjadi rentan terhadap degradasi sehingga dapat memperburuk degenerasi. Peradangan di sekitar kapsul sendi juga dapat terjadi

(10)

melalui proses yang lebih ringan dibandingkan dengan peradangan yang terjadi pada remathoid arthritis.

Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan molekul reaktif kimia yang mengandung oksigen. Dalam konteks biologi, ROS terbentuk sebagai produk sampingan alami dari metabolisme normal oksigen dan memiliki peran penting dalam pemberian sinyal pada sel dan homeostasis. Secara tidak langsung ROS telah terlibat dalam

mempromosikan apoptosis dari kondrosit, proses katabolik dan kerusakan matrix.

Jadi, dua peristiwa patogen penting yang merupakan karakteristik OA kondrosit, yaitu penuaan dini dan apoptosis merupakan hasil dari NO dan cedera oksidatif lainnya (Afonso, 2007).

Peristiwa ini telah memperkuat konsep bahwa OA merupakan penyakit penuaan dini pada sendi (Krasnokutsy,et al., 2008).

e. Manifestasi klinis 1. Riwayat penyakit

a. Nyeri

- Nyeri pada awal Gerakan - Nyeri selama bergerak

- Nyeri yang menetap atau nyeri noctural - Membutuhkan analgetic

b. Hilangnya fungsi - Kekakuan (stiffness) - Keterbatasan Gerakan

- Penurunan aktivitas sehari-hari - Kebutuhan alat bantu ortopedi c. Gejala lain

- Krepitasi

- Peningkatan sensitivitas terhadap dingin atau lembab - Progresi bertahap

2. Pemeriksaan fisik a. Hambatan gerak

(11)

Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara radiologis).Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi

kontraktur.Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Sudoyo, 2014).

b. Krepitasi

Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jara tertentu.Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan secara aktif maupun secara pasif (Sudoyo, 2014).

c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris

Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (<100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi (Sudoyo, 2014).

d. Tanda-tanda peradangan

Tanda- tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis.Biasanya tanda- tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi- sendi kecil tangan dan kaki (Sudoyo, 2014).

Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi (Sudoyo, 2014).

e. Sendi-sendi yang terkena

(12)

1. Panggul 2. Lutut 3. Jari 4. Kaki

B. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Medikamentosa

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa

sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

2. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.

Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

3. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien

osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

5. Persoalan seksual

(13)

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6. Fisipterafi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya

atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

7. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,

debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

8. Terapi konservatif

mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural.

Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.

(14)

C. KONSEP ASKEP 1. Aktivitas/Istirahat

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

2. Kardiovaskuler

Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

3. Integritas Ego

Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.

4. Makanan / Cairan 5. Hygiene

Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa. Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensori

Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi 7. Nyeri/kenyamanan

Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

8. Keamanan

- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus - Lesi kulit, ulkas kaki

- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga - Demam ringan menetap

(15)

- Kekeringan pada mata dan membran mukosa 9. Interaksi Sosial

Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.

10. Penyuluhan/Pembelajaran

Riwayat rematik pada keluarga Penggunaan makanan kesehatan. vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.

11. Pemeriksaan Diagnostik - Reaksi aglutinasi: positif

- LED meningkat pesat protein C reaktif: positif pada masa inkubasi.

- SDP: meningkat pada proses inflamasi

- JDL: Menunjukkan ancaman sedang Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi

D. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d penurunan fungsi tulang, reaksi inflamasi b. Nyeri kronis b.d reaksi inflamasi

c. Ilambatan mobilitas fisik b.d kekauan sendi, kerusakan integritas struktur tulang d. Deficit perawatan din b.d penurunan fungsi tulang

e. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit f. Gangguan pola tidur b.d ketidak mampuan mengontrol nyeri g. Gangguan citra tubuh b.d deformitas tulang dan sendi h. Intoleran aktivitas b.d kelumpuhan

E. Intervensi

Perencanaan atau intervensi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan.

