• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. LATAR BELAKANG

Mata adalah salah satu alat indra manusia yang memiliki fungsi sebagai indra penglihat. Kita dapat melihat semua benda disekitar karena fungsi mata berjalan dengan baik. Fungsi mata sebagai alat penglihatan harus sangat kita jaga kesehatannya, mata juga adalah suatu organ yang sangat sensitif terhadap apapun. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan berat yang dapat mengakibatkan kebutaan.

Gangguan penglihatan yang dimaksud yaitu kelainan refraksi ringan hingga tinggi, katarak, glaukoma.

Kelainan refraksi adalah gangguan penglihatan yang sangat umum. Ini sering terjadi ketika penglihatan tidak dapat melihat dengan jelas dan tidak dapat memfokuskan apa yang kita lihat disekitar. Ini adalah kesalahan bias yang mengakibatkan penglihatan kabur, yang sehingga menyebabkan gangguan penglihatan. Kelainan refraksi yaitu terdiri dari hypermetropia, myopia, astigmatism dan presbyopia. (WHO, 2013)

Tindak lanjut untuk mengkoreksi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan alat bantu seperti kacamata atau menggunakan lensa kontak.

(Ilyas, 2006)

(2)

Pemakaian lensa kontak juga lebih memberi kenyamanan saat beraktivitas. Meskipun demikian, pengguna lensa kontak harus lebih memperhatikan dalam perawatannya yang harus bersih disaat akan menggunakan maupun sesudahnya. Perawatan tersebut dilakukan agar kesehatan mata pengguna lensa kontak terjaga. Pengguna lensa kontak perlu melakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui kelainan mata, supaya pengguna nyaman saat menggunakan lensa kontaknya. (Sitompul, 2015) Terdapat dalam modul IACLE, 1998 bahwa :

Perawatan lensa kontak yang tidak dirawat secara baik dan teratur akan menimbulkan suatu deposit seperti protein, lipid, ataupun jelly bump. Dan dampak bagi pengguna lensa kontak tersebut dapat mengakibatkan mata menjadi merah, alergi mata kering, infeksi pada mata dan paling buruknya mengakibatkan penglihatan menjadi terganggu dan hingga terjadinya kebutaan.

Adapun hasil kesimpulan dari pemaparan diatas bahwa kelainan refraksi adalah gangguan penglihatan yang paling umum, terdiri dari hypermetropia, myopia, astigmatism, dan presbyopia. Untuk mengkoreksi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan alat bantu kacamata atau lensa kontak.

Banyak masyarakat yang menggunakan lensa kontak karena keunggulan lensa kontak yang tidak dimiliki kacamata yaitu memberikan kenyamanan saat beraktivitas dari lapang pandang yang lebih luas. Namun adapun perawatan yang harus lebih diperhatikan jika tidak dirawat dapat

(3)

mengakibatkan terjadinya mata menjadi merah, alergi, infeksi, dan yang paling buruknya bisa mengakibatkan kebutaan.

Dalam penelitian Paulus dan Laya Tahun 2014 di Asia Pasifik, 50 % pengguna kacamata beralih menggunakan lensa kontak. Dimana 60 % pengguna lensa kontak menggunakannya untuk kelainan refraksi, sedangkan 40% lainnya menggunakan lensa kontak hanya sebagai kosmetik. Dari penelitian tersebut mayoritas dari sampel adalah pemakai lensa kontak lebih dari 2 tahun, yaitu berjumlah 22 orang tujuan yang menggunakan lensa kontak adalah sebagai alat bantu penglihatan untuk mengkoreksi kelainan refraksi, berjumlah 10 orang, dan pengguna lensa kontak yang tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum memutuskan menggunakan lensa kontak yaitu sebanyak 11 orang.

Dalam penelitian Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 kecenderungan pemakaian lensa kontak daerah provinsi Jawa Barat terdapat 4,8 % , provinsi Sumatera Barat terdapat 6,6 % , provinsi DKI Jakarta terdapat 11,9 % , provinsi kepulauan Riau terdapat 7.3 % , provinsi DI Yogyakarta terdapat 9,2% , provinsi Sulawesi Utara terdapat 7.5 %. Dari hasil penelitian total jumlah tersebut di Indonesia terdapat 4,6 % penduduk menggunakan lensa kontak.

