• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A.Jalan Perkotaan

1. Klasifikasi Jenis Jalan

Menurut UU No 38 Tahun 2004 tentang jalan, definisi jalan adalah sebagai berikut :

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Berdasarkan pengertian tersebut jalan merupakan prasarana transportasi darat. Jalan bukan hanya jalur yang dilewati oleh kendaraan, tetapi termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas baik yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah.

Menurut Warpani (1990 : 85) jalan dikelompokkan kedalam beberapa jenis, yaitu:

a. Berdasarkan fungsinya

Berdasarkan fungsinya jalan dikelompokkan menjadi :

1) Arteri Primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

2) Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

(2)

3) Kolektor Primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua lainnya, atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

4) Kolektor Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan antara pusat jenjang kedua, atau antara pusat jenjang kedua dengan ketiga.

5) Lokal Primer, yaitu jalan yang menghubungkan persil dengan kota semua jenjang.

6) Lokal Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan pemukiman dengan semua kawasan sekunder.

b. Berdasarkan daya dukungnya

Berdasarkan daya dukungnya jalan dikelompokkan menjadi : 1) Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihin 2.500 milieter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

2) Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.

3) Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

4) Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

5) Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokasi yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan, dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

c. Berdasarkan Pengelolaannya

Berdasarkan pengelolaannya jalan dibedakan ke dalam :

1) Jalan Negara, yaitu jalan yang dibina oleh Pemerintah Pusat. 2) Jalan Propinsi, yaitu jalan yang dibina oleh Pemerintah Daerah

Propinsi.

3) Jalan Kabupaten, yaitu jalan yang dibina oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota.

(3)

2. Komposisi Jalan Perkotaan

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2004) komposisi jalan perkotaan adalah sebagai berikut :

a. Jalur lalu lintas

Jalur lalu lintas kendaraan adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.

b. Bahu jalan

Kemiringan melintang bahu jalan yang normal 3-5%. c. Median

Median jalan yaitu bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak di sumbu/tengah jalan.

d. Trotoar/jalur pejalan kaki

Jalur lalu lintas untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan. e. Jalur hijau

Jalur hijau adalah bagian yang disediakan untuk penataan tanaman (pohon, perdu, atau rumput) yang ditempatkan menerus berdampingan dengan trotoar atau dengan jalur sepeda atau dengan bahu jalan atau pada pemisah jalur (median jalan).

f. Jalur lambat

Jalur lambat berfungsi untuk melayani kendaraan yang bergerak lebih lambat dan searah jalur utamanya.

g. Separator

Separator jalan dibuat untuk memisahkan jalur lambat dan jalur cepat.

Berdasarkan komposisi jalan perkotaan tersebut, jalur hijau merupakan bagian dari komposisi jalan. Jalur hijau merupakan bagian yang disediakan untuk penataan tanaman, baik pohon, perdu, maupun rumput. Jalur hijau biasanya berdampingan dengan trotoar atau bahu jalan atau pada pemisah jalur (median jalan).

(4)

B.Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Menurut Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau adalah “area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam”.

Menurut Irwan (2003) :

Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan, hutan kota, rekreasi, olahraga pemakaman, pertanian, pekarangan atau halaman, green belt dan lainnya.

Dari beberapa pengertian mengenai RTH, dapat diketahui bahwa RTH tidak hanya berupa hutan yang terdapat di kota saja, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan melepas penat. RTH juga dapat berfungsi sebagai taman olahraga, taman samping jalan, atau bahkan dapat berupa tempat penelitian yang pada akhirnya akan berdampak pada kelestarian lingkungan.

Ruang terbuka hijau ini terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan Permen PU NO.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, jenis-jenis ruang terbuka hijau meliputi : RTH Pekarangan, RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha, RTH dalam Bentuk Taman Atap Bangunan (Roof Garden), RTH Taman Rukun Tetangga, RTH Taman Rukun Warga, RTH Kelurahan, RTH Kecamatan, RTH Taman Kota, Hutan Kota, Sabuk Hijau, RTH Jalur Hijau Jalan, RTH Ruang Pejalan Kaki, RTH di Bawah Jalan Layang, dan RTH Fungsi Tertentu.

(5)

Berdasarkan Permen PU NO.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, fungsi ruang terbuka hijau yaitu :

1. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis :

Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin.

2. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu :

a. Fungsi sosial dan budaya, diantaranya : menggambarkan ekspresi budaya lokal, merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

b. Fungsi ekonomi, diantaranya : sumber produk yang bisa dijual, bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

c. Fungsi estetika, diantaranya : meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro, menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural, dan menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Dari penjelasan tersebut, ruang terbuka hijau memiliki berbagai fungsi bagi perkotaan. Fungsi utama yaitu sebagai paru-paru kota, pengatur iklim mikro, penyerap polutan di udara, produsen oksigen, peneduh, dan sebagai penahan angin. Selain itu ruang terbuka hijau juga memiliki fungsi tambahan yaitu fungsi sosial dan budaya, ekonomi, serta estetika yang meningkatkan kenyamanan dan memperindah lingkungan kota.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling

(6)

sedikit 20% dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau privat pada wilayah kota yaitu 10%. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

(Sumber : Lokakarya RTH,2005)

Gambar 2.1 : Pola dan Bentuk RTH Perkotaan

C.Jalur Hijau Jalan

Menurut Direktorat Bina Marga (1991) “jalur hijau jalan adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam daerah milik jalan (Damija) maupun di dalam daerah pengawasan jalan (Dawasja)”. Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 “jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang ditanam pada pinggiran jalur pergerakan di samping kiri-kanan jalan dan median jalan”.

(7)

Berdasarkan kedua penjelasan tersebut, jalur hijau jalan merupakan jalur untuk penetapan tanaman baik berupa pepohonan, rerumputan, maupun tanaman perdu yang ditanam pada samping kiri-kanan jalan dan median jalan.

Menurut Permen PU NO.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, jenis-jenis jalur hijau jalan yaitu :

1. Pulau Jalan dan Median Jalan

Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih.

2. Jalur Pejalan Kaki

Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman.

3. RTH Di bawah Jalan Layang

Penyediaan RTH di bawah jalan layang ini memiliki fungsi sebagai area resapan air, agar area di bawah tertata rapi, asri dan indah, menghindari kekumuhan dan lokasi tuna wisma, menghindari pemukiman liar, menutup bagian struktur jalan yang tidak menarik, serta memperlembut bagian/struktur bangunan yang berkesan kaku. Pemilihan tanaman yaitu jenis yang tahan ternaungi sepanjang waktu dan relatif tahan kekurangan air, serta berukuran tidak terlalu besar, mengingat keterbatasan tempat.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa jalur hijau jalan memiliki beberapa jenis, yang pertama yaitu pulau jalan dan median jalan. Pulau jalan yaitu jalur hijau yang berada di persimpangan jalan, sedangkan median jalan berupa jalur hijau yang terletak pada jalur pemisah jalan. Kedua, jalur pejalan kaki yaitu berupa ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman. Ketiga, RTH di bawah jembatan layang yang memiliki fungsi sebagai area resapan air, menghindari kekumuhan, pemukiman liar, dan memperlembut struktur bangunan yang terkesan kaku.

(8)

Jalur hijau jalan memiliki banyak manfaat bagi perkotaan. Menurut Watson (2001) dalam Wunas (2011:55) bahwa :

Jalur hijau jalan selain berfungsi sebagai peneduh, juga dapat berfungsi untuk melestarikan lingkungan hidup, seperti meminimalkan penyerapan panas pada permukaan jalan, mereduksi emisi kendaraan, dan memberi dampak pada sistem hidrologi perkotaan. Selain itu jalur hijau juga dapat memberikan keseimbangan visual dan dapat memberikan identitas kawasan, jika direncanakan jenis dan bentuk vegetasi, warna daun dan bunga serta aromanya.

Simonds dalam Syahroji (2008:8) menyatakan :

Tanaman tepi jalan berfungsi untuk membedakan area, yaitu melalui kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pandangan tidak bagus, menghilangkan kesilauan serta mengurangi polusi udara. Penanaman pohon di tepi jalan bertujuan untuk menciptakan efek ruang bagi pengguna jalan.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, jalur hijau jalan memiliki banyak fungsi bagi lingkungan perkotaan. Selain berfungsi sebagai peneduh, jalur hijau juga dapat berfungsi melestarikan lingkungan hidup seperti mereduksi emisi kendaraan , mengurangi polusi udara, menghilangkan kesilauan, dan memberi dampak pada sistem hidrologi perkotaan.

