• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Bukanlah sesuatu yang kebetulan, jika lima ayat yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw dalam surat al-A’alaq, dimulai dengan membaca (iqra’) yang secara langsung mengandung makna dan implikasi pendidikan. Disamping itu, pesan-pesan Al-Qur’an dalam hubungannya dengan pendidikan pun dapat dijumpai dalam berbagai ayat dengan aneka ungkapan dan pernyataan. Lebih khusus lagi, ilmu dan devinisinya paling dominan dalam al-Qur’an menunjukkan perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan, pendidikan secara umum berada dalam lingkup peran, fungsi, dan tujuan yang tidak berbeda.1

Moralitas Islam tidak hanya terdiri dari kumpulan belenggu, dan larangan-larangan. Ia merupakan suatu kekuatan konstruktif dan positif, berkesinambungan dan bagi kesadaran pribadi di dalam proses perkembangan tersebut diwarnai oleh kemurnian yang bulat. Moralitas Islam menurut Sayyid Qutub dalam Arifin bahwasannya bersumber dari watak tabiat manusia yang senafas dengan nilai Islam yaitu dorongan batin yang menuntut pembebasan jiwa dari beban batin karena perbuatan dosa dan keji yang bertentangan perintah Ilahi. Atas dorongan inilah manusia dengan fitrahnya merasa wajib untuk melakukan kebajikan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang

1 Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: GP Press Group, 2008), 1.

(2)

lain.2 Oleh sebab itu pendidikan yang Islam sangat dibutuhkan hubungan antara orang tua dan anak memberikan suatu gambaran tentang perilaku dan sikap orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, karena anak sebelum dididik melalui bangku sekolah dan dididik oleh masyarakat. Menurut ash-Shabagh dalam Aat Syafaat anak terlebih dahulu dididik di dalam rumah dan keluarga, dan proses pendidikan itu anak selalu merekam segala gerak-gerik orang tuanya, baik dalam aspek sosialnya maupun keseluruhan moralnya. Oleh karena itu orang tua mempunyai tanggung jawab yang amat besar terhadap penyimpangan moral anaknya.3 Sebagai yang difirmankan dalam al-Qur’an surat at-Tahrim: 6,















































Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar-kasar, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan”.4

Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidik adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena

2 Arifin, Filsafat Penididikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 144.

3 Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Jakarta:

PT Raja Grafinda Persada, 2008), 7.

4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV Toha Putra Semarang), 951.

(3)

secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbul kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral mereka terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi melindungi serta membimbing keturunan mereka.5

Allah menganggap penting mempelajari ilmu-ilmu Agama dan menganggapnya sebagai kewajiban bagi seluruh masyarakat Islam. Allah berfirman:















































Artinya:Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kepadanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya.”

Begitu pentingnya pendidikan anak, sehingga banyak ayat al- Quran dan Hadis Nabi menjadi peringatan dan sekaligus bimbingan dalam mendidik anak. Jika terus dikaji ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis Rasaulullah Saw, ditemukan di dalamnya perintah yang ditujukan bagi para pendidik untuk memikul tanggung jawab dan memberikan peringatan jika mereka meremehkan kewajiban-kewajiban mereka, semua ini dimaksudkan agar

5Jalaluddin, Psikolgi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012 ), 294.

(4)

setiap pendidik mengetahui betapa besarnya amanat dan tanggung jawab dalam mendidik dan membimbing anak.6

Keluarga (kawula warga) adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai mahluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat. Sedangkan inti dari keluarga adalah ayah, ibu, dan anak. Dalam perspektif sosiologi, keluarga dalam arti luas meliputi semua pihak yang mempunyai hubungan darah atau keturunan; sedangkan dalam arti sempit, keluarga meliputi orang tua dan anak-anaknya. Termasuk dalam pengertian ini keluarga kandung (biologis) yang hubungannya bersifat permanen.7

Keluarga sebagai pranata sosial pertama dan utama, mempunyai arti paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan anggotanya dalam mencari makna kehidupan. Tumbuh dan berkembangnya kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience), ternyata melalui proses yang gradual, tidak sekaligus. Pengaruh luar sangatlah berperan dalam menumbuh kembangkan, khususnya pendidikan. Apabila di lingkungan keluarga anak-anak tidak diberikan pendidikan agama, biasanya sulit untuk memperoleh kesadaran dan pengalaman agama yang memadai.8 Oleh sebab itu nilai Islam yang dibentuk dalam pribadi anak dalam wujud

6 Haryu, Self Regulated Learning Motivasi Berprestasi Dan Prestasi Belajar (Jember: STAIN JEMBER Press, 2013), 197-199.

7 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam ( Malang : UIN Malang ,2003), 202.

8 Ibid., 202.

(5)

keseluruhan dapat diklasifikasikan ke dalam norma-norma. Misalnya norma hukum (syariah) Islam, norma akhlak dan sebagainya. Karena pendidikan Islam bertujuan pokok pada pembinaan akhlak mulia, maka sistem moral Islam yang ditumbuh kembangkan dalam proses pendidikan adalah norma yang berorientasi kepada nilai-nilai Islam.9

Pepatah mengatakan: “bila anak tidak dididik oleh orang tuanya, maka ia akan dididik oleh siang dan malam. “maksudnya, pengaruh lingkungannya akan mengisi dan memberi bentuk dalam jiwa anak itu.

Dalam kehidupan di kota-kota, terutama kota besar, anak-anak yang kehilangan hubungan dengan orang tua yang cukup banyak.10 Padahal keluarga merupakan denyut nadi kehidupan yang dinamis dan termasuk salah satu pranata yang secara kontributif mempunyai andil besar dalam pembentukan, pertumbuhan, dan pengembangan pendidikan karakter anak, karena keluarga dibangun lewat hubungan-hubungan kemanusiaan yang akrab dan harmonis, serta lahir dan tumbuh gejala sosial dan pendidikan dilingkungan pergaulan keluarga. Tanggung jawab orang tua kepada anaknya dalam perspektif sosiologis adalah mengarah pada upaya bagaimana memposisikan keluarga dalam wadah besar masyarakat. Dalam hal ini keluarga mempunyai tugas untuk mengantarkan anak ke dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa, atau dapat dikatakan bahwa masa

9 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1987), 144.

10 Jalaluddin, Psikologi Agama, 300.

(6)

remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolecere (kata bendanya Adolescentia) yang berarti remaja, “ yaitu tumbuh atau tumbuh dewasa”.

