• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - Repository UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II - Repository UMA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Masa remaja merupakan bagian dari perjalanan hidup dan oleh karena itu bukan merupakan masa perkembangan yang terisolasi. Dengan mencermati beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan remaja terdiri dari tiga tahap, yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Walaupun setiap masa mempunyai permasalahannya masing-masing, namun permasalahan masa remaja merupakan permasalahan yang sulit untuk diatasi, baik bagi anak laki-laki maupun anak-anak.

Bagi remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok pada tahun-tahun pertama masa remaja merupakan hal yang penting. Ketakutan ini bermula dari ketidakpastian bagaimana meninggalkan masa remaja dan memasuki masa dewasa. Menurut Hurlock (1997), masa remaja, seperti semua periode utama dalam kehidupan, mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari periode sebelum dan sesudahnya.

Tingkat perubahan sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Permasalahan pada masa remaja seringkali merupakan permasalahan yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri umum masa remaja meliputi masa peralihan, masa perubahan, masa permasalahan, masa pencarian jati diri, masa ketakutan, dan masa menuju masa dewasa.

Menurut Hurlock (1997), seluruh tugas perkembangan pada masa remaja difokuskan pada mengatasi sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan serta mempersiapkan diri menghadapi masa dewasa.

MANAJEMEN KONFLIK 1. Pengertian Manajemen Konflik

  • Aspek-Aspek Manajemen Konflik
  • Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Konflik
  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Konflik
  • Strategi Mengelola Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)

Reaksi penolakan terdiri atas: rasa kesal, penerimaan, pemberian reaksi berupa berlari dan menyerang, serta refleksi yang seimbang. Pengelolaan konflik destruktif, yang meliputi keterlibatan konflik (menyerang dan kehilangan kendali), penarikan diri (withdrawal) dari situasi tertentu yang terkadang sangat menakutkan hingga menjauhkan diri ketika dihadapkan pada konflik dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, dan kepatuhan (menyerah dan mengalah). tidak membela diri). diri). Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen konflik adalah respon penolakan, kelompok interpersonal, refleksi emosi, manajemen konflik destruktif yang terdiri dari menyerang, menarik diri dan menyerah, dan manajemen konflik konstruktif yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. .

Apabila perbedaan pendapat ini cukup tajam maka dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan, ketegangan dan lain sebagainya. Perbuatan seseorang bisa saja dianggap merugikan orang lain, atau masing-masing orang merasa tersinggung terhadap orang lain, tentu saja perasaan orang yang merasa dirugikan itu menimbulkan konflik dengan segala akibat yang ditimbulkannya. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya konflik adalah, perbedaan pendapat, salah paham, salah satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan, persaingan sumber daya, ketergantungan kerja, ketidakjelasan bidang tugas, masalah status, komunikasi. hambatan. dan sifat individu.

Bordman dan Horowis (Mardianto, 2000) mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang mempengaruhi gaya manajemen konflik individu adalah kecenderungan agresif, kebutuhan akan pengendalian diri dan penguasaan. Selain itu, keterampilan manajemen konflik juga didukung oleh ciri-ciri seperti keterbukaan terhadap pendapat, hubungan yang hangat dan kebiasaan tidak menyelesaikan masalah secara sepihak. Menurut Wall dan Callister (1995), faktor lingkungan juga mempengaruhi manajemen konflik seseorang, misalnya kesenjangan kekuasaan, saling ketergantungan, perbedaan status dan hubungan distributif.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi manajemen konflik adalah karakteristik kepribadian dan faktor lingkungan. Individu yang dapat secara akurat mengenali kelebihan dirinya seperti emosi positif yang dimilikinya seperti kebanggaan, kebahagiaan, cinta, kelegaan dan harapan, nilai-nilai kemanusiaan, kualitas pribadi seperti percaya diri, kreatif, inovatif, kritis, pantang menyerah dan memiliki, siapa bersifat gigih dan mempunyai cita-cita yang tinggi, akan mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap tujuan dan perannya dalam menangani konflik intra-individu. Di sisi lain, kelemahan tersebut dapat berupa emosi negatif (marah, bersalah, takut, cemas, iri hati, curiga, benci, sedih atau balas dendam), karakteristik pribadi yang kurang menyenangkan dan dapat memicu konflik yang perlu dikenali, fisik, sosial. kebutuhan psikologis dan juga nilai-nilai yang berbeda, termasuk tujuan dan peran yang dimainkannya, dapat berdampak negatif bagi individu jika dialami sebagai sesuatu yang menghalangi atau menghalanginya mencapai tujuan, dan peran yang dimainkan juga akan menghambat kemajuannya.

Sebaliknya jika setiap kelemahan dipahami dan diupayakan untuk dikelola dan diperbaiki, maka individu akan mampu mencapai tujuan dan memainkan perannya dalam perubahan. Untuk meningkatkan rasa percaya diri, individu perlu melihat berbagai keberhasilan yang telah diraihnya dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, untuk berperan dan menghadapi ambisinya, seorang individu membutuhkan rasa percaya diri bahwa ia mampu mencapainya.

Rasa percaya diri ini seharusnya meningkat ketika individu mulai merasa mempunyai banyak kelemahan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi dalam mengelola konflik dalam diri individu adalah dengan mengenal diri sendiri, meningkatkan kekuatan dan memilih alternatif yang berbeda.