Vegetasi untuk jalur hijau jalan memiliki kriteria yang harus dipenuhi. Menurut Arnold dalam Syahroji (2008:8) ada beberapa syarat untuk vegetasi yang digunakan di kawasan perkotaan, khususnya jalur hijau jalan yaitu :

a. Secara umum disenangi dan tidak membahayakan warga kota.

b. Mampu tumbuh, hidup dan berkembang pada lingkungan kota marginal (defisit air, suhu tinggi, lahan terbuka, udara tercemar, lahan tidak subur dan kecepatan angin yang tinggi di daerah koridor).

c. Tahan terhadap gangguan fisik (hama dan penyakit) dan pemangkasan. d. Vegetasi endemik yang diprioritaskan dikaitkan dengan fungsi

(9)

e. Mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan berpengaruh positif terhadap tubuh tanah.

f. Mempunyai perakaran yang dalam, tidak mudah tumbang oleh angin. g. Tanaman berupa pohon, mempunyai tajuk yang lebar, selalu hijau atau

berbunga, daun tidak mudah rontok dan cabangnya tumbuh cepat.

h. Dapat menghasilkan oksigen dan mampu meminimumkan kadar polutan. i. Tanaman yang ditanam mempunyai nilai kelestarian keanekaragaman hayati dan dapat menjadi tempat kehidupan satwa liar kota terutama burung.

j. Jenis tanaman yang dipilih dapat berasosiasi dengan kelompok lainnya. k. Benih atau tanaman yang akan ditanam mudah didapat.

Jarak tanam antar pohon pada jalur hijau jalan berbeda-beda. Menurut Artianto (2005:50) untuk menghitung jarak tanam ini dapat menggunakan rumus :

Jarak tanam= Panjang jalan Jumlah tanaman ÷2

Menurut Artianto (2005;51) kategori jalur hijau jalan menurut jarak tanamnya, dibagi menjadi 3 kelas yaitu :

1. Rindang : dengan jarak tanam 0 − ≤4 meter 2. Sedang : dengan jarak tanam 4 − ≤8 meter 3. Gersang : dengan jarak tanam ≥8 meter

D.Karbondioksida (CO2)

Menurut Neiburger dalam Apriani (2009:3) karbondioksida adalah “gas yang tidak berwarna dimana molekulnya terdiri dari satu atom karbon dan dua atom oksigen, yang merupakan bahan pembentuk udara paling banyak keempat”.

Menurut Prawirowardoyo (1996) karbondioksida yang masuk ke atmosfer dapat berasal dari dua sumber yaitu :

(10)

1. Sumber alami

Sumber alami yang paling penting adalah proses pernapasan mahluk hidup, baik di darat maupun di lautan dan perubahan bahan organik. 2. Sumber buatan

Sumber buatan adalah karbondioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil, industri semen, pembakaran hutan dan perubahan tata guna lahan.

Berdasarkan penjelasan tersebut karbondioksida yang masuk ke atmosfer berasal dari dua sumber yaitu sumber alami dan sumber buatan. Karbondioksida yang berasal dari sumber alami yaitu berasal dari proses pernapasan makhluk hidup dan bahan organik, sedangkan karbondioksida yang berasal dari sumber buatan dapat dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, industri semen, pembakaran hutan, dan perubahan tata guna lahan.

Aktivitas kehidupan di perkotaan menghasilkan karbondioksida. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Dahlan dalam Apriani (2009:3) :

Kegiatan di perkotaan baik bergerak maupun yang tidak bergerak seperti: kendaraan bermotor, rumah tangga, hotel, industri dan kegiatan lainnya membutuhkan energi penggerak dan pemanas yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin, solar, minyak tanah dan batubara, dimana pembakaran ini akan menghasilkan karbondioksida.

Karbondioksida merupakan gas rumah kaca. Menurut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) dalam Sihotang (2010:3) “gas rumah kaca ada enam yaitu Karbondioksida (CO2), Metana

(CH4), Dinitro Oksida (N2O), Sulfur heksaflorida (SF6), Perflorokarbon

(11)

Menurut Apriani (2009) :

Gas rumah kaca adalah sejumlah gas yang menimbulkan efek rumah kaca. Sedangkan yang dimaksud efek rumah kaca adalah diserap dan dipantulkannya kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca. Peningkatan emisi CO2

tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. Menurut Daryanto (2004:46) :

Pemanasan global merupakan fenomena naiknya suhu permukaan bumi akibat dipenuhinya atmosfer bumi oleh gas yang sebagian besar merupakan hasil buangan aktivitas manusia, menumpuknya gas tersebut di atmosfer, menghalangi keluarnya panas dari permukaan bumi ke angkasa, akibatnya panas tersebut terkurung dan meningkatkan suhu permukaan bumi. Meningkatnya suhu ini akan mengubah pola iklim dunia.

