2.1. Tinjauan Pustaka
Penelitian selalu menggunakan teori dan himpunan prinsip yang telah teruji kebenarannya. Dalam tinjauan pustaka menguraikan teori dan bahan penelitian lain penting untuk dijadikan landasan, baik dalam pembahasan ataupun pemecahan masalah. Pada tinjauan pustaka diperlukan catatan berupa kutipan langsung, rangkuman, atau parafrase yang diambil dari referensi dengan menggunakan pustaka terbaru, relevan, dan asli dari jurnal ilmiah (Rahayu, 2008).
Tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca, dan menganalisis laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kegiatan ini merupakan bagian yang penting dari pendekatan ilmiah, dan dilakukan dalam setiap penelitian ilmiah pada suatu bidang ilmu. Berikut beberapa teori menurut para ahli yang dapat menunjang dalam pembuatan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Dalam Meningkatkan Minat Kunjungan Pelajar ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi”.
2.1.1. Landasan Empiris
Pada penulisan penelitian ini tentunya dilandasi dari beberapa penelitian terdahulu dengan variabel yang memilki kesamaan dan perbedaan. Dapat dilihat dalam tabel berikut :
TABEL II. 1
PENELITIAN TERDAHULU
No Nama
Penulis, Universita
Judul Penelitian dan Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Sulisti Sfriani, Universitas Dehasen Bengkulu
Analisis Strategi Pemasaran Wisata Sejarah (rumah BungKarno dan Rumah Fatmawati) di Kota Bengkulu, 2017 Analisis SWOT
Faktor internal kelemahan yaitu kegiatan promosi wisata yang kurang, kurangnya even- event yang berhubungan dengan sejarah Bung Karno dan Fatmawati, jam pelayanan yang kurang, kurangnya SDM, dan kegiatan city tour/sejarah yang kurang.
Faktor eksternal ancaman yaitu trend wisata alam yang lebih menarik dibanding wisata sejarah, sistem pengawasan pengunjung yang masih manual, kurangnya kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak, kurangnya dukungan pemerintah dalam menempatkan sumber daya pengelola.
1. Rafid Rabbani, Universitas Telkom
Perancangan Media Informasi “Wisata Museum Mandala Wangsit Siliwangi”
Kota Bandung, 2016 Kualitatif
Media yang digunakan yaitu aplikasi mobile yang bersifat informatif, tema yang diangkat adalah terkait wisata Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
3. Andriani Kusumawati.
Universitas Brawijaya Malang.
Pengaruh Word of Mouth terhadap Minat Berkunjung Serta Dampaknya pada Keputusan berkunjung (survei pada pengunjung tempat wisata Jawa Timur Park, Kota Batu), 2015
Kuantitatif
Word of mouth memiliki kontribusi sebesar 29,4% terhadap minat berkunjung dan memiliki koefisien jalur sebesar 0,543 sehingga dinyatakan berpengaruh.
Word of mouth memiliki konstribusi sebesar 56,9% terhadap keputusan berkunjung dan memiliki koefisien jalur sebesar 0,365%
sehingga dinyatakan berpengaruh.
Minat berkunjung memiliki kontribusi sebesar 56,9% terhadap keputusan berkunjung dan memiliki koefisien jalur sebesar 0,491 sehingga dinyatakan berpengaruh.
4. Ani Solihat, AMIK BSI Bandung
Analisa Minat Wisata
Museum Kota
Bandung, 2016 Kualitatif deskriptif
Hasil penelitian menunjukan bahwa minat wisatawan kota Bandung sangat rendah dalam mengunjungi museum di Kota Bandung.
Sumber: Peneliti, 2018
Hasil penelitian Sulisti Afriani (2017), faktor internal kelemahan Wisata Sejarah (rumah Bung Karno dan Rumah Fatmawati) yaitu kegiatan promosi wisata yang kurang, kurangnya event-event yang berhubungan dengan sejarah Bung Karno dan Fatmawati, jam pelayanan yang kurang, kurangnya SDM, dan kegiatan city
tour/sejarah yang kurang. Faktor eksternal ancaman yaitu trend wisata alam yang lebih menarik dibanding wisata sejarah, sistem pengawasan pengunjung yang masih manual, kurangnya kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak terkait, kurangnya dukungan pemerintah dalam menempatkan sumber daya pengelola.