Masa remaja, seperti banyak anggapan yang ada adalah merupakan saat-saat yang dipenuhi dengan berbagai macam perubahan dan terkadang tampil sebagai masa yang tersulit dalam kehidupannya sebelum ia kemudian memasuki dunia kedewasaan. Remaja yang masih dalam masa perkembangan mencari jati diri paling aktif dan progresif dan suka mencoba-coba baik yang positif maupun yang negatif.11

Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia, karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia, pendidikan merupakan proses yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, artinya melalui pendidikan manusia diharapkan mampu mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.12

Di zaman yang modern saat ini pergaulan yang semakin tidak terkontrol mengakibatkan banyak para orang tua kebingungan dalam mengatasinya, terkadang ada orang tua yang bersikap acuh tak acuh kepada anak mereka karena sibuk dengan mencari nafkah untuk hidup mereka. Tidak sedikit daerah-daerah yang tergerus oleh masuknya budaya

11 Aat Syafaat, Dkk, Peranan Pendidikan Agama Dalam Mencegah Kenakalan remaja (Jakarta:

PT Raja Grafinda Persada, 2008), 94.

12 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2002), 42.

(7)

barat. Hal yanag demikian juga terlihat di kota santri Situbondo, tidak sedikit remaja yang memilih kumpul-kumpul bersama teman diwarung atau di perempatan jalan dari pada pergi ke Masjid atau Musholla.

Pergeseran budaya ini tidak hanya menyerang orang dewasa saja namun semua lini masyarakat terkena dampaknya.

Menurut salah satu perangkat Desa bapak Rejo Rijal di Desa Pokaan, dahulu Situbondo ramai sekali dengan budaya keIslaman, sepanjang jalan banyak dijumpai anak-anak berangkat bareng ke Madrasah namun saat ini anak yang terlihat hanya anak-anak yang usianya sekitar 10 tahun yang mau menimba ilmu di madrasah anak. Anak berasumsi bahwa ketika sudah tamat dari sekolah dasar maka tidak perlu lagi belajar di madrasah. Akibat paradigma yang salah tidak sedikit siswa SMP bahkan SMA belum bisa membaca al-Quran dengan fasih. Sebenarnya semuanya tidak terlepas dari hasil didikan dari orang itu sendiri, jika orang tua membiarkan anaknya dan tidak menegur maka anak akan berasumsi bahwa tindakan yang dilakukan tidak salah contohnya tidak ke madrasah, tidak shalat di masjid/ mushalla, Hal ini yang menuntut orang tua sebagai pendidik informal memberikan motivasi agar anak semangat lagi untuk belajar agama di usianya yang sudah menginjak dewasa.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti di kota yang terkenal dengan nama “Kota Santri” tentang “Upaya Orang Tua Dalam Prosese Pendidikan Kepribadian Anak di Desa Pokaan, Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015”.

(8)

A. Fokus Penelitian

Untuk merumuskan perumusan masalah tersebut, perlu adanya sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini agar terhindar dari pokok masalah dengan pembahsan yang tidak ada relevansinya. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan orang tua dalam proses pendidikan kepribadian anak di Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi orang tua dalam proses pendidikan kepribadian anak di Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015?

B. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang ingin dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kapada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebagaimana berikut ini:

1. Untuk mendeskripsikan upaya yang digunakan orang tua dalam proses pendidikan kepribadian anak di Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015?

2. Untuk mendeskripsikan apa saja hambatan yang dihadapi orang tua proses pendidikan kepribadian anak di Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015?

(9)

C. Manfaat penelitian

Dalam kegiatan apapun pada aktivitas manusia pasti mengandung manfaat tertentu yang bersifat positif baik yang melakukan kegiatan bagi orang lain. Maka dari itu penulis membagi manfaat penelitian menjadi dua yaitu menfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagaimana berikut ini:

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang membentuk karakter anak yang Islami

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemikiran positif untuk para orang tua agar lebih bertanggung jawab kepada anaknya, karena pendidikan yang di berikan kepada anak tidak hanya di mulai pada saat anak sudah lahir tetapi dimulai dari sebelum menikah.

2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti

1) Manfaat bagi penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang membentuk anak yang Islam.

2) Penelitan ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Tarbiyahl dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Islam.

b. Bagi IAIN Jember

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mewarnai nuansa ilmiah khususnya dalam bidang riset/penelitian.

(10)

2) Serta menambah koleksi literatur/refrensi diperpustakaan c. Bagi Desa Pokaan Kec. Kapongan Kab. Situbondo

1) Diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan wawasan tentang cara membentuk anak Islami

2) Penelitian ini tentunya akan berdampak positif bagi Desa Pokaan agar lebih perhatian dan bertanggunga jawab pada pendidikan anak.

D. Definisi istilah

Dalam suatu judul penelitian, definisi istilah berisi tentang istilah- istilah penting yang menjadi titik perhatian penelitian dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.13

Maka hal-hal yang perlu ditegaskan dalam judul penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya orang tua

Usaha yang dilakukan oleh pria dan wanita yang sudah terikat dalam sebuah perkawinan untuk mencari jalan keluar dalam memecahkan masalah. Tanggung jawab yang sangat besar inilah yang harus dilakukan orang tua terutama dalam hal pendidikan anak yang meliputi:

a. Pendidikan pra-konsep b. Pendidikan pra-natal

13 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 45

(11)

c. Pendidikan post-natal 2. Kepribadian

Kepribadian merupakan sifat yang sebenarnya yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa (yang menjadi pembeda dirinya dari orang lain) maka sebab itu proses pendidikan kepribadian meliputi:

a. Aqidah b. Ibadah c. akhlak

E. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan yang berisi tentang deskriptif alur pembahasan dimulai pendahuluan hingga penutup. Skripsi ini membahas pokok bahasan yang terdiri dari lima bab sebagaimana tersusun sebagai berikut:

Bab pertama berisi tetang pendahuluan. Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran secara singkat mengenai keseluruhan pembahasan sekaligus memberikan rambu-rambu untuk masuk bab-bab selanjutnya. Bab ini dimulai dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, devinisi istilah, sistematika pembahasan.

Bab kedua mendeskripsikan kerangka teoritik yang berusaha mengkaji secara umum tentang masalah yang sedang diteliti, yang dalam hal ini tentang “Upaya orang tua dalam membentuk karakter anak Islam.”

(12)

Bab ketiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis data, validitas data dan terkhir tahap- tahap penelitian.

Bab keempat akan dijelaskan mengenai gambaran obyek penelitian dan analisis data serta pembahasan temuan. Bagian ini adalah pemaparan data yang diperoleh di lapangan dan juga untuk menarik kesimpulan dalam rangka untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Bab lima bab kelima akan mendeskripsikan mengenai kesimpulan dan saran-saran, kesimpulan berisi tentang berbagai temuan hasil analisis dari bab-bab sebelumnya. Sedangkan saran-saran merupakan tindak lanjut dari hasil temuan.

(13)

Pada bagian ini peneliti mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertai dan sebagainya).

Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orientasi dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.14Antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Moh Ridwan mahasiswa STAIN Jember dengan judul “ peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam sebagai upaya menanggulangi kenakalan remaja di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember.”

