• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Cagar Alam Menurut Peraturan Perundang-Undangan

1. Pengertian Konservasi Cagar Alam

Konservasi diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan berpedoman pada asas pelestarian. Sumber daya alam adalah unsur- unsur hayati yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) dengan unsur non hayati di sekitarnya yang secara keseluruhan membentuk ekosistem.1Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengelolaan sumber daya alam (hayati) dengan pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keragamannya.2 Pengertian ini juga disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Pasal 1 Nomor 5 Tahun 1990. Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan mendefinisikan hutan sebagai suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan konservasi, yaitu kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Hutan konservasi terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Menurut Undang-Undang No 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian alam, Kawasan Suaka

1KEHATI, Materi Kursus Inventarisasi flora dan fauna Taman Nasional Meru Betiri, (Malang:2000) h.8

2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, ( Jakarta: Balai Pustaka,2005) cet.3, h.589

(2)

Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,_baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Sedangkan, kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, dan taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1990, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, budaya, paritwisata dan rekreasi.

Hutan di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan statusnya, yaitu:

1. Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.

2. Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.

3. Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat. hukum adat dan ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya.

Menurut Undang–Undang tentang Kehutanan No. 41 Tahun 1999, hutan juga dapat diklasifikasikan pada beberapa bagian antara lain:

1. Hutan lindung, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

(3)

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.

2. Hutan produksi, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

3. Hutan konservasi, yaitu kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dansatwa serta ekosistemnya.

Hutan dengan fungsi konservasi dapat diklasifikasikan pada beberapa bentuk:

a. Kawasan hutan suaka alam, yaitu hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, seperti suaka margasatwa dan cagar alam.

b. Kawasan hutan pelestarian alam, yaitu hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, seperti kawasan Taman Hutan Raya(Tahura), taman nasional dan taman wisata.

c. Taman buru, yaitu kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.

2. Sasaran Konservasi

Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan erat dengan tercapainya tiga sasaran konservasi yaitu:

a) Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan).

(4)

b) Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan.

c) Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin kelestariannya. Akibat sampingan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi, polusi dan penurunan potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari).3 3. Tujuan dan Manfaat Konservasi

Secara hukum tujuan konservasi tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.4 Selain tujuan yang tertera di atas tindakan konservasi mengandung tujuan:

a) Preservasi yang berarti proteksi atau perlindungan sumber daya alam terhadap eksploitasi komersial, untuk memperpanjang pemanfaatannya bagi keperluan studi, rekreasi dan tata guna air.

b) Pemulihan atau restorasi, yaitu koreksi kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah membahayakan produktivitas pengkalan sumber daya alam.

3Departemen Kehutanan, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Konservasi Sumber daya Alam, (Surabaya: BKSDA Jawa timur 1, 2000) h.21

4Ibid., h.5

(5)

c) Penggunaan yang seefisien mungkin. Misal teknologi makanan harus memanfaatkan sebaik-baiknya biji rambutan, biji mangga, biji salak dan lain- lainnya yang sebetulnya berisi bahan organik yang dapat diolah menjadi bahan makanan.

d) Penggunaan kembali (recycling) bahan limbah buangan dari pabrik, rumah tangga, instalasi-instalasi air minum dan lain-lainnya. Penanganan sampah secara modern masih ditunggu-tunggu.

e) Mencarikan pengganti sumber alam yang sepadan bagi sumber yang telah menipis atau habis sama sekali. Tenaga nuklir menggantikan minyak bumi.

f) Penentuan lokasi yang paling tepat guna. Cara terbaik dalam pemilihan sumber daya alam untuk dapat dimanfaatkan secara optimal.

