Hubungan kecerdasan spiritual dengan depresi pada pasien stroke di ruang neurohospital RSUD Bukittinggi tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada pasien stroke di ruang neurohospital RS Bukittinggi tahun 2014. p nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kejadian depresi pada pasien stroke di bangsal Neuro Hospital RS Bukittinggi dengan nilai OR (Report of odds) sebesar 26.000 .
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
- Manfaat penelitian
- Ruang Lingkup Penelitian
Mengetahui distribusi frekuensi depresi pada pasien stroke di ruang rawat inap neuro RSUD Bukittinggi tahun 2014. Untuk mengetahui sebaran kecerdasan mental pada pasien stroke di ruang rawat inap neuro RSUD Bukittinggi tahun 2014. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan mental dengan prevalensi depresi pada pasien stroke di ruang rawat inap saraf RSSN Bukittinggi tahun 2014.
TINJAUAN TEORI
Stroke .1 Pengertian
- Klasifikasi Stroke
- Faktor Risiko Stroke
- Etiologi
- Patofisiologi
- Pemeriksaan Diagnostik
- Penatalaksanaan Medis
- Komplikasi
Perubahan pertama yang terjadi di korteks akibat oklusi vaskular adalah penggelapan warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah, dan sedikit dilatasi arteri dan arteriol. Penurunan aliran darah serebral ini tergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrem harus dihindari untuk menghindari perubahan aliran darah otak dan kemungkinan pelebaran area cedera (Smeltzer & Bare, 2005).
Konsep Diri
- Pengertian Konsep Diri
- Komponen Konsep Diri
- Ciri – Ciri Konsep Diri
- Pengertian Depresi
- Faktor Penyebab Depresi
- Gejala-Gejala Depresi
- Tingkatan Depresi
- Gambaran Klinis Depresi Post Stroke
- Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Depresi Post Stroke
Dampak stroke lainnya adalah depresi, yang merupakan salah satu bentuk gangguan emosi pada pasien stroke yang sering terjadi (Retnasari, Kristiyawati, & Solechan, 2012). Pasien stroke dengan PSD tidak hanya memiliki angka kematian yang lebih tinggi, tetapi juga dapat mengalami kegagalan dalam program rehabilitasi. Akibat kegagalan program rehabilitasi maka akan terjadi perburukan fungsional dan kualitas hidup pasien stroke (Yuniadi, 2010).
Menurut Rini (dalam Pudjijogyanti 2004), konsep diri adalah keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah kesadaran akan pandangan, pendapat, penilaian dan sikap terhadap diri sendiri . yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial serta etika. Citra dan kesan seseorang terhadap penampilan tubuhnya dan kesan yang dibuatnya terhadap orang lain sering disebut konsep diri fisik. Menurut William D. Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif adalah.
Tanda dan gejala pada pasien dengan depresi pasca stroke dapat berkisar dari depresi ringan hingga berat. Pengukuran depresi pasca stroke seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, lingkungan, dukungan sosial, konseling dan status penyakit. Dari penelitian yang dilakukan oleh Soertidewi (2009), angka kejadian depresi ditemukan 25% pada pasien yang tinggal di rumah sakit, 45% pada perawatan di rumah, 31% pada hubungan pasangan, dan terendah pada pasien yang tinggal sendiri. , sekitar 17%.
Persentase depresi pasca stroke yang paling tinggi pada pasien yang bercerai 40%, berpisah 33%, kematian pasangan 28%, sedangkan yang belum menikah dan masih menikah lebih rendah sekitar 21% dan 20% (Soertidewi, 2009).
Kecerdasan Spiritual 2.4.1 Konsep Kecerdasan
- Konsep Spiritual
- Pengertian Kecerdasan Spritual
- Faktor – faktor Kecerdasan Spiritual
- Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
- Kriteria Orang Memiliki Kecerdasan Spiritual
- Manfaat Kecerdasan Spiritual
- Kerangka Teori
Zohar dan Marshall (2001), Kecerdasan spiritual lebih pada pencerahan jiwa, yaitu kemampuan memberi makna hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialami seseorang. Agustian (2001), Kecerdasan spiritual adalah kemampuan memberi makna ibadah pada setiap perilaku dan aktivitas melalui langkah dan pemikiran yang wajar, menuju manusia seutuhnya dan berpola pikir integral, serta berprinsip hanya karena Tuhan. Sisi lain dari kecerdasan spiritual adalah kecerdasan hati yang berkaitan dengan kualitas batin manusia, kecerdasan ini mengarahkan manusia untuk bertindak lebih manusiawi, mencapai nilai-nilai luhur.