Adapun yang dikaji adalah 1. bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam? 2. Bagaiman peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam di bidang Aqidah sebagai upaya menanggulangi kenakalan remaja di desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember? 3. Bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam di bidang Ibadah sebagai upaya menaggulangi kenakalan remaja di desa Kemunig Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember? 4. Bagaimana para orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam di bidang Akhlaq sebagai

14 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 46.

(14)

upaya menanggulangi kenakalan remaja di desa Kemuningsari Lor kecamatan Panti Kabupaten Jember.

Dari hasil penelitian disimpulkan orang tua kurang berperan dalam pendidikan Islam khususnya dibidang Aqidah. Persamaan dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama-sama membahas pendidikan Agama bagi anak. Kesamaan yang lain dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan analisa datanya menggunakan deskriptif kualitatif. Perbedaan yang terdapat di dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu lokasi penelitian dahulu di daerah Jember dan penelitian sekarang di Desa pokaan Situbondo, dalam penelitian terdahulu hanya membahas peran orang tua saja didalam penelitian sekarang lebih mendalam lagi karena membahas upaya yang dilakukan orang tua sebelum mengarungi bahtera rumah tangga secara otomatis didalamnya juga terdapat peran dari orang tua itu sendiri, serta tnggung jawab dan pendidikan bagi anak yang dimulai sebelum berumah tangga agar penerus ini dapat mengarungi hidup ini dengan bekal yang cukup. Karena pendidikan pertama dan utama ada pada keluarga, Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Upaya

(15)

Orang Tua Dalam Proses Pendidikan Kepribadian Anak Di Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015.15

2. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Syafi’i Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember tahun 2013 dengan judul skipsi “ Partisipasi Orang Tua Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Anak Di SDN Mangaran 04 Ajung Jember Tahun Ajaran 2012/2013.

Adapun yang dikaji adalah 1. Bagaimana bentuk bimbingan orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam anak SDN Mangaran 04 Kecamatan Ajung Jember Tahun ajaran 2012/2013? 2.

Bagaimana pengawasan belajar yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam anak di SDN Mangaran 04 Kecamatan Ajung Jember Tahun ajaran 2012/2013? 3. Bagaimana penyediakan fasilitas belajar orang tua dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam anak di SDN mangaran 04 Kecamatan Ajung Jember Tahun ajaran 2012/2013?

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa orang tua sudah ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan Agama Islam, persamaan didalam penelitian ini adalah sama-sama membahas pendidikan Agama Islam untuk anak. Kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan

15 Moh. Ridwan, Peran Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai-Nilaipenididikan Islam Sebagai Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja Di desa Kemunig Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember (Jember: STAIN Jember, 20011), 30

(16)

analisa datanya menggunakan deskriptif kualitatif, perbedaan yang terdapat di dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu lokasi penelitian jika dalam penelitian terdahulu di Mangaran Jember dan penelitian sekarang di Pokaan Situbondo. Penelitian tedahulu hanya membahas dari partisipasi orang tua, tetapi dalam penelitian sekarang lebih mendalam lagi karena membahas dari upaya orang tua yang dimulai dari sebelum menikah, dan bagamana membentuk karakter anak yang Islami dari akarnya. Usaha yang dilakukan orang tua begitu Islami tidak hanya membahas mementingkan mutu pendidikan Islam yang berkualitas bagi anak tetapi pendidikan yang diawali sebelum anak lahir. Agar tercipta penerus bangsa yang berkarakter Islami yang mampu melewati arus kehidupan yang begitu tak terkontrol ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Upaya Orang Tua Dalam Proses Pendidikan Kepribadian Anak Di Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015.16

3. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Muyarofah. 2013 Mahasiswa STAIN Jember dengan judul “peranan orang tua dalam mendidik Akhlak anak usia dini di TK plus Al-Islah Jenggawah Kecamatan Jenggawah Tahun 2012/2013”.

Adapun fokus penelitiannya Adalah 1). Bagaimana peranan orang tua dalam mendidik akhlak anak usia dini kepada Allah di TK plus Al-

16Achmad Syafi’i, Partisipasi Orang Tua Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Anak Di SDN Mangaran 04 Ajung Jember Tahun Ajaran 2012/2013 (Jember: STAIN Jember, 20013), 38

(17)

Islah Jenggawah Kecamatan Jenggawah Tahun 2012/2013. 2).

Bagaimana peranan orang tua dalam mendidik akhlak anak usia dini kepada sesama manusia di TK plus Al-Islah Jenggawah Kecamatan Jenggawah Tahun 2012/2013. 3). Bagaimana peranan orang tua dalam mendidik akhlak anak usia dini kepada lingkungan di TK plus Al-Islah Jenggawah Kecamatan Jenggawah Tahun 2012/2013.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwasannya peranan atau tugas orang tua yaitu dengan cara membimbing, mendidik dan menjadikan mereka mempunyai akhlak yang mulia sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan analisa datanya menggunakan deskriptif kualitatif, perbedaannya tempat penelitian jika penelitian terdahulu di Jenggawah dan di penelitian sekarang di Desa Pokaan Situbondo, jika di terdahulu membahas hanya pendidikan akhlak saja didalam penelitian sekarang yang dibahas tidak hanya tentang pendidikan akhlak saja tapi keseluruhan lapisan ilmu agama yang menjadikannya anak yang mempunyai karakter Islam sebagai penerus bangsa yang religious yang mampu berjalan di dunia yang modern ini, yang di sokong dari mulai upaya orang tua itu sendiri yang dimulai mulai dari pemilihan jodoh untuk menikah serta peran dan tanggung jawab orang tua itu sendiri ketika anak sudah lahir kedunia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

(18)

meneliti Upaya Orang Tua Dalam Proses Pendidikan Kepribadian Anak Di Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2015.17

B. Kajian teori

1. Kajian tentang Upaya Orang tua

Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah kepada manusia yang menjadi orang tuanya, oleh karena itu orang tua bertanggung jawab penuh supaya anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna dan berakhlak mulia. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dijelaskan tentang upaya orang tua.

Upaya adalah ikhtiar atau usaha untuk mencapai suatu maksud memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.18 Orang tua disini, dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu orang tua dalam arti umum dan orang tua dalam arti khusus. Pengertian orang tua dalam arti umum adalah seperti yang terdapat dalam Kamus Besar Indonesia dimana istilah orang tua diartikan sebagai “orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli) dan lain sebagainya. Jadi orang tua yang dimaksud di sini adalah orang tua (dewasa), yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak- ananya, serta yang masuk dalam kategori ini adalah ayah dan ibu, kakek

17 Musyarofah, Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Akhlak Anak Usia Dini Di TK Plus Al-Islah Jenggawah Kecamatan Jenggawah Tahun 2012/2013 (Jember: STAIN Jember, 2013), 153.

