• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 TUGAS BESAR LENGKAPAR

N/A
N/A
Mita Julianti

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 3 TUGAS BESAR LENGKAPAR"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN 3.1 Parameter Perencanaan

3.1.1 Klasifikasi Jalan

A. Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:

1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri- ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan direncanakan berfungsi sebaga jalan lokal . B. Klasifikasi berdasarkan kelas jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton. Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan a n g ku t a n , jal an dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi k e nd a r aa n b e rmoto r , muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan

menu rut kelas jalan, terdiri dari:

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui k e nd a r aa n b e rmot o r te rmasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 m i l i met e r, dan muat a n sumbu te r b e r a t y ang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(2)

masih belum digunakan di I ndon e sia, n amun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di P r a n c is tel ah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan p e ti k e mas;

3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Klasifikasi jalan raya menurut kelas jalan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi menurut kelas jalan

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga, 1997.

C. Klasifikasi menurut medan jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-

(3)

perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut. Klasifikasi menurut medan jalan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi menurut medan jalan

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga, 1997.

Tabel 3.3 Perhitungan kemiringan medan

STA Elevasi Jarak Beda

Tinggi Kemiringan

0 + 0 33.379 10 0.00 0.00%

0 + 10 33.052 10 0.25 2.47%

0 + 20 33.299 10 1.75 17.52%

0 + 30 35.051 10 1.43 14.31%

0 + 40 36.482 10 -3.05 -30.49%

0 + 50 33.433 10 0.52 5.21%

0 + 60 33.954 10 0.52 5.21%

0 + 70 34.475 10 0.52 5.21%

0 + 80 34.996 10 0.14 1.39%

0 + 90 35.135 10 -0.64 -6.44%

0 + 100 34.491 10 0.61 6.06%

0 + 110 35.097 10 1.24 12.37%

0 + 120 36.334 10 -0.46 -4.60%

0 + 130 35.874 7 -0.09 -1.34%

0 + 137 35.780 7 -0.13 -1.89%

0 + 144 35.648 7 0.14 2.03%

0 + 151 35.790 10 1.76 17.58%

0 + 161 37.548 44.60%

2.62%

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(4)

Berdasarkan data medan di atas dan berdasarkan Tabel 1.2 Klasifikasi menurut medan jalan, di mana kemiringan medan < 3 %, maka jalan termasuk jenis medan Datar.

3.1.2 Penentuan Dimensi Jalan

Satuan Mobil Penumpang (smp)Data berbagai kelas kendaraan lain (selain mobil) dikonversikan kesatuan ersebut dengan mengalikannya dengan faktor tertentu, seperti yang ditujukan pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Nilai Ekivalen dalam satuan mobil penumpang (smp) Kelas kendaraan Standar

perkotaan Standar

pedesaan Recana perempatan

bundaran

Rencana penempatan

lampu LL

Mobil pribadi ,taksi, kombinasi sepeda motor,kendaraan muatan ringan (sampai 1 5 ton atau 3 0 cwt , tanpa muatan)

1.00 1.00 1.00 1.00

Sepeda motor(untuk

seorang),Skuter,moped 0.75 1.00 0.75 0.33

Kendaraan barang sedang atau berat (lebih dari 1 5 ton atau 3 0 cwt , tanpa muatan) , kereta kuda

2.00 3.00 2.80 1.75

Bis sedang dan

besar, Bis gandeng, trem Sepeda

3.00 0.33

3.00 0.50

2.80 0.33

2.25 0.20

Volume kendaraan diatas diubah menjadi volume dalam satuan mobil penumpang (smp) sebagai berikut:

Jenis Kendaraan ; (Distribusi Lalu Lintas) x (EMP) = Jumlah (SMP)

(5)

Tabel 3.5 Data IQoh Nilai satuan mobil penumpang (smp)

N

o JenisKendaraan Distribusi Lalu Lintas EMP Jumlah

1 mt 1235 1 1235

2 mp 69 1 69

3 tr 58 3 174

4 bs 69 3 207

1685

Tabel 3.6 Data LHR Awal Umur Rencana satuan mobil penumpang (smp) No JenisKendaraan Umur Rencana