Hasil penelitian Rafid Rabbani (2016), media yang digunakan dalam perancangan ini yaitu aplikasi mobile yang bersifat informatif, aplikasi ini dapat menjadi media komunikasi yang lebih mudah dari sisi pengguna atau wisatawan dan sekaligus menjadi media promosi dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
Hasil penelitian Andriani Kusumawati (2015), Word of mouth dinyatakan sangat berepengaruh terhadap minat pengunjung. Pada penelitian Andriani Kusumawati (2015), menggunakan metode kuesioner.
Hasil penelitian Ani Solihat (2016), menunjukan bahwa minat wisatawan Kota Bandung sangat rendah dalam mengunjungi museum di Kota Bandung.
2.1.2. Landasan Teoritis 2.1.2.1. Pariwisata
Definisi pariwisisata diungkapkan oleh Hunziker dan Kraft dalam Muljadi, A (2012), bahwa pariwisata adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala yang timbul dariadanya orang asing dan perjalanannya itu tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah.
Sehingga dalam melakukan perjalanan tersebut hanya mencari hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Pariwisata adalah rangkaian aktivitas, dan penyediaan layanan baik utuk kebutuhan atraksi wisata, transportasi, akomodasi, dan layanan lain yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan perjalanan seseorang atau sekelompok orang (Sugiama, 2015). Perjalanan yang dilakukan hanya untuk sementara waktu
saja meninggalkan tempat tinggalnya dengan maksud beristirahat, berbisnis atau untuk maksud lainnya.
Menurut Norval dalam Muljadi, A (2012), bahwa “ Pariwisata atau tourism adalah the sun total of operations, mainly of a economic nature, which directly relate ti the entry, stay and movement of foreigners inside ad outside a certain country, city or region”. Artinya pariwisata adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan pergerakan penduduk asing di dalam atau diluar suatu negara, kota atau wilayah tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan meninggalkan tempat tinggalnya ke daerah tujuan wisata untuk bersenang-senang dalam rangka menikmati suatu daya tarik atau objek wisata serta berbagai usaha yang terkait dalam bidang ini.
Bentuk-bentuk pariwisata yang dikenal masyarakat umum (Muljadi, A, 2012):
1. Menurut jumlah orang yang bepergian
a. Pariwisata individu atau perorangan (individual tourism), yaitu bila seseorang atau sekelompok orang dalam mengadakan perjalanan wisatanya melakukan sendiri dan memilih daerah tujuan wisata beserta programnya serta pelaksanaannya dilakukan sendiri.
b. Pariwisata kolektif (cillective tourism), yaitu suatu usaha perjalanan wisata yang menjual paketnya kepada siapa saja yang berminat, dengan keharusan membayar sejumlah uang yang telah ditentukannya.
2. Menurut motivasi perjalanan
a. Pariwisata rekreasi (recreational tourism) adalah bentuk pariwisata utnuk beristirahat guna memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani dan menghilangkan kelelahan.
b. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk menikmati hiburan dan lain-lain.
c. Pariwisata budaya (cultural tourism) adalah bentuk pariwisata yang ditandai dengan rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar adat cara hidup rakyat negara lain.
d. Pariwisata olahraga (sport tourism) adalah bentuk pariwisata ini dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu Big Sport Events, yaitu peristiwa- peristiwa olahraga besar yang menarik perhatian, baik olahragawan nya sendiri maupun penggemarnya (supporter). Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu bentuk olahraga bagi mereka yang ingin berlatih atau mempraktikan sendiri, seperti mendaki gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
e. Pariwisata untuk urusan usaha (business tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh kaum pengusaha atau indutrialis, tetapi dalam perjalanannya hanya untuk melihat eksibisi atau pameran dan sering mengambil dan memanfaatkan waktu untuk menikmati atraksi di negara yang dikunjungi.
f. Pariwisata untuk tujuan konvensi (convention tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang akan menghadiri
pertemuan-pertemuan ilmiah seprofesi dan politik. Tempat konferensi dituntut tersedia fasilitas yang lengkap, modern dan canggih baik tempat penyelenggaraan, beserta peralatannya, penginapan dan lain-lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan tour (kunjungan wisata)
1. Menurut waktu berkunjung
a. Seasonal tourim adalah jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu. Termasuk dalam kelompok ini musim panas (summer tourism) dan musim dingin (winter tourism).
b. Occasional tourism adalah kegiatan pariwisata yang diselenggarakan dengan mengkaitkan kejadian atau event tertentu, seperti Galungan di Bali dan Sekaten di Jogja.