Pada langkah ini, perawat menentapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi pasien dan merencanakan intervensi keperawatan. Pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria yang diperkirakan

(16)

atau diharapkan dan intervensi keperawatan Tujuan dan intervensi keperawatan osteoarthritis dengan nyeri kronis dijelaskan seperti tabel :

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Nyeri kronis berhubungan

dengan inflamasi sendi ditandai dengan tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas

Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan tingkat nyeri dapat menurun dengan kriteria hasil :

a. Keluhan nyeri menurun

b. meringis menurun c. frekuensi nadi membaik

d. Pola tidur membaik

Intervensi utama Manajemen nyeri : 1. Identifikasi lokasi, karekteristik,

durasi,frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri

2. Identifikasi faktor Yang memperberat dan memperingan nyeri

3. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 4. Berikan Teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri (pemberian boreh jahe)

F. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

G. Evaluasi

Evaluasi keperawatan berdasarkan adalah fase kelima dan terakhir dalam suatu proses keperawatan. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing (Achjar,2010) Evaluasi keperawatan terhadap

(17)

pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya (S.Andarmoyo, 2013) :

1. Pasien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri

2. Meningkatkan kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki pasien 3. Mampu melakukan teknik penanganan nyeri non farmakologis

4. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi nyeri

BAB III LAPORAN KASUS

(18)

A. Identitas klien

Nama : Ny. J Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 83 tahun Suku : Sunda

Alamat : Cisaranten Wetan Agama : Islam

Pendidikan : SD Status perkawinan : Janda

Tgl Pengkajian : 27-12-2022

B. Status kesehatan saat ini

Klien mengeluh nyeri, nyeri dirasakan diarea lutut kaki kanan dan kiri, nyeri bertambah jika klien melakukan aktifitas yang berat dan nyeri tidak berkurang saat beristirahat, nyeri dirasakan seperti tertusuk – tusuk benda tajam, nyeri dirasakan malam hari, skala nyeri 5 (0- 10) dan nyeri dirasakan hilang timbul.

C. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama seperti sekarang. Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit yang lain.

D. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan keluarganya tidak memiliku penyakit turunan seperti Hipertensi, DM, Asma. Klien juga mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki penyakit menular seperti TB, HIV/AIDS.

E. Tinjauan Sistem

Keadaan umum :

Kesadaran : Composmetis : 15

(19)

Tekanan Darah : 140/80

Suhu : 36,6

Nadi : 89 x/mnt

Respiraasi : 20x/mnt

 Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah 140/80 mmHg.

 system pernapasan :

Bentuk dada simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris. Respirasi rate 20x/menit.

 system integument :

a. mata

simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak anemis.

b. Telinga

Simetris, tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada benjolan, tidak ada cairan yang keluar.

c. Mulut dan tenggorokan

Mulut bersih, gigi sudah banyak yang tanggal, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, bibir simetris, tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan, dan tidka ada sianosis.

 system saraf :

a. nervus 1 (olfaktorius)

(20)

fungsi penciuman hidung baik, terbukti dengan klien dapat membedakan bau kopi dan kayu putih.

b. Nervus 2

Fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca papan nama pemeriksa pada jarak 30cm.

c. Nervus 3

Reflek pupil baik mengecil pada saat didekatkan cahaya, klien dapat menggerakan bola matanya kenanan dan ke kiri.

d. Nervus 4

Klien dapat menggerakan bola mata kesegala arah.

e. Nervus 5

Klien dapat merasakan sensasi nyeri dan sentuhan, gerakan mengunyah baik.

f. Nervus 6

Klien dapat menggerakan bola matanya kekanan dan kiri.

g. Nervus 7

Klien dapat menutup kedua mata, menggerakan alis dan dahi, klien dapat tersenyu,, ada rangsangan nyeri saat dicubit.

h. Nervus 8,

Fungsi pendengaran baik, klien dapat menjawab pertanyaan tanpa diulang.

i. Nervus 9

Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis, asin dan pahit.

j. Nervus 10

Reflek menelan baik.

k. Nervus 11

Leher dapat digerakan kesegala arah, klien dapat menggerakan bahunya.

l. Nervus 12

Klien dapat menggerakan dan menjulurkan lidahnya.