g) Integrasi, yang berarti bahwa dalam pengelolaan sumber daya diperpadukan berbagai kepentingan sehingga tidak terjadi pemborosan, atau yang satu merugikan yang lain. Misalnya, pemanfaatan mata air untuk suatu kota tidak harus mengorbankan kepentingan pengairan untuk persawahan.5 Sumber daya alam flora fauna dan ekosistemnya memiliki fungsi dan manfaat serta berperan penting sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat digantikan. Tindakan tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan kerusakan, bahkan kepunahan flora fauna dan ekosistemnya. Kerusakan ini menimbulkan kerugian besar yang tidak dapat dinilai dengan materi, sementara itu pemulihannya tidak mungkin lagi. Oleh karena itu sumber daya tersebut merupakan modal dasar bagi kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan batas- batas terjaminnya keserasian, keselarasan dan

5Dwidjoseputro, Ekologi Manusia dengan Lingkungannya, (Jakarta: Erlangga, 1994) cet.3 h. 32

(6)

keseimbangan. Pada dasarnya konservasi merupakan suatu perlindungan terhadap alam dan makhluk hidup lainnya. Sesuatu yang mendapat perlindungan maka dengan sendiri akan terwujud kelestarian Manfaat-manfaat konservasi diwujudkan dengan:

a. Terjaganya kondisi alam dan lingkungannya, berarti upaya konservasi dilakukan dengan memelihara agar kawasan konservasi tidak rusak.

b. Terhindarnya bencana akibat perubahan alam, yang berarti gangguangangguan terhadap flora fauna dan ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam pada umumnya menyebabkan perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan mutu sumber daya alam tersebut.

c. Terhindarnya makhluk hidup dari kepunahan, berarti jika gangguan- gangguan penyebab turunnya jumlah dan mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya pengendalian akan berakibat makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah sama sekali.

d. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan baik mikro maupun makro, berarti dalam ekosistem terdapat hubungan yang erat antara makhluk hidup maupun dengan lingkungannya.

e. Mampu memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi sebagai sarana pengawetan dan pelestarian flora fauna merupakan penunjang budidaya, sarana untuk mempelajari flora fauna yang sudah punah maupun belum punah dari sifat, potensi maupun penggunaannya.

(7)

f. Mampu memberi kontribusi terhadap kepariwisataan, berarti ciri-ciri dan obyeknya yang karakteristik merupakan kawasan ideal sebagai saran rekreasi atau wisata alam.6

4. Strategi Konservasi

Strategi pelestarian nasional memberi ringkasan mengenai sumber daya alam terpulihkan dari negara tersebut yang berkenaan dengan ekosistem, sumber daya genetik, sistem produksi alami (hutan margasatwa, perikanan) hidrologi dan kawasan tangkapan air, ciri-ciri estetika dan geologi, situs budayadan potensi rekreasi. Juga perlu diidentifikasi bagaimana suatu bangsa ingin menggunakan sumber daya alamnya serta pola desain tata guna lahan yang akan tetap menjaga ketersediaan sumber daya alam secara umum memaksimalkan manfaat jangka panjang dalam batas-batas yang ditentukan oleh kebutuhan spesifik negara tersebut, seperti ruang untuk hidup, lahan pertanian, hasil hutan, ikan, energi dan industri. Strategi ini biasanya berupa keputusan untuk menetapkan atau mempertahankan suatu sistem nasional kawasan yang dilindungi, lebih disukai bila mencakup beberapa kategori kawasan dengan tujuan pengelolaan yang berbeda.Strategi Konservasi nasional yaitu:

a) Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan

Berdasarkan fungsi utama kawasan dalam penataan ruang, maka kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air,sempa dan pantai, sempa dan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk,kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam, hutan bakau, taman nasional, cagar alam, taman wisata alam dan kawasan rawan bencana alam termasuk dalam kawasan lindung yang

6KEHATI, Materi Kursus Inventarisasi flora dan fauna Taman Nasional Meru Betiri, (Malang:2000)

(8)

kebradaanya perlu dijaga dan dilindungi.Usaha-usaha dalam tindakan perlindungan sistem penyangga kehidupan, antara lain:

1) Perlindungan daerah-daerah pegunungan yang berlereng curam dan mudah terjadi erosi dengan membentuk hutan-hutan dilindungi.

