• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asupan makanan ini harus didukung dengan pengaturan pola makan yang sesuai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Asupan makanan ini harus didukung dengan pengaturan pola makan yang sesuai"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan sangat penting bagi tubuh kita. Tubuh kita membutuhkan asupan nutrisi berupa karbohidrat, lemak, protein dan senyawa senyawa gizi penting lainnya. Asupan makanan ini harus didukung dengan pengaturan pola makan yang sesuai. Pola makan yang teratur sangat penting bagi kesehatan tubuh kita, sedangkan pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan gangguan di sistem pencernaan. Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh dibiarkan. Ada berbagai gangguan sistem pencernaan atau penyakit yang mungkin terjadi dan sering dibiarkan oleh banyak orang, salah satunya adalah penyakit gastritis atau biasa kita sebut penyakit maag. Penyakit gastritis ini jika dibiarkan akan semakin parah, terlebih jika tidak ada pengaturan pola makan yang baik dan benar, maka akan menimbulkan kekambuhan yang akan mengganggu aktifitas penderita (Sulastri, 2012).

Faktor risiko gastritis adalah pola makan yang tidak teratur, menggunakan obat aspirin atau anti-radang non steroid, infeksi kuman helicobacter pylori, memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol, memiliki kebiasaan merokok, sering mengalami stres. Kebiasaan makan yang buruk dan mengkomsumsi makanan yang tidak hygiene merupakan faktor resiko terjadinya gastritis (Hartati, 2018).

Penyakit Gastritis merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Gastritis atau lebih lazim kita menyebutkannya sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktifitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat juga berakibat fatal. Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri di daerah ulu hati adalah mual, muntah lemas kembung dan terasa

(2)

sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing dan selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah. (Handayani, 2018)

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang umumnya diderita oleh kalangan remaja. Yang didsebabkan berbagai faktor yg misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup dan salah satunya yaitu meningkatnya aktivitas ( tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tidak sempat mengatur pola makannya dan malas untuk makan (Adriansyah, 2012)

Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.Remaja dalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Namun, di zaman yang modern ini kehidupan remaja semakin mengkhawatirkan, ditandai dengan gaya hidup instan dan kesalahan-kesalahan pola makan yang menjadi tren saat ini. Gaya hidup yang instan dan kurang sehat membuat remaja menyukai makanan instan pula seperti sering makan junk food atau fast food (makanan cepat saji), sering makan mi instan, sering minum soft drink, minum minuman beralkohol, suka ngemil yang tidak sehat, suka makan kekenyangan, makan yang terlalu cepat, makan yang tidak teratur dan sering jajan sembarangan yang tidak memperhatikan kebersihan dan nilai gizi dari makanan tersebut. Kesalahan-kesalahan pola makan remaja saat ini menjadi sebuah kebiasaan yang dapat menimbulnya berbagai macam penyakit salah satunya adalah penyakit gastritis yang di sebabkan karena pola makan yang tidak teratur. Pola makan sangat terkait dengan produksi asam lambung.

Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung dalam lambung mulai berkurang sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung (Hidayah, 2012).

Pada kasus penyakit gastritis di berbagai negara memiliki angka yang cukup tinggi. Berdasarkan tinjauan yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) Tahun 2019 penyakit gastritis di beberapa negara dunia

(3)

dengan persentase yaitu, 69% di Afrika, 78% di Amerika Selatan, dan 51% di Asia. Di dunia, Kejadian penyakit gastritis sekitar 1,8-2,1 juta penduduk setiap tahunnya, Kejadian penyakit gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Azher, 2020).

Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat (Gustin, 2011).

Gastritis umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang di antaranya makanan yang pedas dan asam. Kesehatan lambung sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi. gastritis merupakan suatu penyakit yang paling sering diakibatkan oleh ketidak teraturan pola makan, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu. keteraturan makan, frekuensi makan, kebiasaan makan pedas, kebiasaan makan asam, dan frekuensi minuman iritatif merupakan salah satu pemicu terjadinya gastritis (Sukarmin, 2011).

Pola makan mempunyai 3 komponen karakteristik yaitu frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makan, dimana frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang. Pada frekuensi makan juga dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan. Jenis makanan mempunyai 2 bagian yaitu makanan pokok dan makanan selingan, untuk pola makan sehat sedikitnya 2 kali sehari makan makanan pokok. Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting dalam susunan hidangan.

(4)

Pada umumnya makanan pokok berfungsi sebagai sumber energi/ kalori dalam tubuh dan memberikan rasa kenyang (Sediaoetama, 2011).

