• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Satu diantara ruang publik yang dapat menjadi penghubung antarruang dalam suatu kawasan adalah jalur pejalan kaki. Jalur pejalan kaki merupakan suatu akses antarmoda transportasi dan sarana pejalan kaki yang sangat perlu diperhatikan, karena hampir semua perjalanan dari titik awal dan tujuan membutuhkan satu bagian untuk berjalan. Kesadaran dari masyarakat akan pentingnya udara bersih dan sehat sedikit demi sedikit dikesampingkan akibat dari semakin banyaknya pergerakan dari kendaraan bermotor. Oleh karena itu, adanya jalur pejalan kaki juga dapat menunjukkan keberadaan dan kualitas jalan suatu kota (Erna et al., 2016). Suatu kawasan dapat terlihat baik, selain itu pula jalur pejalan kaki-nya baik dan secara umum sudah banyak diketahui bahwa berjalan kaki adalah tipe transportasi yang paling hijau dan berkelanjutan (Rafiemanzelat et al., 2017). Kota-kota besar di negara maju telah memprioritaskan jalur pejalan kaki, agar warganya nyaman untuk berjalan pada koridor-koridor kota tanpa perlu merasakan kecemasan serta dapat mengurangi polusi yang ditimbulkan dari gas buang kendaraan bermotor.

Orientasi penyediaan fasilitas dan infrastruktur pada kota-kota di Indonesia masih memaksimalkan ruang untuk kendaraan pribadi, terutama mobil, dan minim ruang untuk transportasi umum, sepeda, dan pejalan kaki. Pernyataan Calhoun (1995) tentang adanya kesesuaian hubungan manusia dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku, contohnya lingkungan yang tertutup dapat menghalangi atau membatasi keinginan manusia, sebaliknya jika lingkungan yang bebas/terbuka akan mengundang atau membentuk perilaku manusia untuk bertindak/melakukan sesuatu.

Ruang bagi pejalan kaki menjadi sangat penting mengingat berjalan merupakan bentuk dasar transportasi yang dimiliki oleh manusia, jika ruang tersebut semakin lama semakin diperkecil, jumlah kendaraan bermotor akan meningkat dan dampaknya akan

(2)

semakin banyak kemacetan, kecelakaan lalu lintas, kesehatan menurun, hingga tingkat stres yang tinggi. Proses menuju timbulnya dampak, dipercepat dengan peningkatan jumlah penduduk setiap tahun yang tidak seimbang dengan penyediaan infrastruktur yang terlalu minim dalam segi kualitas dan kuantitas.

Ketika isu keberlanjutan berkembang luas dan menjadi topik yang menarik di seluruh dunia, termasuk pada era pertengahan tahun ‘90an, kampus-kampus mulai memasukkan unsur ‘sustainable’ dalam program dan perencanaan kebijakan strategi, hingga menyediakan bermacam-macam fasilitas yang memiliki tema berkelanjutan untuk sivitas akademika-nya. Tidak hanya mendesain kampus yang baik, kebijakan

sustainable’ tidak lepas dari membuat lingkungan yang nyaman. Kenyamanan adalah hal penting, mengingat mayoritas mahasiswa maupun dosen/staf pengajar meluangkan sebagian besar waktunya berada di kampus. Jika suatu kampus memiliki jumlah

‘penduduk’ yang menyerupai kota kecil, maka kebutuhan untuk ruang hijau dan ruang terbuka menjadi aspek penting karena faktor kenyamanan tidak bisa lepas dari kedua hal tersebut (Shamsuddin et al., 2012) dan (Murwadi & Dewancker, 2017). Ruang hijau di dalam kampus dan universitas memiliki banyak manfaat bagi institusi, pelajar/mahasiswa, dan masyarakat yang berada disekitarnya. Penghijauan kampus berskala besar juga menyumbang solusi untuk masalah lingkungan secara global (Leal Filho et al., 2015).

Universitas Diponegoro (Undip) sebagai entitas pendidikan yang ada di Kota Semarang telah mengalami masa transisi secara bertahap sejak tahun 2009 hingga saat ini. Kawasan Undip pada awalnya berlokasi di Kawasan Simpang Lima (BWK I) berpindah ke Kawasan Tembalang (BWK VI) dimana fungsi utama kawasan tersebut adalah sebagai pusat kegiatan pendidikan sesuai dengan RTRW Kota Semarang.

