1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab 1 (satu) pendahuluan merupakan pengantar yang akan memberikan singkat dasar dari perumusan penelitian ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka penelitian.
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Pasal 1 Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, menyatakan bahwa pedagang kaki lima merupakan pelaku usaha yang melakukkan usaha berdagang yang sifatnya menetap ataupun tidak menetap, di mana pelaku menggunakan fasilitas umum dan sosial, prasarana kota, serta bangunan dan lahan milik pemerintah atau swasta. Selain itu, peningkatan jumlah pedagang kaki lima pada setiap daerah telah menimbulkan dampak negatif, dari terganggunya kelancaran lalu lintas, mengganggu estetika dan kebersihan, serta mengganggu prasarana kawasan perkotaan, sehingga diperlukannya penataan pedagang kaki lima.
Kota Balikpapan sama seperti daerah perkotaan lainnya yang mengalami masalah perkotaan, yakni daerah tidak dapat dihindari oleh kehadiran sektor informal Pedagang Kaki Lima (PKL). Aktivitas perdagangan yang dilakukkan oleh PKL tumbuh dan berkembang secara pesat di setiap kawasan-kawasan strategis perkotaan Balikpapan, salah satunya terdapat di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Prapatan. Pertumbuhan PKL sepanjang koridor jalan tersebut terus menyebar yang berada di Kawasan Lapangan Merdeka dan Kawasan Pantai Melawai sebagai lokasi fasilitas umum kota (Pulungan, 2016). Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukkan, pada tahun 2021 jumlah PKL di Kawasan Lapangan Merdeka mencapai 59 PKL, baik di Lapangan 1 (di samping Rumah Sakit Pertamina Balikpapan), lapangan 2, maupun lapangan 3, serta jumlah PKL di Kawasan Pantai Melawai mencapai 30 PKL.
2 Dengan aktivitas PKL di kedua kawasan tersebut sebagai lokasi fasilitas umum kota menjadi salah satu elemen penting dalam menarik pengunjung untuk berwisata kuliner. Disamping itu juga, belum adanya peraturan penataan pedagang kaki lima di Kota Balikpapan. Sebelumnya Kota Balikpapan telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Balikpapan Nomor 188.45-431 Tahun 2015 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Lapangan Merdeka Balikpapan dalam Rangka Penataan Ruang Kota. Namun, SK tersebut telah dihapus karena dinilai dari segi penataan, pengawasan, pembinaan, maupun pemberian sangsi secara keseluruhan masih kurang optimal untuk diterapkan (Mutawwali, 2017).
Menurut Mutawwali (2017), tumbuh pesatnya PKL dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang secara umum dialami oleh berbagai kota di Indonesia, salah satunya Kota Balikpapan. Permasalahan yang ditimbulkan, yaitu diantaranya dapat mengganggu arus lalu lintas Jalan Jenderal Sudirman, melakukkan kegiatan usaha berdagang yang tidak sesuai dengan peruntukkan fungsi lokasi, dan kondisi tempat untuk berjualan tidak layak ditempati oleh pedagang, sehingga mengurangi nilai estetika Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai (Mutawwali, 2017). Sedangkan, Kota Balikpapan telah banyak meraih penghargaan sebagai kota layak huni, memiliki penataan transportasi yang tertib dan baik, serta kota pesisir terbersih se- ASEAN yang meraih 4 (empat) penghargaan Adipura Kencana dan 19 penghargaan adipura (Pulungan, 2016).
Dilain sisi, keberadaan PKL di kawasan tersebut tidak sejalan dengan perencanaan tata ruang dan bertolak belakang dari perwujudan penataan ruang Kota Balikpapan, di mana berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Pasal 56 Nomor 12 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Balikpapan Tahun 2012-2023, Lapangan Merdeka telah ditetapkan sebagai kawasan ruang evakuasi bencana, kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan merupakan bagian dari sistem jaringan infrastruktur perkotaan. Pada pasal 92, menyatakan bahwa dalam ketentuan umum peraturan zonasi yang diperuntukkan sebagai kawasan ruang evakuasi bencana, salah satunya adalah tidak diperbolehkan adanya kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau mengubah fungsi utama kawasan, serta tidak diperbolehkan adanya kegiatan perdagangan dan jasa. Selain itu, pada Pasal 54 menjelaskan bahwa Pantai Melawai diperuntukkan sebagai kawasan pariwisata alam maupun pariwisata
3 buatan. Peruntukkan kawasan pariwisata buatan yang dimaksudkan adalah kawasan daya tarik wisata kuliner yang bersifat legal, namun pada aktivitas PKL secara khusus belum memiliki legalitas formal yang kuat (Pulungan, 2017).
Tujuan dalam arahan kriteria merelokasi lokasi PKL adalah untuk memberikan kesempatan kegiatan berusaha bagi PKL dengan melakukkan kriteria lokasi sesuai dengan peruntukannya dan kebutuhan PKL, menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri, serta mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan infrastruktur perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan (Permendagri No 41 Tahun 2012). Dalam hal ini, mendorong untuk melakukkan penelitian lebih lanjut dengan memberikan arahan kriteria relokasi pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman yang menjadi permasalahan adanya keberadaan PKL pada kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai, memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak Pemerintah Daerah Kota Balikpapan dalam penanganan mencari kriteria lokasi kawasan PKL berdasarkan pada preferensi PKL dan kebutuhannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam merelokasi PKL sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman yang belum terlaksana secara efisien dan belum adanya kebijakan secara resmi dalam penataannya, disisi lain Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai merupakan lokasi yang strategis, tidak ada harga sewa lahan pada Kawasan Lapangan Merdeka (milik PT. Pertamina Persero), serta harga sewa lahan yang berkisar Rp.10.000,0/hari pada Kawasan Pantai Melawai (milik PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)) yang menyebabkan semakin banyaknya pedagang kaki lima untuk melakukkan usaha perdagangan di sepanjang koridor jalan tersebut.