18 Kamus bahasa Indonesia, 1250.

(19)

dan nenek, paman dan bibi, kakak atau wali. Sedangkan dalam arti khusus bahwa yang dimaksud sebagai orang tua hanyalah ayah dan ibu ”.19

Dalam pembahasan ini, yang dimaksud dengan orang tua dalam pengertian khusus yaitu ayah dan ibu saja, sebagaimana yang digambarkan oleh Rea Farhadian sebagai berikut:

“Kedua orang tua yang membentuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, sebagai orang tua.

Menjadi orang tua dalam arti menjadi seorang bapak dan ibu dari anak-anak atau putra putrinya, menjadi penanggung jawab dari lembaga keluarga sebagai satu anggota masyarakat”. 20

Orang tua adalah orang yang usianya telah lanjut (Ibu Bapak) yang telah melahirkan kita dan ayah ibu merupakan sebentuk kemuliaan yang telah diberikan Tuhan dengan kebaikan dan kasih sayang yang memperkaya jiwa dan memberikan perasaan keterkaitan.21

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kedua orang tua adalah seorang ayah dan seorang ibu yang ada dalam keluarga yang telah melahirkan kita dengan kasih sayang .

a. Tanggung jawab orang tua

Keluarga adalah suatu institut yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami dan istri untuk hidup bersama, seia dan sekata, seiring dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga untuk mencapai sakinah dalam lindungan dan ridha Allah swt.

19 Muhammad Zulaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini (Jakarta:A.H Ba’dillah Press, 2002), 167.

20 Reza Farhadian, Menjadi Orang Tua Pendidik (Jakarta: Al-Huda, 2005), 15.

21 Idrus, Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia (Surabaya: Bintas Usaha Jaya), 21.

(20)

Di dalamnya selain ada ayah dan ibu, juga ada anak yang menjadi tanggung jawab orang tua.22

Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar, maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno, menempatkan dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik bertetangga dan masyarakat.23

Konteksnya dengan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, maka orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka.24

22 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 28.

23 Ibid., 28

24 Ibid., 28

(21)

Seorang ibu bertanggung jawab untuk mengarahkan putrinya pada tingkah laku yang baik dan menasehatinya agar selalu menjaga kehormatannya. Seorang ibu wajib mendidik putrinya prinsip-prinsip mengatur rumah tangga, cara meladeni suami dan cara menyambutnya dengan wajah ceria, cara menerima oleh-oleh darinya; buah-buahan, daging, roti, dan cara berterima kasih kepadanya.25

Jika seorang anak laki-laki ingin membangun rumah tangga dan berdikari sendiri di rumah sang istri, maka kedua orang tua harus mengajari bagaimana caranya menjaga diri sebagai laki-laki yang simpatik. Ayah harus duduk bersama putranya mengajaknya berbicara dengan lembut serta mengajari anak laki-laki kriteria kehidupan suami istri yang baik serta cara mengauli seorang istri. Jika hubungan ayah dan anak seperti hubungan teman dekat. Bila tidak menggunakan cara tersebut maka anak-anak tidak akan mampu mencari jalan hidup dan tidak bisa berperan di tengah masyarakat.26

Sebagaimana telah kita maklumi bahwa keluarga dalam mendidik anak-anaknya terasa berat dan karenanya harus dibantu oleh sekolah. Namun harus diingat pula bahwa tidak semua anak-anak sejak kecil menjadi tanggung jawab sekolah jadi, anak-anak yang sudah diserahkan kesekolah bukan berarti seluruhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Dalam hal ini, sekolah hanya bersifat melanjutkan pendidikan anak yang telah dilaksanakan di lingkungan keluarga. Berhasil atau

25 Ibid, 214.

26 Ibid., 214.

(22)

tidak bagi pendidikan anak di sekolah adalah tergantung pula pada pengaruh pendidikan dalam keluarga. Pendidikan orang tua merupakan dasar atau pondasi dari pendidikan anak selanjutnya. Didalam keluarga tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak yang masih usia muda, karena pada usia ini biasanya pada anak-anak sangat peka terhadap pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat.27

Salah satu tujuan utama dan merupakan dasar disyariatkannya pernikahan oleh agama adalah didapatkannya anak keturunan yang dapat melangsungkan dan mempertahankan jenis manusia didunia.

Firman Allah SWT dalan surat Annisa; 9:

































Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.28

Ayat di atas telah mengingatkan pada semua manusia serta orang-orang yang beriman agar mereka tidak meninggalkan anak keturunannya yang lemah jiwa dan raga serta menjaganya dari siksa api neraka. Orang tua berperan sebagai pendidik, yaitu memikul

27 M. Djumransyah dan Abdul Malik Karim Amrullah, Menggali Tradisi, Meneguhkan Eksistensi,(Malang: 2007, Uin Malang Press), 84.

28 M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 2, (Jakarta:

2000.Lentera Hati), 336.

(23)

pertanggung jawaban untuk mendidik. Oleh karena itu dituntut agar bertakwa kepada Allah SWT, sehingga terjaga kualitas dirinya dan terhindar dari api neraka serta menjadi suri taladan bagi anak-anaknya.

Di samping itu mereka dituntut juga agar mengucapkan kata-kata yang benar kepada anak mereka.29 Mendidik dengan berlandaskan rasa takwa, berdampak kepada anak-anak mereka akan menjadi keturunan yang kuat, sejahtera dan selamat dari api neraka. Yang demikian itu adalah tanggung jawab manusia dan pernikahannya. Mereka akan menjadi orang tua yang harus merawat dan mendidik anak-anaknya.30 Namun di balik itu semua pernikahan jugalah yang menjadi sarana utama untuk memenuhi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdullah Nasih Ulwah:

“Perkawinan di dalam Islam itu adalah fitrah manusia agar seorang muslim dapat memikul amanat tanggung jawabnya yang paling besar di dalam dirinya terhadap orang yang berhak mendapatkan pendidikan dan pemeliharaan”.

Dengan demikian, tanggung jawab yang harus dipikul oleh orang tua terhadap anak-anaknya terutama peran ibu dalam keluarga yang sangat berpengaruh bagi pembentukan kualitas generasi qur’ani yang dilandasi keimanan dan ketakwaan. Jadi, bukan hanya sekedar karena cinta kepadanya, melainkan hal itu juga merupakan amanat dari Allah kepadanya yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Tanggung jawab orang tua terhadap

29M. Djumransyah dan Abdul Malik Amrullah, 84.

30 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Globalpustaka Utam, 2001), 118.

(24)

anak-anaknya bukanlah hanya sewaktu di dunia melainkan juga nanti di akhirat.31

b. Peran orang tua

Keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Pendidikan dalam keluarga di dasarkan atas prinsip cinta dan kasih sayang. Karena inilah yang akan menjadi kekuatan untuk mendorong orang tuanya agar tidak bosan membimbing dan memberi pertolongan yang di butuhkan oleh anaknya. Oleh karenanya keluarga disebut sebagai primary community yaitu sebagai lingkungan pendidikan yang utama dan pertama.