Awal IQoh Jumlah

1 mt 1.638616 1235 2023.691

2 mp 1.638616 69 113.0645

3 tr 1.638616 174 285.1193

4 bs 1.638616 207 339.1936

Jumlah LHR Awal Umur Rencana 2,5 % per-Tahun 2761.069

Tabel 3.7 Data LHR Akhir Umur Rencana satuan mobil penumpang (smp) N

o JenisKendaraan Umur Rencana

Akhir IQoh Jumlah

1 mt 1.670888 2023.691 3381.361

2 mp 1.670888 113.0645 188.9181

3 tr 1.670888 285.1193 476.4022

4 bs 1.670888 339.1936 566.7544

Jumlah LHR Akhir Umur Rencana 2,6 % per-Tahun 4613.435 Tabel 3.7 Data LHR Rata-Rata Umur Rencana satuan mobil penumpang

(smp)

LHR Awal Umur Rencana 2761.06 9 LHR Akhir Umur Rencana

4613.43 5 Jumlah Rata-rata 3687.25 2

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(6)

Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalulintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalu lintas dapat berupa: Median,Bahu,Trotoar,Pulau Jalan dan,Separator.

Jalur lalulintas dapat terdiri atas beberapa tipe,yaitu : 1. 1 jalur-2 lajur- 2 arah (2/2 TB)

2. 1 jalur-2 lajur- 1 arah (2/1TB) 3. 2 jalur-4 lajur- 2 arah (4/2 B)

4. 2 jalur –n lajur- 2 arah (n12 B), dimana n = jumlah jalur.

Keterangan: TB = tidak terbagi.

B = terbagi

Tabel 3.5 Penentuan lebar jalur dan bahu jalan

Sumber :Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.

Berdasarkan data dan tabel diatas,maka dipilih jalur jalan:

1 jalur-2 lajur- 2 arah (2/2 TB) Lebar Perkerasan (2 × 3,5 m) Lebar Bahu (2 x 1,0 m)

3.1.3 Penentuan Kecepatan Rencana

Kecepatan rencana VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan

(7)

kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.

Tabel 3.6 Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997. Berdasarkan tabel tersebutkarena fungsi jalan adalah lokal dan medan jalan datar maka, kecepatan rencana VR = 40-70 Km/jam. Sehingga VR yang digunakan adalah 50 km/jam.

3.1.4 Perhitungan Jarak Pandang

Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yangmembahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebutdengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan JarakPandang Mendahului (Jd).

1. Jarak Pandang Henti (J h)

Jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihatadanya halangan di depan. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jh terdiri dari dua elemen jarak yaitu : jarak tanggap dan jarak pengereman.

Jhdalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :

Jh=VR

3,6T+

[

3,6VR

]

2

2gf di mana :

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(8)

VR = kecepatan rencana (km/jam)

T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2

f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55.

Tabel 3.7 Jarak Pandang Henti (JH) minimum

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.

Jarak Pandang Mendahului (Jd)

Jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula. Jd ditentukan dalam rumus dalam satuan meter sebagai berikut:

Jd = d1+d2+d3+d4

Di mana:

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),

d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m),

d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),

d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 213 d2 (m).

Rumus yang digunakan :

d1=0,278. T1+

(

VRm+a .T2 1

)

d2=0,278. VR .T2

d3=antara30−100meter

(9)

d4=2 3d2

Di mana:

T1= waktu dalam detik, 2,12+0,026 VR

T2= waktu kendaraan berada di jalur lawan,(detik), 6,65+0,048 VR

a = percepatan rata-rata Km/jam/detik, 2,052+0,0036 VR

m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan kendaraan yang didahului (biasanya diambil 10-15 km/jam)

Jd yang sesuai dengan VR ditetapkan dari tabel 1.7

Tabel 3.8 Panjang Jarak Pandang Mendahului

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.

Perhitungan:

Tikungan

Jarak Pandang Henti (Jh)

Jh=VR

3,6T+

[

3,6VR

]

2

2gf =60

3,62,5+

[

3,660

]

2

29,80,55=67.43m

Jadi,berdasarkan tabel jarak pandang minimumVR = 60 km/jam, maka diambil Jh = 75 m.

Jarak Pandang Mendahului (Jd)

d1=0,278. T1+

(

VRm+a .T2 1

)

=0,278.3,42+

(

60−15+7,6332

)

=50.196

d2=0,278. VR .T2=0,278509,05=158.9604 Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(10)

d3=60 d4=2

3d2=2

3158.9604=105.973 Jd=d1+d2+d3+d4=360.129m

Jadi,berdasarkan tabel panjang jarak pandang mendahului VR = 60 km/jam, maka diambil Jd =350 m.