Dengan semakin banyaknya PKL akan semakin sulit untuk menata ruang perkotaan Balikpapan. Oleh karena itu, kriteria relokasi pedagang kaki lima menjadi sangat penting untuk dilakukkan dan bertujuan untuk mewujudkan kota yang bersih, aman, tertib, dan indah, sehingga diharapkan mampu memberikan kesempatan kegiatan berusaha bagi PKL yang dapat mengembangkan kemampuan usahanya sesuai dengan peruntukan lokasi dengan infrastruktur perkotaan yang memadai serta
4 berwawasan lingkungan. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka muncul pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana alternatif kriteria relokasi berdasarkan aspek penentu lokasi pedagang kaki lima di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman, khususnya pada Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai, Kelurahan Prapatan, Kota Balikpapan?
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan arahan kriteria penentuan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman berdasarkan preferensi PKL Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai. Dalam mencapai tujuan yang diinginkan, maka sasaran yang dilakukkan adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik PKL berdasarkan kebutuhan ruang berdagang di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman;
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kriteria lokasi PKL di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman berdasarkan preferensi PKL Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai;
3. Mengidentifikasi kebutuhan kriteria relokasi PKL berdasarkan preferensi PKL Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai; dan
4. Merumuskan arahan kriteria penentuan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman berdasarkan preferensi PKL Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai.
1.4 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah studi berada di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman, yaitu lebih tepatnya pada Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai yang terdapat di Kelurahan Prapatan, Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan. Batas wilayah studi pada bagian sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Mekar Sari, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Telaga Sari, sebelah selatan berbatasan dengan Selat Makassar, dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Balikpapan. Pada gambar 1.1 disajikan peta administrasi wilayah studi penelitian.
5
1.5 Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian dibatasi pada identifikasi sektor informal pedagang kaki lima, karakteristik aktivitas PKL yang meliputi karakteristik PKL, jenis usaha, sifat pelayanan, bentuk sarana fisik berdagang, pola penyebaran, dan pola pelayanan PKL, serta faktor yang memengaruhi kriteria lokasi PKL. Dari hasil analisis yang didapat, selanjutnya ditentukan rumusan arahan terkait kriteria penentuan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman. Selain itu, ruang lingkup pembahasan penelitian ini dibatasi hanya untuk preferensi PKL Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai, Kota Balikpapan.
1.6 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi pada penelitian ini yaitu diantaranya membahas, karakteristik PKL berdasarkan kebutuhan ruang berdagang, faktor-faktor yang memengaruhi kriteria lokasi PKL, dan arahan kriteria relokasi PKL.
1.7 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari dalam penelitian ini dilihat dari segi teoretis dan segi praktisnya adalah sebagai berikut
1. Segi praktis: dapat memberikan masukan bagi instansi pemerintah daerah sebagai alternatif pilihan terkait arahan dalam kriteria relokasi pedagang kaki lima dalam mendukung perkembangan sektor informal sebagai penggerak perekonomian rakyat.
2. Segi teoretis: didapatkannya arahan dalam kriteria relokasi pedagang kaki lima di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman berdasarkan preferensi PKL Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai, Kota Balikpapan agar dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat dan/atau PKL mengenai pentingnya penataan ruang untuk mewujudkan pembangunan perkotaan yang tertib dan layak huni, disamping itu melakukkan pengendalian kegiatan sektor informal kota.
6 Gambar 1. 1 Peta Lokasi Wilayah Studi di Kelurahan Prapatan, Kota Balikpapan
Sumber: BAPPEDA Kota Balikpapan, 2016
7
1.8 Pola Pikir Penelitian
Berikut disajikan gambar 1.1 yang merupakan pola berpikir penelitian dengan judul arahan kriteria penentuan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman berdasarkan preferensi PKL Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai.
Gambar 1. 2 Diagram Pola Pikir Penelitian Latar Belakang
1. Pedagang kaki lima merupakan pelaku usaha perdagangan dengan menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara atau tidak menetap.
2. Kehadiran PKL tidak dapat dihindari pada Kota Balikpapan, khususnya pada kawasan-kawasan strategis, seperti Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai yang menyebabkan terganggunya kelancaran lalu lintas, mengganggu estetika dan kebersihan, serta mengganggu prasarana kawasan perkotaan.
3. Adanya PKL yang terdapat di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman disebabkan karena belum adanya kebijakan maupun arahan kriteria lokasi PKL sesuai peruntukannya.
Permasalahan
Kawasan Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai Kota Balikpapan merupakan lokasi yang sangat strategis dan harga lahan yang cukup murah bagi PKL yang melakukkan kegiatan usaha, sehingga menyebabkan semakin banyaknya pedagang lain untuk melakukkan usaha perdagangan di sekitaranya. Dengan semakin banyaknya PKL akan semakin sulit untuk menata ruang perkotaan Balikpapan.
Tujuan
Merumuskan arahan kriteria penentuan relokasi PKL di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Prapatan, Kota Balikpapan (Kawasan Lapangan
Merdeka dan Pantai Melawai)
Sasaran
Mengidentifikasi karakteristik PKL berdasarkan kebutuhan ruang berdagang, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kriteria lokasi PKL, mengidentifikasi kebutuhan kriteria relokasi PKL berdasarkan preferensi PKL serta merumuskan arahan kriteria penentuan relokasi PKL di sepanjang koridor Jalan Jenderal Sudirman.
Arahan Kriteria Penentuan Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Sepanjang Koridor Jalan Jenderal Sudirman Berdasarkan Preferensi PKL Kawasan
Lapangan Merdeka dan Pantai Melawai