9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang telah dilaksanakan dan berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti korelasi kepribadian guru PAI terhadap kedisiplinan peserta didik diantaranya sebagai berikut:
Penelitian yang dilaksanakan oleh Eli Sahriani, Nim 14.1100.043 Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare 2019 yang berjudul “Korelasi antar Pelaksanaan Salat Wajib dengan Kedisiplinan peserta didik dalam Pembelajaran PAI di SMA Negeri 10 Sidrap.1
Penelitian ini memliki kemiripan dengan Variabel “Y” peneliti yaitu Kedisiplinan Peserta didik. Adapun hasil penelitian yang diperoleh Eli Sahrani dalam penelitiannya yaitu Korelasi antar Pelaksana Salat Wajib dengan Kedisiplinan peserta didik dalam pembelajaran PAI. Pelaksanaan salat Wajib di SMA Negeri 10 Sidrap termasuk dalam kategori tinggi dengan melihat hasil perolehan angket dari responden, kedisiplinan peserta didik dalam pembelajaran PAI juga termasuk dalam kategori tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan salat wajib dengan kedisiplinan peserta didik dalam pembelajaran PAI sebesar 48,30%.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Haedir Mukmin, 12.1100.133 Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah dan Adab Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare 2016 dalam penelitiannya Hubungan Antara
1 Eli Sahrani, „Korelasi antar Pelaksanaan Salat Wajib dengan Kedisiplinan peserta didik dalam Pembelajaran PAI di SMA Negeri 10 Sidrap‟ Jurusan Tarbiyah dan Adab, Parepare (2019)
10
Kecerdasan Emosional dengan Disiplin Shalat peserta didik di SMA Negeri 4 Parepare2
Hasil penelitian yang diperoleh oleh Haedir Mukmin dalam penelitiannya yaitu Kecerdaasan emosional peserta didik di SMA Negeri 4 Parepare termasuk dalam kategori rendah dengan angka persentase yaitu 69%, dan displin shalat peserta didik di SMA Negeri 4 Parepare termasuk dalam kategori rendah dengan angka persentase yaitu 64%. Dengan melihat hasil perolehan tersebut, maka terdapat pengaruh yang signifikan dari hubungan antara kecerdasan emosional dengan disiplin shalat peserta didik di SMA Negeri 4 Parepare.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nurul Azmi Utami, 13.1100.136 Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah dan Adab Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pare-pare 2017 dalam penelitiannya Pengaruh pengelolaan kelas terhadap kedisiplinan belajar PAI peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 6 Parepare.3
Hasil penelitian yang diperoleh oleh Nurul Azmi Utami dalam penelitiannya yaitu Pengelolaan kelas pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 6 Parepare menunjukkan kategori rendah dengan angka persentase 64,71% dari 100% yang diharapkan , sedangkan kedisiplinan peserta didik saat belajar PAI kelas VIII di SMP Negeri 6 Parepare termasuk dalam kategori sedang dengan angka persentase 72,37%
dari 100% yang diharapkan. Dengan mengunakan rumus korelasi person product moment ditemukan hasil koefisien korelasi = 0,972, dengan demikian terdapat
2 Haedir Mukmin, „Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Disiplin Shalat peserta didik di SMA Negeri 4 Parepare‟ Jurusan Tarbiyah dan Adab, Parepare (2016)
3 Nurul Azmi Utami, „Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Kedisiplinan Belajar PAI peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 6 Parepare‟ Jurusan Tarbiyah dan Adab, Parepare (2017)
11
pengaruh pengelolaan kelas terhadap kedisiplinan belajar PAI kelas VIII termasuk dalam kategori sangat kuat dengan hasil koefisin korelasi 97%.
B. Tinjauan Teori 1. Kepribadian Guru
a. Pengertian Kepribadian Guru
Dalam arti sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain.4 Pada dasarnya istilah kepribadian digunakan untuk pengertian yang di tujukan pada individu atau perorangan. Artinya, yang mempunyai kepribadian adalah individu.
McLeod Mengartikan kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan indentitas.5
Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap.6
Dengan kata lain dapat dikatakan kepribadian yang mencakup semua aktualisasi dari (penampilan) yang selalu tampak pada diri seseorang, merupakan bagian yang khas atau ciri dari seseorang.7 Dari perilaku psiko-fisik (rohani-jasmani)
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa (jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Umum).