2. Menurut objeknya
a. Cultural tourism adalah jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik seni dan budaya di suatu daerah atau tempat, seperti peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.
b. Recuperational tourim yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan wisata bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit.
c. Commercial tourism adalah perjalanan yang dilakukan dengan perdagangan seperti penyelenggaraan expo, fair, exhibition dan sebagainya.
d. Political tourism adalah suatu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan melihat dan menyaksikan peristiwa atau kejadian dengan kegiatan suatu negara.
3. Menurut alat angkutan
a. Land tourism adalah jenis pariwisata yang di dalam melaksanakan kegiatan menggunakan kendaraan darat seperti bus, kereta api, mobil pribadi, taksi dan kendaraan darat lainnya.
b. Sea or river tourism adalah kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana transportasi air seperti kapal laut, ferry dan sebagainya.
c. Air tourism adalah kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana transportasi udara seperti pesawat terbang, helikopter dan sebagainya.
4. Menurut umur
a. Youth tourism atau wisata remaja adalah jenis pariwisata yang dikembangkan bagi remaja dan pada umumnya dengan harga relatif murah dan menggunakan sarana akomodasi youth hostel.
b. Adult tourism adalah kegiatan pariwisata yang diikiuti oleh orang-orang berusia lanjut. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan ini adalah mereka yang menjalani masa pensiun.
2.1.2.2. Strategi 1. Definisi Strategi
Strategi merupakan hal penting bagi keberlangsungan hidup dari suatu perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan efisien, perusahaan harus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan- hambatan yang datang dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang mempunyai pendapat atau devinisi atau devinisi yang berbeda mengenai strategi.
Strategi sangat dibutuhkan dalam pencapaian sebuah visi dan misi perusahaan.
Menurut David (2011) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi georafis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.
Menurut Tjiptono (2006), istilah strategi berasal dari Yunani yaitu Strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Pearce II dan Robinson (2008), strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian dari strategi adalah sebuah tindakan proses perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan hal-hal yang bersifat terus menerus sesuai keputusan bersama dengan berdasarkan sudut pandang kebutuhan.
Rangkuti (2014), berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengertian strategi adalah hal-hal yang perusahaan ingin lakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam buku Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Rangkuti (2013), mengutip pendapat dari beberapa ahli mengenai strategi, diantaranya:
a) Chandler : Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitanya dengan tujuan jangka panjang, program tidak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
b) Learned, Christensen, Andrews, and Guth : Strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing, dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak.
c) Porter : Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
d) Hamel dan Prahalad : Staregi merupakan tindakan yang bersifat meningkat terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan pelanggan di masa depan. Dengan demikian, perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah alat untuk mencapai tujuan untuk keunggulan bersaing dengan melihat faktor eksternal dan internal perusahaan. Perusahaan melakukan tindakan yang dapat menjadikan
keuntungan baik untuk perusahaan maupun pihak lainnya yang berada dibawah naungan perusahaan.
2. Definisi Manajemen Strategi
Pengertian manajemen strategi menurut Pearce II dan Robinson, Jr (2008), adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil dari formula dan implementasi dari rencana yang telah di desain untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Kuncoro (2006), manajemen strategis terdiri dari analisis, keputusan, dan aksi yang diambil organisasi untuk menciptkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif.
Menurut Robbins (2007), manajemen stretegis adalah sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang organisasi.
Manajemen strategis penting karena dapat membuat perbedaan dalam seberapa baik kinerja suatu organisasi dan berhubungan dengan kenyataan bahwa organisasi dari semua jenis dan ukuran menghadapi situasi yang terus berubah.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian dari manajmene strategis adalah serangkaian atau sekumpulan keputusan dan tindakan untuk menciptakan keunggulan kompetitif serta menentukan kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan jangka panjang.
