• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Selain itu, akuntansi biaya juga merupakan salah satu bidang dari akuntansi yang memfokuskan dalam pencatatan berbagai biaya. Untuk lebih memahami akuntansi biaya, berikut ini penulis kemukakan beberapa definisi akuntansi biaya menurut para ahli.

Kartadinata (2000 :22) menyatakan bahwa :

Akuntansi biaya, kadang – kadang disebut akuntansi manajemen merupakan partner manajemen yang utama dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan dengan memberikan kepada manajemen alat – alat yang diperlukan untuk merencanakan, mengawasi dan melakukan penilaian atas kegiatan – kegiatan perusahaan.

Pengertian akuntansi biaya menurut Carter & Usry (2004 :11) yang dialihbahasakan oleh Krista adalah sebagai berikut :

Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

(2)

Menurut Jusup (2003 :9) menyataka bahwa :

Akuntasi biaya menganalisis biaya perusahaan untuk membantu manajemen dalam pengawasan biaya. Biasanya akuntansi biaya ditekankan pada biaya produksi. Harga pokok akhir-akhir ini juga melakukan penekanan atas biaya pemasaran semakin meningkat.

Berdasarkan definisi – definisi di atas, ditarik suatu benang merah bahwa akuntansi biaya merupakan media untuk menyediakan informasi biaya bagi perusahaan. Akuntansi biaya menitikberatkan pada biaya produksi sebagai dasar penentuan harga pokok produksi dan selanjutnya bermanfaat untuk penentuan harga pokok penjualan.

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya

Untuk mengelola perusahaan, diperlukan informasi biaya yang sistematis sehingga diharapkan dapat membantu manajemen untuk menetapkan sasaran laba perusahaan. Menurut Carter dan Usry (2004:11), tujuan akuntansi biaya adalah :

Pengumpulan, presentasi, dan analisis dari informasi mengenai biaya dan keuntungan membantu manajemen menyelesaikan tugas-tugas berikut : 1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam

kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensi untuk memotivasi manusia untuk berkinerja secara konsisten dengan tujuan perusahaan.

(3)

2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas. 3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari

setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.

4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.

5. Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa akuntansi biaya merupakan salah satu cabang yang dapat dijadikan alat bagi manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi-transaksi biaya.

Menurut Kartadinata (2000 :25) pengumpulan, penyajian, dan analisis biaya harus dapat memenuhi tujuan-tujuan dan keperluan-keperluan dasar berikut ini :

1. Perencanaan rugi-laba dengan perantaraan budget

Perencanaan berhubungan dengan masa depan perusahaan. Akuntansi biaya bertugas menyediakan atau membuat budget biaya-biaya yang diperkirakan untuk bahan, upah, gaji dan biaya-biaya lainnya yang perlu untuk memproduksi dan memasarkan produk perusahaan. Pemimpin perusahaan tentunya ingin mengetahui berapa besarnya laba sebagai

(4)

akibat penjualan yang direncanakan setelah dikurangi biaya-biaya yang diperkirakan itu.

2. Pengawasan biaya melalui responsibility accounting

Dasar-dasar yang berikut ini hendaknya diperhatikan dalam melakukan pengawasan biaya :

a. Penentuan tanggung jawab untuk pengawasan

b. Pembatasan tugas pengawasan seseorang pada biayanya sendiri c. Laporan hasil-hasil yang dicapai

3. Mengukur laba tahunan atau laba periodik

Mengukur laba tahunan atau laba periodik berarti memasang-masangkan biaya yang telah jatuh tempo (matching of expired cost) dengan pendapatan. Proses memasang - masangkan tersebut mengharuskan diadakannya pemisahan antara biaya jangka pendek dan biaya-biaya jangka panjang.

4. Membantu penentuan harga jual dan kebijaksanaan harga

Penentuan harga jual yang akan memberikan laba pada perusahaan menuntut adanya pengetahuan tentang biaya-biaya produk dalam hubungannya dengan volume. Kebijaksanaan harga yang diambil haruslah sedemikian rupa, sehingga perusahaan akan tetap dapat mengharapkan laba, sekalipun harus berusaha di dalam pasar dengan persaingan yang sangat ketat.

