• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum atau disebut dengan negara hukum, dimana hakikat negara hukum harus ditegaskan lebih tinggi dari pada paksaan. Latar belakang pemikiran mengenai negara hukum muncul sebagai reaksi terhadap kesewenang-wenangan yang muncul sebelumnya. Oleh karena itu, unsur-unsur negara hukum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sejarah dan perkembangan masyarakat suatu bangsa5.

Istilah negara hukum yang muncul pasca amandemen tidak serta merta menghilangkan nuansa negara hukum dari makna negara hukum6. Utrecht membedakan antara Negara Hukum Formal atau Negara Hukum Klasik dan Negara Hukum Material atau Negara Hukum Modern. Negara hukum formal berkaitan dengan pengertian hukum yang bersifat formal dan sempit, yaitu dalam pengertian peraturan perundang-undangan yang tertulis.

Sedangkan yang lainnya yaitu keadaan hukum substantif yang lebih halus juga mencakup makna keadilan. Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit hanya dari segi peraturan hukum, maka pemahaman tentang supremasi hukum yang berkembang juga akan sempit dan terbatas serta belum tentu menjamin keadilan substantif. Dalam sistem ketatanegaraan negara, cita-cita negara hukum telah menjadi bagian integral dalam pengembangan gagasan kebangsaan Indonesia.

Demikian pula dalam UUDS tahun 1950, dengan tegas ditegaskan rumusan bahwa Indonesia adalah negara hukum.

Teori Penegakan Hukum

Sekalipun gagasan negara hukum tidak dirumuskan secara tegas dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum amandemen, namun dalam penjelasannya ditegaskan bahwa Indonesia tidak menganut gagasan “rechstaat” melainkan “machstaat”. . Oleh karena itu, dalam amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tahun 2001, ketentuan tersebut secara tegas dinyatakan kembali dalam Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Nilai keadilan inilah yang merupakan nilai terpenting dalam setiap peraturan hukum, dengan kata lain peraturan hukum bukan sekedar peraturan yang sah (yang mempunyai keabsahan), tetapi juga merupakan peraturan yang adil (harus mempunyai nilai).

Penegakan hukum merupakan salah satu bentuk pelayanan publik di bidang hukum yang dilakukan oleh lembaga penegak hukum negara yang terintegrasi dalam sistem peradilan pidana yang terdiri atas unsur kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan, dan terakhir ditambah unsur penasihat hukum. . Mengenai penegakan hukum, Soerjono Soekanto mengatakan: Secara konseptual hakikat dan makna penegakan hukum terletak pada kegiatan menyelaraskan hubungan antara nilai-nilai yang dituangkan dalam aturan-aturan yang mantap dan sikap tindakan sebagai rangkaian tahap akhir penerjemahan nilai, guna menciptakan, menjaga dan memelihara kedamaian sosial.kehidupan . Dalam menjaga kehidupan pasangan suami istri, nilai-nilai ketertiban dan kedamaian, nilai kepentingan umum dan nilai kepentingan pribadi, nilai keberlanjutan dan nilai inovasi dituangkan dalam aturan hukum, yang kemudian menjadi pedoman atau tolok ukur dalam berperilaku. atau sikap yang dianggap tepat dan diarahkan untuk menciptakan, memelihara, dan memelihara perdamaian.12.

Penegakan hukum merupakan upaya menerjemahkan dan mewujudkan keinginan hukum menjadi kenyataan, yaitu hukum pidana menurut Van Hammel merupakan keseluruhan dasar dan aturan yang dianut oleh negara di dalamnya. Menurut Satjipto Raharjo, penegakan hukum merupakan upaya mewujudkan gagasan kepastian hukum, kemanfaatan sosial, dan keadilan. Penegakan hukum juga dapat diartikan sebagai penyelenggaraan keadilan oleh aparat penegak hukum dan siapapun yang mempunyai kepentingan dan menurut kewenangannya masing-masing sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Penegakan hukum dengan demikian merupakan suatu sistem yang menyiratkan keselarasan antara nilai dan aturan serta perilaku nyata manusia. Aturan-aturan tersebut kemudian menjadi pedoman atau standar perilaku atau tindakan yang dianggap tepat atau pantas. Perilaku atau sikap tersebut bertujuan untuk menciptakan, menjaga dan memelihara perdamaian. Distorsi dalam penegakan hukum dapat terjadi ketika terdapat kesenjangan antara nilai, aturan, dan pola perilaku.

Gangguan ini muncul ketika terdapat ketidaksesuaian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang diwujudkan dalam aturan-aturan yang membingungkan dan pola perilaku yang tidak terarah sehingga mengganggu ketenangan kehidupan bermasyarakat. Penegakan hukum di Indonesia harus konsisten dengan rasa keadilan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepastian hukum bagi setiap individu warga negara, yang merupakan wujud nilai-nilai demokrasi dalam negara demokrasi. Penerapan undang-undang hendaknya membuka jalan bagi terciptanya keadilan sosial dan mengatur perbedaan sosial dan ekonomi warga negara sehingga tujuan penerapan undang-undang adalah memberikan manfaat bagi mereka yang kurang mampu, hal ini merupakan akibat dari adanya peraturan tersebut. hukum.

