1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah gangguan yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitis atau titikan yang buruk. Gejala yang menyertai gangguan jiwa ini antar lain berupa halusniasi, ilusi, wahana, gangguan proses berpikir, serta adanya bertingkah laku yang sangat aneh. Gangguanjiwa ini dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contohnya adalah Skhizopernia (Astuti, 2017). Gangguan jiwa sebuah perubahan yang terjadi pada diri sendiri menyebabkan gangguan jiwa serta hambatan penderitaan yang telah dialami oleh individu itu sendiri dalam melakukan peran sosial didalam masyarakat setempat, gangguan ini menyebabkan adanya sebuah bentuk penyimpangan perilaku individu itu sendiri sehingga adsanya ketidakwajaran dalam bertingkah laku. (Brigta, 2022).
Individu yang mengalami gangguan jiwa umunya akan menyebabkan menurunya produktivitas mereka.Gangguan yang didierita oleh orang dalam gangguan jiwa tentu bukan hanya merugikan dirinya, tetapi juga keluarga, dan masyarakat didalam hal ini masyarakat yang telah mengalami kerugian disebabkan oleh orang dalam gangguan jiwa yang suka mengamuk, dan merugikan didalam lingkungan masyarakat setempat. (Bahari, 2020). Gangguan jiwa dideskripsikan sebagai sindrom dengan variasi penyebab. Banyak yang belum diketahui denga pasti dan perjalanan penyakit yang tidak selalu bersifat kronis. Pada umumnya ditandai adanya peyimpangan yang fundamental,
karateristik dari pikirn dan perspesi, serta adanya efek yang tidak wajar atau tumpul (Trisna, 2022).
Gangguan jiwa gangguan dalam cara berpikir, tindakan, kemauan, emosi.
Dalam sebuah kehidupan orang dalam gangguan jiwa bisa mempengaruhi fungsi kehidupan individu, dalam melakukan sebuah aktifitas, kehidupan bermasyarakat, serta hubungan dengan keluarga yang juga terganggu, seseorang yang telah mengalami gangguan jiwa harus cepat mendapatkan pengobatan, keterlambatan dalam pengobatan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) akan bisa merugikan spasien penderita ODGJ.(Livana:2018).
Gangguan jiwa menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melakukan peran sosial. Dalam undang-undang yang tertera pada Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, “kesehatan jiwa merupakan sebuah situasi yang dimana individu atau dirinya sendiri mengalami berkembangnya secara fisik, spiritual, mental dan sosial sehingga kesehatan jiwa tersebut bisa mengatasi tekanan pada dirinya sendiri, dan juga bisa mengatasi tekanan secara akttif bisa memberikan penyemangat untuk yang lainnya”
(Herdiyanto, 2017).
Dilansir dari kompas.com data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2018, lebih dari 19 juta penduduk berusia dari 15 tahun mengalami gaangguan mental, emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Fakta ini merupakan suatu permasalahan yang harus
mendapatkan perhatian yang cukup serius pemerintahan, keluarga maupun masyarakat (https://sehatanegerikukemkes.go.id).
Di Kepulauan Riau cukup banyak orang yang mengalami ganggun jiwa berat yang mendapatkan laporan dari berbagai puskesmas
Tabel 1.1 Format pencatatan dan pelaporan puskesmas laporan bulanan pada orang Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2022
No Kabupaten/Kota Orang Dalam Gangguan Jiwa Berat
1 Tanjung Pinang 348
2 Batam 1202
3 Bintan 178
4 Karimun 207
5 Lingga 156
6 Natuna 138
7 Anambas 31
KEPRI 2254
Sumber: Dinas kesehatan Kepulauan Riau 2022
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa wilayah provinsi kepulauan Riau yang terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota. Di kabupaten Karimun itu sendiri jumlah Orang dalam gangguan jiwa berat yang berjumlah 207 yang telah mengalami ganggun jiwa berat.
1.2 Data Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Kecamatan Kundur Utara Tahun 2022
NO Desa atau kelurahan
Tingkat orang gangguan jiwa Pada tahun 2022
Ringan Sedang Berat
1 Sungai Ungar Utara 12 0 1
2 Perayun 1 0 0
3 Tanjung Berlian Kota 0 0 0
4 Teluk Radang 0 0
5 Tanjung Berlian Barat 1 0 0
6 Jumlah 14 0 1
Sumber data: Kantor Camat kundur Utara
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa orang dengan gangguan jiwa di Kecamatan kundur utara yang berada di Desa Sungai Ungar Utara terdiri dari 1 Gangauan jiwa berat yang dipasung dan gangguan jiwa ringan yang ada di Desa Sungai Ungar Utara tidak dipasungkan karena tidak meresahkan masyarakat setempat dan di Tanjung Berlian Barat ada 1 orang dalam gangguan jiwa ringan.