2) Perlindungan wilayah pantai dengan pengelolaan yang terkendali bagi daerah hutan bakau dan hutan pantai serta daerah hamparan karang.

3) Perlindungan daerah aliran sungai, lereng perbukitan dan tepi sungai,danau dan ngarai (revine) dengan pengelolaan yang terkendali terhadap vegetasi 4) Pengembangan daerah aliran sungai sesuai dengan rencana pengembangan

secara menyeluruh.

5) Perlindungan daerah hutan luas misalnya dijadikan taman nasional, suaka marga satwa dan cagar alam.

6) Perlindungan tempat-tempat yang mempunyai nilai unik, keindahan yang menarik atau memiliki ciri khas budaya (cagar budaya)

7) Mengadakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai suatu syarat mutlak untuk melaksanakan semua rencana pembangunan.7 b) Pengawetan keanekaragaman jenis flora fauna beserta ekosistemnya

Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan dengan cara menetapkan jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Perlindungan terhadap ekosistem dilakukan dengan cara penetapan kawasan suaka alam.

c) Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistem.

7Bambang Pamulardi, Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) cet.2, h. 179

(9)

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menigkatkan mutu kehidupan manusia. Pemanfaatan secara lestari dilakukan melalui kegiatan:

1) Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam secara nonkonsumtif seperti pariwisata, penelitian, pendidikan dan pemantauan lingkungan.

2) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar antara lain dengan pengembangan perikanan, kehutanan dan pemunguntan hasil hutan secara lestari, pengaturan perdagangan flora fauna melalui peraturandan pengawasan dalam menentukan jatah (quota) dan perijinan,memajukan bududaya dan perbaikan selektif (permuliaan) semua jenisyang mempunyai nilai langsung bagi manusia.8

5. Cara-cara Konservasi

Kekayaan flora fauna merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sampai batas-batas tertentu yang tidak mengganggu kelestarian. Penurunan jumlah dan mutu kehidupan flora fauna dikendalikan melalui kegiatan konservasi secara insitu maupun eksitu.

a) Konservasi insitu (di dalam kawasan) adalah konservasi flora fauna dan ekosistem yang dilakukan di dalam habitat aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang terjadi berjalan secara alami. Kegiatan ini meliputi perlindungan contoh-contoh perwakilan ekosistem darat dan lautbeserta flora fauna di dalamnya. Konservasi insitu dilakukan dalam bentuk kawasan suaka alam (cagar alam, suaka marga satwa), zona inti taman nasional dan hutan

8Ibid., h.11

(10)

lindung. Tujuan konservasi insitu untuk menjaga keutuhan dan keaslian jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya secara alami melalui proses evolusinya. Perluasan kawasan sangat dibutuhkan dalam upaya memlihara proses ekologi yang esensial,menunjang sistem penyangga kehidupan, mempertahankan keanekaragaman genetik dan menjamin pemanfaatan jenis secara lestari dan berkelanjutan.

b) Konservasi eksitu (di luar kawasan) adalah upaya konservasi yang dilakukan dengan menjaga dan mengembang biakkan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitat alaminya dengan cara pengumpulan jenis, pemeliharaaan dan budidaya (penangkaran). Konservasi eksitu dilakukan pada tempat-tempat seperti kebun binatang, kebun botani, taman hutan raya, kebun raya, penangkaran satwa, taman safari, taman kota dan taman burung. Cara eksitu merupakan suatu cara memanipulasi obyek yang dilestarikan untuk dimanfaatkan dalam upaya pengkayaan jenis, terutama yang hampir mengalami kepunahan dan bersifat unik.

