KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ACARA 8 : IDENTIFIKASI FOSIL BENTONIK MENGGUNAKAN MIKROSKOP
LAPORAN
OLEH : RAFIKA F121 19 017 KELOMPOK 10
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil, ilmu ini mempelajari masalah organisme yang hidup pada masa yang lampau yangberukuran sangat renik (mikroskopis), yang dalam pengamatannya harus menggunakan Mikroskop atau biasa disebut micro fossils (fosil mikro).
a. Fosil
Fosil adalah sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan bekas kerangka manusia yang sudah membatu. Fosil mengalami proses pengendapan selama jutaan tahun dan mengalami suatu tekanan dan temperature yang tinggi.
b. Genus
Genus merupakan salah satu bentuk pengelompokan dalam klasifikasi makhluk hidup yang lebih rendah dari familia. Anggota-anggota genus memiliki kesamaan morfologi dan kekerabatan yang dekat. Terdapat banyak genus pada foraminifera bentonik, beberapa genus tersebut akan dibahas satu persatu dalam karya ilmiah ini.
c. Spesies
Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain.
d. Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor lainnya.
Proses ini pada umumnya bertujuan untuk memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari material-material lempung (matrik) yang menyelimutinya.
e. Penamaan Fosil
Tata penamaan fosil mengikuti tata penamaan yang diterapkan dalam dunia biologi.
Sistem penamaan ini disebut nomenklatur taksonomi (taxonomic nomenclature), yang terdiri atas dua kata (binomial nomenclature). Kata pertama menunjukkan nama keluarga (genus) dan kata kedua menunjukkan nama jenis (spesies). Nama
ilmiah ini berasal dari bahasa Latin dan ditulis dengan huruf miring, atau diberi garis bawah. Tujuan pemakaian nama ilmiah adalah pertama, agar para ahli dapat secara spesifik menentukan individu/ organisma/fosil tertentu yang mereka maksud. Kedua, untuk menghindari kebingungan mengenai individu/organisma/fosil mana yang dimaksud.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah membahasa mengenai fosil foraminifera plankton. Dengan mengamati mengenai fosil foraminifera plankton seperti bagian- bagian tubuh, hiasan pada tubuh, umur, lingkungan hidup serta manfaat dari fosil itu sendiri.
BAB II
TINJAUNA PUSTAKA 2.1 Foraminifera Bentonik
Foraminifera bentonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara menambatkan diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup didasar laut pada kedalaman tertentu. Foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Foraminifera benthonik dapat pula hidup pada kedalaman- kedalaman tertentu yakni sebagai berikut.
• Hidup pada kedalaman antara 0-100 meter (litoral)
• Hidup pada kedalaman antara 0-200 meter (neritik) • Hidup pada kedalaman200-2000 meter (bathyal)
• Hidup pada kedalaman >2000 meter (abysal)
Fosil bentonik juga dapat digunakan dalam memecahkan masalah geologi antara lain sebagai berikut.
• Sebagai fosil petunjuk
• Digunakan dalam pengkorelasian batuan
• Penentuan lingkungan pengendapan pada lapisan batuan 2.2 Siklus Perkembangbiakan
Perkembangan foraminifera dapat berlangsung secara aseksual dan seksual.
Adanya bentuk megalosfeer dan mikrosfeer dalam satu spesies, disebut sebagai dimorfisme. Hal ini menyebabkan adanya dua bentuk yang berlainan dalam satu spesies yang sama.
2.3 Cangkang
Karakter dasar foraminifera adalah adanya cangkang membentuk kamar- kamar yang dihubungkan oleh pori-pori halus (foramen). Cangkang foraminifera
dapat terbentuk dari zat-zat yang gampingan, silikaan, chitin ataupun aglutin yang sangat resisten, sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil.
Gambar Bagian-bagian penyusun pembentuk cangkang 2.4 Bentuk Cangkang
Foraminifera membentuk cangkang atas satu atau beberapa kamar.
Berdasarkan jumlah kamar yang dipunyainya, dapat diketahui berupa Monotalamus test (uniloculer) yaitu cangkang foraminifera yang terdiri atas satu kamar atau bentuk cangkang sederhana. Sedangkan yang kedua adalah Politalamus test (multiloculer) yaitu cangkang foraminifera terdiri atas banyak kamar (kompleks).