(11)

3.2 Perencanaan Alinemen Horizontal 3.2.1 Perencanaan Alternatif Lintasan

Gambar Terlampir

3.2.2 Penentuan Titik Koordinat Dan Grid Gambar Terlampir

3.2.3 Perhitungan Jarak Titik dan Sudut Pertemuan Tikungan Gambar Terampir

3.2.4 Perhitungan Lengkungan Tingkungan

Perhitungan lengkung horizontal. Tidak semua tikungan boleh berbentuk spiral circle spiral. Hal ini tergantung kecepatan rencana dan radius circle itu sendiri. Batasan yang digunakan di Indonesia untuk penggunaan spiral circle spiral adalah:

Tabel 3.8 Tabel Jari-Jari Kelengkugan Minimum

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota

Untuk tikungan yang jari-jarinya lebih besar dari harga diatas ditawarkan memakai ”full circle”,untuk jari-jari yang lebih kecil dari harga diatas dipakai ” spiral circle spiral”.

Syarat tikungan yang digunakan:

- Full Circle : Rc ≥ Rmin - Spiral – Circle – Spiral : Lc ≥ 20 m - Spiral – Spiral : Lc< 20 m

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(12)

Tabel 3.9 Kecepatan Rencana, e maks, f maks, R min dan D min

Sumber: Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Silvia Sukirman 1999

(13)

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(14)
(15)

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(16)
(17)

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(18)

3.2.4.1Perhitungan Alinemen Horizontal Tikungan A.Perhitungan Tikungan 1 (PI 1)

Diketahui :

Klasifikasi Fungsi Jalan = Lokal Klasifikasi Medan = Datar Kecepatan rencana = km/jam

e maksimum = 10%

e rencana = 8,3%

β = 88º

Lebar jalan = 2 x 3,5 m (tanpa median) f maks = 0.153 (diperoleh dari tabel 3.9)

Rrencana = 120 m

= 3 m/det3 (perubahan percepatan, yang bernilai antara 1-3 m/det3

Tahap I

Rmin= VR2 127(em+ƒm) Rmin= 602

127(0,1+0,153)=112,041 m Tahap II

Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,041 m Direncanakan R = 120 m

em= VR2

127x Rcfm=( 602

127x120)−0,153 = 0,083

Tahap III

Metode AASHTO

Dari lampiran tabel 3.13 metode AASHTO diperoleh em = 0,083 dan ls` = 50 m

(19)

Karena e = 8,3% ≥ 3%, maka bentuk lengkung yang digunakan adalah Spiral Circle Spiral / Spiral Spiral

Tahap IV Lc1=(emen)

3,6.× VR=(0,083−0,022)

3,6.0,035 ×60=29,04 Rumus Mod. SHORTT

Lc2=en VR3

RC. C−2,727VR . e C

¿0,022 603

120.1,5−2,72760.0,083

1

¿12,8

Rumus mod. SHORTT Ls=V .t

3,6=60.3 3,6 =50 Tahap V

Ls’ = 50 > Lc = 29,04 Ls’ = 50 > Lc = 12,8 Ls’ = 50

Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’ = 50 Tahap VI

maka diperoleh:

θs=Ls .90

π . R =50.90

π.120=¿ 11,94°

θc=β−2θs=88−2.12=64 ° Lc= θc

360x2π Rc= 64

360x2π120=134,095m(¿20m)

Karena Lc yang di dapat > 20 m, maka digunakan bentuk lengkung horizontal Spiral-Circle-Spiral

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(20)

Tahap VII

Perhitungan Lengkung Spiral-Circle-Spiral Lc = 0

Ls di dapat dalam Lampiran Tabel 3.16.

θs = Ls x90 π x Rc = 60x90

3,14x120 = 14,32 ᵒ

Lengkung Peralihan

Gambar 3.3 Landai relatif maksimum berdasarkan AASHTO`90

(21)

Jika direncanakan dengan memplot grafik Landai relatif maksimum berdasarkan AASHTO`90, maka diperoleh:

m = 164

Ls minimum = 164.(0,1).3,5 = 57,4 m

Ls>Ls minimum, maka Rc untuk lengkung berbentuk spiral-spiral dapat digunakan.

Tahap VIII θs = 14,32 ᵒ p* = 0,02911 k* = 0,49804

nilai p* dan k* di dapat dari Lampiran tabel 3.15.