Menurut david (2011), Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini, manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional. Jadi manajemen strategis adalah suatu perumusan atau tindakan yangberfokus pada tujuan manajemen di dalam perusahaan atau organisasi.
Menurut Hubies dan Najib (2008), Manajemen strategis adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategis di definisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil dari rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan serta bagaimana mengevaluasi dan melaksanakan tindakan tersebut demi tercapainya tujuan organisasi, yang mencakup perumusan, implementasi dan evaluasi rencana strategi.
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa manajemen strategis adalah kumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang dibuat manajemen puncak demi tercapai tujuan organisasi yang mencakup perumusan,implementasi dan evaluasi rencana strategi.
3. Tahapan Manajemen Strategis
Strategi yang baik dan tepat memiliki proses yang lebih terperinci. Menurut David (2011), Proses manajemen strategi terdiri dari 3 tahap: Perumusan Strategi, Implementasi Strategi, Evaluasi Strategi.
1) Perumusan Strategi, terdiri dari:
a. Pengembangan visi dan misi
b. Identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi c. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal
d. Penetapan tujuan jangka panjang e. Pencarian strategi-strategi alternatif
f. Pemilihan strtegi tertentu untuk mencapai tujuan.
Isu – isu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang kan di masuki, bisnis apa yang tidak akan di jalankan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, perlukah ekspansi atau diversifikasi operasi dilakukan, perlukah perusahaan terjun ke pasar internasional, perlukah mager atau penggabungan usaha dibuat, dan bagaimana menghindari pengambilalihan yang merugikan. Karena tidak ada organisasi yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, para penyusun strategi harus memutuskan strategi alternatif mana yang akanpaling menguntungkan perusahaan.
2) Penerapan Strategi
Pada tahap penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan.
Tahap penerapan strategi terdiri dari:
a. Pengembangan budaya yang suportif pada strategi b. Penciptaan struktur organisasional yang efektif c. Pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran d. Penyiapan anggaran
e. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi
f. Pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi
Sering kali dianggap sebagai tahap paling sulit dalam manajemen strategis, penerapan atau implementasi strategi membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal. Penerapan strategi yang berhasil bergantung pada
kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih merupakan seni daripada pengetahuan.
3) Penilaian strategi
Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategi. Tahap-tahap dalam penilaian strategi yaitu:
a. Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi ini
b. Pengukuran kinerja
c. Pengambilan langkah korektif 3. Perumusan Strategi
Perumusan strategi adalah salah satu cara perusahaan untuk menentukan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut David (2009), teknik perumusan strategi yang penting dapat di integrasikan ke dalam kerangka kerja pengambilan keputusan ada 3 tahap:
1) Tahap pertama, dalam kerangka kerja perumusan strategi terdiri atas matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Ekstrenal Factor Evaluation – EFE), Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation – IFE), dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profil Matrix – CPM). Tahap ini disebut tahap input.
Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi.
2) Tahap kedua, disebut tahap pencocokan, berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan memperhatikan faktor eksternal dan internal utama.
Teknik tahap dua mencakup Matriks kekuatan - kelemahan -peluang-ancaman (SWOT), Matriks evaluasi tindakan dan posisi strategi (Strategic Position and
Action Evaluation – SPACE), Matriks Boston Consulting Group (BCG), matriks eksternal dan internal (Internal – Eksternal – IE), da Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix).
3) Tahap ketiga, disebut tahap keputusan, melibatkan satu teknik saja, yaitu Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitatif Strategic Planning Matriks – QSPM). QSPM menggunakan informasi input dari tahap satu untuk secara objektif mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang diidentifikasikan dalam tahap dua. QSPM menunjukan daya tarik relatif berbagai strategi alternatif, memberikan landasan objektif bagi pemilihan strategi alternatif.
3.1.2.2.Museum
Pengertian Museum lainnya dikemukakan oleh Rudloff dalam (Sutaarga, 2010), sebagai berikut :
1. Museum tidak hanya mengumpulkan barang-barang antik atau barang barang yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan, tetapi barang tersebut merupakan warisan budaya dan berbagai kaitannya harus dipamerkan pada umum.