Pada penelitian ini hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri. Dari data penelitian yang telah didapatkan dari kelompok kasus sejumlah 22 orang (64,7%) adalah responden dengan kebiasaan pola makan tidak sehat dan mengalami gastritis. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 23 orang (46,0%) yang masuk dalam kategori pola makan tidak sehat. Analisis penelitian ini menggunakan analisis Chisquare menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai ρ = 0,048< = 0,05, sehingga statistik H0 ditolak H1 diterima, bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri.

sehat.( Jurnal Yudha Fika Diliyana, 2020).

Hasil penelitian tentang hubungan perilaku makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa AKPER Manggala Husada Jakarta yang dilakukan sebanyak 143 mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa data demografi seperti usia responden terbanyak adalah d” 20 tahun sebanyak 106 orang (74,1). Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 86 orang (60,1%), agama terbanyak adalah Islam sebanyak 68 orang (47,6%) dan suku terbanyak adalah Dayak sebanyak 76 orang (53,1%).Tidak ada hubungan antara keteraturan makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa AKPER Manggala Husada Jakarta, hal ini dibuktikan dengan P value=0,092 (P value > á).Ada hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa AKPER Manggala Husada Jakarta, hal ini dibuktikan dengan P value=0,000 (P value <

á).Ada hubungan antara jenis makanan yang dimakan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa AKPER Manggala Husada Jakarta, hal ini dibuktikan dengan P value=0,000 (P value < á). (Jurnal Suryani Hartati & Eka cahyaningsih, 2013) Dan hasil penelitian menurut setyono (2011) dari diagram distribusi frekuensi responden berdasarkan timbulnya gastritis menunjukan bahwa

(5)

sebanyak 16 responden (54%) dalam kategori gastritis akut, sebanyak 14 responden (47%) dalam kelompok gastritis kronis. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden memiliki pola makan yang kurang baik dengan pemenuhan karbohidrat, protein maupun lemak yang kurang. Sebagian besar responden (54%) menderita gastritis akut, disebabkan karena sebagian besar responden (47%) yang masih berusia dewasa muda dan berstatus sebagai mahasiswa, dengan kesibukan kuliah serta keterbatasan waktu maupun jauhnya dari tempat makan, maka sering meninggalkan jadwal makan sehingga pola makan mereka menjadi kurang baik dan timbul keluhan penyakit gastritis.

Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 52 orang responden terdapat 22 orang responden (42,3%) mengalami kejadian gastritis lebih sedikit bila dibandingkan dengan responden yang tidak terkena gastritis yaitu sebanyak 30 orang responden (57,7%). Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Putri (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Medical Center (UMC) Universitas Muhammadiyah Malang”, dengan hasil dari 80 orang responden terdapat 47 orang responden (58,7%) mengalami kejadian gastritis lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami kejadian gastritis yaitu 33 orang responden (41,3%). (Jurnal Muhamad Andika Sasmita Saputra, Ebagustian Tamzil & Murbiah, 2011)

Berdasarkan uraian diatas, dalam kajian literatur ini peniliti mencoba menganalisis dari jurnal-jurnal yang ditemukan tentang Hubungan antara pola makan sehari-hari dengan terjadinya Gastritis pada klien sehingga tenaga kesehatan dapat menentukan rencana serta strategi selanjutnya agar angka kejadian penyakit Gastritis dapat berkurang.

B. Rumusan Masalah

(6)

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan pola makan sehari-hari dirumah dengan terjadinya gastritis pada pasien.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Hubungan Pola Makan sehari-sehari dengan terjadinya Gastritis pada pasien berdasarkan literature review.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pola makan pasien ( frekuensi makan, jenis makan, ketepatan atau kedisiplinan makan)

b. Untuk mengetahui kejadian gastritis

c. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan terjadinya gastritis

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, pada dasarnya penulis akan mengharapkan penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berkepentingan

a. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan dan sumber literature bagi ilmu keperawatan khusunya keperrawatan medikal bedah mengenai Hubungan Pola makan Sehari-hari dengan terjadinya Gastritis pada pasien.

b. Manfaat praktis 1) Perawat

Diharapkan dapat menjadi bahan dalam memberikan pelayanan kesehatan atau penyuluhan kepada pasien dan masyarakat mengenai hubungan pola makan sehari-hari dengan terjadinya Gastritis pada pasien.

2) Peneliti Selanjutnya

(7)

Dapat digunakan sebagai studi kepustakaan yang dapat digunakan untuk data dasar penelitian selanjutnya. Mengenai pola makan sehari- hari dengan terjadinya gastritis pada pasien.

E. Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang Lingkup Materi

Materi yang dibahas peneliti ini adalah materi tentang pola makan yang berkaitan dengan dengan penyakit Gastritis dengan Keperawatan Medikal Bedah.

b. Ruang Lingkup Metode Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode literature review.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat pengabdian ini adalah mengajarkan konsep dasar jarimatika dalam proses berhitung operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian, melatih