Cara konservasi eksitu dianggap sulit dilaksankan dengan keberhasilan tinggi disebabkan jenis yang dominan terhadap kehidupan alaminya sulit berdaptasi dengan lingkungan buatan.

c) Regulasi dan penegakan hukum adalah upaya-upaya mengatur pemanfaatan flora dan fauna secara bertanggung jawab. Kegiatan kongkritnya berupa pengawasan lalu lintas flora dan fauna, penetapan quota dan penegakan hukum serta pembuatan peraturan dan pembuatan undang-undang di bidang konservasi.

d) Peningkatan peran serta masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dalam konservasi sumber daya alam hayati. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan dan penyuluhan. Dalam hubungan ini

(11)

dikenal adanya kelompok pecinta alam, kader konservasi, kelompok pelestari sumber daya alam, LSM dan lain lainnya.9

B. Konsep Cagar Alam Dalam Peraturan Perundang-Undangan 1. Pengertian Cagar Alam

Pengertian cagar alam menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya yang mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.10Cagar Alam adalah KSA yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami.11 Sedangkan pengertian cagar alam menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah istilah hukum daerah yang kelestarian hidup tumbuh-tumbuhan dan binatang (flora dan fauna) yang terdapat didalamnya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan; suaka alam, Cagar alam dapat dianalogikan sebagai sebuah wadah yang berisi peninggalan kekayaan alam yang sudah punah dan perlu untuk dilindungi dan dilestarikan.

Melalui berbagai pengertian cagar alam tersebut, adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi sebuah kawasan agar ditetapkan sebagai kawasan cagar alam menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan, yaitu:

9Kumpulan Materi MBSC IX Meru Betiri Service Camp, (SukaMade: 1997) h. 49

10Pasal 1 angka 10, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

11Pasal 1 angka 7, Peraturan pemerintah No 28 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka dan Kawasan Pelestarian Alam.

(12)

a. Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem;

b. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;

c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia;

d. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis secara alami;

e. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau

f. Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam punah.

2. Tujuan cagar alam

Untuk melindungi ekosistem yang terdapat di wilayah cagar alam tetap lestari dan tidak punah.

3. Fungsi Cagar Alam

Cagar alam memiliki fungsi yang dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Fungsi pelestarian

Cagar alam berfungsi melindungi dan melestarikan segala ekosistem yang ada didalamnya, terutama yang berkaitan dengan ekosistem dan peninggalan alam yang hampir punah.

b. Fungsi akademis

Cagar alam berfungsi sebagai sarana edukasi bagi para akademisi terutama dalam hal penelitian tentang keanekaragaman hayati.

c. Fungsi wisata

(13)

Cagar alam menjadi salah satu tujuan wisata alam menarik yang berbasis keindahan alam.

4. Manfaat Cagar Alam

Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan, cagar alam memiliki beberapa manfaat yaitu:12

a. Penelitian dan pengembangan b. Ilmu pengetahuan

c. Pendidikan

d. Kegiatan penunjang budaya

5. Kegiatan Pengelolaan Cagar Alam

Dikelola berdasarkan rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan social budaya. Rencana pengelolaan cagar alam sekurang kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan.

Upaya tersebut menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang meliputi:

a. Perlindungan dan pengamanan kawasan.

b. Inventarisasi potensi kawasan.

c. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan.

12Pasal 17 Ayat 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

(14)

6. Karakteristik Cagar Alam

Adapun karakteristik yang menjadi penentuan kawasan cagar alam diantaranya seperti :

a. Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan dan ekosistem.

b. Mewakili formasi dari biota tertentu dan unit penyusunnya.

c. Mempunyai kondisi alam yang alami dan belum terganggu oleh campur tangan manusia.

d. Mempunyai kondisi tumbuh-tumbuhan dan ekosistem yang langka ataupun keberadaannya hampir punah.

e. Memiliki ciri khas potensi sehingga menjadi contoh bagi ekosistem yang akan keberadaannya membutuhkan upaya pelestarian dan perlindungan.

f. Luasnya yang cukup dalam bentuk tertentu yang nantinya untuk mendukung pengelolaan dan jaminan kelangsungan ekologis secara murni.