2. Museum tidak hanya sebagai tempat atau ruangan bangi kepentingan para peminat atau kaum sarjana (terpelajar), tetapi harus terbuka dan dapat menambah pengetahuan semua orang, terutama pemuda.
Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis klasifikasi yaitu :
1. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis :
a. Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu atau satu cabang teknologi.
b. Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satua cabang teknologi.
2. Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis :
a. Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
b. Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpuan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada.
c. Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulanbenda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah Kabupaten atau Kotamadya dimana museum tersebut berada.
Museum dapat dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu Natural History Museum, Archeology and History Museum, Science and Technology Museum, Ethnographical Museum, dan Art Museum Sutaarga dalam (Hermawan, 2012).
Sedangkan berdasarkan status penyelenggaraan, museum di negara kita dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (Suroso, dalam Hermawan, 2012):
1. Museum Pemerintah, adalah museum yang diselenggarakan oleh pemerintah baik Pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau instansi di lingkungan pemerintah.
2. Museum Non pemerintah (swasta), adalah museum yang dibangun dan dikelola oleh swasta
Fungsi museum yaitu sebagai pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah, pusat penyaluran ilmu untuk umum, pusat penikmat karya seni, pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa, sebagai objek wisata, media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan, suaka alam dan suaka budaya, cermin sejarah manusia, alam, dan kebudayaan, dan sarana untuk bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Tang Maha Esa.
Tipe museum menurut Josep Montaner dalam Jonathan, (2016) ditinjau secara bersama-sama dari segi program, ukuran, bentuk, dan kompleksitasnya adalah sebagai berikut :
1. Kompleks kebudayaan, merupakan suatu tempat yang di dalamnya terdapat museum dan ruang-ruang yang digunakan untuk kegiatan pameran. Didalam kompleks kebudayaan ini kegiatan musuem merupakan bagian dari seluruh kegiatan yang ada. Selain itu, ada ruang-ruang seperti perpustakaan, auditorium, teater, pusat administrasi, lembaga-lembaga kebudayaan, pusat kegiatan komersial seperti restoran, pertokoan, dan sebagainya.
2. Galeri seni nasional, termasuk dalam kelompok tipe museum yang ada di dalamnya mewadahi koleksi-koleksi sebagai macam seni. Jenis seni yang diwadahi berkaitan erat dengan kebudayaan wilayah setempat yang memiliki nilai historis.
3. Museum seni kontemporer, merupakan museum yang difungsikan sebagai wadah koleksi benda-benda seni kontemporer. Benda-benda seni yang dipamerkan merupakan hasil perkembangan seni yang telah mulai meninggalkan kesan tradisionalnya.
4. Museum IPTEK dan industri, karakteristik museum ini terdapat pada koleksinya yang berupa benda-benda yang berhubungan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil kemajuan industri. Museum ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan atau pusat penelitian. Secara umum ruang- ruang untuk kegiatan pameran dipergunakan juga sebagai ruang peraga, sehingga alat-alat yang dipergunakan juga sebagai sarana pameran biasanya berupa panel-panel, foto-foto, diodrama, slide, presentasi secara audiovisual, perlengkapan alat demonstrasi, model, dan hasil-hasil reproduksinya.
5. Museum yang bertemakan sejarah dan kebudayaan suatu kota, museum jenis ini karakteristik ruang-ruang pameran berhubungan erat dengan obyek-obyek yang bernilai sejarah. Selain itu, hal-hal berkaitan dengan bidang etnologi, antropologi, seni, dan kerajinan tangan. Tiap-tiap jenis obyek pameran terpisah sesuai dengan tema ruang pamerannya sehingga pada museum ini pamerannya lebih bersifat heterogen, contohnya Whiteechapel art Gallery, London yang berada di tengah kota.
6. Galeri dan pusat seni kontemporer, pada prinsipnya galeri dan pusat seni kontemporer ini memiliki tipologi bangunan yang sama dengan museum seni kontemporer. Perbedaan karakteristiknya dilihat dari masing-masing kegiatan.