(5)

5. Menyediakan data untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan. Untuk melaksanakan strategi jangka panjang, pemimpin perusahaan harus melakukan keputusan-keputusan dan perubahan-perubahan taktis yang menyangkut pilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil. Akuntansi biaya mungkin diminta untuk menghitung biaya-biaya yang berbeda-beda dan harga-harga yang berbeda-beda untuk tujuan dan keperluan yang berbeda pula.

Berdasarkan tujuan akuntansi biaya yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu informasi yang penting bagi pihak manajemen yang berfungsi sebagai alat kontrol atas kegiatan produksi perusahaan.

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.2.1 Pengertian Biaya

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dalam berbagai cara. Umumnya penggolongan ini ditentukan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Kartadinata (2004:24) menjelaskan definisi biaya sebagai berikut:

1. Committee on Cost Concepts and Standards of the American Accounting Association menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan, yang diukur dengan satuan uang, yang dilakukan atau harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

(6)

2. Dalam Tentative set of Broad Accountuing Principles for Business Enterprises, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu manfaat.

Menurut Carter dan Usry (2004 :29-30) pengertian biaya dan beban adalah sebagai berikut :

Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain. Sedangkan beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba.

Disi lain, Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Dewi dan Deny (2006 :40-41) mengemukakan sebagai berikut :

Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau saat di masa datang bagi organisasi. Biaya dikeluarkan untuk memperoleh manfaaat di masa depan. Jika biaya telah digunakan untuk menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluwarsa. Biaya yang kadaluwarsa disebut beban (expenses).

Berdasarkan definisi–definisi di atas, dapat diketahui bahwa biaya adalah biaya-biaya yang dikeluarkan yang mempunyai nilai manfaat dimasa kini atau dimasa yang akan datang (memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi). Oleh karena karena itu biaya termasuk didalam aktiva dan

(7)

dicantumkan di dalam neraca. Beban adalah pengeluaran perusahaan untuk memperoleh pendapatan (revenue) dan akan ditandingkan dengan pendapatan itu sendiri dan memberikan manfaat hanya satu periode akuntansi, karena itu beban icantumkan di dalam laporan laba rugi perusahaan.

2.2.2 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya adalah proses pengelompokkan biaya atas keseluruhan elemen–elemen biaya secara sistematis ke dalam golongan–golongan tertentu yang lebih rinci untuk dapat memberikan informasi biaya yang lebih lengkap bagi pihak manajemen dalam mengelola perusahaan. Biaya harus digolongkan sesuai dengan manfaat yang diharapkan.

Menurut Mulyadi (2007 :13), biaya dapat digolongkan menurut : 1. Objek pengeluaran

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan 5. Jangka waktu manfaatnya

Berdasarkan pengelompokkan biaya di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Biaya menurut objek pengeluaran

Pada penggolongan biaya ini, pengklasifikasian biaya didasarkan atas nama objek pengeluaran. Contohnya, nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar

(8)

disebut biaya bahan bakar. Contoh lain dari penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran yaitu biaya asuransi, biaya depresiasi mesin, biaya bunga dan lain-lain.

2. Biaya menurut fungsi pokok dalam suatu perusahaan, terbagi tiga yaitu : a. Biaya Poduksi

Adalah biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku menjadi produksi yang siap dijual di pasaran. Biaya produksi ini meliputi biaya depresiasi dan equipment, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan penolong, dan lain-lain. Menurut objek pengeluarannya, biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Pemasaran

Adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya karyawan bagian pembungkusan, biaya bahan untuk membungkus, biaya angkut dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, dan gaji karyawan kegiatan pemasaran.

c. Biaya administrasi dan umum

Adalah biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dengan pemasaran produk. Contohnya yaitu gaji karyawan bagian akuntansi, keuanagan, biaya gaji bagian personalia, dan lain-lain.

3. Biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, di bagi menjadi dua yaitu :

(9)

a. Biaya langsung (Direct Cost)

Merupakan biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai dan mudah untuk diidentifikasi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)

Merupakan biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya ini dalam hubungannya dengan produk disebut biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.

4. Biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, terbagi empat yaitu:

a. Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya semivariabel

Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. c. Biaya semifixed

Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

(10)

d. Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume tertentu. Contohnya biaya gaji direktur produksi.

5. Biaya menurut jangka waktu manfaatnya, terbagi dua yaitu : a. Pengeluaran modal (capital expenditure)

Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi yang dicatat sebagai biaya aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi.

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

Adalah biaya yang mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran. Contohnya biaya iklan, biaya telepon, dan lain-lain.

Lebih lanjut Carter dan Usry (2004) menggolongkan biaya sebagai berikut: 1. Biaya dalam hubungannya dengan produk.

2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi

3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain 4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi

5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan atau evaluasi Berdasarkan penggolongan biaya di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Biaya dalam hubungannya dengan produk, terbagi menjadi dua yaitu: a. Biaya manufaktur (biaya produksi atau biaya pabrik)

(11)

Biaya manufaktur adalah jumlah dari tiga elemen biaya yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik

b. Biaya komersial

Biaya komersial terbagi dua yaitu biaya pemasaran ( dinilai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir, dan atau dinilai ketika proses manufaktur selesai dan produk berada dalam kondisi siap dijual), dan biaya administratif (beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi). Contoh beban pemasaran antara lain promosi, biaya penjualan, dan pengiriman.

2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi, yaitu :

a. Biaya variabel yang mana jumlah totalnya berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang waktu yang relevan

b. Biaya tetap yang bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan atau biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan

c. Biaya semivariabel yaitu jenis biaya yang mempunyai elemen biaya tetap dan biaya variabel

3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain, yaitu :

a. Biaya langsung departemen merupakan biaya yang bisa ditelusuri ke dalam suatu departemen dimana suatu biaya itu berasal.

b. Biaya tidak langsung departemen yaitu biaya yang digunakan bersama beberapa departemen yang telah memperoleh manfaat dari biaya tersebut.

(12)

4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi, meliputi biaya pengeluaran modal (capital expenditure) yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yang mempunyai masa manfaat dalam satu periode akuntansi.

5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan atau evaluasi, meliputi biaya tidak relevan dan biaya relevan.

Manajemen menggunakan biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda, yang dikenal dengan istilah konsep biaya (cost concept). Tujuan yang berbeda menunjukkan keputusan yang akan diambil. Riwayadi (2007 : 21-30) mengelompokkan biaya sebagai berikut :

1. Klasifikasi biaya berdasarkan kedayatelusuran 2. Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi utama organisasi 3. Klasifikasi biaya berdasarkan prilaku biaya aktivitas

Berdasarkan klasifikasi biaya yang telah disebutkan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Klasifikasi biaya berdasarkan kedayatelusuran, terdiri dari :

a. Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dapat ditelusuri secara mudah dan akurat ke objek biaya.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu biaya yang tidak secara mudah dan akurat ditelusuri ke objek biaya.

(13)

a. Biaya Produksi (manufacturing cost), yaitu biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead

b. Biaya pemasaran (marketing expenses), yaitu biaya yang berhubungan dengan fungsi pemasaran misalnya biaya gaji karyawan pemasaran, biaya iklan, dan ongkos angkut.

c. Biaya administrasi dan umum (admistrative and general expenses), adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum misalnya biaya karyawan departemen personalia, biaya supplies departemen keuangan.