5 Muhibbin Syah, psikologi pendidikan: suatu pendekatan baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995).
6 Muhibbin Syah, psikologi pendidikan: suatu pendekatan baru.
7 Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi perkembangan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005).
12
yang khas dan menetap tersebut mucul julukan-julukan yang bermaksud menggambarkan kepribadian seseorang, seperti: Pak Amin jujur, Si Kaslan pemalas, dan sebagainya.
Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi peserta didik. Oleh peserta didik sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku yang memadai untuk dapat mengembangkan diri peserta didik secara utuh. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri- ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya.8
Kompetensi kepribadian dari seorang guru merupakan modal dasar bagi yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya secara profesional. Alexander Meiklejohn mengatakan:“No one can be a genuine teacher unless he is himself actively sharing in the human attempt to understand men and their word.”9
Berdasarkan pendapat Meiklejohn tersebut, dapat diketahui bahwa tidak seorang pun yang dapat menjadi guru yang sejati (mulia) kecuali bila dia menjadi dirinya sebagai bagian dari anak didik yang berusaha untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya. Guru yang dapat memahami kesulitan anak didik dalam belajar dan kesulitan lainnya di luar masalah belajar, yang bisa menghambat aktivitas belajar anak didik, maka guru tersebut akan disenangi anak didiknya.
Sementara menurut Ibn Sahnun, kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para anak
8 Enggus Subarman, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar-Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991).
9 Agus wibowo dan Hamin, Menjadi Guru Berkarakter: strategi membangun kompetensi dan karakter guru (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).
13
didik. Yang dimaksud dengan kepribadian di sini adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Secara ringkas, Ibn Sahnun berpandangan bahwa seluruh sikap dan perbuatan seseorang guru merupakan suatu gambaran dari kepribadian guru tersebut, asal dilakukan secara sadar meliputi pengetahuan, keterampilan, ideal, dan sikap dan juga persepsi yang dimilikinya tentang orang lain.10
Menurut Buchari Alma, guru yang memiliki kompetensi kepribadian akan menjadi sosok teladan. Guru demikian, lanjut Buchari, akan mengubah perilaku didiknya, di samping dihormati dan disegani oleh anak didiknya. Guru yang telah memiliki kompetensi kepribadian juga akan disenangi. Guru yang disenangi ini akan berkontribusi pada mata pelajaran yang ia, dan siswa akan bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran tersebut. Sebaliknya guru yang dibenci oleh murid, akan tidak senang dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru, dan membentuk sikap anti pati terhadap mata pelajaran yang dipelajari tersebut.11
Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan anak didiknya ke lembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, berbagai gelar pun disandangnya. Guru adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan, makhluk serba bisa, atau dengan julukan yang lain seperti interpreter, artis, kawan, warga negara yang baik, pembangun manusia, pembawa kultur, pioner, reformer dan terpercaya, soko guru,
10 Agus wibowo dan Hamin, Menjadi Guru Berkarakter: strategi membangun kompetensi dan karakter guru.
11 Agus wibowo dan Hamin, Menjadi Guru Berkarakter: strategi membangun kompetensi dan karakter guru.
14
bhatara guru, ki ajar, sang guru, sang ajar, ki guru, dan sebagainya. Itulah atribut yang pas untuk guru yang diberikan oleh mereka-mereka pengagum figur guru.12
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Mengapa demikian?
Karena, di samping ia berperan sebagai pembimbing dan pembantu, seperti yang telah penyusun kemukakan, guru juga berperan sebagai panutan.13
Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka Zakiah Daradjat menegaskan.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).14
Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang deperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar (Pasal 28 ayat (2) UUSPN/1989).15
b. Indikator Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian dari seorang guru merupakan modal dasar bagi yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya secara profesional. kegiatan pendidikan
12 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005).
