• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajari dan analisis Babi

N/A
N/A
Dedy Bery

Academic year: 2023

Membagikan "Pelajari dan analisis Babi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Babi merupakan salah satu ternak yang sangat berarti dalam penyediaan protein hewani bagi sebagian masyarakat di Indonesia dan merupakan penyumbang sumber protein hewani nomor tiga setelah unggas dan sapi. Peternakan babi diusahakan secara intensif, terkurung dalam kandang dengan penanganan menggunakan teknologi maju dan pertimbangan ekonomi agar memberikan produksi yang lebih baik (Agri, 2011). Populasi ternak babi yang berada di Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan yang terdapat di setiap provinsi. Populasi ternak babi pada tahun 2016 adalah 8.114.488 ekor, mengalami kenaikan jika dibandingkan pada tahun 2015 dengan jumlah sebanyak 7.808.087 ekor (Anonim, 2017).

Babi merupakan salah satu jenis ternak mamalia yang menghasilkan anak dalam jumlah besar sekaligus (litter size) dengan jarak antar kelahiran yang lebih singkat dibandingkan dengan domba, sapi, kerbau dan kuda (Frandsond, 1993). Dengan tingginya potensi reproduksi dan kecepatan pertambahan populasi, babi dapat dijadikan sebagai salah satu sumber daging, khususnya pada masyarakat yang memungkinkan secara agama dan budaya dapat mengkonsumsi daging babi. Beberapa alasan mengapa ternak babi dapat dijadikan salah satu penghasil daging karena mudah beradaptasi dengan lingkungan, pakan dapat tersedia di alam, kemampuan berkembang biak yang cepat, dapat beranak dua kali dalam setahun dan sekali beranak dapat

(2)

2

menghasilkan jumlah anak yang banyak. Pardosi (2004), menyatakan hal yang penting mengenai ternak babi adalah jumlah anak yang dilahirkan per induk perkelahiran, bobot lahir, jumlah anak lepas sapih, dan bobot sapih anak. Perkawinan antar bangsa dan frekuensi beranak dari induk atau parity atau paritas sangat mempengaruhi hal tersebut.

Ternak babi lokal mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki beberapa keunggulan dibanding babi ras, yakni; pengelolaanya sederhana, toleran terhadap sembarang makanan, lebih tahan terhadap penyakit dan sangat cocok diusahakan di pedesaan (Aritonang, 1997).

Mengingat peranan ternak babi yang sangat besar bagi masyarakat pedesaan maka ternak babi perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan. Peternakan babi di Pulau Nias memegang peranan penting dalam menyediakan daging babi untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Peternakan babi tersebar diseluruh kabupaten termasuk di Kabupaten Nias Utara yang tersebar di kecamatan Tuhemberua, Sawo, Sitoluori, Lotu, Alasa, Tugalaoyo merupakan wilayah pertanian dan peternakan dimana mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani peternak.

Performans reproduksi babi betina meliputi: siklus estrus, tanda- tanda estrus, lama kebuntingan, litter size, farrowing rate, umur sapih, dan berat sapih. Produktivitas seekor induk babi ditentukan utamanya oleh jumlah anak yang lahir seperindukan (litter size) dan oleh angka melahirkan anak (farrowing rate) dalam setahunnya. Makin tinggi litter size dan farrowing rate dari seekor induk, dapat diharapkan makin tinggi pula produktivitasnya

(3)

3

dalam setahun atau selama umur reproduksi induk tersebut (Ardana dan Putra, 2008). Di lain pihak, kinerja reproduksi babi jantan lebih dititikberatkan pada kemampuannya dalam memproduksi semen yang berkualitas, yang berkaitan erat dengan performans reproduksi babi betina.

Keberhasilan suatu peternakan babi dipengaruhi oleh faktor bangsa babi yang memiliki sifat mothering ability yang tinggi, kualitas pakan yang bermutu tinggi dan tata laksana atau manajemen pemeliharaan yang baik.