3. Klasifikasi biaya berdasarkan prilaku biaya aktivitas, terdiri dari :

a. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang totalnya tetap tanpa dipengaruhi oleh perubahan output aktivitas dalam batas relevan tertentu, sedangkan biaya perunit berubah berbanding terbalik.

b. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan output aktivitas, dan biaya per unitnya tetap dalam batas relevan tertentu.

c. Biaya semivariabel (semivariable cost) yaitu biaya yang totalnya berubah secara tidak proporsional dengan perubahan output aktivitas, dan biaya per unitnya berbanding terbalik dengan perubahan output aktivitasnya

(14)

2.3 Pengertian dan Unsur – Unsur Harga Pokok Produksi 2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi/ product cost merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan dari perusahan manufaktur. Harga pokok produksi mempunyai kaitan yang erat dengan indikator keberhasilan perusahaan, misalnya dalam penentuan laba kotor penjualan maupun laba bersih. Harga pokok produksi memegang peranan penting karena kesalahan dalam penentuan harga pokok akan memengaruhi harga jual produk dan laba yang diharapkan. Menurut Hansen dan Mowen (2006 :47) biaya produksi adalah:

Pembebanan biaya yang mendukung tujuan manajerial yang spesifik. Jadi, arti dari biaya produksi tergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha dicapai. Definisi biaya produksi mengilustrasikan prinsip manajemen biaya yang bersifat fundamental yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.

Disisi lain, Carter dan Usry (2004 :40) menyatakan bahwa :

Biaya manufaktur–juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik-biasanya didefinsikan sebagai jumlah tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah semua pengeluaran yang ditujukan untuk pengolahan bahan, termasuk pengeluaran bahan itu sendiri, dapat berupa bahan mentah atau barang setengah jadi hingga menjadi barang jadi yang siap dijual yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

(15)

2.3.2 Unsur – Unsur Harga Pokok Produksi

Menurut Nafarin (2004:54), menyatakan bahwa yang menjadi unsur–unsur harga pokok produksi adalah sebagai berikut :

Dalam suatu produksi terdapat unsur harga pokok produk (product cost) berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya utama adalah biaya yang langsung berhubungan dengan produk. Biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik disebut sebagai biaya konversi (conversion cost) disingkat BK. Biaya konversi adalah biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk.

Kartadinata (2000:7) menyatakan dalam garis besarnya unsur-unsur harga pokok produksi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori :

1. Bahan baku dan bahan pembantu

Bahan baku dimaksudkan bahan pokok atau bahan dasar yang diperlukan ntuk menghasilkan produk jadi, seperti papan didalam produksi perabot rumah tangga. Bahan pembantu dimaksudkan bahan-bahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk jadi tersebut, misalnya paku, dempul dan cat untuk perabot rumah tangga.

2. Upah langsung

Upah langsung adalah upah para pekerja yang secara langsung turut mengerjakan produksi barang yang bersangkutan.

3. Biaya produksi tidak langsung (overhead)

Biaya produksi tidak langsung dimaksudkan biaya yang perlu dikeluarkan untuk proses produksi, tetapi tidak dapat ditentukan secara langsung

(16)

produk jadi yang mana harus menjadi pemikul biaya terakhir, seperti gaji mandor, biaya penyusutan mesin pabrik dan biaya penyusutan gedung pabrik.

Menurut Carter dan Usry (2004:40-42), unsur-unsur yang membentuk harga pokok produksi adalah sebagai berikut:

1. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam memperhitungkan biaya produk. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya bahan baku langsung.

2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.

3. overhead pabrik-juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik-terdiri dari atas semua biaya manufaktur yang ditelusuri secara langsung ke out put tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

a. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.

(17)

b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelesuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik benang merah bahwa unsur–unsur harga pokok produksi adalah seluruh biaya baik biaya bahan baku dan tenaga kerja yang langsung terlibat maupun biaya overhead yang terlibat secara tidak langsung dalam proses produksi yang akan membentuk suatu produk jadi dan siap dijual.