Hingga kini lokasi Undip bergeser ke wilayah Tembalang, dimana berbagai fakultas dengan kegiatan yang beranekaragam menjadi satu pusat pertumbuhan baru di kawasan Tembalang dan sekitarnya. Perkembangan Kampus Undip Tembalang ini dibangun dengan orientasi a) Academic Multidisciplinary Studies and Research, b) Science and Techno Park, c) Green and Sustainable, dan d) Living-Learning Community sesuai

(3)

dengan Peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) Undip Nomor 7 Tahun 2016 tentang Kebijakan Umum Universitas Diponegoro Tahun 2015-2039 pada pasal 12.

Perencanaan awal membentuk kampus utama Undip di Tembalang, orientasi pembangunannya mengacu pada empat kriteria tersebut, namun dalam kondisi saat ini, setelah Kampus Undip terpusat dan berkembang, kebijakan kampus lebih menekankan pada prioritas pengendalian lingkungan berdasarkan konsep Green and Sustainable.

Konsep green and sustainable berorientasi pada pengendalian lingkungan yang dilihat dari persentase ruang terbuka dan ruang hijau Kampus Undip Tembalang sudah mencapai persentase 60% (Peraturan Rektor Undip Nomor 32 Tahun 2009 tentang Master Plan Kampus Undip di Tembalang). Untuk mengaplikasikan pengendalian lingkungan menuju green and sustainable campus, pada tahap awal, Undip dirasa perlu menata kembali akses yang baik bagi pejalan kaki karena 1) memudahkan sivitas akademika untuk menjangkau fasilitas kampus tanpa kendaraan bermotor, 2) Kampus Undip Tembalang sudah memiliki 4 (empat) kelas jalur yang menghubungkan keseluruhan bangunan, tetapi kondisinya kurang nyaman, dan 3) sebagai salah satu bagian dari ruang terbuka serta aksesibilitas non-motorik yang menintegrasikan moda transportasi, diharapkan mampu memberikan benefit. Untuk itu diperlukan kajian terhadap penataan jalur pejalan kaki yang ada di Kampus Undip Tembalang

1.2 Perumusan masalah

Setelah Universitas Diponegoro terpusat secara bertahap di Tembalang, mewujudkan konsep Green Campus pada kampus utama untuk pengendalian lingkungan sangat dibutuhkan, melihat jumlah mahasiswa yang bertambah, perlu adanya ruang terbuka yang mampu memberikan ruang gerak yang nyaman, aman, dan menarik. Jalur pejalan kaki memiliki fungsi wide infrastructure bagi keberlanjutan lingkungan dan pengembangan kampus kedepan, seperti yang tercantum dalam Peraturan MWA Undip No. 07/2016 tentang Kebijakan Umum Undip. Wide infrastructure adalah infrastruktur yang cakupannya luas, lengkap, beragam, cerdas, antisipatif, dan produktif, sehingga diharapkan mampu menciptakan interaksi antarsivitas akademika (academic atmosphere) yang kondusif dan ramah lingkungan

(4)

serta meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia yang bergerak di dalam lingkungan kampus.

Namun kondisi di lapangan yang terjadi, sivitas akademika Undip Tembalang, terutama mahasiswa, yang pada hari kerja (Senin hingga Jumat) masih cenderung untuk menggunakan kendaraan pribadi sebagai moda transportasi internal kampus dengan persentase mencapai 68,28% (Tedjo, 2017), namun pada hari libur banyak yang memanfaatkan fasilitas jalur jalan di Kampus Undip untuk berolahraga, paling mudah dilihat adalah jogging dan berjalan kaki baik dari sivitas akademika maupun orang dari luar kampus. Pergerakan orang untuk berjalan di dalam lingkungan Kampus Undip Tembalang terkait dengan kondisi fisik ruang, lingkungan dan kriteria lainnya yang bervariasi menjadi menarik untuk diteliti. Diperlukan riset lanjutan untuk mengevaluasi baik dari segi fisik maupun non-fisik pada masing-masing kelas jalur jalan agar pengendalian lingkungan menuju green campus bisa diterapkan. Dari uraian perumusan masalah yang dijabarkan, maka penyusun mengangkat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi jalur pejalan kaki yang ada di dalam kampus Undip Tembalang dari segi fisik dan non-fisik?