13 Muhibbin Syah, psikologi pendidikan: suatu pendekatan baru.
14 Muhibbin Syah, psikologi pendidikan: suatu pendekatan baru.
15 Muhibbin Syah, psikologi pendidikan: suatu pendekatan baru.
15
pada dasarnya merupakan pengkhususan komunikasi personal antara guru dan anak didik. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada penjelasan pasal 28 ayat yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Adapun indikator seorang guru yang memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, tercermin dari perilakunya yang menunjukkan beberapa karakteristik, di antaranya:
1) Menaati peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya.
2) Menunjukkan perilaku disiplin.
3) Bertindak sesuai dengan norma sosial dengan ciri: (1) bertutur kata secara santun; (2) berpenampilan (fisik) secara sopan, dan (3) berperilaku santun.
4) Bangga sebagai pendidik, yang ditandai dengan: (1) menunjukkan komitmen terhadap tugas sebagai pendidik, (2) menjaga kode etik profesi pendidik.
5) Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri mentaati tata tertib secara konsiten dan memiliki disiplin diri secara konsisten.16
Kepribadian guru yang telah dewasa memiliki karakteristik, di antaranya:
1) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dengan ciri: (a) melaksanakan tugas secara mandiri; (b) mengambil keputusan secara mandiri, dan (c) menilai diri sendiri (refleksi diri).
16 Agus wibowo dan Hamin, menjadi guru berkarakter: strategi membangun kompetensi dan karakter guru.
16
2) Memiliki etos kerja sebagai pendidik dengan ciri: (a) bekerja keras: (b) melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, dan (c) mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik.
Kepribadian guru yang arif memiliki karakteristik, di antaranya:
1) Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan anak didik.
2) Bertindak atas dasar kemanfaatan sekolah.
3) Bertindak atas dasar kemanfaatan masyarakat.
4) Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak dengan ciri menerima kritik dan saran untuk perbaikan dan menempatkan diri secara proporsional.
Kepribadian memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas suka menolong) yang ditandai menghargai ajaran agama yang dianut maupun agama lain, menerapkan ajaran agama yang dianut, menerapkan norma kejujuran, dan menunjukkan keikhlasan.
2) Memiliki perilaku yang dapat diteladani anak didik dengan ciri bertutur kata sopan sehingga menjadi teladan bagi anak didik dan berperilaku terpuji sehingga menjadi teladan bagi anak didik.
Kepribadian yang berwibawa memiliki karakteristik perilaku yang berpengaruh positif terhadap anak didik, yang ditandai dengan:
1) Mengemukakan pendapat yang berpengaruh positif terhadap anak didik dan menunjukkan tindakan yang berpengaruh positif terhadap anak didik.
17
2) Serta memiliki perilaku yang disegani dengan ciri berperilaku yang dihormati oleh anak didik, berperilaku yang dihormati sejawat, dan berperilaku yang dihormati oleh masyarakat.17
Menurut Jamil Suprihatiningrum kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawah, menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian tersebut seharusnya melekat pada diri guru dan mencerminkan ciri khas dari sosok seorang guru.18
Indikator kompetensi kepribadian menurut Syaiful Sagala dalam bukunya Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan adalah sebagai berikut:
1) Mantap dan stabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku;
2) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru;
3) Arif dan bijaksana, yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak;
4) Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan
5) Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuia norma religius, jujur, ikhas, dan suka menolong. Nilai
17 Agus Wibowo dan Hamin. Menjadi Guru Berkarakter :strategi membangun kompetensi dan karakter guru.
18 Dedi Syahputra Napitupulu, „Jurnal Pendidikan Islam: Kompetensi Kepribadian Guru Pai Dalam Mengembangkan Ranah Afektif Siswa Di Man 2 Model Medan‟, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan 5, no. 2, (2016).
18
kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber kekuatan, inspirasi, motivasi, dan inovasi bagi peserta didiknya.19
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini penulis membagi indikator kepribadian guru menjadi lima macam, yaitu:
1) Kepribadian yang mantap dan stabil 2) Kepribadian yang dewasa
3) Kepribadian yang arif
4) Berakhlak mulia dan menjadi teladan 5) Kepribadian yang berwibawa
c. Dinamika sistem kepribadian
Sebagaimana struktur kepribadian manusia, menurut pandangan psikoanalisis, terdiri dari Id, Ego, dan Superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, yang sistem kerjanya menggunakan prinsip kesenangan
“pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, yang bekerja atas dasar kenyataan pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan Id agar tidak melanggar nilai-nilai Superego.20
Menurut pandangan psikoanalisis, masing-masing bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika, dan mekanisme tersendiri, namun semuanya berinteraksibegitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen
19 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009).