2.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi 2.4.1 Metode Harga Pokok Pesanan

Sistem harga pokok pesanan biasanya digunakan oleh perusahaan yang membuat produknya berdasarkan spesifikasi pesanan. Sebelum mengetahui bagaimana metode harga pokok pesanan, perlu pula dipahami mengenai karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan. Carter dan Usry (2004:127) mengemukakan sebagai berikut :

Dalam sistem perhitungan berdasarkan pesanan (job order costing) atau (job costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah; suatu pesanan adalah out put yang diidentifikasi untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Untuk menghitung biay berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus diidentifikasi secar terpisah. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, maka harus ada perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain.

(18)

Disisi lain, Hansen dan Mowen (2004:128) juga berpendapat mengenai harga pokok sebagai berikut “pada sistem produksi berdasarkan pesanan, biaya – biaya diakumulasikan berdasarkan pekerjaannya. Dan juga pengumpulan biaya per pekerjaan menyediakan informasi penting bagi pihak manajemen.”

2.4.2 Metode Harga Pokok Proses

Harga pokok proses merupakan suatu sistem pengumpulan biaya produksi yang dilakukan untuk setiap departemen atau pusat biaya. Sistem harga pokok proses ini digunakan pada industri-industri yang berproses secara massa.

Menurut Abdul Halim ( 1999:147) Karakteristik sistem harga pokok proses adalah :

1. Kegiatan Produksi dilakukan dengan tujuan mengisi persediaan atau disebut juga berproduksi massa, Sehingga :

a. Bentuk barang/ produk tidak tergantung pada pembeli dan umumnya bersifat homogen.

b. Sifat produksi berkelanjutan (tidak terputus-putus)

2. Biaya Produksi dikumpulkan secara periodik per departemen produksi atau pusat biaya (cost center) sehingga :

a. Perhitungan total biaya produksi dilakukan tiap akhir periode (bulan, triwulan dan lain-lain)

b. Biaya per unit adalah dengan membagi total biaya produksi per periode dengan jumlah unit yang dihasilkan pada periode tersebut.

(19)

3. Dikenal adanya istilah unit ekuivalen yaitu unit yang disamakan dengan satuan produk jadi (selesai) untuk kepentingan perhitungan barang dalam proses. Jadi unit ekuivalen menunjukan unit produk jadi yang di dalamnya termasuk unit yang masih dalam proses (belum selesai diproduksi) yang dinyatakan pula dalam satuan produk jadi.

4. Setiap akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi yang dibuat per cost center. Laporan harga pokok produksi berisi informasi tentang : a. Skedul Kuantitas, yang isi pokoknya tentang jumlah unit yang

diproses (masuk proses), jumlah unit yang selesai diproduksi (unit selesai), serta jumlah unit yang masih dalam proses.

b. Pembebanan biaya yang isi pokoknya tentang total biaya produksi untuk satu periode, dan biaya per unit untuk masing-masing jenis biaya (bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik).

c. Perhitungan biaya yang menyangkut pertanggungjawaban biaya yang telah dikeluarkan dan dibebankan serta distribusi pada persediaan barang jadi dan persediaan barang dalam proses.

d. Keterangan yang berisi informasi tentang perhitungan unit equivalen, dan keterangan mengenai perhitungan biaya per unit bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik, dan harga pokok dari departemen sebelumnya.

5. Barang jadi departemen satu menjadi bahan baku departemen berikutnya sampai barang selesai. Dalam sebuah perusahaan dapat terjadi hanya memproduksi satu macam produk melalui beberapa departemen produksi

(20)

dan memulai produksinya di departemen I. Selain itu, mungkin pula sebuah pabrik hanya memroduksi satu macam produksi tetapi produksi sudah dimulai di departemen I dan departemen yang lain (misalnya departemen III) yang saling tidak tergantung. Barang jadi departemen I menjadi bahan baku departemen II, barang jadi depertamen III menjadi bahan baku departemen IV. Barang jadi departemen II dan departemen IV bersama-sama menjadi bahan baku departemen V.