Teori Perlindungan Konsumen

Meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan mencegah terjadinya ekses-ekses negatif dalam penggunaan barang dan/atau jasa; Meningkatkan mutu barang dan/atau jasa, yang menjamin kelangsungan perusahaan dalam memproduksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keselamatan dan keamanan konsumen. Konsumen perantara adalah setiap orang yang memperoleh barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan menghasilkan barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

Ketentuan yang berbunyi “Konsumen adalah setiap orang yang mempergunakan barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat” bila dikaitkan dengan klausul yang berbunyi “berbagi”. Hak untuk memilih dan memperoleh barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar yang dijanjikan. dan syarat-syarat dan jaminan; Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur ​​mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

Hak untuk menerima ganti rugi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak atau sebagaimana mestinya; Mereka memerlukan perlindungan agar sebagai pembeli atau pengguna barang dan/atau jasa tidak mengalami kerugian atau bahaya. Angka 2 Pasal 1 menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/atau jasa yang tersedia pada perusahaan, baik untuk kepentingan dirinya sendiri, keluarganya, orang lain, atau makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.

Konsumen perantara adalah setiap orang yang memperoleh suatu barang dan/atau jasa untuk digunakan dalam pembuatan barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial). Membaca atau mengikuti informasi petunjuk dan tata cara penggunaan atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keselamatan dan keamanan; Menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai syarat dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

Pemulihan reputasi baik apabila belum terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen bukan disebabkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur ​​mengenai kondisi dan garansi barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan; Memberikan ganti rugi, ganti rugi dan/atau ganti rugi atas kerugian yang timbul akibat penggunaan, penggunaan dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

Menjamin ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dikonsumsi tidak sesuai dengan perjanjian. 31 Dalam UUPK, pelaku usaha harus beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, sedangkan konsumen harus beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.

Konsep Operasional

  • Jenis dan sifat penelitian
  • Obyek Penelitian
  • Populasi dan Responden
  • Data dan Sumber Data
  • Alat Pengumpul Data
  • Analisa Data
  • Metode Penarikan kesimpulan

Hal ini berlaku untuk peringatan sederhana, misalnya “jauhkan dari jangkauan anak-anak” dan juga berlaku untuk peringatan mengenai efek samping setelah menggunakan produk tertentu. Pencantuman informasi bagi konsumen dalam bentuk petunjuk atau panduan tata cara penggunaan suatu produk merupakan kewajiban produsen agar produk tersebut tidak dianggap cacat (akibat kurang informasi atau kurang informasi). Analisis hukum adalah penyelidikan hukum terhadap akibat besar dan penting dari suatu usaha atau peristiwa yang direncanakan.45.

Penambahan bahan tambahan pangan didasarkan pada pertimbangan untuk menjaga kualitas dan stabilitas jajanan serta menjaga nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. 103 Tahun 2001, yang mempunyai tugas melaksanakan tugas negara di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan berkualitas serta sesuai dengan standar ilmiah, penulis menggunakan metode untuk menjelaskan, menjawab dan menganalisis pokok permasalahan, metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut.

Penelitian ini dapat digolongkan menurut jenisnya sebagai penelitian observasional yang dilakukan dengan cara survei, yaitu penelitian langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa wawancara dan angket. Dilihat dari sifatnya, tulisan ini bersifat deskriptif analitis, artinya penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara rinci, jelas, dan sistematis mengenai pokok permasalahan penelitian. Soerjono Soekanto dan Sri Pamudji menyatakan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan data seakurat mungkin tentang orang, kondisi, atau gejala lain, dengan tujuan untuk menguatkan hipotesis, memperkuat teori, atau membangun teori baru.46.

Tujuan penelitian penulis ini adalah perlindungan hukum terhadap konsumen (anak sekolah) berupa makanan atau jajanan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan dijual bebas di sekolah-sekolah. 46 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Review Singkat), Rajawali Pres, Jakarta, 2010, hal. Sesuai dengan judul penelitian, penelitian ini dilakukan di Badan POM Provinsi Riau dan sekolah-sekolah di Kota Pekanbaru.

Populasi adalah jumlah seluruh objek yang akan diselidiki yang mempunyai karakteristik yang sama.47 Responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sampel dalam suatu penelitian.48 Populasi dan responden dalam penelitian ini terdiri dari. Data primer merupakan data terpenting yang diperoleh penulis melalui wawancara dan kuesioner dan berkaitan langsung dengan pokok permasalahan yang dibahas. Data sekunder merupakan data yang penulis peroleh secara tidak langsung dari responden dalam buku-buku hukum perdata.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagus apapun kurikulum dan selengkap apapun fasilitas tidak akan berarti apa-apa jika berada ditangan guru yang tidak kompeten dan profesional (Majid, 2014:6). Setiap guru pasti

Mendapatkan konsentrasi sukrosa optimum untuk setiap tahapan induksi tiga genotipe cabai lokal dari berbagai sumber eksplan yang digunakan. Memperoleh sumber eksplan yang

Jika tidak tepat penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi bakteri, seperti tetrasiklin merupakan antibiotik yang resistensi terhadap bakteri E.. coli dan

Penelitian hukum preskiptif bertujuan memberikan preskipsi mengenai apa yang harus dilakukan, bukan membuktikan kebenaran hipotesis (Peter Mahmud Marzuki,

Dalam penelitian ini perbandingan yang digunakan adalah pengaturan hukum yang telah dihasilkan mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan di Negara

Pada penelitian ini bahan hukum sekunder yang digunakan adalah hasil penelitian, buku teks, jurnal hukum maupun non hukum baik tingkat nasional maupun internasional,

Penggunaan metode demonstrasi yang tepat akan lebih baik jika dilengkapi dengan penggunaan media gambar garis bilangan yang tepat pula.Dengan penggunaan metode yang tepat dan

Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti yang cukup dan memadai bawa manajemen menggunakan asumsi going concern dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangannya dengan