Sesuai dengan undang-undang no. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 8, hak ekonomi adalah hak pencipta untuk menikmati manfaat ekonomi penciptanya. Hak kebendaan bersifat dapat dialihkan, yaitu dapat dialihkan atau dialihkan sedemikian rupa sehingga pencipta atau pemegang hak cipta dapat mengalihkan hak ciptanya kepada orang lain. 3 Zuvia Makka, “Aspek Hak Ekonomi dan Hak Moral dalam Hak Cipta”, Jurnal Perbuatan Peradilan – Volume 1, no. 1 – Februari 2016, hal.
Penelitian Andre Gerungan dengan judul Pengalihan Hak Ekonomi Atas Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalihan hak ekonomi berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta.11 . Namun penelitian Andre Gerungan berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti, perbedaannya terletak pada permasalahan yang diangkat, dimana peneliti dalam hal ini telah melakukan penelitian yang mengkaji tentang peralihan hak ekonomi dengan akta notaris, sedangkan penelitian Andre Gerungan telah meneliti tentang peralihan hak ekonomi. hak ekonomi menurut undang-undang tentang hak cipta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hak cipta atas motif batik sebagai warisan budaya negara 12.
Tesis Subagio Gigih Wijaya bahwa hak cipta merupakan subjek jaminan utang dalam perspektif jaminan agunan Indonesia.13. 13 Subagio Gigih Wijaya, (2010) Hak Cipta Sebagai Subyek Jaminan Hutang Dalam Perspektif Keamanan Properti Indonesia, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Secara konseptual, hak cipta sebagai benda tak berwujud pada dasarnya tidak bersifat tunggal, melainkan multilegal.
Diketahui bahwa dalam bidang hak cipta terdapat dua jenis hak, yaitu hak moral dan hak ekonomi seperti yang telah dijelaskan di atas.
Teori Perjanjian
Yaitu mengenai pokok-pokok yang disepakati para pihak, oleh karena itu kedua syarat terakhir ini disebut juga syarat obyektif sahnya suatu perjanjian. Perjanjian antara mereka yang mengikatkan diri tidak boleh karena kesalahan, paksaan, atau penipuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1321 KUHPerdata “Tidak sahnya perjanjian apabila perjanjian itu dibuat karena kesalahan, atau diperoleh dengan paksaan atau tipu daya.” ”. Kesalahan yang mengakibatkan batalnya suatu akad adalah kesalahan yang berkaitan dengan sifat barang yang menjadi pokok akad, sebagaimana diatur dalam Pasal 1322 KUH Perdata.
Berkenaan dengan paksaan yang menyebabkan penamatan perjanjian, paksaan yang dikenakan kepada orang yang membuat perjanjian itu sama ada paksaan yang dikenakan ke atas salah satu pihak atau paksaan yang dikenakan ke atas kedua-dua pihak yang berkontrak. Paksaan terhadap pihak yang berkontrak boleh dilakukan oleh salah satu pihak yang berkontrak terhadap pihak yang satu lagi atau oleh pihak ketiga atau orang lain yang mempunyai kepentingan dalam kesimpulan perjanjian atau yang tidak mempunyai kepentingan sama sekali. Paksaan yang boleh membatalkan perjanjian bukan sahaja paksaan yang dilakukan terhadap pihak yang membuat perjanjian, paksaan yang boleh membatalkan perjanjian juga boleh dilakukan terhadap suami atau isteri atau ahli keluarga pihak yang membuat perjanjian, tidak kira sama ada mereka saudara dalam salasilah darah atas atau salasilah keturunan menurun.
34; paksaan terhadap orang yang telah mengikat perjanjian juga merupakan sebab untuk menamatkan perjanjian. 34; Paksaan mengakibatkan batalnya suatu perjanjian bukan sahaja apabila ia dibuat terhadap salah satu pihak yang mengadakan perjanjian, tetapi juga apabila paksaan dilakukan terhadap lelaki atau perempuan atau kerabat dalam barisan atas atau bawah. menamatkan kontrak adalah paksaan jika perbuatan itu dilakukan dengan cara yang mungkin menakutkan orang yang munasabah atau siuman, dan jika tindakan paksaan itu berkemungkinan menyebabkan orang itu takut bahawa dia atau hartanya diancam dengan tindakan yang jelas dan kerosakan material seperti yang dijelaskan dalam artikel 1324 Kanun Sivil.