Dapat pula sebuah pabrik menghasilkan beberapa jenis produk yang mempunyai proses produksi melalu departemen yang berbeda-beda namun awalnya tetap melalui departemen I.

Alur biaya dalam tiap-tiap departemen dapat dilihat dalam contoh bagan alur berikut :

a. Bahan Baku akan melalui seluruh departemen produksi yang ada. Pada kegiatan ini produknya disebut “Sequintal Products”

Departemen I Departemen II Departemen III

BDP BDP BDP Barang Jadi Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Tenaga Kerja Overhead Tenaga Kerja Overhead Gambar 2.1

(21)

b. Bahan Baku dimulai dari departemen yang berbeda dan akan bergabung pada proses akhir.

Dept I Dept II BDP BDP Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Tenaga Kerja Overhead Gambar 2.2

c. Bahan Baku dimulai dari departemen I dan masing-masing jenis produk melalui proses di departemen produksi yang berbeda.

d. Gambar 2.3 Dept V Dept VI BDP BDP Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Tenaga Kerja Overhead Dept III Dept IV

BDP BDP Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Tenaga Kerja Overhead Barang Jadi Dept I BDP Bahan Baku Tenaga Kerja BOP Dept I BDP Tenaga Kerja BOP Dept I BDP Tenaga Kerja BOP Barang Jadi A, B, C Produk A Produk C Produk B

(22)

Berikut ini adalah contoh bentuk laporan harga pokok produksi menurut Abdul Halim (1999:171) Untuk produk yang proses produksinya melalui dua departemen produksi :

Data produksi untuk bulan April 19XA

Departemen I Departemen II Masuk Proses produksi

Ditransfer ke Dept. II Unit Ditambahkan Selesai Diproses Barang dalam Proses Tingkat Penyelesaian BDP - Bahan Baku - Tenaga Kerja - Overhead Pabrik Biaya Produksi - Bahan Baku - Tenaga Kerja - Overhead Pabrik 60.000 Unit 50.000 Unit - - 10.000 Unit 100 % 20 % 50 % 420.000 156.000 82.500 - - 5.000 Unit 45.000 Unit 10.000 Unit 100 % 70 % 50 % - 296.000 64.000

Laporan Harga Pkok Produksi Departemen I

Bulan April 19XA Skedul Kuantitas :

Masuk Proses Produksi 60.000 Unit

Selesai Diproses (jadi) 50.000 Unit Masih Dalam Proses 10.000 Unit

60.000 Unit 0 Unit

(23)

Pembebanan Biaya :

Elemen Biaya Jumlah Biaya Harga Per Unit Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Pabrik 420.000 156.000 82.500 7 3 1,5 658.500 11,5

Produk Sesesai = 50.000 unit @ Rp. 11,5 Rp. 575.000 Barang dalam Proses ( 10.000 Unit ) :

100 % BB = 10.000 Unit @ Rp. 7 Rp. 70.000 20 % TK = 2.000 Unit @ Rp 3 Rp. 6.000 50 % OP = 5.000 Unit @ Rp 1,5 Rp 7.500 Rp 658.500 Keterangan : a. Unit Ekuivalen Bahan Baku = 50.000 + 10.000 (100%) = 60.000 Tenaga Kerja = 50.000 + 10.000 (20%) = 52.000 Overhead Pabrik = 50.000 + 10.000 (50%) = 55.000 b. Biaya per unit

Bahan Baku = (420.000 : 60.000) x Rp. 1 = Rp 7 Tenaga Kerja = (156.000 : 52.000) x Rp. 1 = Rp 3 Overhead Pabrik = (82.500 : 55.000) x Rp. 1 = 1,5

(24)

Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II

Bulan April 19XA Skedul Kuantitas :

Masuk proses dan departemen I 50.000 Unit Tambahan bahan baku di Departemen II 5.000 Unit 55.000 Unit Selesai Diproses 45.000 Unit

