• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 4 magan addendum

N/A
N/A
Juharman

Academic year: 2024

Membagikan "Bab 4 magan addendum "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Pengertian manejemen

Manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian dan pengendalian atau kontrol sumber daya dalam mencapai sasaran dengan efisien dan efektif.

4.2 Manejemen proyek

Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. Sedangkan pengertian manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek yang telah ditentukan, serta menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal dan horisontal (Kerzner, 1982). Manajemen proyek dibagi menjadi beberapa bagian ilmu yaitu Project Scope Management, Project Time Management, Project Cost Management, Project Quality Management, Project Human Resources Management, Project Communications Management, Project Risk Management, Project Procurement Management, dan Project Integration Management (Project Management Institute, 1996). Didalam penulisan ini akan dianalisa mengenai pengendalian biaya dan waktu yang merupakan Project Cost Management dan Project Time Management

4.2.1 Fungsi Manejemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Ada lima fungsi manajemen, yaitu: Planning, Organizing, Staffing, Actuating, Controlling (Setiyarto Djoko, Y).

a. Planning (perencanaan) adalah kegiatan pertama dalam manajemen yang berupa konsep simpel yang fundamental dengan karakteristik dasar berupa prosedur dan proses yang dihasilkan dari pemikiran mendalam dan intuisi yang harus ada dalam setiap organisasi dan bagian organisasi.

b. Organizing (pengorganisasian) adalah kegiatan mengorganisir sumber daya yang ada secara sistematis agar sesuai dengan rencana yang dibuat. Suatu proyek harus diorganisir sesuai dengan tugas / pekerjaannya. Work Breakdown Stucture yang bersistem multi level dibuat agar pekerjaan yang harus dilakukan tiap unit / bagian terdefinisi dan terukur.

9

(2)

c. Staffing (pengisian staf) adalah kegiatan menyeleksi individu-individu (yang merupakan sumber daya terpenting) yang benar-benar ahli dalam bidangnya untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan seperti desain, kordinasi dan pelaksanaan proyek itu sendiri.

d. Actuating (pelaksanaan) adalah kegiatan penyelesaian proyek dengan berpedoman pada perencanaan, dilaksanakan oleh setiap individu sesuai dengan keahliannya dalam suatu struktur organisasi yang jelas dan terukur.

e. Controlling (pengendalian) adalah sistem pengendalian untuk mengukur, melaporkan dan meramalkan; ruang lingkup, anggaran dan jadwal proyek.

Tujuan pengontrolan adalah untuk mengetahui pekembangan, besarnya penyimpangan dari tahap actuating sehingga dapat diramalkan untuk kemudian diputuskan langkah-langkah apa yang harus diputuskan.

4.3 Pengertian Manajemen Waktu

Manajemen waktu proyek (Project Time Management) adalah proses merencanakan, menyusun, dan mengendalikan jadwal kegiatan proyek, dimana dalam perencanaan dan penjadwalannya telah disediakan pedomanyang spesifik untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien (Clough dan Sears, 1991). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu proyek, yaitu:

pendefinisian aktivitas, urutan aktivitas, estimasi durasi aktivitas, pengembangan jadwal, dan pengendalian jadwal. (Soemardi , 1998).

a. Pendefinisian aktivitas merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (Project Deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).

b. Urutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis.

Dalam proses ini dapat digunakan alat bantu computer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.

c. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.

d. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek

(3)

merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.

e. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan atau tidak. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:

 Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan memastikan perubahan yang terjadi disetujui.

 Menentukan perubahan dari jadwal.

 Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencanaan awal proyek

Dasar yang dipakai pada sistem manajemen waktu adalah perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi proyek yang telah ditetapkan. Adapun aspek-aspek manajemen waktu ialah menentukan penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat tersebut, dan memperbaharui kembali penjadwalan proyek (Clough dan Sears, 1991). Pelaksanaan suatu proyek sangat memerlukan suatu penjadwalan, dimana dalam hal ini dalam penetapan jangka waktu pelaksanaan proyek sangat berhubungan dengan biaya proyek tersebut. Suatu proyek diharapkan dapat diselesaikan tepat waktu, karena keterlambatan dalam penyelesaian suatu proyek dapat berpengaruh terhadap nilai pembayaran proyek.

4.4 Aspek – Aspek Manejemen Waktu

Adapun aspek-aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat terebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjadwalan proyek (Clough dan Sears, 1991). Sedang aspek - aspek manajemen waktu itu sendiri merupakan proses yang saling berurutan satu dengan

yang lainnya.