Galeri seni bersifat privat dari segi kepemilikan, sedangkan untuk pusat seni kontemporer lebih bersifat umum. Dapat dikatakan bahwa kedua tipe bangunan
tersebut sebenarnya merupakan bagian dari kegiatan yang ada pada museum seni kontemporer yang didasarkan pada kebebasan pengilahan ruang secara fleksibel untuk mewadahi kegiatan-kegiatan seni bersifat eksperimental. Sifat pamerannya lebih kearah non permanen dan ada suatu kegiatan promosi dari sang seniman dalam menggelar karya-karya seninya. Dalam hal ini campur tangan seniman banyak berpengaruh pula terhadap penataan ruang pamerannya.
Penulis berkesimpulan bahwa museum adalah suatu institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian, rekreasi dan memberi tahukan aset-aset barang berharga yang nyata dan tidak nyata tentang lingkungannya kepada masyarakat.
2.1.2.3. Minat Kunjungan
Pada dasarnya minat berkunjung adalah perasaan ingin mengunjungi suatu tempat atau wilayah yang menarik untuk dikunjungi. Dalam hal ini terori minat berkunjung di ambil dari teori minat beli terhadap suatu produk, sehingga dalam beberapa kategori minat berkunjung dapat di aplikasikan dari model minat beli.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Al Baraq, 2014), yang menyamakan bahwa minat berkunjung wisatawan sama dengan minat pembelian konsumen.
Minat adalah dorongan untuk memotivasi seseorang melakukan tindakan.
Minat membeli merupakan aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan dan piikiran terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan (Schiffman & Kanuk, 2015).
Minat adalah sikap konsumen dan kecenderungan yang muncul dalam diri setelah melalui beberapa penilaian pribadi terhadap suatu objek, yang kemudian
dilanjutkan dengan tindakan seperti keputusan membeli atau keputusan untuk berkunjung (Mustofa, 2015).
Terdapat dua faktor yang memperngaruhi minat beli seseorang, pertama sikaf orang lain, dalam hal ini sikap orang lain berpengaruh negatif dan positif berhubungan dengan minat belinya. Pengaruh negatif menyebabkan konsumen menolak melakukan pembelian. Kedua, sesuatu yang tidak terinspirasi, yaitu situasi yang tiba-tiba muncul serta dapat merubah minat beli konsumen. (Kotlerr dan Keller, 2009). Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi word of mouth (dari mulut ke mulut) berpengaruh signifikan terhadap motivasi berkunjung, survei yang dilakukan pada pengunjung tempat wisata Jawa Timur Park2, Kota Batu (Aprilia, 2015)
Word of mouth merupakan salah satu faktor yang mendorong wisatawan untuk melakukan keputusan pembelian. Pengaruh referensi yang diberikan oleh teman merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian, karena tidak sedikit wisatawan yang melakukan kunjungan dipengaruhi oleh teman-teman mereka yang sudah terlebih dahulu berkunjung.
Selain itu faktor pengetahuan produk, pengetahuan produk adalah pengetahuan yang dimiliki wisatawan yang datang berkunjung kembali sebelum mereka memutuskan berkunjung (Aprilia, 2015).
Dari beberapa penjelasan penulis berkesimpulan bahwa minat berkunjung merupakan suatu perasaan dan keinginan untuk mengunjungi suatu tempat. Minat adalah sikap konsumen dan kecenderungan yang muncul dala diri setelah melalui beberapa penilaian pribadi terhadap suatu objek yang kemudian dilanjutkan dengan tindakan seperti keputusan untuk berkunjung. Minat bisa timbul karena adanya
suatu informasi mulai dari promosi, dari mulut ke mulut yang membuat si penerima informasi tertarik untuk mengunjungi suatu tempat.
2.1.2.4. Atribut-Atribut Dalam Berkunjung
Menurut Rahayu dan Budiyanto, (2004) atribut-atribut yang dipertimbangkan masyarakat dalam berkunjung yaitu:
a. Kebijakan Produk
Produk wisata harus sesuai dengan apa yang dicari dan disukai oleh masyarakat atau sesuai dengan permintaan pasar. Karena apa yang dicari dan disukai wisatawan itu tergantung dari motif perjalanan wisata, yang diukur dengan keberhasilan tempat wisata, layout tempat wisata, dan citra dari tempat wisata tersebut.
b. Kebijakan Harga
Harga produk wisata adalah jumlah harga komponen-komponen kebijakan harga berusaha menentukan harga yang tepat untuk produk kepariwisataan, sehingga seimbang dengan daya beli pasar dan menarik bagi calon wisatawan.