(21)

 system reproduksi : Tidak terkaji.

 system muskuloskeletal : a. ekstremitas atas

kedua tangan simetris, sama panjang, jari-jari tangan lengkap, adanya bintik-bintik hitam pada kedua punggung tangan. Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada edema.

b. Ekstremitas bawah

Kaki simetris, jari-jari lengkap. penurununan kekuatan otot, nyeri pada daerah lutut kanan dan kiri, reflek patella terganggu

F. Pengkajian psikososial dan spiritual 1. Psikososial

Pasien merupakan seseorang yang senang bersosialisasi dengan orang lain. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik di lingkungan sekitarnya

2. Identifikasi masalah emosional Pertanyaan tahap I

 Apakah klien mengalami sukar tidur ? Jawaban : (YA)

 Apakah klien merasa gelisah ? Jawaban : (TIDAK)

 Apakah klien murung atau menangis sendiri?

Jawaban : (TIDAK)

(22)

 Apakah klien sering was-was atau khawatir?

Jawaban : (YA)

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”

Pertanyan tahap 2

 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam sebulan?

Jawaban : (YA)

 Ada masalah atau banyak pikiran?

Jawaban : (TIDAK)

 Adanya gangguan/masalah dengan keluarga lain?

Jawaban : (TIDAK)

 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

Jawaban : (TIDAK)

 Cenderung mengurung diri?

Jawaban : (YA) Kesimpulan:

Masalah Emosional Positif (+)

(23)

3. Spiritual

Klien merupakan seorang yang beragama islam dann berkeyakinan bahwa allah aan memberikan kesembuhan padanya.

4. Pengkajian fungsional klien a. KATZ Indeks

Keterangan :

Klien termasuk kategori A karena semuanya maish bisa dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan, dan pengarahan atau bantuan dari orang lain diantaranya yaitu makan, kontinensia (BAK & BAB), menggunakan pakaian, pergi ketoilet, berpindah dan mandi, serta pasien tidak menggunakan alat bantu untuk berjalan.

A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.

B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas.

C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi yang lain.

D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu fungsi yang lain E. Mandiri, mandi, berpakaian, ke toilet, dan salah satu fungsi yang lain

F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu fungsi yang lain.

G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas H. Lain-lain

Keterangan :

Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan dan bantuan aktif dari orang lain.

Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

(24)

b. Modifikasi dari Barthel Indeks Termasuk yang manakah klien ?

No Kriteria Dengan

Bantuan

Mandiri Keterangan

1. Makan 10 Frekuensi :

3x/hari

Jumlah : 1 porsi

Jenis : Nasi

2. Minum 10 Frekuensi : 6-8

kali

Jumlah : 2 liter Jenis : Air putih/ teh 3. Berpindah dari kursi roda ketempat tidur,

sebaliknya

15 Mandiri

4. Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)

5 Mandiri

5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram)

10 Mandiri

6. Mandi 15 Mandiri

7. Jalan dipermukaan datar 15 Mandiri

8. Naik turun tangga 5 Perlu dibsndu

9. Mengenakan pakaian 10 Mandiri

10. Kontrol bowel (BAB) 10 Frekuensi : 2x

1

Konsistensi :

11. Kontrol bladder (BAK) 10 Mandiri

12. Olah raga /latihan 10

13. Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 10

(25)

Kesimpulan:

point yang didapatkan ialah 125 yang dimana hasil interprtasi data 65-125 yang dimana menunjukkan klien ketergantungan sebagian.