4.4.1 Menentukan penjadwalan proyek

Penjadwalan proyek adalah daftar urutan waktu operasional proyek yang berguna sebagai pokok garis pedoman pada saat proyek dilaksanakan. Tujuan memecah lingkup aktivitas dan menyusun urutannya antara lain untuk

(4)

meningkatkan akurasi kurun waktu penyelesaian proyek (Clough dan Sears, 1991).

4.4.1.1 Identifikasi Aktivitas (Work Breakdown Structure)

Proses penjadwalan diawali dengan mengidentifikasi aktivitas proyek.

Setiap aktivitas diidentifikasi agar dapat dimonitor dengan mudah dan dapat dimengerti pelaksanaannya, sehingga tujuan proyek yang telah ditentukan dapat terlaksana sesuai .

4.4.1.2 Penyusunan Urutan Kegiatan

Penyusunan urutan kegiatan adalah bagaimana meletakkan kegiatan tersebut di tempat yang benar, apakah harus bersamaan, setelah pekerjaan yang lain selesai atau sebelum pekerjaan yang lain selesai.

Pada penyusunan urutan kegiatan sendiri ada beberapa informasi yang harus diperhatikan, yaitu Technological

constraints, Managerial constraints, dan External constraints.

4.4.1.3 Perkiraan kurun waktu (Durasi)

Durasi suatu aktivitas adalah panjangnya waktu pekerjaan mulai

dari start sampai finish. Ada 2 pendekatan dalam menentukan durasi aktivitas, yaitu :

1. Pendekatan Teknik 2. Pendekatan praktek

4.4.1.4 Penyusunan Jadwal (Schedule)

Macam-macam dari schedule dapat dibagi menjadi 2 yaitu Bagan Balok dan Jaringan Kerja (CPM). Dimana keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu terdapat perpaduan antara GANTT /BAR chart dengan Jaringan Kerja yang disebut Time-Based Diagram.

4.4.2 Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring) Evaluasi kemajuan proyek tergantung pada akurasi pengukuran dan pembuatan laporan di lapangan (Brandon dan Gray, 1970). Laporan kemajuan di lapangan adalah dokumen yang sangat penting dalam menganalisa kemajuan pada akhir penyelesaian proyek. Laporan-laporan yang diperlukan meliputi presentase penyelesaian proyek pada tiap-tiap aktivitasnya (Clough dan Sears, 1991).

4.4.3 Analisis Terhadap Pelaksanaan Manajemen Waktu

(5)

Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan di Lapangan Menganalisa atau mengevaluasi tidak hanya dilakukan pada akhir proyek saja, tapi bisa juga dilakukan sewaktu-waktu apabila proyek telah terlihat ketinggalan dari jadwalnya (Smith, 2000). Setelah menerima laporan kemajuan di lapangan, informasi yang didapat kemudian di bandingkan dengan penjadwalan proyek.

4.5 RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB )

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan atau estimasi jumlah nominal anggaran biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bangunan konstruksi. Menurut Firmansyah (2011:25) dalam bukunya rancang bangun aplikasi rencana anggaran biaya dalam Pembangunan Rumah. Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek pembangunan. Secara umum perhitungan RAB dapat dirumuskan sebagai berikut:

Perhitungan Rencana Anggaran Biaya ini bertujuan untuk mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan, mengontrol pengeluaran per item pekerjaan, mencegah adanya keterlambatan atau pemberhentian pekerjaan, dan meminimalisir pemborosan biaya yang mungkin terjadi pada saat dilaksanakannya pekerjaan.

4.6 Urutan Membuat RAB

Dalam membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) mempunyai urutanurutan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan Gambar Kerja

Gambar kerja bermanfaat sekali untuk beberapa keperluan proyek Anda. Mulai dari keperluan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pembuatan Surat Perjanjian Kontrak Kerja (SPK), sampai tahap pembuatan RAB. Penggunaan gambar kerja pada RAB RAB = Σ (Volume x Harga Satuan Pekerjaan) 8 diperlukan untuk menentukan berbagai jenis pekerjaan, spesifikasi dan ukuran material bangunan. pastikan dari gambar kerja ini dapat ditentukan ukuran dan spesifikasi material bangunan. Dengan begitu, menghitung volume pekerjaan pun menjadi lebih mudah. Gambar kerja inilah yang menjadi rujukan dalam menentukan item-item pekerjaan yang akan dihitung dalam pembuatan RAB.

2. Menyusun Item pekerjaan dan Menghitung Volume Pekerjaan RAB = Σ (Volume x Harga Satuan Pekerjaan)

(6)

Tahapan ini menguraikan item-item pekerjaan yang akan dikerjakan. Uraian pekerjaan disajikan dalam bentuk pokok-pokok pekerjaan yang menjelaskan mengenai lingkup besar pekerjaan. Setelah item pekerjan diuraikan. Langkah berikutnya adalah menghitung volume pekerjaan. Penghitungan ini dilakukan dengan cara menghitung banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan, misalkan per m2, m3, atau per unit. Volume pekerjaan nantinya dikalikan dengan harga satuan pekerjaan, sehingga didapatkan jumlah biaya pekerjaan.

