• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lansia merupakan kelompok usia yang telah memasuki tahap akhir kehidupan. Kelompok yang tergolong lansia mengalami proses yang disebut proses menua atau aging process. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Kemenkes, 2017 dalam Windri, 2019). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (WHO, 2020).

Jumlah lansia di dunia mengalami peningkatan dengan pesat.

Proporsi penduduk lansia pada tahun 2019 mencapai 1 miliar. Jumlah ini akan terus meningkat menjadi 1,4 miliar pada tahun 2030 dan 2,1 miliar pada tahun 2050 (WHO, 2020).

Indonesia berada pada struktur penduduk (aging population) yang ditandai dengan peningkatan jumlah lansia dari 18 juta jiwa atau (7,56%) pada tahun 2010, 25, 9 juta jiwa atau (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat 48,2 juta jiwa atau (15,77%) pada tahun 2035 (Kemenkes, 2019). Sedangkan di kota Bandung, jumlah lansia

(2)

pada tahun 2020 mencapai 2.444.160 jiwa atau (10,75%) dari total penduduk kota Bandung (BPS Kota Bandung, 2020).

Pada lansia mengalami masa kemunduran dalam berbagai aspek yang berhubungan dengan memburuknya kondisi psikologis, sosial dan fisik. Penurunan kondisi dapat mempengaruhi status kesehatan lansia yang berisiko jatuh. Adapun faktor penyebab risiko jatuh pada lansia terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh lansia itu sendiri diantaranya usia, perubahan fisiologi yang meliputi sistem muskuloskeletal, sistem sensori, dan sistem saraf. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar yang dapat membahayakan lansia, meliputi lingkungan seperti pencahayaan yang kurang, lantai yang licin, tidak adanya pegangan di kamar mandi dan kabel yang tidak tertata rapih. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko jatuh, sehingga lansia membutuhkan dukungan dari keluarga dan obat-obatan yang dikonsumsi oleh lansia perlunya pendampingan serta pengetahuan keluarga dalam melakukan perawatan pada lansia seperti aturan minum obat yang sesuai dengan jadwal konsumsi dan dosis yang sesuai anjuran untuk mencegah terjadinya jatuh. Jatuh didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang mengakibatkan seseorang tiba-tiba berhenti di lantai atau tingkat yang lebih rendah lainnya (WHO, 2021).

Secara global, prevalensi jatuh diperkirakan hampir 684.000 jiwa setiap tahunnya, hal ini dapat menjadikan penyebab utama kematian kedua

(3)

yang tidak disengaja. Lebih dari 80% kematian akibat jatuh terjadi di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah pada wilayah Pasifik Barat dan Asia Tenggara dengan persentase 60% (WHO, 2021 diakses di https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/falls).

Di Indonesia prevalensi jatuh pada lansia berusia 65 tahun dengan persentase 67,1% (Kemenkes, RI, 2013 dalam (Fristantia, 2016). Sekitar 30% lansia yang tinggal di rumah berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh, dan separuhnya mengalami jatuh berulang meningkat hingga 50%

(Noorratri et al., 2020). Sedangkan insiden jatuh pada komunitas lansia berusia 70 tahun mencapai 25% yag disebabkan karena faktor intrinsik yaitu usia dan penyakit yang dialami oleh lansia seperti penyakit penyerta atau penyakit degeneratif yang dapat mempengaruhi jatuh. Insiden jatuh pada lansia ini berdampak pada cidera fisik dan efek fisiologis, salah satunya adalah cidera fisik yang mengakibatkan cacat, kelumpuhan, bahkan sampai dengan kematian.

Lansia yang berisiko jatuh sangat memerlukan perhatian yang lebih dari keluarga. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) dalam (Wiratri, 2018) mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, dan hubungan perkawinan (Wiratri, 2018). Oleh karena itu keluarga

(4)

merupakan Support System bagi lanjut usia dalam mempertahankan kesehatannya, peran keluarga dalam perawatan lansia harus memiliki pengetahuan yang baik terutama pencegahan jatuh agar dapat melindungi lansia dari kondisi yang mengancam kesehatan lansia di rumah. Selain itu kelangsungan hidup lansia yang lebih baik, salah satunya adalah mempertahankan dukungan keluarga terhadap perubahan fisiologis lansia (L. M. Puspita, 2017). Dukungan keluarga yang diberikan termasuk mengganti peralatan lama, memberikan tongkat pada lansia yang aktif, menghindari karpet yang licin, memastikan pencahayaan yang tepat di rumah, dan memantau kesehatan lansia.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Saputra et al., 2020). Mengungkapkan tentang dukungan keluarga pada lansia didapatkan hasil dengan karakteristik rendah (9,8%), sedang (7,8%), dan tinggi (82,4%). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Kusumawaty, 2018).

Mengungkapkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan risiko jatuh pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis, frekuensi tertinggi yaitu kategori kurang sebanyak 57 orang (57.6%) dan frekuensi terendah berkategori baik sebanyak 19 orang (19.2%). Pengetahuan dan dukungan keluarga berfungsi sebagai penopang bagi anggota keluarganya terutama pada lansia.

Bentuk dukungan pada lansia meliputi dukungan instrumental yang berbentuk materi dan memberikan sarana prasana yang aman dan nyaman bagi lansia. Dukungan informasional yang berfungsi penyebar dan

(5)

pengumpul informasi bagi lansia tentang kesehatan otot, persendian yang dapat meningkatkan risiko jatuh. Dukungan penilaian dapat memberikan timbal balik, membimbing dan pemecah masalah terhadap kesehatan lansia serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Dukungan emosional, lansia dapat membantu lansia menguasai emosi mereka seperti berbicara yang tidak menyinggung perasaan terhadap lansia.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja PKM Griya Kota Bandung terdapat 1.842 orang dari 24 RW anggota keluarga yang memiliki lansia. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota keluarga lansia dengan 10 responden pada tanggal 8 April 2022 terdapat kejadian jatuh pada 3 orang lansia pada 3 bulan terakhir. Salah satu dari lansia tersebut mengalami cidera fisik pada kakinya yang menyebabkan fraktur. Kejadian jatuh pada lansia tersebut disebabkan oleh faktor ekstrinsik yang berasal dari lingkungan.

Sedangkan berdasarkan pengamatan dari peneliti kepada lansia yang lain adalah kondisi rumah yang kurang aman dan dapat meningkatkan potensi risiko jatuh pada lansia. Sedangkan pengetahuan keluarga terhadap risiko jatuh pada lansia, sebagian keluarga mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan jatuh dan bagaimana pencegahannya. Sementara keluarga yang lain tidak mengetahui faktor penyebab jatuh dan mengabaikan usaha pencegahan risiko jatuh.

Berdasarkan uraian diatas dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya yang tidak

(6)

terpisahkan dalam lingkungan keluarga yang bersifat selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan yang memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan keluarga sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Pengetahuan yang harus dimiliki keluarga dalam mengatasi atau meminimalisir risiko jatuh, keluarga harus mencari informasi tentang pencegahan risiko jatuh pada penelitian lansia baik melalui media cetak maupun media elektronik lainnya. Karena hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dukungan keluarga dan pengetahuan terhadap resiko jatuh pada lansia.

Dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung”

(7)

C. TUJUAN

a. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada lansia di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung

b. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang risiko jatuh pada lansia di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung

2. Mengetahui dukungan keluarga di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung 3. Mengetahui risiko jatuh pada lansia di Kelurahan Antapani

Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung

4. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan risiko jatuh pada lansia di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung

5. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada lansia di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung

(8)

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dampak positif untuk mengembangkan konsep ilmu keperawatan khusunya ilmu keperawatan komunitas, keluarga, dan gerontik (KKG).

2. Praktis :

a. Bagi Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung

Sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk memahami pentingnya pengetahuan dan dukungan dari keluarga kepada lansia yang berisiko jatuh.

b. Bagi Institusi Prodi Sarjana Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan mutu pendidikan keperawatan terutama ilmu gerontik tentang risiko jatuh pada lansia.

c. Bagi Keluarga yang memiliki lansia

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya pengetahuan dan dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada lansia.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dan mendorong bagi penelitian lebih lanjut terkait dengan pengetahuan tentang risiko jatuh dan

(9)

dukungan keluarga yang diberikan pada lansia untuk dijadikan referensi.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Materi penelitian ini adalah Keperawatan Gerontik yaitu hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada lansia.

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Antapani Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung dengan waktu penelitian pada bulan Juli-Agustus dengan metode kuantitatif.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan pengetahuan dengan sikap remaja putri