Jadi,

p = p* x Ls = 0,02911. 57,4

= 1,67 m K = k* x Ls

= 0,49804. 57,4

= 28,59 m

Lc = θc

360 x(2x π x Rc) = −(2xθs)

360 x(2x π x Rc) = 74,5−(2x14,32)

360 x 2 x 3,14x 120 = 41,349 m

L = Lc + (2Ls) = 41,349 + (2 x 57,4) = 156,149 m

Ts = ( Rc + p ) tg ½β + k = ( 120 + 1,67 ) tg½ 74,5 + 28,59 = 121,11 m Es = ( Rc + p ) sec ½β – Rc = ( 120 + 1,67 ) sec½ 74,5 – 120 = 32,85 m

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(22)

Tahap IX

Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk spiral-circle-spiral adalah sebagai berikut:

V = 60 km/jam L = 156,149 m β = 74,5° e = 8,3%

θs = 14,32 m Ls = 57,4 m Rc = 120 m Lc = 41,439 m Es = 32,85 m p = 1,67 m Ts = 121,11 m k = 28,59 m

(23)

Pelebaran Perkerasan Pada Lengkung Horizontal

Gambar 3.3 Pelebaran Perkerasan pada tikungan b = lebar kendaraan rencana

B = Iebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam.

U = B-b

C = lebar ketebasan sarnping di kiri dan kanan kendaraan

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(24)

Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan.

Bn = lebar total perkerasan pada bagian lurus.

Bt = lebar total perkerasan di tikungan.

n = jumlah lajur.

Bt = n(B+C)+Z

∆b = tambahan lebar perkerasan di tikungan.

∆b = Bt-Bn Diketahui :

Ri = 130 m

V = 60 km/jam

Asumsi kendaraan = Truk tunggal sebagai kendaraan rencana.

Jalan 2 Lajur dengan lebar total 7 m.

Jarak Pandangan Pada Lengkung Horizontal Tabel 3.10 Jarak pandangan henti minimum

(25)

3.2.5 Kesimpulan

No Deksripsi Tikungan 1 satuan

1 V 60 km/jam

2 100 °

3 14,32 m

4 Rc 120 m

5 Es 69,28 m

6 Ts 173,59 m

7 L 209,57 m

8 e 8.3 %

9 Ls 57,4 m

10 Lc 94,77 m

11 p 1,67 m

12 k 28,59 m

3.3 Perencanaan Alinemen Vertikal 3.3.1 Perencanaan Lengkungan

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011 3.4

(26)

Elevasi dasar ditentukan dari keadaan topografi pada peta kontur sedangkan elevasi rencana diperoleh dari grafik rencana jalan yang sudah direncanakan.

Tabel 3.19 Elevasi dasar dan rencana segmen Trase Jalan

STA Jarak Elevasi Eksisting

Elevasi Rencana

Beda Tinggi

0 + 0 10 33.379 33.299 -0.08

0 + 10 10 33.052 33.299 0.25

0 + 20 10 33.299 33.299 0.00

0 + 30 10 35.051 33.563 -1.49

0 + 40 10 36.482 33.827 -2.66

0 + 50 10 33.433 34.094 0.66

0 + 60 10 33.954 34.354 0.40

0 + 70 10 34.475 34.618 0.14

0 + 80 10 34.996 34.882 -0.11

0 + 90 10 35.135 35.146 0.01

0 + 100 10 34.491 35.410 0.92

0 + 110 10 35.097 35.673 0.58

0 + 120 10 36.334 35.937 -0.40

0 + 130 7 35.874 35.937 0.06

0 + 137 7 35.780 35.937 0.16

0 + 144 7 35.648 35.937 0.29

0 + 151 10 35.790 35.937 0.15

0 + 161 37.548 37.548 0.00

Jalan yang akan direncanakan berupa jalan Lokal pada daerah datar dengan kecepatan rencana VR = 60 km/Jam.