Masih Dalam Proses 10.000 Unit

55.000 Unit 0 Unit Pembebanan Biaya :

Elemen Biaya Jumlah Biaya Harga Per Unit Harga Pokok Dari Dept I

Tenaga Kerja Overhead Pabrik 575.000 296.000 64.000 10,4545 5,6923 1,2800 935.000 17,4268

Produk Sesesai = 45.000 unit @ Rp. 17,4268 Rp. 784.208,9 Barang dalam Proses ( 10.000 Unit ) :

100 % HP dari Dept I = 10.000 Unit @ 10,4545 Rp. 104.545 70 % TK = 7.000 Unit @ Rp 5,6923 Rp. 39.846,1 50 % OP = 5.000 Unit @ Rp 1,2800 Rp 6.400

(25)

Keterangan : c. Unit Ekuivalen

HP dari Dept I = 45.000 + 10.000 (100%) = 55.000 Tenaga Kerja = 45.000 + 10.000 (70%) = 52.000 Overhead Pabrik = 45.000 + 10.000 (50%) = 50.000 d. Biaya per unit

HP dari Dept I = (575.000 : 55.000) x Rp. 1 = Rp 10,4545 Tenaga Kerja = (296.000 : 52.000) x Rp. 1 = Rp 5,6923 Overhead Pabrik = (64.000 : 50.000) x Rp. 1 = 1,2800

Menurut Carter dan Usry (2004:156), karakteristik dari kalkulasi biaya proses adalah :

Dalam perhitungan biaya produksi berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya merupakan departemen, tetapi bisa juga pusat pemprosesan dalam suatu departemen. Persayaratan utamanya adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya dalam suatu perode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk.

Disisi lain, Riwayadi (2006:309), menyatakan ciri-ciri perusahaan yang menggunakan perhitungan harga pokok proses adalah sebagai berikut:

(26)

1. Produk yang dihasilkan bersifat standar atau homogen dan biasanya dihasilkan dalam jumlah besar (mass production)

2. Produk yang dihasilkan secara terus menerus karena tujuan menghasilkan produk adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Berdasarkan definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa metode harga pokok proses digunakan untuk produk yang bersifat homogen dan bentuknya standar serta diproduksi secara terus menerus. Total biaya pada harga pokok proses dihitung setiap akhir periode. Perhitungan tersebut dengan menjumlahkan semua elemen biaya perunit untuk suatu produk dengan cara membagi total biaya produksi pada satuan waktu tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu tertentu.

Perbedaan metode pegumpulan harga pokok pesanan dengan harga pokok produksi akan disajikan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Perbedaaan Metode Harga Pokok Pesanan dengan Metode Harga Pokok Proses

Perhitungan Biaya Pesanan Perhitungan Biaya Proses 1. Produk sangat variasi

2. Biaya diakumulasikan berdasarkan pesanan/ pekerjaan

1. Produk bersifat homogen

2. Biaya diakumulasikan berdasarkan proses/ departemen

(27)

3. Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan dengan unit yang diproduksi untuk pekerjaan tersebut.

3. Biaya per unit dihitung melalui pembagian biaya proses satu periode dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut

Sumber: Hansen dan Mowen (2004:208)

Perusahaan dengan sistem produksi secara massa mengakumulasikan biaya produksi berdasarkan departemen/proses untuk satu periode tertentu. Dan biaya per unit dihitung melalui pembagian biaya prosesnya dengan out put yang dihasilkan pada periode tersebut. Laporan biaya proses dapat memiliki banyak bentuk/ format, tetapi sebaiknya laporan tersebut menunjukkan:

1. Biaya total dan biaya per unit dari pekerjaan yang diterima dari astu / beberapa departemen lain

2. Biaya total dan biaya per unit dari bahan baku, bahan tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik

3. Biaya dari persediaan awal dan akhir

4. Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan barang jadi.