Dalam lembaga keluarga peranan keluarga terdapat dalam undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pasal 7 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

“1. orang tua berhak berperan serta memiliki satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. 2. orang tua dari anak wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”.32

Adalah suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai barbagai peran pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua.

31 Ibid., 117

32 Undang-Undang Ri Nmor 20 Tahun 2003 Sisdiknas (Bandung: Citra Umbara, 2012), 7.

(25)

Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka.

Henz dalam Soemiarti Patmonodewo menjelaskan bahwa ada 3 hal yang penting apabila orang tua dan pihak sekolah dapat menjalin kerja sama, yaitu: konsep diri orang tua dan anak akan meningkat, motivasi anak akan meningkat, dan prestasi yang dicapai anak akan meningkat pula.33

Pada hakekatnya, para orang tua mempunyai harapan agar anak- anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan apa yang baik dan yang tidak baik, tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang lain. Harapan-harapan ini kiranya akan lebih mudah terwujud apabila sejak semula, orangtua telah menyadari akan peranan mereka sebagai orang tua yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak.34

Adapun tugas dan tanggung jawab keluarga di Indonesia dalam pendidikan dapat dirumuskan dengan menanamkan jiwa agama dan nilai-nilai ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menanamkan nilai-nilai pancasila dan nilai budaya yang cocok untuk pembangunan nasional. Membiasakan dan menanamkan akhlak yang terpuji, menampilkan keterampilan-keterampilan dalam hidup sehari-hari,

33 Soeminarto Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 123.

34 Singgi Dan Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,(Jakarta, PT Bpk Gunung Mulia, 1986), 60.

(26)

mengembangkan kepribadian yang teguh, memperhatikan dan mengembangkan bakat serta memupuk minat dan bakat.35

Anak-anak seusia remaja kepribadian mereka telah mendekati kesempurnaan karena pendidikan fase ini lebih dominan didasarkan atas pendidikan dan pengarahan secara langsung. Anak dalam fase ini telah menjadi saudara (partner) yang ia tidak lagi kembali kepada fase anak. Karenanya, tidak lagi berinteraksi seperti saat ia masih berusia balita atau menjelang baligh (dewasa).36

Sikap orang tua dalam menerapkan poin-poin pendidikan yang ada pada fase-fase sebelumnya dengan skala yang lebih baik tanpa terjadi keterputusan antara anak dan sistem kehidupan pendidikan di mana ia hidup dengannya, akan menjadikan hasilnya lebih realistis dan sangat terjamin tercapainya.

Sudah jelas bahwa anak dapat bertindak keliru dan benar. Anak- anak, baik laki-laki ataupun perempuan, berpeluang melakukan kekeliruan sebagaimana keadaan yang demikian ini terjadi pada setiap jenjang usia. Kesalahan fatal akan tampak ketika orang tua, baik ayah ataupun ibu menggunakan sikap yang kurang sopan terhadap anaknya, seperti memarahi ataupun menegur anak di depan orang lain atau berbicara keras terhadap anak. Kesalahan itu akan semakin rumit bila orang tua menggunakan pukulan dalam menegur anak, sehingga hubungan antara orang tua dan anak terjadi ketegangan dan

35 Mukaffan, Rekonsrtuksi khazanah Pendidikan Islam (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 172.

36 Muhammad Sa’id Maulawi, Mendidik Generasi Islam (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2002), 202.

(27)

kegoncangan dengan demikian, hubungan yang seperti itu tidak akan memberikan buah (hasil) yang masak yang dapat dipetik oleh orang tua atau anak.37

Sesungguhnya sikap yang terbaik yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak apabila ia melakukan kesalahan adalah bersabar menghadapi kesalahan itu hingga ayah dan ibu benar-benar dapat mendekati anak seorang diri, lalu ia mengingatkan anak akan kesalahan itu atau mendiskusikan perihal perilaku yang keliru dan mencari solusi jalan keluarnya. Penerimaan anak secara sadar hasil diskusi itu akan tertanam dalam jiwa menjadi perkara-perkara permanen dan sebagai benteng dari keterperosotannya ke dalam jurang kekeliruan kedua kalinya.38

Salah satu fungsi ibu di samping sebagai seorang istri dari suaminya adalah sebagai pendidik atas anak-anaknya. Ibu tidak hanya berfungsi menghamilkan, melahirkan, dan menyusukan anaknya, tetapi lebih dari itu ia bersama suaminya berkewajiban mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar anak-anaknya memiliki kepribadian yang mulia. Karena itu rumah tangga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam pendidikan anak agar tercipta anak-anak sebagai generasi yang akhlak mulia, terampil dan memiliki intelektualitas yang tinggi.

37 Ibid., 203.

38 Ibid., 203.

(28)

Keluarga sebagai lembaga pendidikan, maka orang tua terutama pihak ibu memiliki peran yang sangat strategis dalam mengembangkan pendidikan anak-anaknya. Karena itu kedua orang tua (ibu dan bapak) harus membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, yang nantinya akan ditransfer dan diinternalisasikan kepada anak, orang tua dituntut untuk menyiapkan waktunya yang cukup untuk mendampingi pendidikan anaknya.39

Demikian pula peranan seorang ayah terhadap pendidikan anak- anaknya sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan tingkah laku mereka. Karena itu apa dan bagaimana tingkah laku yang dilakukan seorang ayah akan berpengaruh pula pada tingkah laku anak- anaknya. Jika sang ayah memberikan ketauladanan sebagai penolong dalam keluarga, maka akan terkesan pula pada hati anak-anak akan keberhasilan didikan ayah terhadap anak-anaknya. Namun adanya kepincangan pendidikan yang dilakukan oleh seorang ayah misalnya ayah yang tidak mempunyai waktu untuk mengurusi dan bergaul dengan anak-anak mereka karena terlalu sibuk dengan urusan mencari nafkah keluarga, dan menganggap bahwa pendidikan anak-anaknya hanya menjadi tanggung jawab istrinya. Walaupun sebenarnya pendidikan adalah menjadi tanggung jawab mereka berdua sebagai

39 A. Fatah Yasin, Dimensi – Dimensi Pendidikan Islam ( Yogyakarta: SUKSES Offset, 2008), 217.

(29)

suami istri, pendidikan anak merupakan kebersamaan fungsi dan tanggung jawab dalam melaksanakan amanah Allah.40

Seorang anak kecil sulit diharapkan untuk dengan sendirinya bertingkahlaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku, mengerti apa yang dituntut lingkungan terhadap dirinya, dan sebagainya. Aspek moral seorang anak merupakan sesuatu yang berkembang dan dikembangkan. Artinya, bagaimana anak itu akan bertingkahlaku sesuai atau tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku, semua itu hanya dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan anak yang ikut memperkembangkan secara langsung ataupun tak langsung, aspek moral ini. Karena itu faktor lingkungan besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak, namun karena lingkungan pertama yang dikenal anak dalam kehidupannya adalah orang tuanya. maka peranan orang tualah yang dirasa paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak, disamping itu lingkungan lainnya seperti sekolah dan masyarakat.41