20 Yudrik Jahya, Psokologi perkembangan ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).
19
terpenting sepanjang hidup. Id mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi, Id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur kepribadian manusia.21 Untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut sebagai berikut:
1) Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari Id ini kemudian akan muncul Ego dan Superego. Id merupakan sistem kepribadian yang orisinal, di mana ketika manusia ini dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari nilai energi psikis dan tempat timbulnya insting.
Menurut definisi yang ada maka dapat kita pahami bahwa id itu adalah perasaan naluriah yang ada sejak manusia lahir yang perasaan itu jika dilakukan atau direalitakan maka prinsip kesenangannya akan tersalurkan. Contohnya saja seperti orang yang merasakan lapar dan haus ia pasti berpikir untuk makan dan minum.
Seperti bayi yang merasakan lapar ia akan menangis jika tuntutan id-nya tidak terpenuhi. 22
2) Ego (Das Ich)
Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini, Ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur, dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalu lintas”
yang mengontrol jalannya Id, Superego, dan dunia luar. Ego merupakan sistem yang menjadi penengah antara Id dan Superego, jadi dengan kata lain Ego adalah
21 Yudrik Jahya, Psokologi perkembangan.
22 Nur Halisa dan Nur Ika Maulida, „Analisis Id, Ego, dan Superego Novel jiwa karya Oky Madasari Menggunakan Pendekatan Psikologi Sastra‟, Universitas Muhanmmadiyah Makassar.
20
merupakan perancang atau perencana yang mengontrol segala tindakan yang dilakukan manusia.
Ego (aku sadar) yang berfungsi untuk meredakan ketegangan dalam diri dengan cara melakukan aktivitas penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan objektif (realitas). Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan buruk hingga tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin. 23
3) Superego
Dalam psikologi Freudian, Superego atau saya yang lebih (abive-I), mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip realistis dari Ego.24
Superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, dan boleh-tidak. Di sini, Superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.25
Perilaku manusia untuk sebagian besar ditentukan oleh mekanisme masing- masing struktur. Pembentukan kepribadian akibat mekanisme tersebut secara global yaitu: (1) apabila rasa Id-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak prinitif, implusif, dan agresif dan ia akan mengumbar impuls-impuls primitifnya; (2) apabila rasa Egonya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistis, logis, dan
23 Husin, „Jurnal Ilmiah Al-Qalam : Id, Ego da Superego dalam pendidikan Islam‟ vol 11, No.
23 (2017).
24 Husin, „Jurnal Ilmiah Al-Qalam : Id, Ego da Superego dalam pendidikan Islam‟.
25 Yudrik Jahya, Psokologi perkembangan.
21
rasional; dan (3) apabila rasa Superegonya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengerjar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irasional.26
d. Aspek-aspek kepribadian
Para ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang kelihatan (overt) maupun yang tidak kelihatan (covert).
Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
1) Aspek kognitif (pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan tingkah laku.
2) Aspek Afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
3) Aspek motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya. 27
Walaupun para ahli telah menganalisis aspek-aspek tingkah laku manusia, kita harus tetap berpegang pada pengertian manusia yang berkehendak, berperasaan, berpikir, dan berbuat. Demikian pula dalam pembahasan tentang kepribadian.
Walaupun dianalisis satu per satu tentang aspek-aspek kepribadian, kita harus tetap berpegang pada kebulatan dan keutuhan kepribadian sebagai suatu organisasi jiwa raga yang dinamis. Analisis aspek kepribadian hanyalah untuk memperdalam pemahaman dan pengertian kita.
26 Yudrik Jahya, Psokologi perkembangan.
27 Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi perkembangan.
22
2. Kedisiplinan Peserta Didik a. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb).28 Disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi ketentuan, tata tertib, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Disiplin mengandung asas taat, yaitu kemampuan untuk bersikap dan bertindak secara konsisten berdasar pada suatu nilai tertentu.