Untuk keperluan tersebut orang harus mengenal pasar wisata, khususnya mengenai daya belinya. Daya belinya itu tergantung dari kekayaan yang ada di dalam masyarakat pasar, yang diukur dari harga karcis masuk, potongan harga penggunaan fasilitas.
c. Tempat Distribusi
Fingsi distribusi menghadirkan produk di tengah-tenag pasar. Dengan adanya produk ditengah pasar, para masyarakat dengan mudah dapat melihat dan membelinya, yang diukur dengan akses menuju tempar lokasi wisata, luas lokasi dan kondisi jalan tempat wisata.
d. Bauran Promosi
Sasaran terakhir dari semua pemasaran dan promosi adalah orang-orang yang pada akhirnya mengeluarkan uang untuk mengadakan perjalanan wisata.
Berhasil tidaknya suatu promosi kepariwisataan dapat diukur dari banyaknya informasi yang diminta dan besarnya volume kedatangan wisatawan. Promosi dapat berupa promosi langsung dan promosi tidak langsung yang didukung oleh papan reklame, pamplet, dan petunjuk jalan. Promosi museum dapat dilakukan dari dalam atau dari luar museum. Promosi dari dalam mencakup semua tindakan promosi yang dilakukan oleh museum, sedangkan dari luar adalah kegiatan promosi yang dilakukan oleh pihak lain di luar museum (A Palmer, Principles of services Marketing, McGrow-Hill, 1994 dalam Sulistyowati, (2011)
e. Pelayanan dan Fasilitas
Fasilitas sangat berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam jasa.
Kaitan pelayanan kepada wisatawan dengan semua fasilitas yang kemungkinan mereka melakukan perjalanan wisata, wisata yang diukur dengan tempat parkir, tempat ibadah dan fasilitas yang ada ditempat wisata.
Selain untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen, ada empat “metode Hierarki Tanggapan “yaitu metode AIDA (Attention, Interest, Desire, Action), metode ini dikemukakan pertama oleh E. St Elmo Lewispada tahun 1900. Model AIDA adalah proses dari pengambilan keputusan yang terdiri dari perhatian (Attention), ketertarikan (Interest), keinginan (Desire), dan yang terakhir adalah tindakan dari pengambilan keputusan tersebut (Action), (Johar, 2015). Model
hierarki pengaruh, model adopsi-inovasi, tahap-tahap tanggapan konsumen dapat dilihat pada gambar berikut :
GAMBAR II.1
MODEL HIERARKI PENGARUH, MODEL ADOPSI-INOVASI Tahap Model
AIDA
Model Hierarki Pengaruh
Model Adopsi- Inovasi
Model Komunikasi Tahap
Kognitif
Perhatian Kesadaran
Pengetahuan
Kesadaran Pemaparan
Penerimaan
Tanggapan
Tahap Afektif
Minat
Keinginan
Menyukai
Kesukaan
Minat
Penilaian
Kesadaran
Pengetahuan
Tahap Konatif
Tindakan Pembelian Percobaan
Adaptasi
Perilaku
Sumber :Amstrong, 2014
Berdasarkan gambar 2.1 penulis menggunakan AIDA model yaitu:
a. Perhatian (Attention)
Yaitu kesadaran atau munculnya pengetahuan konsumen akan eksistensi suatu produk barang/jasa. Jika banyak konsumen yang tidak menyadari suatu produk,
maka tugas pemasaran disini adalah membangunkan kesadaran konsumen akan produknya.
b. Minat (Interest)
Yaitu munculnya ketertarikan konsumen terhadap produk yang ditawarkan disini konsumen telah menyadari keberadaan produk dan tertarik untuk mengetahui lebih dalam melalui produk yang ditawarkan.
c. Keinginan (Desire)
Yaitu semakin besar keinginan konsumen (minat) untuk membeli suatu produk, karena telah dibekali oleh pengetahuan yang cukup memadai mengenai produk tersebut.
d. Tindakan (Action)
Yaitu tahap akhir dari proses respon untuk melakukan pembelian produk.
