PERS EPSI MASYARA KAT TENTANG I MPLII(AST KE BI
JAIi{N
RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA PANTAI PURUS PAI}ANG
JURNAL
Diujukan Sebagai Salah Satu Syarat antak Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(Struta 1)
MILA FITRI YENI
12030189
Pembi
Erna Juita, Arie Zella Putra Ulni, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SIIN{ATERA BARAT
PADANG 24rc
Public Perceptions About Relocation Policy
Implications of Street Vendors in Purus Beach of Padang By
Mila Fitri Yeni*), Erna Juita**), Arie Zella Putra Ulni**)
*) Student of Geography Depertement Of STKIP PGRI West Sumatera
**) Lecturer at Geography Depertement Of STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACK
The aims of this research is to obtain data, information and description of the public perception of the policy implication of the relocation of street vendors attraction in purus beach padang seen from: 1). Controlling sreet vendors in tourist attaction purus beach padang 2. Relocation policy of streetvendors in attraction in purus beach of padang and 3. Development of lapau panjang cimpago attraction in purus beach of padang. This research is adescriptive study.
The population in this study were street vendors relocated and the people living in nearby are relocated, which amounted to 328 headsof families. The researchsch sample is taken by proportional random sampling method with the proportiono of 30% so that the sample in this study amounted to 99 heads of families. The research found that: 1. Public perception on regulating street vendors in purus beach of padang with the percentage of 79.54%, 2. Public perception of the policy implications of the relocation of street vendors in purus beach of padang including well with the percentage of 73.20% and 3. Public perception of the development lapau panjang cimpago including well with the percentage of 64.88%.
Keywords: perception, relocation, street vendors
Persepsi Masyarakat Tentang Implikasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Objek Wisata Pantai Purus Padang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data, informasi dan gambaran mengenai persepsi masyarakat tentang implikasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang dilihat dari: 1) penertiban pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang, 2) kebijakan relokasi pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang dan 3) pembangunan lapau panjang cimpago di objek wisata Pantai Purus Padang.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini pedagang kaki lima yang direlokasi dan masyarakat yang tinggal di sekitar tempat direlokasinya pedagang kaki lima yaitu kepala keluarga (KK) yang berjumlah 328 kepala keluarga. Sampel penelitian ini diambil dengan metode proposional random sampling dengan proporsi 30%
sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 99 KK.Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) persepsi masyarakat tentang penertiban pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang baik dengan persentase 79,54 %, 2) persepsi masyarakat tentang implikasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang termasuk baik dengan persentase 73,20 % dan 3) persepsi masyarakat tentang pembangunan lapau panjang cimpago termasuk baik dengan persentase 64,88 %.
Kata Kunci: Persepsi, Relokasi, Pedagang Kaki Lima PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sumber daya pariwisata yang tidak kalah menariknya bila dibandingkan dengan negara lain dikawasan Asean.
Namun demikian kepemilikan kelebihan sumber daya tersebut perlu diiringi dengan upaya dan usaha yang lebih terarah, agar sumber daya tersebut mampu memiliki daya saing dalam menarik kunjungan wisatawan. Pengembangan wisata dengan sasaran wisatawan nusantara maupun mancanegara juga akan memacu lajunya pertumbuhan ekonomi daerah, karena pariwisata tidak berdiri sendiri. Pengembangan pariwisata akan membuka berbagai lapangan pekerjaan dan mempercepat peredaran asing
disuatu wilayah (Asma Tri Hidayani, 2014).
Keppres No. 38 tahun 2005 mengamanatkan bahwa seluruh sektor harus mendukung pembangunan pariwisata Indonesia.
Hal ini merupakan peluang bagi pembangunan kepariwisata Indonesia. Apalagi pemerintah sudah merancang bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastuktur ( tidak hanya dalam bentuk fisik ), memperluas berbagai bantuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh
daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana-sarana pariwisata.
Sumatera Barat merupakan salah satu Provinsi dengan jumlah objek wisata yang sangat banyak. Sesuai dengan potensi dan kondisi kepariwisataanya Sumatera Barat ditunjuk sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) di Indonesia, potensi dan lokasi Sumatera Barat tersebut ternyata dapat menetapkan Sumatera Barat sebagai Daerah Tujuan wisata ( DTW ) andalan Indonesia. Konstribusi sektor pariwisata untuk Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum begitu terasa bahkan, kadangkala dirasakan bahwa kepariwisata Sumatera Barat masih belum berkembang. Objek wisata yang ada di Sumatera Barat khusunya di Kota Padang adalah Pantai Air Manis, Taman Siti Nurbaya, Pantai Padang, Tugu Pemuda Sumatera Barat, Museum Aditya Warman lokasi 600 m dari pusat kota, Bungus, Pasir Jambak, Taman Raya Bung Hatta, Sitinjau Laut, Lubuk Minturun, Air Terjun Dua Tingkat dan Pulau-pulau Lepas pantai.
Salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yaitu objek wisata pantai Purus.
Pantai Purus merupakan salah satu objek wisata yang sangat diminati untuk dikunjungi oleh wisatawan, pantai Purus memiliki objek wisata jembatan ujung purus yang diresmikan bulan Mei 2013. Pantai ini memiliki daya tarik tersendiri
bagi wisatawan yang
mengunjunginya, karena disini wisatawan bisa melihat laut lepas
dengan pemandangan yang begitu indah, apalagi pada saat sore hari wisatawan bisa melihat matahari terbenam.
Sebelum tahun 2015 tempat wisata ini kurang tertib dengan banyaknya cafe-cafe yang berdiri di tepi pantai yang membuat pemandangan begitu kurang bagus.
Sehingga banyak wisatawan yang mengeluh dan kurang nyaman dengan keadaan ini, ditambah dengan adanya pungutan liar, banyaknya keluhan dari masyarakat membuat pemerintah untuk bekerja keras lagi untuk menciptakan kenyamanan dalam masyarakat.
Langkah yang harus di buat oleh pemerintah yaitu dengan membuat suatu kebijakan, seperti menertibkan pedagang kaki lima. Masalah kebijakan merupakan sebuah fenomena yang memang harus ada mengingat tidak semua kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Ada kebijakan dari pemerintah itu justru menimbulkan masalah baru di dalam masyarakat.
Kenyataan ini dapat dilihat dari bagaimana pemerintah dalam memberdayakan para pedagang kaki lima.
Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pihak yang paling merasakan dampak dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terutama kebijakan tentang ketertiban dan keindahan kota.
Dampak yang paling signifikan yang dirasakan oleh PKL adalah seringnya PKL menjadi korban penggusuran oleh para Satpol PP serta banyaknya kerugian yang dialami oleh PKL tersebut, baik kerugian materil
maupun kerugian non materil (Aminullah, 2015).
Salah satu dampak dari kebijakan pemerintah ini yaitu pedagang kaki lima objek wisata di Pantai Purus Padang.Pantai Purus adalah sebuah objek wisata pantai yang terletak di Kecamatan Padang Barat. Objek wisata ini terbentang di kawasan Danau Cimpago. Sebagai kawasan objek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik asing maupun domestik, sudah selayaknya pemerintah kota Padang memberikan perhatian lebih serius, agar kawasan objek wisata pantai Purus menjadi lebih baik, lebih tertata rapi, sehingga dapat memuaskan para wisatawan yang datang berkunjung.
Dimana pada saat ini pemerintah telah melakukan relokasi tempat ini dengan menertibkan tempat-tempat pedagang untuk berjualan, adanya penolakkan dari para pedagang karena mereka takut kehilangan omzet. Tetapi pemerintah setempat terus mesosialisasikan kepada pedagang bahwasanya perelokasian tempat ini bukan untuk menghilangkan omzet para pedagang namun sebaliknya untuk meningkatkan daya tarik pengunjung. Dengan adanya perelokasian tempat wisata ini pemerintah akan melengkapi sarana dan prasarana yang akan dibutuhkan oleh para pedagang.
Sehubungan dengan
permasalahan di atas, dimana adanya relokasi objek wisata Pantai Purus Padang , maka penulis tertarik untuk mengkaji hal itu lebih jauh. Fokus kajian diarahkan pada: Persepsi Masyarakat Tentang Implikasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki
Lima Di Objek Wisata Pantai Purus padang.
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang penertiban pedagang kaki lima, persepsi masyarakat tentang kebijakan relokasi pedagang kaki lima, persepsi masyarakat tentang pembangunan Lapau Panjang Cimpago di objek wisata Pantai Purus Padang.
Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi masyarakat tentang penertiban pedagang kaki lima, untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang kebijakan relokasi pedagang kaki lima, untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pembangunan Lapau Panjang Cimpago di objek wisata Pantai Purus Padang.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Desi Widya Lutfy (2001) mahasiswa Universitas Gajah Mada yang berjudul “Dampak kebijakan relokasi pedagang pasar shoping bagi para pedagang di pasar induk Giwangan Yogyakarta.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perumusan kebijakan pemerintah kota Yogyakarta tentang relokasi pedagang pasar shoping dan mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan relokasi pedagang pasar shoping bagi pedagang kaki lima. Rosi Novita (2009) yang berjudul “Persepsi Masyarakat Tentang Infrastruktur di Kelurahan Anduring Kota Padang”.