Data – data dan ketentuan:

 Dari tabel Kelandaian maksimum yang diizinkan untuk VR = 60 km/Jam, Kelandaian maksimum < 3 %

 Dari tabel jarak pandang henti minimum, untuk VR = 60 km/Jam, jarak pandang henti minimum (Jh) = 85 meter

 Dari tabel panjang jarak pandang mendahului, untuk VR = 60 Km/Jam, jarak pandang mendahului minimum (Jd) = 350 meter

(27)

a) Menentukan kelandaian rencana

Contoh menghitung kelandaian rencana pada segmen:

STA Elevasi Jarak Beda

Tinggi Kemiringan

0 + 0 33.299 10 0.00 0.00%

0 + 10 33.299 10 0.00 0.00%

0 + 20 33.299 10 0.00 0.00%

0 + 30 33.563 10 -0.26 -2.64%

0 + 40 33.827 10 -0.26 -2.64%

0 + 50 34.094 10 -0.27 -2.67%

0 + 60 34.354 10 -0.26 -2.60%

0 + 70 34.618 10 -0.26 -2.64%

0 + 80 34.882 10 -0.26 -2.64%

0 + 90 35.146 10 -0.26 -2.64%

0 + 100 35.410 10 -0.26 -2.64%

0 + 110 35.673 10 -0.26 -2.63%

0 + 120 35.937 10 -0.26 -2.64%

0 + 130 35.937 7 0.00 0.00%

0 + 137 35.937 7 0.00 0.00%

0 + 144 35.937 7 0.00 0.00%

0 + 151 35.937 10 0.00 0.00%

0 + 161 37.548 -26.38%

-1.55%

Untuk segmen lainnya terdapat pada tabel 3.1 dibawah ini Tabel 3.28 Kelandaian Tiap Segmen

STA Elevasi

Eksisting

Elevasi Rencana

Beda

Tinggi Jarak Kelandaia n

0 + 0 33.379 33.299 -0.08 10 -0.80%

0 + 10 33.052 33.299 0.25 10 2.47%

0 + 20 33.299 33.299 0.00 10 0.00%

0 + 30 35.051 33.563 -1.49 10 -14.88%

0 + 40 36.482 33.827 -2.66 10 -26.55%

0 + 50 33.433 34.094 0.66 10 6.61%

0 + 60 33.954 34.354 0.40 10 4.00%

0 + 70 34.475 34.618 0.14 10 1.43%

0 + 80 34.996 34.882 -0.11 10 -1.14%

0 + 90 35.135 35.146 0.01 10 0.11%

0 + 100 34.491 35.410 0.92 10 9.19%

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(28)

0 + 110 35.097 35.673 0.58 10 5.76%

0 + 120 36.334 35.937 -0.40 10 -3.97%

0 + 130 35.874 35.937 0.06 7 0.90%

0 + 137 35.780 35.937 0.16 7 2.24%

0 + 144 35.648 35.937 0.29 7 4.13%

0 + 151 35.790 35.937 0.15 10 1.47%

0 + 161 37.548 37.548 -9.03%

-0.53%

b) Mencari panjang L

1) Berdasarkan jarak pandangan henti :

STA Elevasi

Eksisting

Elevasi Rencana

Beda

Tinggi Jarak Kelandaian A L Jh < L

0 + 0 33.379 33.299 0.08 10 0.80%

-0.84% -15 Memenuhi

0 + 10 33.052 33.299 -0.25 10 -2.47%

-1.24% -22 Memenuhi

0 + 20 33.299 33.299 0.00 10 0.00%

7.44% 135 Tidak

Memenuhi 0 + 30 35.051 33.563 1.49 10 14.88%

20.72% 375 Tidak

Memenuhi 0 + 40 36.482 33.827 2.66 10 26.55%

9.97% 181 Tidak

Memenuhi 0 + 50 33.433 34.094 -0.66 10 -6.61%

-5.31% -96 Memenuhi

0 + 60 33.954 34.354 -0.40 10 -4.00%

-2.72% -49 Memenuhi

0 + 70 34.475 34.618 -0.14 10 -1.43%

-0.14% -3 Memenuhi

0 + 80 34.996 34.882 0.11 10 1.14%

0.52% 9 Memenuhi

0 + 90 35.135 35.146 -0.01 10 -0.11%

-4.65% -84 Memenuhi

0 + 100 34.491 35.410 -0.92 10 -9.19%

-7.47% -

135 Memenuhi 0 + 110 35.097 35.673 -0.58 10 -5.76%

-0.89% -16 Memenuhi

0 + 120 36.334 35.937 0.40 10 3.97%

1.54% 28 Memenuhi

0 + 130 35.874 35.937 -0.06 7 -0.90%

-1.57% -28 Memenuhi

0 + 137 35.780 35.937 -0.16 7 -2.24%

-3.19% -58 Memenuhi

0 + 144 35.648 35.937 -0.29 7 -4.13%

-2.80%

0 + 151 35.790 35.937 -0.15 10 -1.47%

3.78%

0 + 161 37.548 37.548 9.03%

2) Berdasarkan jarak pandangan mendahului :