Disiplin adalah sesuatu yang terletak di dalam hati dan di dalam jiwa seseorang, yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku. Dalam pendidikan umumnya yang dimaksud dengan disiplin ialah keadaan tenang atau keteraturan sikap atau kateraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan.29
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Naml /27 :89-90
بَهۡنِّي ٞسۡيَخ ۥُهَهَف ِتَنَسَحۡنٱِب َءٓبَج ٍَي ٌَىُنِياَء ٍرِئَي ۡىَي ٖعَزَف ٍِّي ىُه َو
ۡىُهُهىُج ُو ۡتَّبُكَف ِتَئِّيَّسنٱِب َءٓبَج ٍَي َو ٩٨
ٌَىُهًَۡعَت ۡىُتنُك بَي َّلَِّإ ٌَ ۡو َز ۡجُت ۡمَه ِزبَّننٱ يِف ٨ٓ
Terjemahannya:
Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tentram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.
28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa (jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Umum).
29 Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini:
Konsep & Aplikasinya dalam PAUD (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013).
23
Dan barangsiapa membawa kejahatan, maka disungkurkanlah wajah/muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.30
Maka sudah sepantasnya bagi peserta didik harus mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku. Bagi peserta didik yang melanggar tata tertib tersebut akan mendapatkan hukuman atau sanksi sesuai dengan besar kecilnya pelanggaran, sedangkan bagi peserta didik yang mentaati kewajiban, maka akan mendapatkan ganjaran.
Lebih lanjut Subari menegaskan bahwa disiplin adalah penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu.
Sedangkan menurut Jawes Draver “Disiplin” dapat diartikan kontrol terhadap kelakuan, baik oleh suatu keluasan luar ataupun oleh individu sendiri.31
Disiplin mencakup totalitas kepatuhan meliputi niat, akal pikiran, kata-kata dan perbuatan di dalam diri setiap insan harus dilaksanakan dengan penuh rasa keikhlasan, kesadaran untuk meningkatkan diri menjadi pribadi yang baik.
b. Indikator Kedisiplinan Peserta Didik
Peserta didik dapat belajar dengan baik jika ia bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal menepati jadwal pelajaran, disiplin dalam mengatasi godaan yang akan menunda waktu belajar, disiplin terhadap diri sendiri, dan disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat. Peserta didik yang disiplin dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mengarahkan energi untuk belajar secara kontinu.
2) Melakukan belajar dengan kesungguhan dan tidak membiarkan waktu luang
30 Kememterian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya.
31 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟, Fakultas Tarbiyah UIN Maliki malang.
24
3) Patuh terhadap rambu-rambu yang diberikan guru dalam belajar.
4) Patuh dan taat terhadap taa tertib belajar di sekolah.
5) Menunjukkan sikap antusias dalam belajar.
6) Mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan gairah dan partisipatif.
7) Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik.
8) Tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh guru32
Sikap kedisiplinan penting dan harus dimiliki oleh setiap peserta didik.
Disiplin membantu peserta didik dalam proses pembentukan sikap, prilaku dan akan mengantar peserta didik sukses dalam belajar dan ketika bekerja nanti. Fungsi kedisiplinan antara lain, yaitu: menata kehidupan bersama, disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai dengan cara mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Sehingga tidak merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik. Membangun kepribadian pertumbuhan, kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dari aspek-aspek disiplin menurut Arikunto dalam jurnal Aulia yang telah diuraikan, maka dapat diambil lima indikator kedisiplinan siswa sebagai berikut:
1) Mengerjakan tugas sekolah di rumah
Mengerjakan tugas sekolah dirumah maksudnya adalah jika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru maka siswa selalu mengerjakannya dirumah secara individu maupun kelompok dan bertanya kepada bapak atau ibunya.
2) Mempersiapkan keperluan sekolah di rumah
32 Rosma elly, „Junrnal Pesona Dasar: hubungan kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri 10 Banda Aceh‟, Universitas Syiah Kuala 3, no. 4, (2016).
25
Mempersiapkan keperluan sekolah dirumah maksudya adalah setiap sore atau malam hari siswa selalu mempersiapkan perlengkapan belajar misalnya buku tulis, buku paket, dan alat tulis yang akan dibawa ke sekolah.