2. Bagaimana perencanaan/pengembangan jalur pedestrian di kampus Undip Tembalang yang sesuai dengan konsep green campus?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh rekomendasi yang tepat untuk pengembangan jalur pejalan kaki di Kampus Undip Tembalang yang sesuai dengan konsep green campus

1.4 Sasaran penelitian

1. Mengidentifikasi kondisi jalur pejalan kaki yang ada di Kampus Undip Tembalang

2. Mereview literatur terkait dengan jalur pejalan kaki, reorientasi ruang dan green campus

(5)

3. Mengevaluasi kondisi jalur pejalan kaki di Kampus Undip Tembalang sesuai dengan review dari penelitian terdahulu

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kondisi aktual jalur pejalan kaki di Kampus Undip Tembalang

2. Memberikan alternatif pengembangan jalur pejalan kaki guna pengendalian lingkungan di Kampus Undip Tembalang

3. Memberikan masukan terhadap kebijakan tentang penggunaan kendaraan bermotor dan jalur pejalan kaki di Kampus Undip Tembalang

1.6 Penelitian Terkait dan Keaslian Penelitian

Terkait dengan penelitian yang bertema tentang pejalan kaki dan green campus di kawasan Kampus Undip Tembalang, berikut ini beberapa topik penelitian yang dapat dijadikan acuan dan memberikan perbedaan fokus pembahasan.

Tabel 1. 1 Penelitian Terkait

Penulis Tahun Judul Fokus Penelitian

Lourrinx, Effine 2020

Implementasi Program UI Greenmetric di Universitas Diponegoro dalam Upaya Berkelanjutan

Peninjauan penerapan

program UI Greenmetric yang diimplementasikan di Undip dan memberikan rekomendasi pada kategori yang belum terpenuhi

Sofian, Devsa

Rievky 2018

Evaluasi Jalur

Pedestrian Di Wilayah Kampus Undip

Penilaian kondisi jalur

pedestrian di kawasan kampus secara teknis dan non-teknis

Satriyadi et al. 2016

Prasarana Pedestrian Di Lingkungan Kampus : Studi Kasus Kampus Undip dan Unnes

Identifikasi fasilitas

pedestrian, membandingkan fasilitas pedestrian dan persepsi dari penggunanya di Kampus Undip dan Unnes

Referensi

Dokumen terkait

i) Sistem Jaringan Jalur Pejalan Kaki meliputi prasarana dan sarana ruang pejalan kaki berfungsi untuk menfasilitasi pejalan kaki dari satu tempat ke tempat

kepadatan pejalan kaki adalah jumlah rata – rata pejalan kaki per satuan luas di dalam jalur berjalan kaki atau daerah antrian yang dinyatakan dalam pejalan kaki/meter 2..

• Perlunya wadah atau tempat berupa auditorium baru dengan fasilitas yang layak dan memadai di kawasan kampus induk Undip Tembalang,untuk mewadahi berbagai

WISMA UNDIP DI KAMPUS TEMBALANG. PENEKANAN DESAIN:

Jalur pejalan kaki di kawasan alun–alun Kabupaten Wonogiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu jalur pejalan kaki di tepi bagian alun-alun dan jalur pejalan kaki yang

Jalur pejalan kaki Solo City Walk yang berada di Koridor Jalan Slamet Riyadi. sebaiknya memiliki kemampuan menghidupkan

Jalur Pejalan Kaki Jalur pejalan kaki dibuat untuk menghubungkan fungsi-fungsi yang berada di kawasan sehingga pencapaian dari satu fungsi ke fungsi lain dapat diakses

Dalam penerapannya, persepsi pedestrian dapat dijadikan sebagai salah satu unsur penting dalam merencanakan fasilitas pelayanan jalur pejalan kaki, sehingga manfaat dari