Menurut Crow et all dalam Marrison (2013), menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi minat, yaitu :
a. Faktor dorongan atau keinginan dari dalam (inner urges)
Dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap sesuatu akan menimbulkan minant tertentu. Termasuk didalamnya berkaitan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan fisik yang mendasar.
b. Faktor motif sosial (social motive)
Motif yang dikarenakan adanya hasrat yang berhubungan dengan faktor dari diri seseorang sehingga menimbulkan minat tertentu. Faktor ini menimbulkan seseorang menaruh minat terhadap suatu aktifitas agar dapat diterima dan diakui
oleh lingkungan termasuk didalamnya faktor status sosial, harga diri, presentase dan sebagainya.
c. Faktor emosional (emotional motive)
Motif yang berkaitan dengan perasaan dan emosi yang berupa dorongan- dorongan, motif-motif, respon-respon emosional dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh individu.
2.1.2.5. Wisata Minat Khusus
Wisata minat khusus adalah bentuk perjalanan wisata, dimana wisatawan mengunjungi suatu tempat karena memiliki minat khusus dari objek atau kegiatan di daerah tujuan wisata (Purnomo, 2016). Pariwisata minat khusus pelakunya cenderung untuk memperluas pencariannya yang berbeda dengan mengamati orang, budaya, pemandangan, kegiatan kehidupan sehari-hari, nilai-nilai akrap lingkungan. Bentuk keguatan maupun pengalaman yang diharapkan sangat beragam, sebagaimana pernyataan Weiler and Hall (2014) : “The special interest traveller wants to experience something new, wheither it is history, food, sport custom or the outdor. Many wish to appeciate the new sight, sound, smells, taste, and to understand the place and its people”.
Wisata minat khusus (Special Interest Tourism) merupakan bentuk kegiatan dengan wisatawan individu, kelompok atau rombongan kecil yang bertujuan untuk belajar dan berupaya mendapatkan pengalaman tentang suatu hal di daerah yang dikunjungi (Mustofa, 2015).
Wisata minat khusus kerap disebut juga sebagai perjalanan aktif dan memberikan pengalaman baru, wisata sosial, wisata pendidikan, dan sebagainya.
Pariwisata minat khusus berfokus pada asfek budaya, misalnya tarian/musik/seni tradisional, kerajinan, arsitektur, pola tradisi masyarakat, sejarah (Mustofa, 2015).
Ada beberapa kreteria menurut Fandeli dalam Mustofa (2015), yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus, yaitu adanya unsur :
1. Learning, yaitu kegiatan wisata yang mengarah pada unsur pembelajaran.
2. Rewarding, yaitu kegiatan wisata yang memasukan unsur pemberian penghargaan atau mengagumi keindahan/keunikan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan.
3. Enriching, yaitu pariwisata yang memasukan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan masyarakat.
4. Adventuring, yaitu pariwisata yang dirancang sebagai wisata petualangan Pada umumnya wisatawan minat khusus memiliki motivasi keingintahuan yang tinggi terhadap suatu hal. Wisata ini mengahasilkan dorongan bagi wisatawan untuk mempelajari sesuatu (learning). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan wisata minat khusus adalah adanya unsur rewarding yang tinggi terhadap objek yang dikunjungi. Wisata minat khusus juga mengandung pengkayaan pengalaman bagi wisatawan karena kegiatan ini akan menghadirkan pengalaman aru bagi wisatawan.
Menurut beberapa pendapat dapat disimpulkan wisata minat khusus adalah bentuk perjalanan wisata yang memiliki minat khusus untuk mengamati budaya, seajarah pemandangan, makanan dan kehidupan sehari-hari. Wisata minat khusus dapat ditumbuhkan dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu berkembang
sebagai tempat yang memiliki keunikan dan menarik wisatawan untuk mempelajari sesuatu.
2.2. Kerangka Pemikiran
Sumber : Peneliti, 2018
Analisis Strategi dalam Meningkatkan Minat Kunjungan Pelajar ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Analisis Strategi (Fred R David, 2012)
Analisis SWOT Analisis IFE Analisis EFE
Meningkatkan Minat berkunjung (Al-Baraq, 2014) Analisis QSPM