(28)

Berikut ini adalah contoh bentuk laporan harga pokok produksi menurut Hansen dan Mowen (2006:48), secara umum :

Perusahaan Del Pie Laporan Harga Pokok Produksi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 19XX Bahan Baku Langsung :

Persediaan awal Rp xxx

Ditambah : Pembelian Rp xxx

Bahan baku yang tersedia Rp xxx

Dikurang : persediaan akhir Rp xxx

Bahan baku langsung yang digunakan Rp xxx

Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Overhead Produksi :

Tenaga kerja tidak langsung Rp xx

Depresiasi Rp xxx

Sewa Rp xxx

Utilitas Rp xxx

Pajak property Rp xxx

Perawatan Rp xxx

Jumlah biaya overhead Rp xxx

Jumlah biaya produksi yang ditambahkan Rp xxx Ditambah : Barang dalam proses awal Rp xxx

Jumlah biaya produksi Rp xxx

Dikurang : Barang dalam proses akhir Rp xxx

(29)

2.5 Metode Penentuan Biaya Produksi

Metode penentuan biaya produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi. Pada saat memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi, terdapat dua pendekatan; full costing dan variable costing.

2.5.1 Metode Full Costing

Perusahaan dalam menentukan biaya produksinya banyak yang menggunakan pendekatan full costing hal ini dikarenakan dapat mewakili keadaan biaya yang sesungguhnya. Menurut Mulyadi (2005;17) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya menjelaskan bahwa:

Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku variabel maupun tetap.”

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2006;48) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi menjelaskan bahwa:

Full costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap.”

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perhitungan biaya dengan menggunakan metode full costing adalah salah satu cara dalam

(30)

penentuan biaya dimana semua biaya produksi baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap diperhitungkan.

Menurut Mulyadi (2005;17) unsur biaya produksi menurut metode full costing terdiri dari:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead pabrik tetap xxx

Biaya produksi xxx

2.5.2 Metode Variable Costing

Perusahaan dalam menentukan biaya produksinya dengan pendekatan variable costing dilakukan apabila perusahaan memiliki bahan yang mengangur. Penggunaan variable costing ini jangan terlalu sering karena dapat merugikan pemerintah dan investor, karena dengan menggunakan metode ini laba perusahaan yang terhitung lebih kecil dibandingkan dengan metode full costing.

Menurut Mulyadi (2005:18) menjelaskan bahwa:

Variable Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel kedalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.”

(31)

Variable Costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perhitungan biaya dengan menggunakan metode variable costing adalah salah satu cara dalam penentuan biaya dimana biaya produksi yang bersifat variabel saja yang diperhitungkan.

Menurut Mulyadi (2005;18) unsur biaya produksi menurut metode variable costing terdiri dari:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx

Referensi

Dokumen terkait

ketrampilan Tentang MP-ASI Homemade No Gulgar sebelum pelatihan tertinggi adalah kurang tetapi setelah pelatihan menjadi baik yaitu sebanyak 15 responden (50%).,

5. Bila mahasiswa menerima tamu selain tamu dari akademik akan diberi sanksi berupa scorsing. Bila mahasiswa meninggalkan praktek selama praktek belum berakhir

Selain itu ada kerupuk jagung, g eplak jahe, instan empon-empon (jahe dan kunyit) dan kripik pare. Untuk emping garut dan emping melinjo dikerjakan oleh anggota di rumah

Demikian upaya untuk menyeimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri kepada pihak manajemen media

Keluar, pada menu keluar ini memiliki sub menu ganti user dan keluar dari program dimana sub menu ganti user dapat digunakan untuk pergantian user dengan hak

Dengan demikian pelayanan bukan dimulai dari kegiatan dalam lingkungan gereja, Sekolah Tinggi Teologi, tidak dimulai dari kursus-kursus pelayanan, tetapi dari sikap hati dan

SIDANG PERTAMA BPUPKI : Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang

Metode yang digunakan adalah uji aktivitas acc deaminase dilakukan pada media Dworkin – Foster (DF) dan PCR gen acdS menggunakan primer spesifik ACC serta analisis