Sedangkan kecerdasan spiritual adalah pikiran yang diilhami oleh dorongan dan keefektifan, eksistensi atau kehidupan ketuhanan yang menyatukan manusia sebagai bagian-bagiannya (Sinetar, 2001:12). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial yang dimiliki setiap manusia yang menyadarkan dan menentukan makna, nilai, akhlak dan kecintaan kepada Tuhan dan makhluk pengasih, karena mereka merasa menjadi bagian dari keseluruhan, memungkinkan orang menempatkan diri dan hidup lebih positif. Hal ini karena otak manusia bersifat kompleks, fleksibel, adaptif dan mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga otak merupakan basis dari kecerdasan spiritual.
Bagian inilah yang akan terpancar dalam melakukan kegiatan spiritual keagamaan, sehingga disebut kecerdasan spiritual. Selain itu, seseorang juga memiliki intuisi yang tajam, sehingga dapat mengontrol perilakunya sendiri. Seseorang memiliki kemampuan untuk bertindak realistis, mampu melihat situasi di sekitarnya dan mau peduli dengan kesulitan orang lain.
Kecerdasan spiritual dapat digunakan ketika terjadi krisis yang membuat kita merasa kehilangan pengorganisasian diri, kemampuan beragama yang benar tanpa harus fanatik, dan mampu menghadapi pilihan dan realitas dalam bentuk apapun.
Hipotesis
Definisi Operasional No Variabel DefinisiNoVariabelDefinisi
Penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke (Nursalam, 2003).
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi Dan Sampel .1 Populasi.1 Populasi
- Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional stratified random sampling, yaitu dengan mengidentifikasi anggota populasi (Kelas I, II, II dan VIP). Agar perimbangan tiap kelas memadai, dibuat perimbangan antara jumlah penduduk dengan perincian sebagai berikut. Setelah diperoleh sampel, maka sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling, dimana diberikan undian sebanyak sampel untuk setiap kelas ¿jumlah sampel an(n).
Alat pengumpulan data
- Kuesioner kecerdasan spritual
- Kuesioner Depresi
Kuesioner mengenai kecerdasan mental terdiri dari 5 pernyataan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu.
Prosedur pengolahan data penelitian
Kuesioner untuk mengukur depresi menggunakan skala depresi geriatri, kuesioner ini merupakan instrumen standar. Pada tahap ini peneliti memberikan nilai pada setiap pernyataan yang dijawab oleh responden. Pada lembar pernyataan Kecerdasan Mental, jika pernyataan positif, jika Sangat Setuju (SS) diberi skor 5, Setuju (S) skor 4, Keraguan (R) skor 3, Tidak Setuju (TS) skor 2, Tidak Setuju (STS) ) skor 1, dan untuk pernyataan negatif sebagai lawan dari pernyataan positif, skor dari 1-5.
Data yang telah diperoleh merupakan hasil pengukuran yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam komputer untuk diproses. Pada tahap tabulasi, peneliti membuat tabel data atau tabel induk berdasarkan tujuan penelitian atau yang diinginkan peneliti. Data yang dimasukkan dengan komputer diperiksa ulang kesalahan dalam pengkodean atau pembacaan kode, kemudian data dianalisis.
Etika Peneniltian
- Proses Pengambilan Data
Peneliti kemudian menanyakan apakah responden bersedia menjadi bagian dari penelitian ini, sambil menjelaskan bahwa data yang diberikan diperlakukan secara rahasia dan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Bagi yang bersedia menjadi sampel diminta untuk menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaannya menjadi sampel. Hanya kelompok data yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian dan tidak dialihkan kepada pihak lain yang tidak terlibat dalam penelitian.