TIPE KEPRIBADIAN 1. Pengertian Kepribadian

  • Tipe-Tipe Kepribadian
  • Aspek-Aspek Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert
  • Ciri-Ciri Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Manusia

Setiap individu harus berinteraksi dan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya, kepribadian ini berperan sebagai sesuatu yang mempunyai fungsi penentu (dalam Suryabrata, 1995). Tipe kepribadian adalah rencana untuk mengklasifikasikan individu berdasarkan serangkaian ciri kepribadian, seperti ekstroversi dan introversi. Senada dengan Jung, menurut Eysenck (dalam Barus, 2011), tipe kepribadian secara umum terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu ekstrovert dan introvert.

Menurut Jung (dalam Sujanto, 2009), individu dengan kepribadian ini terutama dipengaruhi oleh dunia objektif yaitu dunia luar dirinya. Orang dengan tipe kepribadian ini mempunyai sikap positif terhadap masyarakat, terbuka, mudah bergaul, mempunyai hubungan yang lancar dengan dunia luar, dan mempunyai kecenderungan untuk berkembang. Bahayanya bagi tipe ekstrover ini adalah jika ikatan dengan dunia luar terlalu kuat, sehingga tenggelam dalam dunia objektif, maka orang dengan kepribadian tersebut akan kehilangan dirinya atau merasa terasing dari dunia objektifnya sendiri.

Menurut McCrae dan Costa (dalam Provin, 2010) tipe kepribadian ekstrovert merupakan dimensi yang berkaitan dengan hubungannya dengan perilaku individu, terutama dalam hal kemampuannya menjalin hubungan dengan dunia luar. Individu dengan kepribadian ekstrovert cenderung tegas dalam mengambil keputusan dan tidak ragu mengambil posisi dalam kepemimpinan. Menurut Jung (dalam Sujanto, 2009), individu dengan kepribadian ini terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif yaitu dunia dari dalam dirinya.

Orientasinya terutama mengarah ke dalam, dimana adaptasinya terhadap dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sulit bergaul dengan orang lain dan tidak mampu menarik perasaan orang lain. Biasanya orang dengan tipe kepribadian ini mempunyai tingkat kecerdasan yang relatif tinggi dengan perbendaharaan kata yang relatif banyak dan baik. Selain itu, orang dengan tipe kepribadian ini selalu teguh dan terkadang keras kepala, kaku, tidak suka bercanda, dan memiliki sedikit variabilitas interpersonal.

Bahaya dari tipe kepribadian ini adalah jaraknya yang terlalu jauh dari dunia objektif, sehingga individu menjadi terpisah dari dunia objektif. Tipe kepribadian introvert dibuktikan dengan rendahnya kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu ekstrovert dan introvert, dimana kepribadian ekstrovert dipengaruhi oleh dunia luar dirinya, mempunyai sikap positif terhadap masyarakat, terbuka, mudah didapat. bersama. Dengan demikian, hubungannya dengan dunia luar lancar, sehingga ia harmonis dengan orang lain, mereka menampilkan diri apa adanya.

Sedangkan kepribadian introvert dipengaruhi oleh dunia subjektif dimana adaptasi terhadap dunia luar kurang baik, jiwa tertutup, sulit bergaul dengan orang lain dan kurang mampu menarik hati orang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari tipe kepribadian ekstrovert adalah aktivitas, kemampuan bersosialisasi, berbicara berisiko, impulsif, ekspresif, praktis dan tidak bertanggung jawab.

Perbedaan Manajemen Konflik di Tinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Kepribadian mempunyai pengaruh yang kuat terhadap individu ketika menyelesaikan konflik, kepribadian dapat membedakan individu ketika menyelesaikan masalah. Selain itu, Eysenck (Mischel, 1993) mengatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian introvert tidak banyak bicara, mawas diri, mempunyai rencana sebelum melakukan sesuatu, tidak percaya pada kebetulan, memikirkan serius masalah kehidupan sehari-hari, misalnya. ketertiban dalam hidup, jarang berperilaku agresif, tidak mudah marah dan menetapkan standar etika yang tinggi dalam hidupnya. Sedangkan orang ekstrover tidak terlalu khawatir terhadap masalah, mereka cenderung agresif, mudah marah, tidak bisa mengendalikan emosi dengan baik, dan tidak bisa dipercaya.

Jika orang introvert dan ekstrovert dengan ciri-ciri di atas mengalami konflik, maka akan terlihat bahwa tipe kepribadian introvert cenderung lebih mampu mengelola konflik.

KERANGKA KONSEPTUAL

HIPOTESIS

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja adalah masa individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, masa pada individu tidak lagi merasa dibawah

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

Secara psikologis masa remaja adalah sebuah masa dimana individu berperan bersama masyarakat dewasa, dimana pada usia ini anak sudah tidak lagi merasa di bawah

Menurut Piaget (dalam hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja adalah masa individu beritegrasi dengan masyarakat dewasa, masa pada individu tidak lagi merasa dibawah

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Piaget (Hurlock, 1980:206) mengatakan Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,

Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (121) dengan mengatakan Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak

1998: 22 Selanjutnya, menurut pandangan Piaget sebagaimana dikutif dalam Al- Mighwar, “Secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,

Menurut Piaget dalam Hurlock, 1985, secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dalam masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi dibawah tingkat