A.Bentuk cangkang Monotalamus
Gambar macam-macam bentuk cangkang monotalamus
B. Bentuk cangkang Polythalamus
• Uniformed: dalam 1 bentuk cangkang didapatkan 1 macam susuna kamar
• Biformed: dalam 1 bentuk cangkang didapatkan 2 macam susunan kamar. Misal: pada awalnya mempunyai kamar triserial, kemudian biserial. Contoh:
• Heterostomella, Cribrostomum
• Triformed: dalam 1 bentuk cangkang didapatkan 3 macam susunan kamar. Misalnya awalnya biserial kemudian terputar dan akhirnya uniserial. Contoh: Vulvulina, Semitextularia
• Multiformed: dalam 1 bentuk cangkang didapatkan >3 macam susunan kamar. (tipe ini jarang dijumpai)
Gambar Bentuk cangkang Polythalamus 2.5 Aperture
Aperture bagian penting pada cangkang foraminifera, karena merupakan lubang pada kamar akhir tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar masuk. Berikut ini macam-macam aperture.
a. Primary aperture interiormarginal (aperture utama interior marginal):
• Primary aperture interiormarginal umbilical: aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah pusat putaran (umbilicus).
• Primary aperture interiormarginal equatorial: aperture utama interiomarginal yang terletak pada equator test. Cirinya adalah apabila dari samping terlihat simetri dan dijumpai pada susunan planispira
• Primary aperture extra umbilical: aperture utama interiormarginal yang memanjang dari pusat ke peri-peri.
b. Secondary aperture (aperture sekunder): lubang lain (tambahan) dari aperture utama dan berukuran lebih kecil.
c. Accessory aperture (aperture aksesoris): aperture sekunder yang terletak pada struktur aksesoris atau struktur tambahan.
Gambar Bentuk dan posisi aperture Foraminifera 2.6 Hiasan Atau Ornamentasi
Hiasan dipakai sebagai penciri khas untuk genus atau spesies. Berdasarkan letaknya, hiasan dibagi atas beberapa :
1. Suture
• Bridge: bentuk seperti jembatan
• Limbate: bentuk suture yang menebal
• Retral processes: bentuk suture zig-zag
• Raisced bosses: bentuk tonjolan 2. Peri-peri
• Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening
• Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing 3. Permukaan Cangkang
• Punctuate: berbintik-bintik
• Smooth: mulus/licin
• Reticulate: mempunyai sarang lebahPustulose: tonjolan-tonjolan bulat
• Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang 4. Umbilicus
• Umbilical plug: umbilical yang mempunyai penutup
• Deeply umbilical: umbilical yang berlubang dalam
• Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar
• Ventral umbo: umbilicus yang menonjol ke permukaan 5. Aperture
• Tooth: menyerupai gigi
• Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal
• Bulla: bentuk segienam teratur
• Tegilla: bentuk segienam tidak teratur
Gambar Hiasan pada Foraminifera
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu : 1. Pensil
2. Bolpoin 3. Penghapus 4. Penggaris 5. Lampu Senter
6. Mikroskop monokuler
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Lembar deskripsi
2. Buku penuntun praktikum paleontologi.
3. Sampel fosil
3.2 Langkah Kerja
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa langkah kerja yang harus dilakukan yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Melakukan pengamatan di lab
3. Mengamati, mengsketsa dan mendeskripsi informasi Fosil 4. Melengkapi laporan sementara
5. Asistenkan laporan sementara ke asisten dosen masing-masing 6. Laporan diketik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil dari analisa tentang foraminifera bentonik maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa fosil yang telah didapatkan diantaranya Textularia Nipensis (Keijzort), Matanzia Proxima, Valvulian Avvensis, Peurusronulla Biergin, dan Sponinna advena
2. Dari sampel diatas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan semua sampel tersebut berkisar mulai dari Neritic (self) zone (30-100 m), Bathyal atas- Bathyal bawah yaitu 200-2000 m, Bathyal Zone (150-3000 m)
3. Kegunaan dari fosil foraminifera bentonik ini yaitu, sebagai penentu lingkungan pengendapan dari batuan, dapat memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala geologi), menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat laindengan diketahui fosil yang diketemukan, maka dapat disimpulkanbahwa beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi(Hidrokarbon), mengetahui evolusi makhluk hidup.
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya lebih aktif lagi dalam praktikum ini dan rajin untuk mencari referensi dari berbagai sumber agar dapat mengerjakan laporan dengan baik.
Saran untuk asisten agar supaya lebih baik lagi pada saat menjelaskan fosil di bentonik di karenakan praktikum secara online praktikan sangat sulit memahami materi yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta. Pratiwi, D.A.
2000. Buku Penuntun Praktikum Biologi I. Erlangga. Jakarta. Kusnandi. 2010.
http//:google.com/ Echinodermata.pdf. Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: sinar Wijaya. Maxeschan 2015. Diambil dari.