Peran aktif orang tua terhadap anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun (balita). seorang bayi yang baru lahir sangat tergantung dari lingkungan terdekatnya, merupakan usaha secara langsung terhadap anak dan peran lain yang penting dalam menciptakan lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga khususnya orang tua ayah dan ibunya. Peran aktif orang tua

40 Ibid., 60.

41 Ibid., 60.

(30)

tersebut, merupakan usaha secara langsung terhadap anak dan peran lain yang penting dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang pertama dijumpai anak.42

Sejak lahir seorang anak sudah memiliki berbagai kebutuhan seperti kebutuhan fisiologis: makan, minum, kebutuhan rasa aman, rasa kasih sayang, kebutuhan dihargai dalam suasana hubungan yang stabil, dan menyenangkan. Memberikan penghargaan dan pujian begitu penting, saat anak melakukan perbuatan yang baik. Hal ini memberikan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya. Anak belajar mandiri, memiliki rasa tanggung jawab yang sejak kecil ditanamkan dalam pribadi anak.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut seyogiannya dapat dipenuhi anak dalam suatu lingkungan yang merangsang seluruh aspek perkembangannya anak. Sehingga sesibuk apapun orang tua akibat pekerjaan, organisasi, ataupun kegiatan lainnya harus memberikan kesempatan kepada anak untuk memberikan perhatian terhadap anak- anaknya. Maka dalam usaha mendidik anak harus memperhatikan adanya peran aktif dari anak itu sendiri. Anak seyoginnya harus diperlakukan sebagai pribadi yang aktif yang perlu dirangasang (distimulus) untuk menghadapi dan mampu mengatasi masalah. Melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak, maka akan

42 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2010), 86.

(31)

berkembang berbagai aspek kepribadian anak termasuk aspek kesadaran terhada tanggung jawab.43

Agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik, peranan orang tua sangat penting berfungsi sebagai “top manajemen” memperhatikan situasi dan kondisi yang memungkinkan, sikap dan perbuatan yang dilakukannya sebagai teladan/ contoh yang harus dipertimbangkan dengan baik, selektif, dan rasional. Hubungan keluarga yang saling menghormati dengan jalinan komunikasi yang akrab dan kasih sayang di antara anggota keluarga, ayah, ibu, anak serta anggota keluarga yang lainnya sesuai dengan fungsi yang harus dijalankan masing-masing.

Mengasuh, membina, dan mendidik anak dirumah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak.

Dengan menjaga dan melindungi serta menanamkan rasa kasih sayang kepada anak-anaknya agar kelak anak-anak tersebut dibekali dengan kasih sayang terhadap sesama.44

Menurut A. Fatah Yasin dalam keluarga, anak pertama kali ada dan masuk sebagai peserta didik. Oleh karena itu dalam berinteraksi orang tua (ayah, ibu, semua yang ada dalam rumah tinggal keluarga) harus mampu menampilkan pola prilaku yang positif, karena bisa menjadi stimulus anak, terutama dalam etika berbicara (memberi pesan), bertingkah laku dan sebagainya. Karena anak akan men-sugesti,

43 Ibid., 87.

44 Ibid., 88.

(32)

me-imitasi dan mendemonstrasikan apa yang bisa ia lihat, lebih-lebih yang ia lihat itu datangnya dari dalam lingkungan keluarga sendiri.

Maka alternatifnya anak- anak selalu diajak untuk menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar, yang di mulai dari kehidupan interaksional dan keluarga.45

Dalam perspektif Islam proses pendidikan dalam keluarga pada hakekatnya dilaksanakan melalui 3 periode tahapan, yaitu periode pra- konsepsi, periode pra-natal, dan periode post-natal.46

1) Periode pendidikan pra-konsepsi

Periode pendidik pra-konsepsi adalah upaya persiapan pendidikan yang dilakukan oleh seseorang semenjak ia memulai memilih dan atau mencari jodoh sampai pada saat setelah terjadinya pembuahan dalam rahim seorang ibu. Dalam konteks ini A. Fatah Yasin membagi hal-hal yang perlu disiapkan sebagai upaya persiaapan pendidikan antara lain.47 Pertama, menentukan pilihan jodoh yang dianjurkan sesuai dengan ajaran Islam, dan bukan karena nafsu belaka.

Kedua, mencari rizki yang halal, makan makanan yang halal pula karena rizqi dan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga memilki dampak yang cukup besar terhadap keturunannya di kemudian hari, baik fisik maupun mentalnya.

Prinsip syariat Islam yang fundamental ialah memerangi kerahiban yang wujudnya berbenturan dengan fitrah manusia dan

45 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, 213.

46 Ibid., 213.

47 Ibid., 214.

(33)

berkontradiksi dengan kecenderungan, kerinduan dan nalurinya. Jika kita renungkan sikap Rasul mengawasi anggota masyarakat dan mengobati jiwa manusia, niscaya kita yakin bahwa pengawasan dan penyembuhan tersebut didasarkan atas pengetahuan utuh tentang hakikat manusia. Keduanya disiapkan untuk menanggapi kerinduan dan kecenderungan sehingga tidak seorangpun anggota masyarakat yang mealampaui batas fitrahnya dan berbuat diluar kemungkinan serta kemampuannya, tetapi berjalan pada jalan lurus secara alami.48

Sebagaimana diketahui dalam Islam, perkawinan mengandung manfaat umum dan kemaslahatan sosial. Karena kepentingannya persoalan tersebut, dengan taufik Allah selanjutnya akan jelaskan kaitannya dengan pendidikan.49

a) Memelihara jenis (spesies) manusia

Dengan perkawinan, keturunan manusia tetap berlanjut semakin banyak dan berkesinambungan :...hingga Allah mewariskan bumi dan apa yang ada di atasnya kepada mereka. Tak pelak, dalam kelestarian dan kesinambungan inilah jenis manusia terpelihara dan para ahli terdorong untuk meletakkan metode-metode pendidikan dan kaidah- kaidah yang benar demi keselamatan moral dan fisik sekaligus.

48 Abdullah Nashih Ulwah, Pendidikan Anak Menurut Islam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), 1.

49 Ibid., 3.

(34)

Dalam firman Allah QS. An-Nahl: 72













































Artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah. 50

b) Memelihara jenis (spesies) keturunan

Melalui perkawinan yang disyariatkan Allah bagi hamba-hamba- Nya, anak menjadi bangga dengan kejelasan nasab pada ayahnya. Tak ragu lagi pada keturunan inilah mereka mempunyai harga diri, ketenangan jiwa dan kemuliaan manusia.51

c) Menyelamatkan masyarakat dari dekadensi moral

Melalui perkawinan, masyarakat akan terhindar dari dekadensi moral. Anggota-anggotanya aman dari gangguan. Bagi orang yang mengerti dan sadar akan tampak jelas bahwa bila naluri mencintai jenis lain terpuaskan oleh perkawinan yang diisyaratkan Allah dan hubungan yang halal.52

50 Enang sudrajat, dkk. Syaamil Quran Terjemah Perkata, (Jakarta,PT Sigama, 2007), 267.

51 Abdullah Nashih Ulwah, Pendidikan Anak Menurut Islam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak.

4.