Salah satu ciri manajemen yang baik adalah dilakukan pencatatan (recording) yang baik. Recording dilakukan untuk memonitor peningkatan produktifitas ternak babi, agar dapat mengurangi kegagalan dan menjaga tingkat produktifitas yang tinggi pada ternak. Oleh karena itu, pengelolaan reproduksi yang baik merupakan bagian yang amat penting dalam suatu usaha peternakan, sehingga dapat diperoleh efisiensi reproduksi yang baik dan produksi ternak dalam bentuk daging dapat dicapai setinggi-tingginya.

B. Rumusan Masalah

Ternak babi merupakan salah satu usaha ternak yang potensial dikembangkan dan Pulau Nias merupakan daerah dengan populasi babi lokal yang besar. Meskipun demikian, penelitian atau catatan mengenai kinerja reproduksi Babi Nias sebelumnya belum pernah dilaporkan, baik kinerja reproduksi babi betina maupun babi jantan, sehingga keberadaan ternak babi sebagai salah satu ternak potong oleh petani peternak menjadi hampir terabaikan pengembangannya, khususnya oleh Pemerintah Nias Utara.

(4)

4

Dalam usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas babi Nias, kinerja reproduksi jantan dan betina memegang peran penting dikaitkan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi Nias tersebut. Kinerja reproduksi merupakan salah satu yang harus dapat diperhatikan oleh peternak, dengan harapan dapat memperoleh jumlah anak atau litter size lebih banyak. Pada skala peternakan rakyat kinerja reproduksi merupakan kendala yang banyak terjadi, karena keterbatasan peternak dalam pengetahuan tentang reproduksi babi dan penanganan ternak yang baik dalam memperhatikan litter size.

Berdasarkan kenyataan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja reproduksi ternak babi di Pulau Nias, khususnya di Kabupaten Nias Utara, sehingga memudahkan dalam usaha-usaha peningkatan populasi ternak babi Nias.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja reproduksi babi Nias yang dipelihara oleh masyarakat petani peternak di Kabupaten Nias Utara.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai pedoman perencanaan pengembangan ternak Babi di Pulau Nias, dan juga menambah pengetahuan serta memberikan informasi baik kepada penulis, peneliti lain atau kepada masyarakat pelaku usaha peternakan tentang kinerja reproduksi babi Nias di Kabupaten Nias Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Performans reproduksi induk babi melalui ovulasi ganda pada babi dara sebelum pengawinan dapat memperbaiki bobot lahir, litter size sapih, dimensi tubuh, produksi air susu induk

Penelitian dengan judul Analisis Usaha Ternak Babi di Kabupaten Nias Selatan bertujuan untuk mengetahui keragaan usaha ternak babi dan besarnya pendapatan yang

Faktor B berdasarkan litter size , setiap kelompok induk babi dibagi menjadi tiga ukuran yaitu litter size lahir berkisar, 6-8 (rendah), 9-11 (sedang), dan 12-14

Untuk ternak mamalia, yaitu sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa ternak sapi potong sebagai penyumbang emisi metana

Faktor B berdasarkan litter size, setiap kelompok induk babi dibagi menjadi tiga ukuran yaitu litter size lahir berkisar, 6-8 (rendah), 9-11 (sedang), dan 12-14 (tinggi),

Adapun nama Kelompok Tani Ternak Hewani di Desa Tsinga Dolininggogin Kec.Tembagapura adalah Kelompok Usaha Bersama ternak babi Jenis usaha yaitu Budidaya ternak BabiA. LOKASI

Pada babi masa buntingnya ± 114 hari, service periode 2-3 bulan, maka jarak kelahiran 5-6 bulan, apabila litter size 6-12 ekor, maka setiap tahun seekor induk mampu menghasil anak

Rataan interval beranak juga demikian berkisar antara 6-9 bulan dan 9-12 bulan dengan litter size rata-rata 7,4 ekor perkelahiran serta umur di sapih ternak babi 2-3 bulan dan 3-4