Keterangan ; Ketergantungan Sebagian

 130 : Mandiri

 65 – 125 : Ketergantungan sebagian

 60 : Ketergantungan total

5. Pengkajian Status Mental Gerontik

a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Potable Mental Status Questioner (SPSMQ)

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

✔ 01. Tanggal berapa hari ini ?

Jawaban : 27 desember 2022

✔ 02. Hari apa sekarang ?

Jawaban : Selasa

✔ 03. Apa nama tempat ini ?

Jawaban : Dirumah

✔ 04. Dimana alamat anda ?

Jawaban : Cisaranten Wetan

✔ 05. Berapa umur anda ?

Jawaban : 83

✔ 06. Kapan anda lahir ?

Jawaban : 1937

✔ 07. Siapa presiden Indonesia sekarang ? Jawab : Jokowi

✔ 08. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? Jawaban : Sby

✔ 09. Siapa nama ibu anda ?

(26)

Jawaban : Juariah

10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari tiap angka baru semua secara menurun.

Jawaban ; 17 – 14 – 10

∑ = 9 ∑ = 1

Score total

Kesimpulan:

score yang didapatkan klien adalah salah 1 yang dimana hasil interpretasi data salah 0-3 menunjukkan fungsi intelektual utuh.

Interprestasi data

 Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

 Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan

 Salah 6 – 8 : kerusakan intelektual sedang

 Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam )

Orientasi Kalkulasi

Registrasi Mengingat kembali

Perhatian Bahasa

N O

ASPEK KOGNITIF

NILAI MAKS

NILAI KLIEN

KRITERIA

1. Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar

 Tahun : 2023 1

(27)

N O

ASPEK KOGNITIF

NILAI MAKS

NILAI KLIEN

KRITERIA

 Musim : Hujan

 Tanggal : 27

 Hari : Selasa

 Bulan : Januari

2. Orientasi 5 3 Dimana kita sekarang berada ?

 Negara : Indonesia

 Profinsi : Jawa Barat

 Kota : Bandung

 PSTW ...

 Wisma ...

3. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan masing-masing objek.

Kemudian tanyakan kepada klien 3 objek tadi (untuk disebutkan)

 Jam Tangan

 Buku

 Pulpen

4. Perhatian dan kalkulasi

5 2 Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat

 93

 86

 79

 72

 65

5. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi

ketiga objek pada No. 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1point untuk masing-masing objek.

6. Bahasa 9 6 Tunjukan pada klien suatu benda

(28)

N O

ASPEK KOGNITIF

NILAI MAKS

NILAI KLIEN

KRITERIA

dan tanyakan namanya pada klien

 (Misal jam tangan)

 (Misal pensil)

Minta klien untuk mengulang kata berikut “ Tak ada jika, tetapi. Bila benar 1 point.

 Pertanyaan 2

buah : tak ada, tetapi.

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah

” Ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai’.

 Ambil kertas di tangan anda

 Lipat dua

 Taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah point 1)

 ”Tutup mata anda”.

Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar.

 Tulis satu kalimat

 Menyalin gambar

Kesimpulan:

Score yang didapatkan dari hasil pengkajian adalah 20 yang dimana hasil interpretasi

(29)

data menunjukkan 18-22 kerusakan aspek fungsi mental ringan.

Interpretasi hasil :

 18 – 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan

APGAR SCORE

No Item Penilaian Selalu (2) Kadang –

Kadang (1)

Tidak Pernah (0) 1. A : Adaptasi

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-

(30)

teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya 2. P : Partership

Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah saya

3. G : Growth

Saya puas bahwa keluarga (teman- teman) saya menerima &

mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru

4. A : Afeksi

Saya puas dengan cara keluarga

(teman-teman) saya

mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih, atau mencintai

5. R : Resolve

Saya puas dengan cara teman- teman saya dan saya menyediakan

waktu bersama-sama

mengekspresikan afek dan berespon

JUMLAH 6

Kesimpulan :

Didapatkan skor 6 dan termasuk kedalam kategori “Disfungsi Keluarga Sedang”