52 Ibid., 4.

(35)

d) Menyelatkan manusia dari penyakit

Melalui perkawinan, masyarakat akan terhindar dari segala bentuk penyakit menular dan mematikan yang menimpa anggotanya masyarakat akibat perzinaan , meluasnya kerusuhan dan hubungan haram.53

e) Ketenangan spiritual

Melalui perkawinan, roh cinta, kasih sayang, dan kelembutan tumbuh diantara suami-istri.54

f) Kerjasama suami istri dalam membina rumah tangga dan menididik anak

Dengan perkawinan suami istri akan bekerja sama dalam membina rumah tangga dan memikul tanggung jawab. Keduanya akan menyempurnakan pekerjaan yang lain. Istri mengerjakan tugasnya yang khusus sesuai dengan kodrat kewanitaannya; yakni mengurus urusan rumah dan mendidik anak-anak.55

2) Periode pendidikan pra-natal

Periode pendidikan pra-natal adalah upaya persiapan pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua pada saat anak masih dalam kandungan sang ibu. Upaya persiapan yang bisa dilakukan pada periode ini antara lain. Pertama, menjaga kondisi fisik dan mental bagi ibu yang sedang hamil karena baik tidaknya kondisi anak dalam kandungan tergantung kondisi ibunya. Agar fisik dan mental ibu terjaga maka

53 Ibid., 5.

54 Ibid., 5.

55 Abdullah Nasihih Ulwah, Pendidikan Anak Dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), 9.

(36)

diperlukan peran suami untuk menjaganya. Kedua, mendoakan agar kondisi anak dalam kandungan kelak kalau diberi kesempurnaan, sehat, dan menjadi anak yang shaleh – shalehah. Ketiga, orang tua hendaknya berusaha untuk rajin beribadah, memanjatkan doa, dan selalu mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Keempat, mengajari nafkah untuk menghidupi keluarganya dengan cara yang baik dan halal, sehingga saat istri/ibu menjadi tenang, dan suami selalu bersiap siaga untuk menyambut kelahiran anaknya.56

3) Periode pendidikan post-natal

Periode pendidikan post-natal adalah pendidikan yang dilakukan atau dimulai semenjak anak lahir didunia ini sampai tumbuh- kembang menjadi dewasa. Proses pendidikan semenjak anak lahir hendaknya dilakukan berdasarkan tingkat perkembangan dan tahapan – tahapan anak mulai dari umur 0 – 2 tahun sampai seterusnya.57

Yang harus dilakukan pendidik pada saat kelahiran diantara keutamaan syariat Islam bagi umatnya ialah dijelaskan hukum-hukum (pedoman) yang berhubungan dengan anak dan kaitanya dengan prinsip-prinsip penting pendidikan secara rinci sehingga pendidik selalu mendapat petunjuk dan kejelasan tentang masalah yang harus dijalankannya terhadap bayi yang lahir.58

56 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, 215.

57 Ibid., 216.

58 Abdullah Nashih Ulwah, Pendidikan Anak Menurut Islam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, 50.

(37)

a) Disunnahkan menggembirakan yang melahirkan

Bagi seorang Muslim, disunatkan menggembirakan dan membahagiakan saudaranya yang melahirkan anak. Hal itu dimaksudkan untuk menguatkan ikatan-ikatan persaudaraan.59

b) Disunnahkan mengadzani dan mengiqamati anak yang baru lahir

Rahasia mengadzani dan mengikamati agar getaran pertama kali yang didengar manusia itu ialah kalimat panggilan agung yang mengandung kebesaran dan keagungan Allah dan kesaksian pertama memasuki Islam. 60

c) Disunahkan mentahnik anak yang baru lahir

Tahnik adalah memamah kurma, menggulumi mulutnya dengan buah itu. Caranya sedikit kurma yang sudah dikulum pada telunjuk ke mulut anak. Hikmah perbuatan itu adalah untuk menguatkan otot-otot mulut dengan geakan lidah karena menjilat sesuatu yang manis sehingga anak siap untuk menetek dengan kuat dan alami dan pengharapan anak saleh dan takwa. 61

d) Disunahkan mencukur rambut

Hikmahnya ada dua: yang pertama adalah kesehatan, menghilangkan rambut kepala anak berarti menguatkan kepala anak dan membuka pori-pori kepala, menajamkan penglihatan, penciuman dan pendengaran. Yang kedua dari segi sosial adalah merupakan salah satu

59 Ibid., 50.\

60 Ibid., 53.

61 Ibid., 54.

(38)

sumber jaminan sosial yang dapat mengurangi kemiskinan dan mewujudkan fenomena saling tolong menolong.62

Dengan syariatnya yang sempurna Islam memperhatikan dan mementingkan masalah nama, karena dirasakan pentingnya masalah tersebut, maka umat Islam diajari masalah-masalah yang berhubungan dengan anak yang baru dilahirkan dan setiap yang dapat mengangkat keadaannya dan setiap yang berkaitan dengan masalah pendidikannya.

1. Pemberian nama pada anak dapatdilakukan pada pertama kelahiran, ketiga kelahiran, aqiqah atau ketuju;

2. Nama yang disenangi dan nama yang dibenci, nama yang baik untuk anak menjadi doa bagi orang tua untuk anak sebaliknya nama yang jelek untuk anak dapat berpengaruh tidak baik bagi anak;

3. Disunahkan menyandarkan nama anak kepada nama ayahnya;

4. Menumbuhkan perasaan memuliakan dihormati pada jiwa anak;

5. Melembutkan dan memasukkan kegembiraan kepada anak dengan pengambaran yang dicintainya.63

Aqiqah menurut istilah (terminologi) syar’i ialah menyembelih seekor domba untuk anak pada hari ketujuh. Hikmah aqiqah: sebagai pengorbanan untuk mendekatkan anak kepada Allah senini mungkin, sebagai tebubagi si anak dari berbagai musibah dan bencana , pembuka pegadai anak pada kesempatan syafaat bagi ke dua orang tuanya,

62 Ibid., 56.

63 Ibid., 65.

(39)

menampakkan kegembiraan dan optimisme untuk menegakkan syariat Islam.64

Khitan secara istilah memotong kulit yang ada disekitar ujung zakar atau batas atau batas pergelangan zakar yang sudah ditentukan oleh hukum syara. Hikmah khitan adalah khitan merupakan dasar fitrah (kesucian), syiar Islam, dan ciri syariat. Khitan merupakan puncak kesempurnaan yang disyariatkan Allah, mengajak hatiuntuk bertauhid dan beriman, yang membersihkan badan dengan berkhitan, khitan membedakan orang muslim dengan orang diluar Islam, pengakuan penghambaan terhadap Allah.65

2. Proses Pendidikan Kepribadian a. Pengertian pendidikan

Secara etimologi berasal dari kata didik yang berarti “proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelomok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan” istilah pendidikan ini semula berasaldari yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata educatian yang berarti pengembangan atau bimbingan.66

64 Ibid., 84.

65 Ibid., 94.

66 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watah Bangsa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 1.