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa pengguna kacamata banyak yang beralih menggunakan lensa kontak. Banyak pengguna lensa kontak yang tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum menggunakan lensa

(4)

kontak. Terkait penelitian diatas terdapat 4.6 % penduduk di Indonesia menggunakan lensa kontak.

Adapun hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 Januari Tahun 2020 di STIKes Dharma Husada Bandung terhadap 15 responden diperoleh 10 orang belum mengetahui tentang kebersihan individu dan lensa kontak lunak (softlens) yang dapat mengganggu penglihatan, 5 orang diantaranya sudah mengetahui bagaimana cara memakai dan merawat lensa kontak dengan benar. Alasan belum mengetahui tentang kebersihan individu dan lensa kontak yaitu malasnya mencari informasi.

Kesimpulan dari uraian diatas yaitu kelainan refraksi atau kelainan penglihatan yang dapat dikoreksi oleh kacamata maupun lensa kontak supaya penglihatan menjadi lebih baik. Dari segi kenyamanan lensa kontak lebih unggul dibandingkan dengan kacamata karena lapang pandang yang lebih luas dibandingkan kacamata. Hanya saja masih banyak masyarakat pada umumnya yang masih belum tahu bagaimana perawatan bagi pengguna dan juga pemakaian lensa kontak yang dapat berbahaya bagi kesehatan mata terutama untuk penglihatan.

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengetahui pengetahuan pemakaian tentang kebersihan individu dan lensa kontak lunak (softlens) yang dapat mengganggu kenyamanan penglihatan mata.

B. Identifikasi Masalah

(5)

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis mengidentifikasikan masalah, ”Bagaimana Pengetahuan Mahasiswa Tentang Kebersihan Individu Dan Lensa Kontak Lunak (Sotflens) Untuk Kenyamanan Penglihatan Di STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2020”.

C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang kebersihan individu dan lensa kontak lunak (softlens) untuk kenyamanan penglihatan di STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu bahan informasi atau bahan kajian dalam menambah pengetahuan dalam bidang refraksionis optisien khususnya mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang kebersihan individu dan lensa kontak untuk kenyamanan penglihatan.

2. Manfaat Praktisi

a. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai salah satu bahan informasi atau bahan kajian dalam menambah pengetahuan dalam bidang refraksionis optisien khususnya mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang kebersihan individu dan lensa kontak lunak (softlens) untuk kenyamanan penglihatan.

(6)

b. Manfaat Bagi Tenaga Refraksi Optisi

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang pengetahuan pemakaian lensa kontak dengan kebersihan yang sudah menjadi standar pemakaiannya, agar Tenaga Refraksi Optisien dapat mensosialisasikan kepada masyarakat dan melakukan penelitian untuk pengetahuan tentang kebersihan individu dan lensa kontak lunak (softlens).

c. Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan memperluas dalam materi lensa kontak sebagai bahan penelitian lanjutan, penambahan pustaka perpustakaan khususnya tentang pengetahuan kebersihan individu dan lensa kontak lunak (softlens).

d. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan individu dan lensa kontak yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran penguna lensa kontak agar lebih memerhatikan dalam penggunaan dan perawatan lensa kontak (softlens).

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Masalah

(7)

Masalah yang diteliti adalah mengenai tingkat pengetahuan kebersihan individu dan pemakaian lensa kontak lunak (softlens). Kecuali mahasiswa program studi D3 Refraksi Optisi karena dianggap sudah memahami.

2. Lingkup Metode

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif, dengan metode pengambilan data berupa kuisioner, terhadap mahasiswa STIKes Dharma Husada

3. Lingkup Tempat dan Waktu

Dilaksanakan pada 30 Juli Tahun 2020 di kampus STIKes Dharma Husada, Antapani, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun mengakibatkan berbagai komplikasi, desain awal lensa kontak hybrid memberikan alternatif yang menjanjikan untuk pasien dengan intoleansi penggunaan lensa kontak RGP dan lensa