Akan tetapi, alasan pembatalan perjanjian tidak berlaku lagi apabila setelah paksaan dihentikan, perjanjian itu diperkuat, baik secara nyata atau diam-diam atau jika seseorang melebihi waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dipulihkan sepenuhnya sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1327 BW. Pihak yang merasa tertipu hendaklah dapat membuktikan bahawa dia telah ditipu dengan mengadakan perjanjian, sehingga jika dia tidak tertipu, maka dia tidak akan masuk ke dalam perjanjian itu. Syarat kedua untuk sahnya perjanjian adalah kemampuan untuk menyimpulkan perikatan, pada dasarnya setiap orang mampu mengadakan persekutuan, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang, sebagaimana diatur dalam Pasal 1329 BW.
Syarat sahnya suatu perjanjian yang ketiga adalah suatu hal yang pasti, yaitu bahwa suatu perjanjian harus menyebutkan jenis benda yang diperjanjikan, jika tidak maka perjanjian itu tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1333, yaitu perjanjian itu harus ada sebagai syarat sahnya suatu perjanjian. pokok suatu barang sekurang-kurangnya dalam jumlah tertentu. Barang-barang yang dapat diperjanjikan adalah barang-barang yang dapat diperdagangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1332 BW, yaitu hanya barang-barang yang dapat diperjualbelikan saja yang dapat dijadikan obyek perjanjian. Untuk membuat suatu perjanjian harus ada sebab hukum di dalamnya, karena sebagaimana diatur dalam pasal 1335 BW dijelaskan bahwa suatu perjanjian tanpa sebab, atau dibuat dengan alasan yang salah atau dilarang, tidak mempunyai akibat.
Konsep Akta Notaris
Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai/digunakan sebagai alat bukti suatu perbuatan hukum, yaitu berupa tulisan yang diajukan untuk membuktikan sesuatu.35. Asli atau tidaknya suatu akta tidaklah cukup jika akta itu dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat, terlebih lagi cara pembuatan akta otentik itu harus menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang. tanpa wewenang dan tanpa kemungkinan untuk membuatnya atau tidak memenuhi syarat-syaratnya, maka tidak dapat dianggap sebagai suatu instrumen yang otentik, tetapi mempunyai kekuatan sebagai instrumen privat apabila ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Apabila suatu akta tidak memenuhi syarat-syarat tersebut maka tidak dapat dikategorikan sebagai akta otentik dan nilai pembuktiannya juga sangat lemah.37.
Teori Kepastian Hukum
Jadi pada prinsipnya keabsahan suatu akta notaris meliputi bentuk isinya, kewenangan pejabat pembuatnya, dan pembuatannya juga harus memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hukum yang memuat aturan-aturan umum menjadi pedoman bagi tingkah laku individu dalam masyarakat, maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan tersebut menjadi batasan bagi masyarakat dalam menagih atau mengambil tindakan terhadap individu dalam hubungannya dengan masyarakat.39.
Seorang filsuf hukum Jerman bernama Gustav Radburch mengajarkan adanya tiga gagasan hukum yang fundamental, yang juga diidentifikasi oleh sebagian besar ahli teori hukum dan filsafat hukum sebagai tiga tujuan hukum, antara lain keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.41 Menurut Gustav Radburch, hukum juga demikian. kepastian. 41 Achmad Ali, Mengungkap Teori Hukum & Peradilan Termasuk Hukum (Legisprudensi) Bagian I Pemahaman Awal, Kencana Prenada Media Group. Hukum itu berdasarkan fakta, dan bukan atas rumusan putusan yang kemudian diambil oleh hakim, misalnya.