(40)

Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yarobbi yang berarti “mengasuh, mendidik, dan memelihara.”

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab 1 tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribdian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun pendidikan secara terminologi, banyak pakar yang memberikan pengertian secara berbeda, antara lain menurut Prof.

Langeveld dalam Abdul Rahman Shaleh mengtakan, “pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan”.

Sementara itu, John Dewey dalam Abdul Rahman Shaleh,

“pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan manusia.”

Dalam konteks yang sama Ki Hajar Dewantara dalam Abdul Rahman Shaleh mengatakan, “pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anaggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.” Prof. H. M.Arifin dalam Abdul

(41)

Rahman Shaleh mengemukakan bahwa pendidikan ialah “usaha orang dewasa secara sadar untuk pembimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik di dalam pendidikan formal maupun informal.”

Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk menyiapkan peserta didik menuju kedewasaan, b. Pengertian Kepribadian

1) Kepribadian

Perkara yang membedakan sebagian manusia dari sebagian lainnya, yang dengannya bisa dipahami realitas sesungguhnya dan sebagai nilai esensial bagi setiap orang adalah kepribadia.67Kepribadian muslim adalah kepribadian seseorang yang sesuai dengan tuntunan ajaran islam. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang patuh dan berserah diri kepada Tuhan yang maha Esa. 68 Sebagai seorang muslim kita harus mengamalkan Islam secara lengkap dan menjadi seorang muslim yang kaffah.

67 Mujtaba Musawi, Roadmap to God: Meniti Kesempurnaan Akhlak dan Kesucian Rohani, terj.

Rizal Fahril (Citra Griya Aksara, 2013) , 91.

68 Abd Haris dan Kivah Aha Putra,FilsafatPendidikanIslam (Jakarta: Amzah, 2012) , 99.

(42)

2) Tipe-tipe kepribadian

Kepribadian memiliki tipe-tipe kepribadian, yaitu:

a) Aspek Biologis

Aspek Biologis yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan atas konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang.69

b) Aspek Sosiologis

Pembagian ini didasarkan kepada pandangan hidup dan kualitas sosial seseorang. pada tipe kepribadian ini Fritz Kunkel membaginya menjadi dua, yaitu:

(1) Tipe Sachelichkeit, yaitu tipe orang yang banyak menaruh perhatian terhadap masyarakat

(2) Tipe Ichhaftigkeit, yaitu tipe orang yang lebih banyak menaruh perhatian kepada kepentingan diri sendiri.70 c) Aspek Psikologis

Carl Gustav membagi manusia menjadi dua pokok.

(1) Tipe Extrovert, yaitu orang yang terbuka dan banyak berhubungan dengan kehidupan nyata.

(2) Tipe Introvert, yaitu orang tertutup dan cenderung kepada berpikir dan merenung.71

69 Jalaluddin,Psikologi Agama (Jakarta: Rajawali, 2010) , 205.

70 Ibid., 205.

71 Ibid., 205.

(43)

Setiap tipe Extrovert dan Introvert masing-masing memiliki tipe: pikiran, penginderaan dan intuisi, sehingga tipe kepribadian tersebut terbagi atas,

(1) Tipe pemikiran terbuka, dengan sifat-sifatnya cenderung berbuat secara prktis dan memanfaatkannya dalam kehidupan.72

(2) Tipe perasaan terbuka dengan sifat-sifatnya:

cenderung untuk ikut merasakan perasaan orang lain:

sedih dan gembira, rasa hormat, rasa sosial, dalam bentuk perbuatan nyata.73

(3) Tipe penginderaan terbuka, dengan sifat-sifatnya:

memiliki kehidupan pikiran dan perasaan yang dangkal. Kehidupan mentalnya dipengaruhi perangsang lingkungan yang diterimanya dan mudah bosan terhadap sesuatu, jiwanya labil dan kurang mantap.74

(4) Tipe intuisi terbuka dengan sifat-sifatnya: cenderung untuk bersifat avont turir karena mereka selalu akan melaksanakan secara langsung setiap apa yang terlintas dalam pikirannya. Mereka selalu yakin terhadap kebenaran lintasan pikiran itu.75

72 Ibid., 205.

73 Ibid., 205.

74 Ibid., 205.

75 Ibid., 205.

(44)

(5) Tipe pemikiran tertutup dengan sifat-sifatnya:

cenderung menekuni pemikiran yang bersifat abstrak sehingga kurang memanfaatkan implementasi pemikiran dalam bentuk perbuatan nyata. Kehidupan mereka dilibatkan dalam pemikiran yang berbentuk renungan yang idealis.76

Menurut Aminuddin pengajaran agama yang kita bicarakan ini ialah pengajaran agama Islam. Dilihat dari segi penanaman suatu mata pelajaran. Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran tentang tata hidup yang diturunkan Allah kepada umat manusia melalui para rasul- Nya, sejak dari Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad, prinsip atau pokok yang disesuaikan dengan kebutuhan umat m

Gambar

Tabel Kegiatan di Desa Pokaan 4.1
Tabel Rangkuman Temuan Penelitian 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Dari dampak yang telah peneliti jelaskan, ada dampak disekitar peneliti yang cukup menarik perhatian pada bulan Januari lalu, ketika ada sekumpulan anak-anak

Penelitian dengan judul pengaruh pola asuh orang tua terhadap peningkatan kecerdasan spiritual anak, masih jarang diteliti, karena peneliti lebih sering meneliti

a) Malpraktek pidana karena kesengajaan (intensional),tenaga medis tidak melakukan pertolongan pada kasus gawat padahal diketahui bahwa tidak ada orang lain yang bisa

4) Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang

Selain tidak mengerti, sebagian kasus juga ada dimana ketika anak menyadari bahwa dirinya mengalami tindak pelecehan atau kekerasan seksual yang dilakukan oleh

Alasannya sebab perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan dengan tingkat permintaan yang tinggi namun masih meningkatkan hutangnya, padahal dengan angka

Kritikan, masukan bahkan ejekan dari lingkungan akan membuat perubahan secara psikologis, padahal tidak ada keluarga ataupun orang tua yang ingin memiliki anak dengan

2 Kantong lumpur yang berada di irigasi Ciherang pada saat peninjauan dilapangan ketika kantong lumpur dibilas dilihat masih ada permasalahan yaitu adanya sedimentasi yang masuk ke