3) Sikap siswa di kelas
Sikap siswa dikelas maksudnya adalah pada saat guru menerangkan materi pelajaran maka siswa memperhatikannya dan tidak membuat kegaduhan di kelas serta jika ada tugas dari guru maka siswa akan langsung mengerjakannya.
4) Kehadiran siswa
Kehadiran siswa maksudnya adalah siswa tidak terlambat pada saat pembelajaran akan dimulai maka siswa akan datang ke kelas lebih awal dan siswa tidak membolos pada saat pembelajaran dimulai.
5) Melaksanakan tata tertib di sekolah
Mengerjakan tata tertib disekolah maksudnya semua aturan yang tetulis baik mengenai seragam maupun sikap disekolah harus ditaati dan patuhi.33
Menurut Moenir dalam jurnal Agustina, Masrifani, dan Ruslinda menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator kedisiplinan, sebagai berikut:
1) Disiplin waktu 2) Disiplin Perbuatan34
Menurut Atheva orang yang disiplin memiliki ciri-ciri sebagai beriut:
1) Selalu menaati peraturan atau tata tertib yang ada.
2) Selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterimanya dengan tepat waktu.
33 Imam Alimaun, „Skripsi Pengaruh Kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar se-daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo‟, Universitas Negeri Semarang (2015).
34 Imam Alimaun, „Skripsi Pengaruh Kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar se-daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo‟.
26
3) Kehidupannya tertib dan teratur.
4) Tidak mengulur-ulur waku dan menunda pekerjaan.35
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik
Kedisiplinan seseorang tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kedisiplinan dalam diri seseorang yaitu:
1) Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, adapaun faktor intern tersebut adalah:
a) Faktor Pembawaan
Menurut aliran nativisme bahwa nasib seseorang itu sebagian besar berpusat pada pembawaannya, sedangkan pengaruh lingkungan hidupnya sedikit saja. Baik buruknya perkembangan seseorang sepenuhnya bergantung pada pembawaannya.
Pendapat ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan orang berdisiplin adalah pembawaan yang merupakan warisan atau keturunan.36
b) Faktor Kesadaran
Kesadaran adalah hati yang terbuka atas pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Disiplin akan lebih mudah ditegakkan bila timbul dari kesadaran setiap insan untuk selalu berbuat sesuai dengan aturan tanpa paksaan dari luar. Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan jika seseorang memiliki
35 Rosma elly, „Junrnal Pesona Dasar: hubungan kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri 10 Banda Aceh‟.
36 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟.
27
kesadaran atau pikirannya telah terbuka untuk melaksanakan disiplin maka dia pun akan melaksanakannya.37
c) Faktor Minat dan Motivasi
Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari berbagai perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Minat muncul dari dalam diri sendiri seseorang tersebut, biasanya minat bisa muncul karena keadaan sekitar orang tersebut berada. Semakin baik lingkungannya maka minat yang timbul akan semakin baik. Sedangkan motivasi adalah suatu dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi diberikan dari satu orang pada orang lain, motivasi akan sangat berpengaruh besar apabila motivasi tersebut datang dari orang yang dianggap spesial atau khusus menurut seseorang yang mendapatkan motivasi. Dalam berdisiplin, minat dan motivasi sangat berpengaruh dalam meningkatkan keinginan yang ada dalam diri seseorang.38
Apabila minat dan motivasi seseorang dalam berdisiplin sangat kuat maka dengan sendirinya ia akan berperilaku disiplin tanpa menunggu dorongan dari luar.
Ketika seseorang mendapatkan motivasi dan dorongan psikis tentu dia akan memiliki semangat dan kekuatan yang lebih, sebaliknya apabila keyakinan seseorang minim, maka dia tidak akan mempunyai kekuatan yang lebih. Pikiran dan perhatian
37 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟.
38 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟.