3. Membuat Daftar Harga Satuan Upah, Material, Dan Alat (H1)

Harga satuan upah, material dan alat (H1) merupakan item yang harus hati- hati dalam menentukannya, karena dalam tahapan ini seorang Quantity of Surveyor harus mempertimbangkan banyak faktor. Dalam kuliah Mahasiswa diajarkan bahwa menetukan harga satuan cukup menggunakan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK). Jika semua penyedia jasa menggunakan HSPK yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah maupun Pusat akan terjadi penawaran harga yang sama. Untuk sebuah tender yang dilelang melalui situs LPSE, penyedia jasa cukup mengisi harga satuan karena item pekerjaan dan volume pekerjaan sudah disiapkan oleh pemilik kerja. Sebelum menentukan H1 terlebih dahulu tentukan Harga Satuan diluar keuntungan (H0). Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan H0 adalah 9 Apakah Biaya Asuransi Ketenagakerjaan dan Perlengkapan K3 ada atau tidak. Jika tidak, maka biaya Asuransi Ketenagakerjaan dan Perlengkapan K3 dimasukkan kedalam setiap Harga Satuan.

4. Daftar Analisa Satuan pekerjaan

Analisa Harga Satuan Pekerjaan merupakan sebuah analisa gabungan harga satuan upah, material dan sewa alat berat untuk mendapatkan harga per satu satuan volume pekerjaan. Sebagai contoh pekerjaan pengecoran beton dengan mutu K250, satuan volume yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah m3 (meter kubik). Dalam satuan volume tersebut harga yang tertera berupa harga gabungan dari material beton, upah tenaga dan truck molen beserta pompa jika diperlukan. Analisa harga satuan pekerjaan terdiri dari uraian harga, koefisien, harga satuan upah, meterial dan alat, hasil kali koefisien dan harga satuan. Hasil kali tersebut dijumlah dan menjadi harga satuan. 5. Harga Satuan pekerjaan Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja atau harga yang harus dibayar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi berdasarkan perhitungan analisa.

Penentuan harga ini dapat diambil dari standar harga yang berlaku dipasaran atau daerah tempat proyek dikerjakan sesuai dengan spesifikasi Kota Semarang yang dinamakan harga satuan. Secara umum dapat disimpukan sebagai berikut:

(7)

5. Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Setelah volume dan harga satuan kerja sudah bisa didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mengalikan angka tersebut sehingga dapat ditentukan jumlah biaya dari masing-masing pekerjaan. Hitung jumlah biaya pekerjaan dengan mengalikan volume pekerjaan x harga satuan.

6. Rekapitulasi

Langkah terakhir dalam membuat RAB adalah membuat bagian rekapitulasi. Rekapitulasi adalah jumlah total masing-masing sub pekerjaan, seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi, atau pekerjaan beton. Kedua sub pekerjaan tersebut dapat diuraikan lagi secara lebih detail.

Setiap pekerjaan kemudian ditotalkan sehingga didapatkan jumlah total biaya pekerjaan. Di dalam menghitung biaya rekapitulasi ini, bisa juga bisa ditambahkan biaya Pajak Pertambahan Nilai atau yag sering kita sebut PPN yaitu sebesar 10% dari total nilai pekerjaan seluruhnya.

4.7 Presentase Bobot Pekerjaan

Prosentase bobot pekerjaan adalah nilai besarnya pekerjaan siap (telah selesai) per item dibanding dengan pekerjaan selesai seluruhnya, untuk pekerjaan selesai seluruhnya dinilai 100%. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

4.8 Perhitungan Volume Pekerjaan

Menurut Fathansyah, (2002:154) dalam buku analisa-analisa dalam proyek menyebutkan bahwa, Perhitungan volume pekerjan adalah bagian paling esensial dalam tahap perencanaan proyek. Pengukuran kualitas atau volume pekerjaan merupakan suatu proses pengukuran, perhitungan terhadap kuantitas Presentase Bobot =Volume x Harga Satuan tiap Item Pekerjaan x 100% Harga Total Bangunan 14 item –item pekerjaan sesuai dengan lapangan. Dengan mengetahui jumlah volume pekerjaan maka akan diketahui berapa banyak biaya yang akan di perlukan dalam pelaksanaan proyek. Perhitungan volume pekerjaan memiliki beberapa cara perhitungan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya.