Interpretasi data :

 0 – 3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi

(31)

 4 – 6 : Disfungsi keluarga sedang

 7 – 10 : Difungsi keluarga ringan/baik

6. Pengkajian keseimbangan untuk klien lansia (TINNETI, ME, DAGINTER, SF, 1998) a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Beri nilai 0 (nol) jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1 (satu) jika klien menunjukan salah satu kondisi dibawah ini :

 Bangun dari kursi (dimasukan dalam analisis)

Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. (1)

 Duduk ke kursi (dimasukan dalam analisis)

Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi. (0) Keterangan : ( * ) kursi yang keras dan tanpa lengan

 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali.

Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya. (0)

 Mata tertutup

Lakukan pemeriksaan seperti diatas tetapi klien disuruh menutup mata (1)

 Perputaran leher

Menggerakan kaki, menggenggam objek untuk dukungan ; kaki tidak menyentuh sisi-sisinya ; keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil. (0)

 Gerakan menggapai sesuatu menggapai

Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung kaki, tidak stabil, memegang sesuatu untuk dukungan. (1)

 Membungkuk

(32)

Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misal pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multipel untuk bangun. (0)

b. Komponen gaya berjalan atau gerakan

Beri nilai 0 (nol) jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini, atau beri nilai 1 (satu) jika klien menunjukan salah satu dari kondisi dibawah ini :

 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan.(0)

 Ketinggian langkah kaki (Mengangkat kaki saat melangkah)

Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm). (0)

 Kontuinitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien) Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten, memulai mengkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai. (0)

 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping pasien) Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi. (0)

 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang klien) (0)

Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.

 Berbalik

Berhenti sebelum memulai berbalik, jalan sempoyongan ; bergoyang, memegang objek untuk dukungan. (1)

Kesimpulan :

Didapatkan skor 4 dan termasuk kedalam kategori “Risiko jatuh rendah”.

(33)

Interpretasi hasil :

Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat di interpretasikan sebagai berikut :

 0 - 5 : Resiko jatuh rendah

 6 – 10 : Risiko jatuh ringan

 11 – 15 : Risiko jatuh tinggi

1. Analisa Data

No Data Interprestasi Masalah

1. Ds :

- Klien mengatakan sering merasakan ngilu cekot – cekot di sendi lutut.

P : nyeri karna astheoarthritis

Q : ngilu hingga cekot – cekot

R : sendi lutut dan pergelangan kaki

T : hilang timbul

Do :

Skala Nyeri : 5 TTV :

Ostheoarthritis

Penebalan pada membran synoval

Pembengkakan

Fibrosis kapsul, osteosit, iregularitas permukaan sendi

↓ Nyeri Kronis

Nyeri Kronis

(34)

2

TD : 140/80 N; 82x/mnt R : 24x/mnt S ; 36,5

Ds :

- klien mengatakan sulit berjalan dan berdiri ketika nyerinya timbul Do :

- Jalan terpapah – papah

- Klien tampak memegangi kedua lutut nya

Osteoarthritis

Kekakuan sendi

↓ Nyeri

Intoreransi aktivitas

Intoreransi Aktivitas

(35)

II. Diagnosa Keperawatan

N O

Diagnosa Keperawatan

Tanggal Ditemukan

Nama Perawat

Tanda Tangan 1

2

Nyeri kronis berhubungan dengan proses degeneratif

Intoleransi aktivitas

28-12-2022

28-12-2022

Wanda

Wanda

(36)

III. PERENCANAAN N

O

Diagnosa Keperawatan

INTERVENSI

TUJUAN TINDAKAN RASIONAL

1 Nyeri akut

berhubungan dengan proses degenerative.