Menurut Daryanto (2004:46) “gas polutan terbesar penyebab pemanasan bumi ini adalah karbondioksida (CO2) yang merupakan hasil pembakaran

bahan bakar seperti minyak bumi, gas dan batu bara”.

Dalam siklus karbon, tanaman melalui fotosintesis dapat menyerap CO2 untuk memproduksi karbohidrat dan oksigen. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Fardiaz (1992:147-148) :

Dalam siklus karbon, tanaman melalui fotosintesis menggunakan energi sinar untuk mereaksikan CO2 diudara dengan air untuk

memproduksi karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat yang terbentuk disimpan di dalam tanaman, dan oksigen dilepaskan ke atmosfer. Jika tanaman teroksidasi melalui dekomposisi alami, dibakar, atau dikonsumsi oleh hewan, oksigen diabsorbsi dari udara dan CO2 akan

dilepaskan kembali ke atmosfer. Proses ini merupakan siklus karbon alami yang menghasilkan CO2 atmosfer yang konstan jika tidak

(12)

Berdasarkan pernyataan tersebut dalam siklus karbon alami CO2 yang

dihasilkan oleh berbagai aktivitas yang ada di permukaan bumi ini diserap oleh tanaman dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen dan karbohidrat.

Menurut Fardiaz (1992:149) :

Manusia dapat mengganggu siklus karbon melalui beberapa aktivitasnya, misalnya penggundulan tanaman, pembakaran minyak bumi, dan mengubah batu kapur menjadi semen. Penggundulan tanaman menurunkan kemampuan alam untuk menghilangkan CO2

dari atmosfer, sedangkan pembakaran minyak bumi dan produksi semen dari batu kapur meningkatkan jumlah CO2 di udara. Pengaruh

total dari aktivitas tersebut adalah terjadinya kenaikan CO2 di

atmosfer. Aktivitas yang paling banyak pengaruhnya terhadap kenaikan CO2 di atmosfer adalah pembakaran minyak bumi.

Dari pernyataan tersebut, karbondioksida yang dilepas ke atmosfer dalam sikluas karbon alami akan diserap oleh tanaman. Akan tetapi manusia dapat mengganggu siklus karbon ini melalui berbagai aktivitasnya seperti pembakaran bahan bakar minyak bumi, penggundulan hutan, dan mengubah batu kapur menjadi semen. Penggundulan tanaman menurunkan kemampuan tanaman untuk menyerap CO2 di atmosfer, sedangkan pembakaran minyak

dan produksi semen justru meningkatkan emisi CO2 di atmosfer. Dari

berbagai aktivitas manusia ini yang paling banyak mempengaruhi kenaikan CO2 di atmosfer adalah pembakaran minyak bumi.

E. Kendaraan Bermotor

Menurut PP No 44 tahun 1993, “kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu”.

(13)

1. Jenis Kendaraan bermotor

Menurut MKJI (1997) jenis kendaraan bermotor dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Kendaraan Ringan (Light Vehicle/LV) adalah semua jenis kendaraan bermotor beroda empat yang termasuk didalamnya : 1) Mobil penumpang, yaitu kendaraan bermotor beroda empat

yang digunakan untuk mengangkut penumpang dengan maksimum sepuluh (10) orang termasuk pengemudi (Sedan, Station Wagon, Jeep, Combi, Opelet, Minibus).

2) Pick-up, mobil hantaran dan mikro truck, dimana kendaraan beroda empat dan dipakai untuk angkutan barang dengan berat total (kendaraan + barang) kurang dari 2,5 ton.

b. Kendaraan Berat (Heavy Vehicle /HV), diantaranya yaitu :

1) Mikro Bus yaitu semua kendaraan yang digunakan untuk angkutan penumpang dengan jumlah tempat duduk 20 buah termasuk pengemudi.