STA Elevasi

Eksisting

Elevasi Rencana

Beda

Tinggi Jarak Kelandaia

n A L Jd < L

(29)

0 + 0 33.379 33.299 0.08 10 0.80% -

0.84% -122 Memenuhi

0 + 10 33.052 33.299 -0.25 10 -2.47%

-1.24% -180 Memenuhi

0 + 20 33.299 33.299 0.00 10 0.00%

7.44% 1085 Tidak

Memenuhi 0 + 30 35.051 33.563 1.49 10 14.88%

20.72% 3021 Tidak

Memenuhi 0 + 40 36.482 33.827 2.66 10 26.55%

9.97% 1454 Tidak

Memenuhi 0 + 50 33.433 34.094 -0.66 10 -6.61%

-5.31% -774 Memenuhi

0 + 60 33.954 34.354 -0.40 10 -4.00% -

2.72% -396 Memenuhi

0 + 70 34.475 34.618 -0.14 10 -1.43%

-0.14% -21 Memenuhi

0 + 80 34.996 34.882 0.11 10 1.14%

0.52% 75 Memenuhi

0 + 90 35.135 35.146 -0.01 10 -0.11%

-4.65% -678 Memenuhi

0 + 100 34.491 35.410 -0.92 10 -9.19% - 7.47%

-

1090 Memenuhi 0 + 110 35.097 35.673 -0.58 10 -5.76%

-0.89% -131 Memenuhi

0 + 120 36.334 35.937 0.40 10 3.97%

1.54% 224 Memenuhi

0 + 130 35.874 35.937 -0.06 7 -0.90%

-1.57% -229 Memenuhi

0 + 137 35.780 35.937 -0.16 7 -2.24% -

3.19% -58 Memenuhi

0 + 144 35.648 35.937 -0.29 7 -4.13%

-2.80%

0 + 151 35.790 35.937 -0.15 10 -1.47%

3.78%

0 + 161 37.548 37.548 9.03%

3.4 Stasioning Jalan dan Potongan Melintang Jalan 3.4.1 Stasioning Jalan

Menurut buku Rekayasa Jalan Raya yang diterbitkan oleh Gunadarma, untuk menentukan panjang suatu lokasi jalan atau jarak dari suatu tempat sampai ke tempat lain pada suatu lokasi jalan perlu digunakan stationing.

Yang dimaksud dengan stationing adalah penentuan jarak langsung yang diukur dari titik awal, Stationing dilakukan setiap jarak 10 m. Dimulai dari Stationing 0+000 s.d 0+161.

Stationing jalan bisa dilihat pada Lampiran Gambar Alinyemen Horizontal.

3.4.2 Potongan Memanjang Jalan

Potongan memanjang jalan adalah potongan yang sejajar dengan bidang sepanjang jalan utamanya. Potongan memanjang jalan mempunyai fungsi untuk menampilkan data – data seperti elevasi Existing Ground dan Finishing Ground serta menampilkan alinyemen vertikal jalan (cekung/cembung).

Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011

(30)

Potongan memanjang jalan bisa dilihat pada Lampiran Gambar Alinyemen Vertikal.

3.5 Potongan Melintang Jalan

Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan seperti jalan utama, bahu jalan, drainase, dan lapisan tebal perkerasan jalan. Pada penampang melintang jalan kita juga bisa menghitung kubikasi cut or fill pada pekerjaan jalan.

Detail potongan melintang jalan dapat dilihat pada Lampiran Gambar Cross Section.

3.6 Perhitungan Galian Dan Timbunan

Perhitungan galian kubikasi pada cut or fill dapat terluhat pada Lampiran gambar yang di sertai dengan tabel hitungan kubikasi serta perencanaan badan jalan,bahu jalan Drainase dan Pengaman Tebing.

Detail perhitungan kubikasi jalan dapat dilihat pada Lampiran Gambar Cross Section.

Referensi

Dokumen terkait

 Jalan kelas II , yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)

Jalan Kelas III A: Jalan kelas III A adalah jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihin 2.500 milieter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan

Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2,5 meter, ukuran panjang melebihi 18,0 meter, ukuran paling tinggi

(3) Jalan kelas III A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c, merupakan jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan

Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari: Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk

jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 dua ribu lima ratus milimeter, ukuran

Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari: Bina Marga, 1997 1 Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor