BAB III
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN 3.1 Parameter Perencanaan
3.1.1 Klasifikasi Jalan
A. Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri- ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan direncanakan berfungsi sebaga jalan lokal . B. Klasifikasi berdasarkan kelas jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton. Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan a n g ku t a n , jal an dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi k e nd a r aa n b e rmoto r , muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan
menu rut kelas jalan, terdiri dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui k e nd a r aa n b e rmot o r te rmasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 m i l i met e r, dan muat a n sumbu te r b e r a t y ang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
masih belum digunakan di I ndon e sia, n amun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di P r a n c is tel ah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan p e ti k e mas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
Klasifikasi jalan raya menurut kelas jalan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Klasifikasi menurut kelas jalan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga, 1997.
C. Klasifikasi menurut medan jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-
perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut. Klasifikasi menurut medan jalan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Klasifikasi menurut medan jalan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga, 1997.
Tabel 3.3 Perhitungan kemiringan medan
STA Elevasi Jarak Beda
Tinggi Kemiringan
0 + 0 33.379 10 0.00 0.00%
0 + 10 33.052 10 0.25 2.47%
0 + 20 33.299 10 1.75 17.52%
0 + 30 35.051 10 1.43 14.31%
0 + 40 36.482 10 -3.05 -30.49%
0 + 50 33.433 10 0.52 5.21%
0 + 60 33.954 10 0.52 5.21%
0 + 70 34.475 10 0.52 5.21%
0 + 80 34.996 10 0.14 1.39%
0 + 90 35.135 10 -0.64 -6.44%
0 + 100 34.491 10 0.61 6.06%
0 + 110 35.097 10 1.24 12.37%
0 + 120 36.334 10 -0.46 -4.60%
0 + 130 35.874 7 -0.09 -1.34%
0 + 137 35.780 7 -0.13 -1.89%
0 + 144 35.648 7 0.14 2.03%
0 + 151 35.790 10 1.76 17.58%
0 + 161 37.548 44.60%
2.62%
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Berdasarkan data medan di atas dan berdasarkan Tabel 1.2 Klasifikasi menurut medan jalan, di mana kemiringan medan < 3 %, maka jalan termasuk jenis medan Datar.
3.1.2 Penentuan Dimensi Jalan
Satuan Mobil Penumpang (smp)Data berbagai kelas kendaraan lain (selain mobil) dikonversikan kesatuan ersebut dengan mengalikannya dengan faktor tertentu, seperti yang ditujukan pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Nilai Ekivalen dalam satuan mobil penumpang (smp) Kelas kendaraan Standar
perkotaan Standar
pedesaan Recana perempatan
bundaran
Rencana penempatan
lampu LL
Mobil pribadi ,taksi, kombinasi sepeda motor,kendaraan muatan ringan (sampai 1 5 ton atau 3 0 cwt , tanpa muatan)
1.00 1.00 1.00 1.00
Sepeda motor(untuk
seorang),Skuter,moped 0.75 1.00 0.75 0.33
Kendaraan barang sedang atau berat (lebih dari 1 5 ton atau 3 0 cwt , tanpa muatan) , kereta kuda
2.00 3.00 2.80 1.75
Bis sedang dan
besar, Bis gandeng, trem Sepeda
3.00 0.33
3.00 0.50
2.80 0.33
2.25 0.20
Volume kendaraan diatas diubah menjadi volume dalam satuan mobil penumpang (smp) sebagai berikut:
Jenis Kendaraan ; (Distribusi Lalu Lintas) x (EMP) = Jumlah (SMP)
Tabel 3.5 Data IQoh Nilai satuan mobil penumpang (smp)
N
o JenisKendaraan Distribusi Lalu Lintas EMP Jumlah
1 mt 1235 1 1235
2 mp 69 1 69
3 tr 58 3 174
4 bs 69 3 207
1685
Tabel 3.6 Data LHR Awal Umur Rencana satuan mobil penumpang (smp) No JenisKendaraan Umur Rencana
Awal IQoh Jumlah
1 mt 1.638616 1235 2023.691
2 mp 1.638616 69 113.0645
3 tr 1.638616 174 285.1193
4 bs 1.638616 207 339.1936
Jumlah LHR Awal Umur Rencana 2,5 % per-Tahun 2761.069
Tabel 3.7 Data LHR Akhir Umur Rencana satuan mobil penumpang (smp) N
o JenisKendaraan Umur Rencana
Akhir IQoh Jumlah
1 mt 1.670888 2023.691 3381.361
2 mp 1.670888 113.0645 188.9181
3 tr 1.670888 285.1193 476.4022
4 bs 1.670888 339.1936 566.7544
Jumlah LHR Akhir Umur Rencana 2,6 % per-Tahun 4613.435 Tabel 3.7 Data LHR Rata-Rata Umur Rencana satuan mobil penumpang
(smp)
LHR Awal Umur Rencana 2761.06 9 LHR Akhir Umur Rencana
4613.43 5 Jumlah Rata-rata 3687.25 2
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalulintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalu lintas dapat berupa: Median,Bahu,Trotoar,Pulau Jalan dan,Separator.