Salah satu Rumus perhitungan volume item pekerjaan antara lain:

Harga satuan pekerjaan = H.S Bahan + H.S Upah + H.S Alat

Presentase Bobot = Volume x Harga Satuan tiap Item Pekerjaan x 100%

Harga Total Bangunan

(8)

a. Volume untuk luasan item pekerjaan (m2) = Panjang x Lebar

b. Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m3) = Panjang x Lebar x Tinggi c. Volume untuk panjang item pekerjaan (m’) = Panjang

d. Volume untuk Borongan (ls, unit, buah) =Sesuai dengan kesepakatan kepada dua belah pihak

4.9 Time Scedule (Rencana Kerja)

Time Schedule adalah suatu bentuk rancangan kerja yang dibutuhkan untuk penyesesaian suatu pekerjaan. Dalam time schedule menganduung batasan alokasi waktu penyelesaian masing-masing item pekerjaan secaara runtut yang dittetapkan sebagai acuan dalam penyelesaian suatu proyek pekerjaan. Ada beberapa bentuk time schedule yang biasa digunakan dalam proyek konstruksi pembangunan, antara lain:

1. Kurva S 2. Bar Chart

3. Network Planing

4. Schedule harian, mingguan, bulaan, tahunan, dan waktu tertentu

Dengan adanya time schedule kita bisa mendapatkan gambaran jangka waktu pekerjaan dilaksanakan. Pekerjaan dapat diselesaikan serta urutan item pekerjaan yang harus dilaksanakan. Tujuan dan manfaat pembuatan Time Schedule pada sebuah proyek konstruksi antara lain:

a. Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang 15 dibutuhkan.

b. Pedoman waktu untuk mendatangkan material yang sesuai dengan item pekerjaan yang akan dilaksanaan.

c. Pedoman waktu untuk pengadaan alat-alat kerja.

d. Pedoman sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja proyek konstruksi.

e. Pedoman pencapain progres pekerjaan setiap waktu tertentu.

f. Pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan proyek atau bonus atas percepatan proyek.

g. Pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi.

Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan:

a. Gambar kerja proyek.

b. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek.

c. Bill of Quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan.

d. Data lokasi proyek berada pada sumber daya meliputi material peralatan, sub kontraktor yang tersedia di sekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.

e. Data sumber material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi proyek.

(9)

f. Data kebutuhan tegana kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

g. Data acuan atau musim di lokasi pekerjaan proyek.

h. Data jenis transportasi yang tepat digunakaan di sekitar lokasi proyek.

i. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.

j. Data kapasitas produksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, dan material.

k. Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan tenggang waktu pembayaran progress, dan lain-lain.

4.10 Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standar pengupahan pekerja dan harga sewa atau beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi (Arruan & dkk, 2014). Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukan nilai satuan bahan atau material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acauan atau panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan. Untuk harga bahan material dapat di pasaran, yang kemudian dikumpulkan dan didata dalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan atau material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan dilokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan didata dala suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang II-2 didalam perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi alat (efisiensi), metode pelaksanaan dan jarak angkut. Satuan yang digunakan dalam menentukan analisa harga satuan item pekerjaan adalah satuan uang untuk tiap satuan kuantitas item pekerjaan ($/m3 , $/m2 , $/m, dan seterusnya). Satuan ini yang akan digunakan sebagai dasar pembayaran bagi pelaksana pekerjaan, oleh karena itu penguukuran pekerjaaan yang dilakukan dengan tujuan untuk pembayaran harus menggunakan satuan yang digunakan dalam analisa harga satuan item pekerjaan. Secara keseluruhan analisa harga satuan dapat dihitung dengan rumus:

Secara keseluruhan analisa harga satuan dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

Ai = Analisa harga satuan pada item pekerjaan ke-i Ti = Biaya tenaga kerja pada item pekerjaan ke-i

Ai= Ti + Mi+ Pi

(10)

Mi = Biaya material pada item pekerjaan ke-i Pi = biaya peralatan pada item pekerjaan ke-i

Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang digunakan untuk membayar unsur tenaga kerja yang bersangkutan dalam menyelesaikan satu satuan item pekerjaan dan diperoleh dari hasil perkalian antara koefisien dan harga satuannya (Lulu, 2003). Unsur-unsur tenaga kerja meliputi: pekerja, tukang, kepala tukang dan mandor.

Keterangan:

Ti = Biaya tenaga kerja pada item pekerjaan ke-i KTi = Koefisien tenaga kerja pada pekerjaan ke-i

HTi = Harga satuan tenaga kerja pada item pekerjaan ke-i

Biaya Material Biaya material merupakan biaya yang digunakan untuk membayar unsur material yang bersangkutan dalam menyelesaikan satu satuan item pekerjaan dan diperoleh dari hasil perkalian antara koefisien dan harga satuannya (Lulu, 2003). Unsure-unsur material antara lain: pasir, batako, semen, besi beton, kayu, papan, cat, dan lain-lain.