7. Perlindungan Konservasi Cagar Alam Di Indonesia

Cagar alam sebagai salah satu kawasan suaka alam memiliki fungsi pengawetan keanekaragaman hayati dan penunjang sistem penyangga kehidupan.

Oleh karena itu pengelolaan kawasan tersebut ditekankan pada upaya perlindungan untuk mendukung fungsi pokoknya. Namun perlindungan bagi kawasan cagar alam banyak mengalami hambatan terutama yang disebabkan oleh keterbatasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya oleh masyarakat sekitar kawasan.13 Sistem klasifikasi dari IUCN menempatkan cagar alam sebagai kawasan yang secara ketat dilindungi (strict nature reserves) untuk mendukung pelestarian populasi berbagai spesies serta memungkinkan proses-proses ekologi berlangsung dengan

13(Departemen Kehutanan, 2005).

(15)

hambatan sesedikit mungkin.14 Cagar alam memiliki fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman hayati dan sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan (UU No.41 Tahun 1999).

Pengelolaan cagar alam selain bertujuan untuk menunjang fungsi pokok kawasan juga agar dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat khususnya masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan cagar alam. Seperti manfaat ekologis karbon dioksida, mencegah erosi, longsor, dan banjir. Sementara itu status cagar alam tidak dapat memberikan manfaat secara langsung bagi sosial ekonomi masyarakat sebab terdapat pembatasan akses masuk ke dalam kawasan.

Pembatasan akses tersebut terkait dengan manfaat sosial ekonomi yang seringkali dianggap oleh pengelola sebagai pemanfaatan konsumtif yang dilarang dilakukan di dalam kawasan cagar alam karena dapat mengakibatkan perubahan keutuhan kawasan.15 Kegiatan pemanfaatan di dalam cagar alam yang diperbolehkan hanya sebatas untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya (PP No.68 Tahun 1998).

Pembatasan akses dan pemanfaatan menyebabkan adanya tekanan terhadap pengelolaan kawasan cagar alam yang berpotensi menimbulkan permasalahan di kawasan cagar alam. Hampir seluruh kawasan suaka alam dan pelestarian alam pada saat ini mengalami permasalahan yang pada dasarnya berkaitan dengan: (1) pengelolaan kawasan konservasi, (2) sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, serta (3) pandangan serta kepedulian sektoral mengenai pembangunan dan konservasi alam.16 Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada, maka diperlukan peningkatan efektifitas pengelolaan perlindungan kawasan cagar alam melalui

14(IUCN, 1994; Mierauskas, 2004; Primack, et al.,1998).

15(Yunus,2005).

16(Saparjadi, 1998).

(16)

kegiatan patroli di lapangan, pemberdayaan masyarakat, dan menjalin kerja sama lintas sektoral.

Definisi perlindungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi gangguan dan ancaman terhadap integritas suatu ekosistem yang disebabkan oleh aktivitas manusia maupun sebab alamiah.

Referensi

Dokumen terkait

Keenam kawasan konservasi tersebut eksistensinya diakui secara yuridis oleh Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Sementara itu, kawasan hutan lainnya yang berstatus konservasi seperti cagar alam, suaka alam dan taman nasional di Pulau Jawa dikelola oleh pemerintah pusat, saat itu

UU Nomor 5 tahun 1990 merupakan UU yang secara khusus mengatur mengenai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem yang filosofinya telah sesuai dengan strategi konservasi

Menurut Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya, terdiri atas kawasan suaka alam laut, suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau,

Menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, batasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan

Konservasi insitu dilakukan dalam bentuk kawasan suaka alam (cagar alam, suaka marga satwa), zona inti taman nasional dan hutan lindung.. Perluasan kawasan

Kawasan konservasi yang menjadi objek pengamatan adalah Cagar Alam Tangale dan Suaka Margasatwa Nantu di Propinsi Gorontalo serta Cagar Alam Gunung Ambang, Tangkoko dan Taman