Di Desa Sungai Ungar Utara Kecamatan Kundur Utara dimana tidak sedikit justru keluarga pengidap ODGJ yang malah mendapatkan perlakuan dan pandangan kurang baik dari masyarakat. Hal tersebut biasanya dikarenakan pasien ODGJ itu pernah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan dimasyarakat yang merugikan masyarakat itu sendiri, seperti menganggu masyarakat setempat, tentunya hal tersebut memancing amarah korban, namuh hal tersebut tidak dapat diluahkan kepada ODGJ sehingga keluarga ODGJ itulah yang mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat.
Orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) ini dalam proses penyembuhannya amat memerlukan peranan orang tua, keluarga dan orang-orang yang terdekat untuk senantiasa mendukung atau mensupport. Namun tidak sedikit orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang mendapatkan perlakuan yang negatif dari
masyarakat, yang juga berdampak pada keluarga, hal tersebut bahwasannya keluarga penderita dapat terkena dampak negatif dari masyarakat yang ditujukan kepada orang dalam gangguan jiwa.(Fadilla, 2021).
Perbuatan yang dilakukan oleh orang dalam gangguan jiwa terhadap masyarakat yang diganggunya akan berdampak kepada keluarga yang merawatnya keluarga yang merawat ODGJ Pernah menjadikan omongan masyarakat sehingga hal dan sikap seperti itu sudah sering diterima oleh mereka keluarga inti orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). Bentuk dan pandangan seperti itu akan berdampak pada keluarga. Pengetahuan keluarga mengenai gangguan jiwa merupakan awal usaha dalam memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarganya, keluarga selain dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental anggota keluarganya, juga dapat memicu ketidakstabilan mental sebagai akibat minimnya pengetahuan yang ada (Soekidjo, 2005).
Di Desa Sungai Ungar Utara orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) terdiri dari 13 gangguan jiwa yang dirawat oleh anggota keluarganya data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.3 Data orang dalam gangguan jiwa berat dan ringan di Desa Sungai UngarUtara
No Nama JK Umur Tempat Tinggal Jenis ODGJ 1 Siti Zaleha P 50 Parit Senang ODGJ ringan 2 Abdullah.M L 58 Parit Senang ODGJ ringan 3 Rusiyanti P 45 Parit Alai ODGJ ringan 4 Siti Zubairah P 24 Parit Alai ODGJ ringan 5 Nastain L 56 Parit Alai ODGJ ringan 6 Razal Zikri S L 29 Parit Senggarang ODGJ ringan 7 Hasannudin L 50 Sungai Raya ODGJ Berat 8 Samsur L 48 Sungai Raya ODGJ ringan 9 Zaidi L 44 Parit Senggarang ODGJ ringan 10 Husin L 48 Parit Senggarang ODGJ ringan 11 Idris L 47 Parit Kenipan ODGJ ringan 12 Baharuddin L 44 Sungai Raya ODGJ ringan 13 Zalita P 40 Parit Siping ODGJ ringan Sumber: Kantor Desa Sungai Ungar Utara
Tindakan pengucilan dilakukan dengan cara pengekangan dan pengurungan yang lebih dikenal denga istilah pasung. Iskandar Mardianningsih, (2015) menyebutkan salah satu penangan yang biasanya dilakukan oleh keluarga untuk mencegah perilaku kekerasan pada orang dengan gangguan jiwa di masyarakat adalah salah satu pasung yaitu suatu keadaan pembatasan fisik, mental dan seorang dengan cara pengikatan atau pengurungan.
Adanya gangguan jiwa memang memicunya terjadinya pemasungan oleh pihak keluarga karena itu akan melakukan tindakan yang dapat melukai dirinya sendiri ataupun orang lain. Tindakan pemasungan ini dilakukan juga karena untuk ketentraman bersama, agar tidak menimbulkan masalah terhadap masyarakat ODGJ yang dipasung ini kerap sekali mengganggu masyarakat dan mengamuk dikalangan masyarakat setempat. ketidakstabilan emosi membuat orang dalam gangguan jiwa berat melakukan tindakan yang diluar nalar manusia normal.
Miftrachul (2018) menjelaskan tentang pemasungan, pemasungan yang diberlakukan kepada seseorang yang telah mengalami gangguan jiwa yang melakukan perbuatan yang aneh yang sangat tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dimasyarakat yang membuat lingkungan yang tidak merasa keamanan atau membuat kegelisahan. Metode pemasungan tersebut tidak terbatas pada pemasungan yang tradisional ialah dengan cara mengikatkan rantai di perut orang dalam gangguan jiwa.
