4 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jalan dan Klasifikasi Jalan 2.1.1 Pengertian Jalan
Ada beberapa istilah yang harus diketahui mengenai pengertian jalan : 1. Jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang-barang dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya dengan cepat dan mudah. (Silvia Sukirman, 1994).
2. Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang ada di atas dipermukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. (Wilkimedia. Jalan Arteri.com).
3. Suatu lintasan yang bertujuan sebagai penghubung lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya. Lintasan artinya menyangkut jalur tanah yang diperkuat atau diperkeras dan jalur tanah tanpa perkerasan. Lalu lintas artinya menyangkut semua benda dan makhluk yang melewati jalan tersebut. (Djamal, 1981).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1980 (dalam BSN–RSNI T-14-2004), sistem jaringan jalan dibagi menjadi 2 antara lain:
1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dalam peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi.
2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
5 2.1.2 Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus di identifikasikan sebelum melakukan perancangan jalan. Karena kriteria desain suatu rencana jalan yan ditentukan dari standar desain ditentukan oleh klasifikasi jalan rencana. Pada prinsipnya klasifikasi jalan dalam standar desain (baik untuk jalan dalam kota maupun jalan luar kota) didasarkan pada klasifikasi jalan menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku. Klasifikasi jalan raya dibagi dalam beberapa kelompok (TPGJAK No.038/T/BM/1997), yaitu : 2.1.2.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
a. Jalan Arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, dengan kecepatan minimal 60 km/jam.
b. Jalan Kolektor, adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan kecepatan minimal 40 km/jam.
c. Jalan Lokal, adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri- ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan, adalah jalan yang melayani lingkungan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2.1.2.2 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Pengelompokan jalan adalah pengelompokan yang berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton (Pasal 11, PP. No.43/1993). Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
6 Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan
No. Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat MTS (Ton) 1 Jalan Arteri
I >10
II 10
IIIA 8
2 Jalan Kolektor IIIA IIIB 8
Sumber : Tata Cara Perencanaan Jalan Geometrik Antar Kota, 1997 2.1.2.3 Klasifikasi Menurut Volume LHR
Menentukan kelas jalan yang berdasarkan volume serta sifat lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang besarnya menunjukan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan :
a. LHR > 50.000 smp, termasuk jalan kelas I
b. LHR 30.000 smp sampai dengan 50.000 smp, termasuk jalan kelas II c. LHR 10.000 smp sampai dengan 30.000 smp, termasuk jalan kelas III d. LHR 1.000 smp sampai dengan 10.000 smp, termasuk jalan kelas IV e. LHR 10.000 smp sampai dengan 100.000 smp, termasuk jalan kelas V
2.1.2.4 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Medan jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)
1 Datar D < 3
2 Perbukitan B 3 - 25
3 Pegunungan G > 25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
7
2.1.2.5 Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP.No.26/1985:
a. Jalan Nasional, merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota propinsi dan jalan nasional.
b. Jalan Provinsi, adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota propinsi dan ibu kota kabupaten.
c. Jalan Kabupaten, adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan serta jalan umum dalam jaringan jalan sekunder suatu wilayah kabupaten.
d. Jalan Kota, merupakan jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang fungsinya menghubungkan pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan dengan persil serta antar permungkiman dalam kota.
e. Jalan Desa, adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkung.
f. Jalan Khusus, adalah jalan yang di bangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
2.1.2.6 Lebar Jalur
Lebar jalur untuk berbagai klasidikasi perencanaan sebaiknya sesuai dengan tabel 2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3 Lebar Jalur Lalu Lintas
Kelas Perencanaan Lebar Jalur Lalu Lintas (m)
Tipe I Kelas 1 3,5
Kelas 2 3,5
Tipe II Kelas 1 3,5
Kelas 2 3,25
Kelas 3 3,25, 3,0
Sumber: Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, 1992.
2.2 Parameter Perencanaan
Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan yaitu kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter-
8
parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan.
2.2.1 Kendaraan Rencana
Berdasarkan bentuk, ukuran dan daya dari kendaraan-kendaraan yang mempergunakan jalan, kendaraan-kendaraan tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Umumnya dapat dikelompokkan menjadi kelompok mobil penumpang, bus/truk, semi-trailer, dan trailer. Untuk perencanaan, setiap kelompok diwakili oleh satu ukuran standar, dan disebut sebagai kendaraan rencana. Ukuran kendaraan rencana untuk masing-masing kelompok adalah ukuran terbesar yang mewakili kelompoknya. Adapun kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya, dipergunakan untuk merencanakan bagian-bagian dari jalan, (Silvia Sukirman, 1994). Kendaraan Rencana dan pengaruhnya terhadap perencanaan geometrik jalan :
a. Ukuran Lebar : Mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan.
b. Sifat Membelok : Mempengaruhi tingkat kelandaian yang dipilih.
c. Tempat Duduk Pengemudi : Mempengaruhi jarak pendangan pengemudi.
Berdasarkan dari bentuk, ukuran, dan daya dari kendaraan-kendaraan yang mempergunakan jalan tersebut ada tiga kategori (TPGJAK, 1997) :
a. Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang.
b. Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem dan bus besar 2 as.
c. Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Tabel 2.4 Dimensi Kendaraan Rencana
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, 1988 Jenis
Kendaraan
Panjang Total
Lebar
Total Tinggi Depan Tergantung
Jarak Gandar
Belakang Tergantung
Radius Putar Kendaraan
Penumpang 4,7 1,7 2 0,8 2,7 1,2 6
Truk/Bus Tanpa
Gandengan 12 2,5 4,5 1,5 6,5 4 12
Kombinasi 16,5 2,5 4 1,3
4,0 (Depan)
9,0 (Belakang)
2,2 12