Keterangan:

Mi = Biaya material pada item pekerjaan ke-i KMi = Koefisien material pada pekerjaan ke-i

HMi = Harga satuan material pada item pekerjaan ke-i

Biaya peralatan Biaya peralatan merupakan biaya yang digunakan untuk membayar unsur peralatan yang bersangkutan dalam menyelesaikan satu satuan item pekerjaan dan diperoleh dari hasil perkalian antara koefisien dan harga satuannya (Lulu, 2003). Unsure-unsur peralatan tersebut seperti: dump truck, ready mix, dan lain-lain.

Ti = KTi X HTi

Mi = KMi. X .HMi

Pi = KPi X HPi

(11)

Keterangan:

Pi = Biaya peralatan pada item pekerjaan ke-i KPi = Koefisien peralatan pada pekerjaan ke-i

HPi = Harga satuan peralatan pada item pekerjaan ke-i

Koefisien Koefisien adalah banyaknya sumber daya (tenaga kerja, material, dan peralatan) yang digunakan untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan (Lulu, 2003). Nilai koefisien digunakan sebagai dasar perhitungan biaya anggaran suatu proyek. Satuan koefisien yang biasa digunakan adalah : m, m2 , m3 , kg, hari, jam. II-4 Besar kecilnya nilai koefisien sangat tergantung dari:

1. Produktivitas tenaga kerja dan peralatan Produktivitas tenaga kerja dan peralatan adalah kemampuan dari tenaga kerja dan peralatan untuk menghasilkan atau menyelesaikan suatu pekerjaan dalam satu hari kerja atau jam.

2. Mutu Mutu yaitu kualitas dari hasil pekerjaan yang berhasil diselesaikan. Mutu pekerjaan sangat tergantung dari cara penyelesaian pekerjaan tersebut oleh tenaga kerja dan peralatan serta kualitas material yang digunakan.

3. Kondisi lokasi pekerjaan Kondisi pekerjaan yang jauh dari kota atau sulit dijangkau, serta medan pekerjaan yang sulit sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan produksi kerja dari tenaga kerja dan peralatan. Hal ini disebabkan karena distribusi tenaga kerja, material, dan peralatan ke lokasi sulit membuat tenaga kerja dan peralatan bekerja dengan tingkat resiko besar, sehingga produksi kerja menjadi rendah karena tenaga kerja dan peralatan bekerja sangat hati-hati.

4. Tenaga kerja yang tersedia Bila tenaga kerja yang tersedia cukup memadai dan memiliki ketrampilan yang bervariasi, maka tenaga kerja yang ada bisa digunakan untuk menggantikan fungsi dari alat-alat berat tertentu yang apabila digunakan maka biaya pekerjaan lebih besar dibandingkan bila menggunakan tenaga manusia. 5. Peralatan yang tersedia Peralatan yang tersedia untuk digunakan harus seimbang, dalam arti peralatan tersebutharus bisa saling melayani.

6. Target volume per satuan waktu. Target volume per satuan waktu adalah hasil produksi yang harus diperoleh dalam satu hari atau jam. Usaha yang dilakukan untuk mencapai target volume ini tercapai bila ada keseimbangan dengan kemampuan alat dan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Koefisien masing—

masing sumber daya dapat diketahui bila volume produksi pekerjaan masing- masing sumber daya diketahui. Volume produksi adalah hasil produksi (hasil kerja) satu kelompok peralatan selama waktu kerja tertentu (hari, jam). Oleh karena itu keahlian seseorang estimator untuk mengestimasi hal-hal diatas sangat diperlukan.

(12)

Koefisien Tenaga Kerja Koefisien tenaga kerja adalah jumlah penggunaan waktu tiap-tiap unsur tenaga kerja untuk menyelesaikan satu satuan item pekerjaan (Lulu, 2003). Sebelum menghitung koefisien tenaga kerja perlu diketahui hasil produksi tenaga kerja tersebut. Pada proyek, hasil ini biasanya diambil berdasarkan produksi kelompok tenaga kerja. Dalam analisa-analisa hasil produksi kelompok tenaga kerja ini telah diestimasi atau dihitung oleh seorang estimator yang berpengalaman dengan berpatokan pada hasil produksi kelompok tenaga kerja yang pernah melakukannya. Kadang-kadang diperlukan beberapa kelompok tenaga kerja agar target volume dapat tercapai. Kelompok tenaga kerja dapat terdiri dari mandor, kepala tukang, tukang, dan pekerja. Koefisien tenaga kerja dapat dihitung dengan formula berikut ini:

Keterangan:

Ktk = Koefisien tenaga kerja (hari) ∑T = Jumlah tenaga kerja

Q = Produksi Satuan koefisien menggunakan waktu sehingga jika produksi diperhitungkan dalam satuan jam maka satuan koefisien adalah jam, sedangkan jika produksi diperhitungkan dalam satuan hari maka satuan koefisien adalah hari.