Jalur lalulintas dapat terdiri atas beberapa tipe,yaitu : 1. 1 jalur-2 lajur- 2 arah (2/2 TB)
2. 1 jalur-2 lajur- 1 arah (2/1TB) 3. 2 jalur-4 lajur- 2 arah (4/2 B)
4. 2 jalur –n lajur- 2 arah (n12 B), dimana n = jumlah jalur.
Keterangan: TB = tidak terbagi.
B = terbagi
Tabel 3.5 Penentuan lebar jalur dan bahu jalan
Sumber :Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.
Berdasarkan data dan tabel diatas,maka dipilih jalur jalan:
1 jalur-2 lajur- 2 arah (2/2 TB) Lebar Perkerasan (2 × 3,5 m) Lebar Bahu (2 x 1,0 m)
3.1.3 Penentuan Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
Tabel 3.6 Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997. Berdasarkan tabel tersebutkarena fungsi jalan adalah lokal dan medan jalan datar maka, kecepatan rencana VR = 40-70 Km/jam. Sehingga VR yang digunakan adalah 50 km/jam.
3.1.4 Perhitungan Jarak Pandang
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yangmembahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebutdengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan JarakPandang Mendahului (Jd).
1. Jarak Pandang Henti (J h)
Jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihatadanya halangan di depan. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jh terdiri dari dua elemen jarak yaitu : jarak tanggap dan jarak pengereman.
Jhdalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :
Jh=VR
3,6T+
[
3,6VR]
22gf di mana :
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55.
Tabel 3.7 Jarak Pandang Henti (JH) minimum
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.
Jarak Pandang Mendahului (Jd)
Jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula. Jd ditentukan dalam rumus dalam satuan meter sebagai berikut:
Jd = d1+d2+d3+d4
Di mana:
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m),
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 213 d2 (m).
Rumus yang digunakan :
d1=0,278. T1+
(
VR−m+a .T2 1)
d2=0,278. VR .T2
d3=antara30−100meter
d4=2 3d2
Di mana:
T1= waktu dalam detik, 2,12+0,026 VR
T2= waktu kendaraan berada di jalur lawan,(detik), 6,65+0,048 VR
a = percepatan rata-rata Km/jam/detik, 2,052+0,0036 VR
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan kendaraan yang didahului (biasanya diambil 10-15 km/jam)
Jd yang sesuai dengan VR ditetapkan dari tabel 1.7
Tabel 3.8 Panjang Jarak Pandang Mendahului
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.
Perhitungan:
Tikungan
Jarak Pandang Henti (Jh)
Jh=VR
3,6T+
[
3,6VR]
22gf =60
3,62,5+
[
3,660]
22∙9,8∙0,55=67.43m
Jadi,berdasarkan tabel jarak pandang minimumVR = 60 km/jam, maka diambil Jh = 75 m.
Jarak Pandang Mendahului (Jd)
d1=0,278. T1+
(
VR−m+a .T2 1)
=0,278.3,42+(
60−15+7,6332)
=50.196d2=0,278. VR .T2=0,278∙50∙9,05=158.9604 Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
d3=60 d4=2
3d2=2
3158.9604=105.973 Jd=d1+d2+d3+d4=360.129m
Jadi,berdasarkan tabel panjang jarak pandang mendahului VR = 60 km/jam, maka diambil Jd =350 m.