Namun tidak sedikit masyarakat yang telah mengatakan orang dalam gangguan jiwa dengan sebutan orang gila atau orang yang tidak mempunyai kewarasan pada dirinya sendiri, masyarakat setempat pun engan untuk berinteraksi kepada orang dalam gangguan jiwa berat tentunya akan mendapatkan perilaku yang tidak baik. (Endri, 2020).
Keluarga merupakan unit terkecil yang mempunyai hubungan erat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Hubungan keluarga berlangsung berdasarkan ikatan perasaan dan batin yang kuat. Umumnya keluarga mempunyai karakteristik dimana keluarga terdiri dari orang yang terikat perkawinan, anggota keluarga yang hidup dibawah satu atap (Soemanto, 2014). Begitu juga masyarakat itu juga harus ikut berperan penting terhadap keluarga yang merawat orang dalam gangguan jiwa dan turut memberi dukungan dan support terhadap pemulihan orang dalam gangguan jiwa tidak sedikit masyarakat memberikan cap buruk kepada keluarga yang merawat orang dalam gangguan jiwa. (Tumanggor, 2015).
Selain pengetahuan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sikap yang diberikan keluarga sangat berpengaruh terhadap proses
kesembuhan dalam memberikan perwatan kepada anggota keluarga yang telah mengalami gangguan jiwa, sikap berupa dukungan keluarga adalah yang bisa diberikan kepada pasien meliputi dukungan emosional yaitu dengan memberikan kasih sayang dan sikap positif yang diberikan yang diberikan kepada pasien, dukungan informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan pengarahan kepada pasien supaya minum obat. (Harmoko, 2016).
Dukungan keluarga adalah adanya sebuah tindakan atau perbuatan dalam penerimaan tiap-tiap anggot keluarga, orang yang bersifat mendukung tentu akan selalau memberikan bantuan atau pertolongan (Goode:2018). Dukungan keluarga salah satu sikap atau tindakan yang dalam penerimaan didalam penerimaan anggota keluarga terhadap penderitaan yang pasien sakit, anggota memandang bahwa tentunya seseorang yang bersifat mendukung selalau bersiap memberikan dukungan dan bantuan terhadap orang dalam gangguan jiwa berat. Pemasungan ini dilakukan jika pasien ini benar-benar yang tidak terkontrol (Yusuf, 2017).
Keluarga salah satu tempat yang sangat dekat dengan pasien orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) dan merupakan tempat peranan yang paling utama keluarga yang telah berperan dalam menentukan cara asuhan yang telah dilakukan didalam rumah. Motivasi dari keluarga tersebut merupakan penggerak. Motivasi ialah merupakan faktor yang paling terpenting yang mempengaruhi perilakunya manusia tersebut. (Sulastri:2018).
Pentingnya ada dukungan keluarga dalam perawatan ODGJ dan ini bisa dilihat dari berbagai segi (Sanchaya:2018)
a. Keluarga merupakan wadah seseorang atau individu memulai hubungan
dengan lingkungan setempatnya karena keluarga merupakan pendidikan yang paling utama nilai, keyakinan, dan sikap berperilaku
b. Jika keluarga dianggap sebuah system maka gangguan akan terjadi kepada pengidap gangguan jiwa tersebut bisa mempengaruhi yang namanya sebuah system
c. Keluarga bisa mengembangkan dan kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah yang telah dialami oleh gangguan jiwa tersebut
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku pemasungan orang dengan gangguan jiwa di Desa Sungai Ungar Utara Kecamatan Kundur Utara?
1.3 T ujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku pemasungan orang dengan gangguan jiwa di Desa Sungai Ungar Utara Kecamatan Kundur Utara?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada pembahasan diatas maka yang akan menjadi manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a.Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan manfaat bagi program sosiologi dan untuk memberikan referensi didalam kajian masalah- masalah mengenai perspsi masyarakat terhadap perilaku pemasungan orang
dengan gangguan jiwa.
b. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi didalam dunia pendidikan dan bagi pengembangan ilmu sosiologi terutama dalam persepsi masyarakat terhadap pemasungan orang dengan gangguan jiwa.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi dan referensi sebagai bahan acuan dan menambah wawasan pengetahuan tentang persepsi masyarakat terhadap pemasungan orang dalam gangguan jiwa berat
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan acuan dasar informasi dan menambah ilmu pengetahuan mengenai persepsi masyarakat terhadap perilaku pemasungan orang dengan gangguan
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat lebih menarik perhatian masyarakat dalam mengetahui persepsi masyarakat terhadap perilaku pemasungan orang dengan gangguan jiwa.