Koefisien Material Koefisien material adalah jumlah material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu satuan item pekerjaan, satuan koefisien untuk material menggunakan m, m2 , m3 , kg (Lulu, 2003). untuk mengetahui koefisien material, maka perlu mengetahui sifat-sifat material kembang susut dan berat isi material. Sifat material kembang susut meliputi konversi dari volume material padat dengan faktor pengembangan ditambah dengan satu pada material tersebut. Berat isi material merupakan penjumlahan dari kebutuhan material yang dibutuhkan untuk satu satuan waktu. II-6 Koefisien dari material dapat dihitung menggunakan formula berikut ini:

Keterangan:

Km = Koefisien material (hari)

Kr = Kebutuhan riil per satuan item pekerjaan fa = faktor yang hilang dalam analisa

4.11 Penjadwalan ( Kurva S )

Kurva S adalah grafik yang merepresentasikan kumulatif dari keseluruhan kegiatan proyek. Visualisasi kurva S memberikan informasi mengenai kemajuan

K = 1 X TK

Km = Kr + fa

(13)

proyek dengana membandingkan antara kurva S rencana dengan realisasi.

Formulasi kurva S adalah penjumlahan persentase kumulatif bobot masing- masing kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek dan diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga jika garis-garis tersebut dihubungkan, maka akan membentuk huruf S. Bentuk kurva demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal proyek biasanya masih sedikit, kemudian pada bagian pertengahan meningkat dalam jumlah yang cukup besar, lalu pada akhir proyek volumen kegiatan kembali mengecil.

Proses analisis terhadap Kurva S akan menunjukkan risiko-risiko sebagai berikut:

1. Faktor Data:

a. Penyusunan pekerjaan di kurva S tidak sesuai dengan yang ada di Gambar (Shop Drawing)

b. Penyusunan pekerjaan di kurva S tidak sesuai dengan yang ada di RAB 2. Faktor Durasi: Estimasi durasi yang kurang tepat dalam penyusunan kurva S 3. Faktor waktu:

a. Jangka waktu pelaksanaan di kurva S tidak sesuai dengan jangka waktu yang tercantum di dalam kontrak

b. Ketidak sesuaian pengaturan jangka waktu dalam kurva S karena pengaruh adanya cuti dan hari libur nasional (tanggal merah)

4. Faktor Relation:

a. Terdapat hubungan antar pekerjaan yang tidak logis

b. Banyaknya pekerjaan yang ditangani dalam waktu yang bersamaan namun tidak dapat di analisa pengaruh terhadap total durasi karena tidak dapat diketahui hubungan antar aktivitas dalam kurva S

c. Terjadi penundaan pekerjaan maka tidak dapat di analisa pengaruh terhadap total durasi karena tidak dapat diketahui hubungan antar aktivitas dalam kurva S

5. Metode : Tidak dilakukan penyusunan jadwal dengan software (Ms. Project, primavera, dll.) sebelum penyusunan kurva S

6. Adendum: Kurva S tidak diupdate / diperbarui terhadap adanya tambah kurangnya pekerjaan

7. Faktor Aktivitas Kritis:

a. Tidak dapat diketahui aktivitas atau lintasan kritis dalam kurva S

b. Tidak dapat diprediksi pekerjaan mana yang harus diprioritaskan agar tidak terjadi keterlambatan 3 Analisis terhadap Kurva S dilakukan dengan tujuan untuk menemukan risiko- risiko yang akan diidentifikasi dan digunakan sebagai variabel risiko, yang selanjutnya akan digunakan untuk pengambilan kebijakan.

(14)

Berikut merupakan risiko-risiko yang bisa ditemukan dalam data Kurva S, yaitu:

1. Adanya perbedaan antara penyusunan kegiatan di Kurva S dengan kegiatan yang dilaksanakan.

2. Adanya perbedaan antara penyusunan kegiatan di Kurva S dengan kegiatan yang ada di RAB.

3. Terdapat estimasi durasi pekerjaan yang kurang tepat dalam Kurva S.

4. Terdapat hubungan antar pekerjaan yang tidak logis dalam Kurva S.

5. Kurva S tidak diupdate, diperbaharui dan dimutakhirkan terhadap adanya penambahan atau pengurangan pekerjaan.

6. Besarnya deviasi waktu (cepat/lambat) tidak dapat menunjukkan dampak yang terjadi terhadap total jangka waktu perencanaan.