Kaum positivis lebih menekankan pada kepastian hukum, sementara kaum fungsionalis memprioritaskan manfaat hukum, dan hal ini bisa diperdebatkan. Doktrin keamanan hukum ini berasal dari ajaran dogmatis hukum yang didasarkan pada aliran pemikiran positivis dalam dunia hukum, yang cenderung memandang hukum sebagai sesuatu yang otonom, mandiri. Kepastian hukum diwujudkan oleh hukum pada hakikatnya, yaitu hanya melahirkan aturan-aturan hukum yang bersifat umum.
Sifat umum aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mencapai keadilan atau kemaslahatan, melainkan semata-mata demi keselamatan.45.
Metode Penelitian
- Tipe Penelitian
- Pendekatan Masalah
- Sumber Bahan Hukum (Legal Sources)
- Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum
- Analisis Hukum
Terkait dengan jenis penelitian hukum normatif, pendekatan permasalahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum dan pendekatan konseptual. Pendekatan yang dipilih adalah dengan mengkaji seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang sedang ditangani.49 Sehubungan dengan peraturan perundang-undangan tersebut, peneliti akan mengkaji peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengalihan hak ekonomi. 47 Soetandyo Wignjosobroto, Pengantar Pembahasan Perkembangan Penelitian Hukum di PJP II, Makalah yang disampaikan pada seminar besar 50 tahun independensi BPHN, Departemen Kehakiman, Jakarta, 1995, hal.
Pemahaman terhadap pandangan dan doktrin tersebut memberikan landasan bagi peneliti dalam membangun argumentasi hukum dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang dihadapinya.50. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, terdiri dari bahan pustaka, literatur, hasil penelitian, jurnal, dokumen resmi hukum dan dokumen lain yang berkaitan dengan pokok bahasannya. Tata cara pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah peneliti terlebih dahulu menentukan permasalahan hukum yang akan menjadi rujukan utama dalam pembahasan selanjutnya, kemudian mencari dan mengumpulkan bahan hukum primer dan bahan sekunder.
Hasil kajian warisan budaya kemudian dikumpulkan, kemudian digabungkan dan diklasifikasikan menurut permasalahan yang ingin ditangani, diidentifikasi dan diklasifikasikan menurut permasalahan hukum yang bersangkutan, kemudian dijelaskan, dianalisis, dan disimpulkan. Analisis hukum dilakukan sedemikian rupa sehingga dilakukan inventarisasi bahan hukum, kemudian bahan hukum tersebut diklasifikasi menurut permasalahan yang diajukan, kemudian disistematisasikan, ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan sedemikian rupa sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan hukum. berpose.
Sistematika Tulisan
Atas dasar permasalahan tersebut maka timbullah rumusan masalah yaitu suatu pertanyaan hukum atau legal yang menjadi titik tolak pembahasan dalam pembahasan ini, sehingga diharapkan permasalahan atau permasalahan hukum tersebut dapat terjawab dan dijelaskan secara memuaskan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut juga disebutkan tujuan apa saja yang harus dicapai, sehingga tujuan penulisan ini juga menjadi bagian dari apa yang disampaikan dalam penulisan ini, tentunya tidak lepas dari manfaat yang akan dicapai melalui penulisan ini. tulisan, baik kelebihan teoritis maupun kelebihan praktis, sehingga tulisan ini diharapkan mempunyai nilai manfaat bagi masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya. Pada sub bab berikutnya diuraikan metodologi yang memuat tentang pendekatan permasalahan, sumber bahan hukum, pengumpulan, pengolahan bahan hukum, analisis yang digunakan dalam penulisan ini.
Bab II membincangkan klausa yang akan dipersetujui dalam akta notaris mengenai pemindahan hak ekonomi kepada ciptaan, yang akan memberikan jawapan kepada persoalan hukum pertama. Dalam Bab III, anda akan menganalisis dan menemui kuasa pembuktian pemindahan hak ekonomi kepada ciptaan melalui surat ikatan notari untuk menjawab soalan undang-undang kedua.