Analisis data .1 Analisis Univariat .1 Analisis Univariat
Jika jumlah X² ≥ tabel X², maka ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kejadian depresi pada pasien pasca stroke di ruang rawat inap Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2014. Jika jumlah X² < tabel X², maka tidak ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kejadian depresi pada pasien pasca stroke di ruang rawat inap RS Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2014.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Gambaran Umum Lokasi Penelitian
- Hasil Analisa Univariat .1 Kecerdasan Spritual.1 Kecerdasan Spritual
- Kejadian Depresi
- Hasil Analisa Bivariat
- Hubungan Kecerdasan Spritual Dengan Kejadian Depresi Tabel
- Pembahasan
- Analisa Univariat
- Analisa Bivariat
- Hubungan Kecerdasan Spritual Dengan Kejadian Depresi Berdasarkan tabel 5.4.1 dari 22 pasien stroke, yang mempunyai kecerdasan
Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kejadian depresi pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Neuro RSUD Bukittinggi Tahun 2014. Setelah semua data terkumpul, dilakukan pengelolaan data, coding, entry data ke komputer dan dilakukan Analisis. mengetahui distribusi frekuensi kecerdasan spiritual dan depresi serta mengetahui hubungan kecerdasan spiritual dengan depresi. Berdasarkan Tabel 5.3.1 di atas terlihat bahwa dari 40 pasien stroke, sebagian besar (55,0%) pasien stroke memiliki kecerdasan spiritual yang rendah.
Berdasarkan Tabel 5.4.1, dari 22 pasien stroke yang memiliki kecerdasan spiritual rendah mengalami depresi berat (90,9%) sedangkan dari 18 pasien stroke yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mengalami depresi. Dari nilai p tersebut dapat dijelaskan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kejadian depresi pada pasien stroke di bangsal Neuro Hospital RS Bukittinggi, dengan nilai Odds Ratio sebesar 26.000 artinya pasien stroke yang memiliki kecerdasan spiritual rendah akan berisiko mengalami depresi sebanyak 26 kali lipat dibandingkan dengan kecerdasan spiritual tinggi. Berdasarkan tabel 5.3.1 di atas terlihat bahwa dari 40 pasien stroke, lebih dari setengahnya (55,0%) memiliki kecerdasan spiritual yang rendah.
Asumsi peneliti dalam hasil analisis univariat adalah responden yang memiliki kecerdasan spiritual rendah disebabkan oleh kurangnya kesadaran yang mendalam dan intuisi yang tajam, kurangnya pandangan yang luas tentang dunia dan alam, dan kurangnya pemahaman tentang tujuan mereka. dalam hidup. . Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (p < .0,05), nilai p tersebut dapat dijelaskan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara hubungan kecerdasan spiritual dengan kejadian. depresi pada pasien stroke di bangsal saraf RS Bukittinggi dengan nilai OR (Odds Ratio) sebesar 26.000, yang berarti responden dengan kecerdasan spiritual rendah akan 26 kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan responden dengan kecerdasan spiritual tinggi. Dari nilai p tersebut dapat dijelaskan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kejadian depresi, sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kejadian depresi pada pasien stroke.
Berdasarkan hasil analisis bivariat dari 22 pasien stroke yang memiliki kecerdasan spiritual rendah sebesar 9,1%, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor biologis, psikologis dan spiritual.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kejadian depresi pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Neuro RSUD Bukittinggi tahun 2014 dengan jumlah responden 40 orang dapat dilihat sebagai berikut.
Saran
Hubungan kecerdasan spiritual dengan gejala depresi pada lansia di Desa Demangan Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Nursalam. R: Jika Anda tidak yakin dengan pernyataan tersebut KS: Jika Anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan kecerdasan spiritual dengan depresi pada pasien stroke di Ruang Neuro Rumah Sakit Bukittinggi (RSSN) Tahun 2014”.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden. Penelitian ini dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, data yang diperoleh peneliti dijamin kerahasiaannya. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan pendidikan keperawatan dan tidak akan digunakan untuk tujuan lain.
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, saya bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Depresi pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Inap Neuro (RSSN) Bukittinggi Tahun 2014”. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berdampak buruk bagi saya dan saya memahami bahwa penelitian ini hanya untuk tujuan informasi.
PetunjukPengisian
Data DemografiResponden