3.2 Perencanaan Alinemen Horizontal 3.2.1 Perencanaan Alternatif Lintasan
Gambar Terlampir
3.2.2 Penentuan Titik Koordinat Dan Grid Gambar Terlampir
3.2.3 Perhitungan Jarak Titik dan Sudut Pertemuan Tikungan Gambar Terampir
3.2.4 Perhitungan Lengkungan Tingkungan
Perhitungan lengkung horizontal. Tidak semua tikungan boleh berbentuk spiral circle spiral. Hal ini tergantung kecepatan rencana dan radius circle itu sendiri. Batasan yang digunakan di Indonesia untuk penggunaan spiral circle spiral adalah:
Tabel 3.8 Tabel Jari-Jari Kelengkugan Minimum
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
Untuk tikungan yang jari-jarinya lebih besar dari harga diatas ditawarkan memakai ”full circle”,untuk jari-jari yang lebih kecil dari harga diatas dipakai ” spiral circle spiral”.
Syarat tikungan yang digunakan:
- Full Circle : Rc ≥ Rmin - Spiral – Circle – Spiral : Lc ≥ 20 m - Spiral – Spiral : Lc< 20 m
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Tabel 3.9 Kecepatan Rencana, e maks, f maks, R min dan D min
Sumber: Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Silvia Sukirman 1999
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
3.2.4.1Perhitungan Alinemen Horizontal Tikungan A.Perhitungan Tikungan 1 (PI 1)
Diketahui :
Klasifikasi Fungsi Jalan = Lokal Klasifikasi Medan = Datar Kecepatan rencana = km/jam
e maksimum = 10%
e rencana = 8,3%
β = 88º
Lebar jalan = 2 x 3,5 m (tanpa median) f maks = 0.153 (diperoleh dari tabel 3.9)
Rrencana = 120 m
= 3 m/det3 (perubahan percepatan, yang bernilai antara 1-3 m/det3
Tahap I
Rmin= VR2 127(em+ƒm) Rmin= 602
127(0,1+0,153)=112,041 m Tahap II
Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,041 m Direncanakan R = 120 m
em= VR2
127x Rc−fm=( 602
127x120)−0,153 = 0,083
Tahap III
Metode AASHTO
Dari lampiran tabel 3.13 metode AASHTO diperoleh em = 0,083 dan ls` = 50 m
Karena e = 8,3% ≥ 3%, maka bentuk lengkung yang digunakan adalah Spiral Circle Spiral / Spiral Spiral
Tahap IV Lc1=(em−en)
3,6.ℜ × VR=(0,083−0,022)
3,6.0,035 ×60=29,04 Rumus Mod. SHORTT
Lc2=en VR3
RC. C−2,727VR . e C
¿0,022 603
120.1,5−2,72760.0,083
1
¿12,8
Rumus mod. SHORTT Ls=V .t
3,6=60.3 3,6 =50 Tahap V
Ls’ = 50 > Lc = 29,04 Ls’ = 50 > Lc = 12,8 Ls’ = 50
Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’ = 50 Tahap VI
maka diperoleh:
θs=Ls .90
π . R =50.90
π.120=¿ 11,94°
θc=β−2θs=88−2.12=64 ° Lc= θc
360x2π Rc= 64
360x2π120=134,095m(¿20m)
Karena Lc yang di dapat > 20 m, maka digunakan bentuk lengkung horizontal Spiral-Circle-Spiral
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Tahap VII
Perhitungan Lengkung Spiral-Circle-Spiral Lc = 0
Ls di dapat dalam Lampiran Tabel 3.16.
θs = Ls x90 π x Rc = 60x90
3,14x120 = 14,32 ᵒ
Lengkung Peralihan
Gambar 3.3 Landai relatif maksimum berdasarkan AASHTO`90
Jika direncanakan dengan memplot grafik Landai relatif maksimum berdasarkan AASHTO`90, maka diperoleh:
m = 164
Ls minimum = 164.(0,1).3,5 = 57,4 m
Ls>Ls minimum, maka Rc untuk lengkung berbentuk spiral-spiral dapat digunakan.
Tahap VIII θs = 14,32 ᵒ p* = 0,02911 k* = 0,49804
nilai p* dan k* di dapat dari Lampiran tabel 3.15.