7. Ketidaksesuaian pengaturan jangka waktu dalam kurva S karena pengaruh adanya cuti dan hari libur nasional (tanggal merah).

8. Banyaknya pekerjaan yang ditangani dalam waktu yang bersamaan, namun tidak dapat di analisa pengaruh terhadap total durasi karena tidak dapat diketahui hubungan antar aktivitas dalam kurva S.

9. Tidak dilakukan penyusunan jadwal dengan menggunakan software manajemen proyek (Ms. Project, Primavera, dll.) sebelum penyusunan kurva S, sehingga Tidak dapat diketahui aktivitas atau lintasan kritis dalam kurva S dan tidak dapat diprediksi pekerjaan mana yang harus diprioritaskan agar tidak terjadi keterlambatan.

10. Penjadwalan pengaturan tenaga kerja tidak diketahui dalam kurva S, jika terjadi keterlambatan maka penambahan tenaga kerja tidak dapat diketahui secara pasti pada pekerjaan mana yang perlu ditambahkan.

11. Penjadwalan penyediaan material tidak diketahui dalam kurva S, jika terjadi keterlambatan atau banyaknya pekerjaan yang ditangani dalam waktu bersamaan, maka penjadwalan material tidak dapat diketahui secara pasti pada pekerjaan mana yang perlu diprioritaskan jumlah materialnya.

12. Penjadwalan penggunaan alat tidak diketahui dalam kurva S, jika terjadi keterlambatan, maka penambahan alat tidak dapat diketahui secara pasti pada pekerjaan mana yang perlu ditambahkan.

Langkah awal untuk pembuatan kurva S adalah dengan memetakan kegiatan- kegiatan terhadap 4 pelaksanaan keseluruhan proyek. Gantt Chart adalah bagan yang digunakan untuk memberikan gambaran visual mengenai beragam tugas proyek yang dijadwalkan dari waktu ke waktu. Bagan ini digunakan saat perencanaan proyek dan berfungsi untuk menunjukkan pekerjaan apa yang perlu dilakukan pada hari-hari tertentu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Gantt Chart modern juga akan menunjukkan timeline proyek, status, serta siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas dalam proyek. Dengan demikian,

(15)

melalui Gantt Chart maka manajer proyek dan anggota tim dapat melihat tanggal mulai, tanggal akhir, serta pencapaian yang sudah diperoleh dalam satu diagram batang sederhana. Berikut ini adalah beberapa informasi yang bisa diperoleh melalui bagan tersebut :

 break down proyek (tugas-tugas)

 kapan tugas dimulai dan berakhir

 waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas

 nama anggota tim yang bertanggung jawab untuk setiap tugas

 kemajuan pekerjaan dalam sebuah proyek

 jadwal proyek lengkap dari awal hingga akhir

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka disusun modul Kurva S sebagai komponen dari Sistem Informasi Pemantauan Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko, yang akan memetakan kegiatan-kegiatan pelaksanaan paket pekerjaan dan monitoring kemajuan proyek melalui visualisasi dalam grafik kurva S. Modul kurva s juga memungkinkan pengguna untuk memasukkan data-data kegiatan proyeknya dalam bentuk format spreadsheet (Microsoft Excel) untuk selanjutnya bisa diuploadkan ke dalam sistem aplikasi. Analisis varian (variance analysis) dilakukan untuk memperlihatkan mengenai penyebab, dampak yang ditimbulkan, dan tindakan perbaikan yang perlu segera dilakukan. Analisis varian menggunakan pendekatan Schedule Variance (SV) yang merupakan ukuran kinerja jadwal pada sebuah proyek yang dinyatakan sebagai selisih antara progress kegiatan dan rencana, yang dihitung dalam rumus perhitungan :

Selanjutnya, aggregat Kurva S juga diintegrasikan ke dalam dashboard SIKIMR untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pengambil kebijakan terhadap representasi risiko proyek.

Secara garis besar, alur Prosedur Pengisian Kurva S adalah sebagai berikut : a. Penyusunan data paket pekerjaan dilakukan dengan melakukan pengisian

terhadap nama paket kegiatan, PPK, deskripsi kegiatan, dll. Penyusunan kegiatan/sub kegiatan bisa dilakukan dengan melakukan pengisian di file template excel untuk selanjutnya dilakukan upload data, atau dengan melakukan input langsung di modul kurva S

b. Pengisian data rincian kegiatan dan kemajuan fisik kegiatan yang meliputi akan Paket Kegiatan • Nama Paket • Data Kontrak, dll Rincian Kegiatan • Rincian Kegiatan • Rencana Progress Fisik Realisasi Kegiatan • Progress Fisik Export / Import Pelaporan dan Dashboard Grafik Kurva S Gantt Chart Penyusunan Daftar Kegiatan 6 dikalkulasi oleh sistem secara otomatis.