2) Bus yaitu semua kendaraan yang digunakan untuk angkutan penumpang dengan jumlah tempat duduk sebanyak 40 atau lebih termasuk pengemudi.

3) Truk yaitu semua kendaraan angkutan bermotor beroda empat atau lebih dengan berat total lebih dari 2,5 ton. Termasuk disini adalah Truck 2-as, Truck 3-as, Truck Tanki, Mobil Gandeng, Semi Trailer, dan Trailer.

c. Sepeda Motor (MC)

Kendaraan bermotor beroda dua dengan jumlah penumpang maksimum 2 orang termasuk pengemudi. Termasuk disini adalah sepeda motor, scooter dan sebagainya.

2. Volume Kendaraan

Menurut TRB (2000) volume kendaraan adalah “jumlah kendaraan yang melewati titik yang diberikan atau bagian lajur atau badan jalan selama interval waktu yang diberikan. Volume dapat diekspresikan dalam tahunan, harian, jam-jaman atau sub jam-jaman”. Menurut Dinas Perhubungan (2006) “volume kendaraan dapat dinyatakan dalam berbagai

(14)

satuan atau dimensi seperti : kendaraan/jam, SMP (Satuan Mobil Penumpang)/menit, SMP/siklus, dan kendaraan/24 jam” .

Menurut MKJI (1997) :

Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang lewat dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) dengan dikalikan ekuivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total dinyatakan dalam kend/jam.

Adapun untuk mengukur volume kendaraan dapat menggunakan rumus berikut.

Keterangan :

Q= volume kendaraan

n = jumlah kendaraan yang lewat t = waktu (jam)

3. Emisi CO2 Kendaraan Bermotor

a. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor

Menurut Porteous dalam Kusuma (2010:12) faktor emisi adalah massa dari suatu polutan yang dihasilkan relatif untuk setiap unit proses per satuan massa bahan bakar dikonsumsi, atau per unit produksi. Faktor emisi adalah adalah nilai representatif yang menghubungkan kuantitas suatu polutan yang dilepaskan ke atmosfer dari suatu kegiatan yang terkait dengan sumber polutan. Faktor-faktor ini biasanya

(15)

dinyatakan sebagai berat polutan dibagi dengan satuan berat, volume, jarak, lamanya aktivitas yang mengemisikan polutan atau durasi dari komponen kegiatan yang mengemisikan polutan tersebut. Faktor emisi kendaraan bermotor berdasarkan tipe bahan bakar dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Faktor Emisi Kendaraan Berdasarkan Tipe Bahan Bakar

Tipe kendaraan/ bahan bakar

Faktor emisi (gram/liter)

Catatan (km/l) NOx CH4 NMV OC CO N2O CO2 Bensin : Kendaraan penumpang Kendaraan niaga kecil Kendaraan niaga besar Sepeda motor 21.35 24.91 32.03 7.12 0.71 0.71 0.71 3.56 53.38 49.82 28.47 85.41 462.63 295.37 281.14 427.05 0.04 0.04 0.04 0.04 2597.86 2597.86 2597.86 2597.86 Ass 8.9 Ass 7.4 Ass 4.4 Ass 19.6 Diesel : Kendaraan penumpang Kendaraan niaga kecil Kendaraan niaga besar Lokomotif 11.86 15.81 39.53 71.15 0.08 0.04 0.24 0.24 2.77 3.95 7.91 5.14 11.86 15.81 35.57 24.11 0.16 0.16 0.12 0.08 2924.90 2924.90 2924.90 2964.43 Ass 13.7 Ass 9.2 Ass 3.3

Catatan : *) liter ekuivalen terhadap bensin, Sumber dikompilasi dari IPCC (1996)

Sumber : IPCC dalam Fitri 2009

b. Perhitungan Emisi Rata-rata Tiap Jalan

Menurut Kusuma (2010:18) perhitungan emisi dihitung dengan rumus berikut:

Q = n x FE x K Keterangan :

Q = Jumlah emisi (g/jam.km)

n = Jumlah Kendaraan (smp/jam atau kendaraan/jam) FE = Faktor emisi (g/liter)

(16)

Menurut Kusuma (2010:21) untuk mengetahui emisi total perhitungan emisi ini dilakukan dengan mengalikan emisi rata-rata dari tiap jenis jalan yang telah dihitung dengan panjang total masing-masing jenis jalan.