Dalam penelitiannya mengukapkan infrastruktur di Kelurahan Anduring kurang maksimal, seperti kondisi sekolah, sumber air bersih, jalan dan
jembatan, pemerataan listrik dan tempat pembuangan sampah”. Dewi Putri Pamiluarsih (2010) yang berjudul “Persepsi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri untuk menanggulangi kemiskinan di Kenagarian Padukuan Kecamatan Kota Salak Kabupaten Dharmasraya”. Menyatakan PNPM mandiri dalam simpan pinjam perempuan dan hasilnya bisa menanggulangi kemiskinan di Kenagarian Padukuan Kecamatan
Koto Salak Kabupaten
Dharmasraya”.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka penelitian ini dapat tergolong pada penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2010) mengemukakan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Populasi dalam penelitia ini adalah kepala keluarga (KK). Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik Proporsional Random Sampling yaitu Penarikan sampel responden menggunakan proporsi dari jumlah masyarakat di kelurahan Purus. maka, sampel diambil dengan menggunakan teknik Proporsional Random Sampling proporsi 30% dengan jumlah sampel responden adalah 99. Titik sampel dalam penelitian ini ada 2 RW yaitu RW V dan RW VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, berdasarkan pertanyaan penelitian didapatkan hasil pengolahan data tentang
penertiban pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang skor totalnya adalah 5.906 yang berada pada kriteria baik, dari peryataan positif pencapaian responden 82,04% berada pada kriteria baik sedangkan dari pernyataan negatif pencapaian responden 76,68% berada pada kriteria baik juga.
Dilihat dari hasil yang diporoleh terlihat jelas bahwa masyarakat menerima adanya penertiban pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang begitu juga dengan pedagang kaki lima yang menerima penertiban yang dilakukan oleh pemerintah, meskipun tempat yang mereka tempati sekarang sangat kecil dari tempat yang sebelumnya.
Penertiban ini dilakukan agar tata ruang kota Padang menjadi lebih baik lagi khususnya di kawasan objek wisata Pantai Purus Padang karena pemerintah ingin memajukan pariwisata di Kota Padang salah satunya dengan menertibakan pedagang kaki lima agar kawasan objek wisata yang kunjungi terlihat lebih indah dan nyaman.
Sesuai dengan penelitian ( Muhammad Hatta Kurniawan, 2015 ) mengenai analisis dampak sosial ekonomi relokasi pedagang kaki lima di Kabupaten Sidoarjo memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan pedagang kaki lima di kawasan simpang lima dan jalan pahlawan Kota Semarang, sedangkan kendala pedagang kaki lima setelah adanya relokasi menunjukkan kategori rendah meliputi kendala segi sarana prasarana dan kendala segi fasilitas. Masih adanya kendala dari segi sarana dan parasarana dan segi fasilitas yang dihadapi pedagang kaki
lima setalah adanya relokasi seperti shelter tempat berjualan yang rusak dan lahan parkir yang kurang luas perlu mendapat perhatiah dari pihak terkait.
Kedua, berdasarkan pertanyaan penelitian didapatkan hasil pengolahan data tentang kebijakan relokasi pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang skor totalnya adalah 5.073 yang berada pada kriteria baik, dari peryataan positif pencapaian responden 74,83%
berada pada kriteria baik sedangkan dari pernyataan negatif pencapaian responden 71,57% berada pada kriteria baik juga.
Dilihat dari hasil yang diporoleh terlihat jelas bahwa masyarakat menerima adanya kebijakan relokasi pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang. Meskipun tidak semua kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah bisa diterima langsung dengan baik oleh pedagang sehingga adanya kesepakatan antar kedua belah pihak jika kebijakan itu bisa dijalankan, salah satunya memberikan tempat yang layak kepada pedagang jika mereka direlokasikan. Kebijakan relokasi pedagang kaki lima di Pantai Purus Padang sudah berjalan dengan baik karena ini merupakan salah satu tujuan pemerintah kota Padang dalam pembangunan dan pengembangan untuk memajukan pariwisata di Kota padang.
Sesuai dengan Implementasi kebijakan pemerintah Sidoarjo tahun 2011 dalam penertiban pedagang kaki lima di kabupaten Sidoarjo saat ini dirasa masih belum optimal meskipun pada realitasnya telah ada berbagai usaha dalam mengatur lokasi pedagang kaki lima, namun
kebijakan tersebut belum sepenuhnya dapat mengatur permasalaham ketertiban pedagang kaki lima.
Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten sidoarjo terkait dengan relokasi ini adalah untuk menertibkan para pedagang kaki lima dan untuk menciptakan suasana alun- alun kota yang indah, bersih dan tertib, hal tersebut merupakan salah satu upaya dari pemerintah dalam menciptakan tata ruang kota yang tertib dan teratur dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Ketiga, berdasarkan pertanyaan penelitian didapatkan hasil pengolahan data tentang pembangunan lapau panjang cimpago di objek wisata Pantai Purus Padang skor totalnya adalah 3.212 yang berada pada kriteria baik, dari pernyataan positif pencapaian responden 69,73% berada pada kriteria baik sedangkan dari pernyataan negatif pencapaian responden 60,04% berada pada kriteria cukup baik , dilihat dari hasil yang diporoleh terlihat jelas bahwa masyarakat menerima adanya penertiban pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang hal ini dilihat dari tingkat pencapaian responden pada pernyataan positif yang mana berada pada kriteria baik dan pernyataan negatif berada pada kriteria cukup baik hal ini dikerenakan adanya sedikit keluhan dari pedagang tentang pembangunan lapau panjang cimpago.
Mereka mengeluhkan
menurunnya pendapatan dari sebelum direlokasi ke lapau panjang cimpago, hal ini dikarenakan pengunjung lebih tertarik duduk secara langsung ditepi pantai dari
pada duduk di lapau panjang cimpago selain lokasinya yang sempit suasana di sana juga panas sehingga pengunjung yang datang untuk bersanatai menjadi tidak nyaman. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah hendaknya bisa meningkatkan pendapatan pedagang namun sebaliknya pendapatan pedagang menurun secara dratis. Dilihat dari kondisi sepertin ini pemerintah harus membenah kembali pekerjaan yang belum diselasaikan karena setiap pembangunan akan meningkatkan berbagai sektor salah satunya sektor ekonomi baik ekonomi pedagang maupun pemerintah.
Sesuai dengan penelitian ( Muhammad Hatta Kurniawan, 2015 ) mengenai analisis dampak sosial ekonomi relokasi pedagang kaki lima di kabupaten Sidoarjo memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif akibat adanya relokasi pedagang kaki lima ke GOR, pertama dampak positif yaitu kebaradaan pedagang kaki lima mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan meraka, mereka tidak perlu mengeluarkan modal yang besar untuk memulai usaha mereka, sektor ini dianggap dapat menciptakan pekerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran saat ini, khususnya di kabupaten Sidoarjo. Kedua dampak negatif yaitu tidak nyamannya bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat luar daerah untuk berolahraga, pasca pemindahan pedagang kaki lima dari alun-alun ke GOR memunculkan berbagai argumen.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada deskripsi data dan pembahasan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Persepsi masyarakat tentang penertiban pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang termasuk baik dengan persentase 79,54 %.
Karena Masyarakat dan pedagang kaki lima menerima penertiban pedagang kaki lima di Objek wisata Pantai Purus Padang.
2. Persepsi masyarakat tentang kebijakan relokasi pedagang kaki lima di objek wisata pantai Purus Padang termasuk baik dengan persentase 73,20 % karena kebijakan pemerintah diterima baik oleh masyarakat dan pedagang yang direlokasi.
3. Persespi masyarakat tentang pembangunan Lapau Panjang Cimpago di objek wisata Pantai Purus Padang termasuk baik dengan persentase 64,88 % karena Masyarakat dan pedagang menerima pembangunan Lapau Panjang Cimpago di Objek Wisata Pantai Purus Padang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Disarankan kepada pedagang kaki lima agar bisa mematuhi peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemeritah agar terciptanya
rasa aman dan nyaman dalam masyarakat dengan tidak menggunakan fasilitas umum untuk berjualan.
2. Disarankan kepada masyarakat dan pedagang agar bisa menerima kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah guna untuk memajukan Pariwisata Sumatera Barat khususnya objek wisata Pantai Purus Padang.
3. Diharapkan kepada pedagang agar menjaga dan memanfaatkan fasilitas yang telah di bangun oleh pemerintah guna menarik minat pengunjung untuk berwisata ke Pantai Purus Padang.
4. Diharapkan kepada
pemerintah untuk
meningkatkan lagi perhatianya terhadap pedagang kaki lima khusunya di objek wisata Pantai Purus Padang.
5. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melihat persepsi tentang implikasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima di objek wisata Pantai Purus Padang dilihat dari indikator lain yang belum diteliti pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 2006. Prosedur
Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta :Rineka Cipta.
Keppres No. 38 tahun 2005. Tentang kepariwisataan di Indonesia.
Mohammad , Hatta. 2015. Analisis Dampak Sosial di
Kabupaten Sidoardjo. Jurnal Ardi. Vol 3. 2015. Diakses pada tanggal 19 juli 2016.