Jadi,
p = p* x Ls = 0,02911. 57,4
= 1,67 m K = k* x Ls
= 0,49804. 57,4
= 28,59 m
Lc = θc
360 x(2x π x Rc) = ∆−(2xθs)
360 x(2x π x Rc) = 74,5−(2x14,32)
360 x 2 x 3,14x 120 = 41,349 m
L = Lc + (2Ls) = 41,349 + (2 x 57,4) = 156,149 m
Ts = ( Rc + p ) tg ½β + k = ( 120 + 1,67 ) tg½ 74,5 + 28,59 = 121,11 m Es = ( Rc + p ) sec ½β – Rc = ( 120 + 1,67 ) sec½ 74,5 – 120 = 32,85 m
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Tahap IX
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk spiral-circle-spiral adalah sebagai berikut:
V = 60 km/jam L = 156,149 m β = 74,5° e = 8,3%
θs = 14,32 m Ls = 57,4 m Rc = 120 m Lc = 41,439 m Es = 32,85 m p = 1,67 m Ts = 121,11 m k = 28,59 m
Pelebaran Perkerasan Pada Lengkung Horizontal
Gambar 3.3 Pelebaran Perkerasan pada tikungan b = lebar kendaraan rencana
B = Iebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam.
U = B-b
C = lebar ketebasan sarnping di kiri dan kanan kendaraan
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan.
Bn = lebar total perkerasan pada bagian lurus.
Bt = lebar total perkerasan di tikungan.
n = jumlah lajur.
Bt = n(B+C)+Z
∆b = tambahan lebar perkerasan di tikungan.
∆b = Bt-Bn Diketahui :
Ri = 130 m
V = 60 km/jam
Asumsi kendaraan = Truk tunggal sebagai kendaraan rencana.
Jalan 2 Lajur dengan lebar total 7 m.
Jarak Pandangan Pada Lengkung Horizontal Tabel 3.10 Jarak pandangan henti minimum
3.2.5 Kesimpulan
No Deksripsi Tikungan 1 satuan
1 V 60 km/jam
2 100 °
3 14,32 m
4 Rc 120 m
5 Es 69,28 m
6 Ts 173,59 m
7 L 209,57 m
8 e 8.3 %
9 Ls 57,4 m
10 Lc 94,77 m
11 p 1,67 m
12 k 28,59 m
3.3 Perencanaan Alinemen Vertikal 3.3.1 Perencanaan Lengkungan
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011 3.4
Elevasi dasar ditentukan dari keadaan topografi pada peta kontur sedangkan elevasi rencana diperoleh dari grafik rencana jalan yang sudah direncanakan.
Tabel 3.19 Elevasi dasar dan rencana segmen Trase Jalan
STA Jarak Elevasi Eksisting
Elevasi Rencana
Beda Tinggi
0 + 0 10 33.379 33.299 -0.08
0 + 10 10 33.052 33.299 0.25
0 + 20 10 33.299 33.299 0.00
0 + 30 10 35.051 33.563 -1.49
0 + 40 10 36.482 33.827 -2.66
0 + 50 10 33.433 34.094 0.66
0 + 60 10 33.954 34.354 0.40
0 + 70 10 34.475 34.618 0.14
0 + 80 10 34.996 34.882 -0.11
0 + 90 10 35.135 35.146 0.01
0 + 100 10 34.491 35.410 0.92
0 + 110 10 35.097 35.673 0.58
0 + 120 10 36.334 35.937 -0.40
0 + 130 7 35.874 35.937 0.06
0 + 137 7 35.780 35.937 0.16
0 + 144 7 35.648 35.937 0.29
0 + 151 10 35.790 35.937 0.15
0 + 161 37.548 37.548 0.00
Jalan yang akan direncanakan berupa jalan Lokal pada daerah datar dengan kecepatan rencana VR = 60 km/Jam.
Data – data dan ketentuan:
 Dari tabel Kelandaian maksimum yang diizinkan untuk VR = 60 km/Jam, Kelandaian maksimum < 3 %
 Dari tabel jarak pandang henti minimum, untuk VR = 60 km/Jam, jarak pandang henti minimum (Jh) = 85 meter
 Dari tabel panjang jarak pandang mendahului, untuk VR = 60 Km/Jam, jarak pandang mendahului minimum (Jd) = 350 meter
a) Menentukan kelandaian rencana
Contoh menghitung kelandaian rencana pada segmen:
STA Elevasi Jarak Beda
Tinggi Kemiringan
0 + 0 33.299 10 0.00 0.00%
0 + 10 33.299 10 0.00 0.00%
0 + 20 33.299 10 0.00 0.00%
0 + 30 33.563 10 -0.26 -2.64%
0 + 40 33.827 10 -0.26 -2.64%
0 + 50 34.094 10 -0.27 -2.67%
0 + 60 34.354 10 -0.26 -2.60%
0 + 70 34.618 10 -0.26 -2.64%
0 + 80 34.882 10 -0.26 -2.64%
0 + 90 35.146 10 -0.26 -2.64%
0 + 100 35.410 10 -0.26 -2.64%
0 + 110 35.673 10 -0.26 -2.63%
0 + 120 35.937 10 -0.26 -2.64%
0 + 130 35.937 7 0.00 0.00%
0 + 137 35.937 7 0.00 0.00%
0 + 144 35.937 7 0.00 0.00%
0 + 151 35.937 10 0.00 0.00%
0 + 161 37.548 -26.38%
-1.55%
Untuk segmen lainnya terdapat pada tabel 3.1 dibawah ini Tabel 3.28 Kelandaian Tiap Segmen
STA Elevasi
Eksisting
Elevasi Rencana
Beda
Tinggi Jarak Kelandaia n
0 + 0 33.379 33.299 -0.08 10 -0.80%
0 + 10 33.052 33.299 0.25 10 2.47%
0 + 20 33.299 33.299 0.00 10 0.00%
0 + 30 35.051 33.563 -1.49 10 -14.88%
0 + 40 36.482 33.827 -2.66 10 -26.55%
0 + 50 33.433 34.094 0.66 10 6.61%
0 + 60 33.954 34.354 0.40 10 4.00%
0 + 70 34.475 34.618 0.14 10 1.43%
0 + 80 34.996 34.882 -0.11 10 -1.14%
0 + 90 35.135 35.146 0.01 10 0.11%
0 + 100 34.491 35.410 0.92 10 9.19%
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
0 + 110 35.097 35.673 0.58 10 5.76%
0 + 120 36.334 35.937 -0.40 10 -3.97%
0 + 130 35.874 35.937 0.06 7 0.90%
0 + 137 35.780 35.937 0.16 7 2.24%
0 + 144 35.648 35.937 0.29 7 4.13%
0 + 151 35.790 35.937 0.15 10 1.47%
0 + 161 37.548 37.548 -9.03%
-0.53%
b) Mencari panjang L
1) Berdasarkan jarak pandangan henti :
STA Elevasi
Eksisting
Elevasi Rencana
Beda
Tinggi Jarak Kelandaian A L Jh < L
0 + 0 33.379 33.299 0.08 10 0.80%
-0.84% -15 Memenuhi
0 + 10 33.052 33.299 -0.25 10 -2.47%
-1.24% -22 Memenuhi
0 + 20 33.299 33.299 0.00 10 0.00%
7.44% 135 Tidak
Memenuhi 0 + 30 35.051 33.563 1.49 10 14.88%
20.72% 375 Tidak
Memenuhi 0 + 40 36.482 33.827 2.66 10 26.55%
9.97% 181 Tidak
Memenuhi 0 + 50 33.433 34.094 -0.66 10 -6.61%
-5.31% -96 Memenuhi
0 + 60 33.954 34.354 -0.40 10 -4.00%
-2.72% -49 Memenuhi
0 + 70 34.475 34.618 -0.14 10 -1.43%
-0.14% -3 Memenuhi
0 + 80 34.996 34.882 0.11 10 1.14%
0.52% 9 Memenuhi
0 + 90 35.135 35.146 -0.01 10 -0.11%
-4.65% -84 Memenuhi
0 + 100 34.491 35.410 -0.92 10 -9.19%
-7.47% -
135 Memenuhi 0 + 110 35.097 35.673 -0.58 10 -5.76%
-0.89% -16 Memenuhi
0 + 120 36.334 35.937 0.40 10 3.97%
1.54% 28 Memenuhi
0 + 130 35.874 35.937 -0.06 7 -0.90%
-1.57% -28 Memenuhi
0 + 137 35.780 35.937 -0.16 7 -2.24%
-3.19% -58 Memenuhi
0 + 144 35.648 35.937 -0.29 7 -4.13%
-2.80%
0 + 151 35.790 35.937 -0.15 10 -1.47%
3.78%
0 + 161 37.548 37.548 9.03%
2) Berdasarkan jarak pandangan mendahului :
STA Elevasi
Eksisting
Elevasi Rencana
Beda
Tinggi Jarak Kelandaia
n A L Jd < L
0 + 0 33.379 33.299 0.08 10 0.80% -
0.84% -122 Memenuhi
0 + 10 33.052 33.299 -0.25 10 -2.47%
-1.24% -180 Memenuhi
0 + 20 33.299 33.299 0.00 10 0.00%
7.44% 1085 Tidak
Memenuhi 0 + 30 35.051 33.563 1.49 10 14.88%
20.72% 3021 Tidak
Memenuhi 0 + 40 36.482 33.827 2.66 10 26.55%
9.97% 1454 Tidak
Memenuhi 0 + 50 33.433 34.094 -0.66 10 -6.61%
-5.31% -774 Memenuhi
0 + 60 33.954 34.354 -0.40 10 -4.00% -
2.72% -396 Memenuhi
0 + 70 34.475 34.618 -0.14 10 -1.43%
-0.14% -21 Memenuhi
0 + 80 34.996 34.882 0.11 10 1.14%
0.52% 75 Memenuhi
0 + 90 35.135 35.146 -0.01 10 -0.11%
-4.65% -678 Memenuhi
0 + 100 34.491 35.410 -0.92 10 -9.19% - 7.47%
-
1090 Memenuhi 0 + 110 35.097 35.673 -0.58 10 -5.76%
-0.89% -131 Memenuhi
0 + 120 36.334 35.937 0.40 10 3.97%
1.54% 224 Memenuhi
0 + 130 35.874 35.937 -0.06 7 -0.90%
-1.57% -229 Memenuhi
0 + 137 35.780 35.937 -0.16 7 -2.24% -
3.19% -58 Memenuhi
0 + 144 35.648 35.937 -0.29 7 -4.13%
-2.80%
0 + 151 35.790 35.937 -0.15 10 -1.47%
3.78%
0 + 161 37.548 37.548 9.03%
3.4 Stasioning Jalan dan Potongan Melintang Jalan 3.4.1 Stasioning Jalan
Menurut buku Rekayasa Jalan Raya yang diterbitkan oleh Gunadarma, untuk menentukan panjang suatu lokasi jalan atau jarak dari suatu tempat sampai ke tempat lain pada suatu lokasi jalan perlu digunakan stationing.
Yang dimaksud dengan stationing adalah penentuan jarak langsung yang diukur dari titik awal, Stationing dilakukan setiap jarak 10 m. Dimulai dari Stationing 0+000 s.d 0+161.
Stationing jalan bisa dilihat pada Lampiran Gambar Alinyemen Horizontal.
3.4.2 Potongan Memanjang Jalan
Potongan memanjang jalan adalah potongan yang sejajar dengan bidang sepanjang jalan utamanya. Potongan memanjang jalan mempunyai fungsi untuk menampilkan data – data seperti elevasi Existing Ground dan Finishing Ground serta menampilkan alinyemen vertikal jalan (cekung/cembung).
Mita Juliati / NIM : 19.22201.1.011
Potongan memanjang jalan bisa dilihat pada Lampiran Gambar Alinyemen Vertikal.
3.5 Potongan Melintang Jalan
Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan seperti jalan utama, bahu jalan, drainase, dan lapisan tebal perkerasan jalan. Pada penampang melintang jalan kita juga bisa menghitung kubikasi cut or fill pada pekerjaan jalan.
Detail potongan melintang jalan dapat dilihat pada Lampiran Gambar Cross Section.
3.6 Perhitungan Galian Dan Timbunan
Perhitungan galian kubikasi pada cut or fill dapat terluhat pada Lampiran gambar yang di sertai dengan tabel hitungan kubikasi serta perencanaan badan jalan,bahu jalan Drainase dan Pengaman Tebing.
Detail perhitungan kubikasi jalan dapat dilihat pada Lampiran Gambar Cross Section.