Untuk nilai dari faktor emisi menurut tipe kendaraan/bahan bakar dapat dilihat pada tabel 2.1 sedangkan mengenai konsumsi bahan bakar menurut jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Konsumsi Energi Spesifik Kendaraan Bermotor

No. Jenis Kendaraan

Konsumsi Energi Spesifik (liter/100

km)

No. Jenis Kendaraan

Konsumsi Energi Spesifik (liter/100

km)

1. Mobil Penumpang 5. Bemo, Bajaj 10,99

Bensin 11,79 6. Taksi

Diesel/solar 11,36 Bensin 10,88

2. Bus Besar Diesel/solar 6,25

Bensin 23,15 7. Truk besar 15,82

Diesel/solar 16,89 8. Truk sedang 15,15

3. Bus sedang 13,04 9. Truk kecil

4. Bus kecil Bensin 8,11

Bensin 11,35 Diesel/solar 10,64

Diesel/solar 11,83 10. Sepeda Motor 2,66

Sumber : BPPT dalam Fitri 2009

F. Daya Serap Vegetasi (Jalur Hijau Jalan) Terhadap CO2

Jalur hijau merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau, fungsinya sebagai penyerap gas CO2 sangat diharapkan untuk mengurangi

dampak negatif dari emisi yang di buang oleh kendaraan bermotor yang melintas.

(17)

Menurut Dahlan dalam Tinambunan (2006:8) :

Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air

menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas CO2

yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.

Daya serap vegetasi terhadap CO2 berbeda-beda. Daya serap

berbagai macam tipe vegetasi terhadap CO2 dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3

Daya serap vegetasi terhadap gas CO2

No Tipe penutupan Daya serap (kg/ha.hari) Daya serap (kg/ha.jam) 1 Pohon 1.559,10 129,92 2 Semak Belukar 150,68 12,56 3 Padang Rumput 32,88 2,74 4 Sawah 32,88 2,74

Sumber: Prasetyo at all dalam Permana (2006)

Semua tumbuhan yang berdaun hijau dapat berfungsi sebagai penyerap gas karbondioksida (CO2). Adapun beberapa jenis pohon yang

dapat menyerap CO2 dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4

Pohon Penyerap Karbondioksida

No Nama pohon Nama ilmiah

1 Trembesi / Ki Hujan Samanea saman

2 Cassia Cassia sp

3 Kenanga Canangium odoratum

4 Pingku Dysoxylum excelsum

5 Beringin Ficus benyamina

6 Kiara Payung Fellicium decipiens

7 Matoa Pornetia pinnata

8 Mahoni Swettiana mahagoni

(18)

No Nama pohon Nama ilmiah

10 Bungur Lagerstroema speciosa

11 Jati Tectona grandis

12 Nangka Arthocarpus heterophyllus

13 Johar Cassia grandis

14 Sirsak Annona muricata

15 Puspa Schima wallichii

16 Akasia (auriculifo) Acacia auriculiformis

17 Flamboyan Delonix regia

18 Sawo kecik Manilkara kauki

19 Tanjung Mimusops elengi

20 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima

21 Sempur Dilena retusa

22 Khaya Khaya anthotheca

23 Merbau pantai Intsia bijuga

24 Akasia (mangium) Acacia mangium

25 Angsana Pterocarpus indicus

26 Asam kranji Pithecelobium dulce

27 Saputangan Maniltoa grandiflora

28 Dadap merah Erythrina cristagalli

29 Rambutan Nephelium lappaceum

30 Asam Tamarindus indica

31 Kempas Coompasia excelsa

Sumber : Endes N. Dahlan (2007) dalam Widyanadiari (2011)

G. Pengetahuan Masyarakat

Menurut Notoatmodjo (2003) “pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu”. Dari pengertian tersebut bahwa pengetahuan bisa didapat oleh seseorang dengan melalukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dengan melihat, mendengar, atau merasakan seseorang menjadi tahu tentang sesuatu.

Menurut Bloom dalam Notoatmojo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu :

(19)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Berdasarkan penjelasan tersebut pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkatan yang paling

(20)

rendah adalah tahu, yaitu hanya berdasarkan ingatan seseorang terhadap suatu hal, sedangkan tingkatan yang paling tinggi adalah evaluasi dimana pada tingkatan ini seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian.

Pengetahuan seseorang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses atau cara.

2. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (tv, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

3. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder. Keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai golongan ekonomi.

4. Hubungan sosial

Hubungan sosial manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal. 5. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat di peroleh.

(21)

Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap item pertanyaan yang akan

diberikan peneliti kepada responden. Menurut Arikunto (2002), kategori

pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria :

1. Baik : jika pertanyaan dijawab dengan benar 76%-100 % dari seluruh pertanyaan

2. Cukup : jika pertanyaan dijawab dengan benar 56%-75 % dari seluruh pertanyaan

3. Kurang : jika pertanyaan dijawab dengan benar < 56 % dari seluruh pertanyaan

Jadi pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan masyarakat mengenai dampak CO2 yang dihasilkan oleh

kendaraan bermotor, pemanasan global dan efek rumah kaca, serta pengetahuan masyarakat tentang pohon sebagai penyerap CO2.

H. Kaitan Penelitian dengan Pembelajaran Geografi

Menurut Sudjana (1989:28) “belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungan (akibat pengalaman)”. Sedangkan konsep geografi menurut Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988 “geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan”.

Menurut Sumaatmadja (1997:9) pengajaran geografi adalah :

Geografi yang diajarkan di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Karena itu, penjabaran konsep-konsep, pokok bahasan, dan subpokok bahasannya harus disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental anak pada jenjang-jenjang pendidikan bersangkutan.

(22)

Ruang lingkup pengajaran geografi menurut Sumaatmadja (1997:12) diantaranya:

1. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia 2. Penyebaran manusia dengan variasi kehidupannya

3. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungannya dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi.

4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara darat, perairan dan udara di atasnya.

Merujuk kepada hal tersebut, penelitian ini erat kaitannya dengan ilmu geografi. Masalah lingkungan dalam hal ini mengenai pencemaran termasuk masalah geografi, karena merupakan hasil interaksi keruangan atau faktor manusia dengan alam. Ditinjau dari manusia sebagai pokoknya pencemaran merupakan masalah lingkungan yang mengancam manusia. Ketidakmampuan manusia mengatur keseimbangan antara kebutuhan hidupya dengan kemampuan lingkungan inilah yang telah menimbulkan masalah lingkungan yang mengancam hidupnya.

Terus meningkatnya CO2 di atmosfer mengakibatkan iklim di dunia

bertambah panas. Iklim yang demikian akan mengubah ekologi di permukaan bumi, dan akan mempengaruhi kehidupan. Hal ini menjadi salah satu bentuk masalah lingkungan. Meningkatnya CO2 di atmosfer, langsung ataupun tidak

langsung akan mempengaruhi keadaan kesehatan penduduk. Terus meningkatnya emisi CO2 dari kendaraan bermotor merupakan hasil interaksi

antara manusia dengan lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini erat kaitannya dengan pembelajaran geografi.

Gambar

Gambar 2.1 : Pola dan Bentuk RTH Perkotaan
Tabel 2.1 Faktor Emisi Kendaraan Berdasarkan   Tipe Bahan Bakar

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi dimana hubungan sosial membantu untuk menolong individu merasa lebih baik tentang dirinya, tentang keterampilan dan kemampuannya, dengan ekspresi dari penghargaan positif

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh pengaruh terapi hemodialisis pada lansia laki-laki usia 45-59 tahun penderita gagal ginjal kronik di ruang

yang matang menyebabkan 90% dari perdarahan uterus yang tidak normal ini terjadi pada wanita saat dan akhir masa produktif. Anovulasi ini menyebabkan pola menstruasi yang

Lumut dan Tumbuhan Paku pada saat uji coba pemakaian produk yaitu 90.62% siswa merumuskan masalah dalam modul inkuiri terbimbing berbasis potensi lokal pada materi

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Hubungan Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan Anak Balita 3-5 Tahun Di Posyandu Kelurahan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Berkat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul &#34;PEMETAAN DAERAH

Pertanaman pada kondisi kahat P memperlihatkan genotipe 25EC mengeksudasikan asam oksalat dan malat, genotipe 13ED mengeksudasikan asam sitrat, sedangkan genotipe Slamet dan

Oleh karena perbedaan kekurangan dan kelebihan dari m asing - m asing kurikulum penelit i ingin m engkaj i apakah ada perbandingan hasil belaj ar siswa bidang kim