Ds :

klien mengeluh nyeri pada bagian lutut Do :

- klien terlihat kesakitan - Skala Nyeri :

5 - TTV : TD : 140/80 N; 82x/mnt R : 24x/mnt

Setelah dilakukan perawatan 1x 24 jam diharapkan Nyeri berkurang, dengan kriteria hasil :

1. Klien tidak mengeluh nyeri.

2. Skala nyeri 0 (1-10) 3. Klien tidak

tampak kesakitan 4. TTV dalam

rentang normal - TD: Sistol

(100-130) Diastole (60-90) - N: 60-

100x/menit .

- R: 16- 24x/menit

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi

- Identifikasi skala nyeri.

- Identifikasi respon nyeri non verbal.

- Identifikasi faktor yang memperberat dan

meringankan nyeri.

Terapeutik

- Berikan teknik non

farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam dan kompres hangat) Edukasi

1. Agar kita mengetahui tingkat cedera yang dirasakan oleh pasien 2. Agar kita

mengetahui tingkat nyeri yang

sebenarnya yang dirasakan oleh pasien 3. Agar kita

dapat mengurangi faktor – faktor yang dapat memperpara h nyeri yang dirasakan oleh pasien.

Terapeutik

1. Agar pasien

(37)

- Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri Kolaborasi

- Pemberian analgetik jika perlu

- Anjurkan klien untuk

memeriksakan masalah kesehatanya ke faskes terdekat

juga

mengetahui juga

kondisinya dan

mempermud ah perawatan Kolaborasi

1. Agar rasa nyeri yang dirasakan pasien dapat dihilangkan atau

dikurangi 2. Untuk

mendapatkan penanganan lebih lanjut

2 Intoleransi aktivitas Ds :

- klien mengatakan sulit berjalan dan berdiri ketika nyerinya timbul Do :

- Jalan terpapah – papah - Klien tampak

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharpkan aktivitas kembali normal dengan kriteria hasil :

1. Jalan tidak terpapah –

Manajemen energi : Observasi

- Monitor kelelahan fisik dan emosional Edukasi

- Anjurkan melakukan aktivitas secara

(38)

memegangi kedua lutut nya

papah 2. Klien tidak

memegangi lutut

bertahap Teurapetik

- Lakukan latihan rentan gerak pasif atau aktif

IV. DAN EVALUASI FORMATIF

Tanggal

JAM DP Tindakan Nama

danTanda Tangan 29/12/202

2

1 - Mengidentifikasi skala nyeri Hasil : skala nyeri 4 (1-10)

- Mengajarkan terknik relaksasi nafas dalam

Hasil : klien mampu

mempraktekan kembali teknik relaksasi nafas dalam yang sudah diajarkan

- Mengajarkan kompres hangat di area lutut kaki kanan dan kiri Hasil : klien dapat melakukanya dan mengatakan nyeri berkurang dengan skala 2 (1-10)

- Mengajurkan klien memeriksaakan masalah kesehatanya ke faskes terdekat

wanda

(39)

Hasil : klien akan memeriksakan masalah kesehatanya ke faskes terdekat

2 - Mengajarkan latihan rentan gerak aktif

Hasil : klien mengerti dan mampu melakukan kembali yang diajarkan dan klien mengatakan berjalan tidak terlalu sulit

IV. EVALUASI SUMATIF

Tanggal DP Evaluasi Sumatif Nama danTanda

Tangan 29/12/202

2

1 S :

- Klien mengatakan nyeri berkurang O :

- Skala nyeri 2 (1-10)

- klien tidak tampak kesakitan TTV

130/90

A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi

wanda

1 S :

- Klien mengatakan berjalan tidak terlalu sulit dan nyeri berkurang

O :

- Jalan masih terpapah -papah

wanda

(40)

- Klien masih memegangi kedua lututnya

A : Masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling sermg dijumpai dan seringkali menimbulkan kecacatan yang akan berakibat menurunkan produktifitas perorangan. Banyaknya faktor risiko yang berperan mengakibatkan risiko untuk terkenanya penyakit ini tinggi.

Pengobatan osteoarthritis secara farmakologik (steroid dan non steroid) memang jelas bermakna mengurangi keluhan rasa nyeri sebagaimana dikerjakan secara klinik sampai saat ini. Masalah yang timbul adalah dengan pemakaian obat yang relatif lama, obat akan memberikan efek samping yang membahayakan oleh karena adanya kemungkinan kerusakan ginjal dan sistim hematologik. Malahan disebutkan pemberian kortikosteroid akan dapat merusak tulang rawan sendi itu sendiri. Pemberian anti inflamasi steroid atau non steroid tidak meningkatkan kemampuan peran sel tulang rawan sendi untuk menghambat proses biokimiawi intraselular yang sedang terjadi. Pengobatan farmakologik tidak memberikan efek meningkatkan daya regenerasi (kemampuan pembentukan kembali) pada tulang rawan sendi. Sehingga dalam perkembangan pemikiran tentang pengobatan pada osteoarthritis lebih lanjut, diperlukan bahan yang mempunyai sekaligus efek:

- Mengurangi rasa nyeri,

- Memelihara atau melindungi tulang rawan sendi,

- Menghentikan atau paling sedikit menghambat proses biokimiawi - intraselular yang sedang terjadi,

- Mempunyai efek meningkatkan daya regenerasl dari sel tulang - rawan sendi.

Saran

Oleh karena bahan ini diketahui secara alami banyak didapat dari jaringan binatang (tulang rawan ikan hiu) yang tentunya terbatas surnbernya rnaka perlu diingat; bahwa pene1itian tentang

(41)

bahan kondroprotektor ini rnutlak harus diikuti dengan penelitian tentang fabrikasi bahan, dengan sendirinya yaitu dengan penelitian-penelitian untuk rneciptakan bahan sintetiknya yang rnernpuyai efek yang sarna atau serupa, dan diharapkan juga adanya penelitian lebih lanjut tentang rnanfaat dan efek sarnping penggunaannya dalarn usaha untuk rnengharnbat proggresivitas penyakit osteoarthritis agar tidak terjadi kerusakan yang lebih lanjut. Dengan sernakin rnajunya ilrnu kedokteran dan farrnasi, diharapkan suatu saat diternukan etiologi penyakit osteoarthritis yang pasti, sehingga suatu saat dapat diternukannya obat yang benar- benar spesifIk atau khas untuk pengobatan osteoarhtritis, sehingga diharapkan dapat rnernberikan hasil yang signifIkan dalarn rnenurunkan insidensi. Selain itu juga harus disertai dengan pencegahan dini terhadap penyakit ini, yaitu dengan cara rnengurangi atau rnenghindari factor resiko yang berperan (terutama obesitas).

Referensi

Dokumen terkait

S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Kronik.. dengan Mioma Uteri di

Rencana tindakan yang akan penulis lakukan yaitu berikan pendidikan kesehatan mengenai nyeri dan relaksasi progresif, berikan pendidikan kesehatan mengenai

diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan keluarga, pendidikan kesehatan mengenai konsep TBC, pencegahan penularan TBC dapat membantu klien dan keluarga

S dengan post appendiktomi hari ke-4 di bangsal Mawar RSUD Sragen ditemukan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, resiko tinggi

Kesimpulan : Penatalaksanaan penyakit pencernaan khususnya gastroenteritis diperlukan perhatian dan kerjasama antar tim kesehatan dan pasien/keluarga yang menangani

Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi selama 3x24 jam didapatkan hasil tidak ada tanda-tanda nyeri kepala, dapat melakukan aktivitas

J Dengan Diagnosa Medis Osteoarthritis Menggunakan Terapi Range Of Motion Aktif (Studi Kasus di Kelurahan Gadang RT 03 RW 03 Kecamatan Sukun Wilayah Kerja

Manfaat dari teknik Deep Breathing sendiri bisa mengurangi nyeri pada saat nyeri itu timbul, memberikan efek rileksasi klien pasca operasi laparatomi yang mengakibatkan rasa nyeri,