SV = % Progress – % Rencana

(16)

c. Pengisian realisasi kemajuan fisik kegiatan Selanjutnya, pemeliharaan data kegiatan/sub kegiatan dilaksanakan dengan melalui penggunaan Gantt chart untuk memvisualisasikan data kegiatan yang bisa mamperlihatkan jadwal pelaksanaan dan progres kegiatan secara lebih komunikatif dan interaktif.

Presentasi dan diseminasi informasi disajikan dalam visualisasi grafik Kurva S yang menampilkan kurva S komparasi dari rencana, progres dan deviasi progres kegiatan. Pelaporan dan dashboard juga disajikan untuk menampilkan pelaporan dan dashboard yang diperlukan dalam rangka memonitor risiko dari kegiatan.

4.12.Deviasi, Bobot, pesentase bobot, Rencana progress, Progres rencana Komulatif, Dan Progres Realisasi

a. Deviasi adalah selisih antarab rencana dan progress yang ada. Progres adalah kondisi dimana berhubungan dengan kemajuan ataupun perkembangan tahapan dalam sebuah proses pencapaian tujuan.

Rumus:

Sampel Perhitungan:

Diketahui:

progress Realisasi = 2.67 Progres Rencana = 2.67 Jadi, Deviasi = 2.67 – 2.67 = 0 b. Bobot Pekerjaan

Bobot pekerjaan merupakan nilai persentase kegiatan yang terdapat di proyek dimana dengan bobot pekerjaan ini nanti nya akan digunakan untuk mengetahui kemajuan dari proyek yang akan dikerjakan.

Rumus:

Contoh:

67.000.000 / 711.148.565,05 x 100 % = 9,4214 % Persentase bobot laporan progress

0,25 / 1 x 100 % = 25 %

Deviasi = Progres Realisasi – Progres Rencana

Harga pekerjaan / harga total pekerjaan x 100 %

(17)

Menghitung volume persentase bobot Rumus:

Contoh:

Pekerjaan pengeboran sumur Diketahui :

Volume pekerjaan = 1 Lama pekerjaan 4 minggu

Volume pekerjaan bobot = 1 / 4 = 0,25

c. Rencana Progres

Progres ataubkemajuaan pekerjaan adalah Tingkat capaian dalam penyelesaian suatu pekerjaan yang dinyatakan dalam bentuk persentase 0 % sd 100 %.

Rumus :

Contoh :

Persentase bobot pekerjaan 1 : 2.36 Persentase bobot pekerjaan 2 : 0.06 Persentase bobot pekerjaan 3 : 0.07 Persentase bobot pekerjaan 4 : 0.18 Jadi = 2,36 + 0.06 + 0.07+0.18 = 2.67 Progres Rencana Kumulatif

Volume persentase bobot = Volume pekerjaan / lama pekerjaan

% bobot pekerjaan 1 + % bobot pekerjaan 2 + % bobot pekerjaan 1 ……….dst

Progress rencana Komulatif Minggu 1 + 2 + 3 +4 ………..dst

(18)

Jadi

=2.67 + 5.59 + 8.51 + 11.80 + 15.52 + 19.24 + 20.52 + 23.85 + 38.41 + 57.20 + 63.77 + 78.55 = 100 %.

d. Progres realisasi

Progress realisasi merupakan pekerjaan yang benar benar terjadi di lapangan.

Rumus :

Jadi =

2.36+0.06+0.07+0.18 = 2.67

% pekerjaan 1 minggu lalu% + pekerjaan 2 minggu lalu + % pekerjaan 3 minggu lalu+ % pekerjaan 4 minggu lalu

Referensi

Dokumen terkait

Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja karena biaya tenaga kerja tersebut terdiri dari berbagai unsur biaya, maka perlu diadakan distribusi biaya tenaga kerja sebagai berikut:

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik benang merah bahwa unsur–unsur harga pokok produksi adalah seluruh biaya baik biaya bahan baku dan tenaga kerja

Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan tenaga kerja untuk yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja dalam membayar iuran, maka Program Jamsostek bagi para tenaga kerja di

Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja dalam membayar iuran, maka program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi

Untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan overhead pabrik dengan mengunakan

)iaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja langsung akan dimasukkan ke biaya tenaga kerja langsung yang akan menjadi salah satu komponen dalam biaya

Alternatif penambahan tenaga kerja dan peralatan dapat menyelesaikan pekerjaan selama 982 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. Alternatif

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang digunakan untuk membayar gaji tenaga kerja atau karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi (proses