28
seseorang tersebut akan lebih banyak mengarah pada hal yang negatif saja, sehingga akan menjadi tidak bersemangat dalam menjalankan tugas.
d) Faktor Pengaruh Pola Pikir
Pola pikir dalam diri seseorang yang telah ada terlebih dulu sebelum tertuang dalam perbuatan sangat berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak atau keinginan. Jika seseorang mulai berpikir akan pentingnya disiplin maka ia akan melakukannya.39
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang timbul dari luar diri seseorang yang bersangkutan, faktor ekstern tersebut adalah:
a) Contoh atau Teladan
Contoh atau teladan adalah perbuatan dan tindakan sehari-hari dari seseorang yang berpengaruh.40 Dalam al-Quran juga telah digambarkan tentang suri tauladan yang patut kita ikuti sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Ahzab /33 :21
ََّللَّٱ َسَكَذ َو َس ِخٓ ۡلۡٱ َو ۡىَيۡنٱ َو َ َّللَّٱ ْاىُج ۡسَي ٌَبَك ًٍَِّن ٞتَنَسَح ٌة َى ۡسُأ ِ َّللَّٱ ِلىُس َز يِف ۡىُكَن ٌَبَك ۡدَق َّن ا ٗسيِثَك
ٕٔ
Terjemahannya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”41
39 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟.
40 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟.
41 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya.
29
Berdasarkan firman Allah di atas jelas bahwa Rasulullah merupakan cermin yang paling jelas bagi manusia yang mengharapkan pertolongan dan ridlo dari Allah selama hidup di dunia dan di akhirat kelak. Selain Rasulullah, terdapat juga cerminan yang patut kita cermati terutama bagi kehidupan seorang anak yaitu orang tua.
Sehingga tidak salah jika Rasulullah menggambarkan bahwa anak terlahir dalam kondisi fitrah atau suci, maka orang tuanyalah yang menjadi lingkungan pertamanya yang akan membentuknya beragama atau berakhlak Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Lingkungan sekolah peserta didik lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang patut ditiru) daripada apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta piñata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin peserta didik.
b) Nasehat
Memberikan nasehat yang baik akan menjadikan seseorang untuk berbuat yang lebih teratur dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian seseorang akan melatih dirinya untuk berdisiplin sesuai dengan nasehat yang sudah diterimanya.
c) Latihan
Latihan melakukan sesuatu dengan penuh disiplin yang baik dapat dilakukan sejak kecil dan terus-menerus akan menjadikannya terbiasa melaksanakannya, jadi dalam hal disiplin yang ada pada seseorang selain berasal dari pembawaan bisa dikembangkan melalui latihan secara terus-terusan42.
42 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟.
30
d) Lingkungan
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pendidikan adalah lingkungan, demikian juga dalam disiplin. Lingkungan organisasi misalanya dalam kesehariannya anggota organisasi terbiasa melakukan kegiatan yang tertib dan teratur karena lingkungan yang mendukung serta memaksanya untuk berdisiplin.43
e) Pengaruh Kelompok
Pembawaan dari latihan sangat berpengaruh dalam kedisiplinan, perubahan dari lahir yang ditunjang latihan bisa dikembangkan jika terpengaruh oleh suatu kelompok yang berdisiplin. Pembawaan yang baik ditunjang dengan latihan yang baik, serta bisa menjadi buruk apabila terpengaruh oleh suatu kelompok yang tidak baik demikian juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kelompok lebih kuat dibanding yang lain, karena tidak dapat disangkal bahwa manusia sebagai makhluk sosial dan bersosialisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari.44
Disiplin menjadi kunci terwujudnya tujuan pendidikan. Dengan disiplin yang baik berarti peserta didik sadar dan bersedia mematuhi semua tata tertib dengan baik.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan gambar pola hubungan antara variabel-variabel yang akan digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah yang akan diteliti.
43 Fatah Yasin, „Jurnal el-Hikmah: Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter peserta didik di Madrasah‟.
44 Jejak Pendidikan, Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, (Jakarta: Blog jejak pendidikan, 2017), http://www.jejakpendidikan.com/2017/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.
html?m=1 (20 November 2019).
31
“kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan teoretis peraturan antar variabel yang akan diteliti”.45
Agar lebih mudah dipahami peneliti, menggambarkan dalam bentuk bagian sebagai berikut:
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pernyataan penelitian.46 Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas arah pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing
45 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D (Cet. XX; Bandung: Alpabet, 2012).
46 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian kuantitatif: Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005).
Kepribadian Guru Akidah Akhlak
Kedisiplinan Peserta Didik Indikator Kepribadian
1. Mantap dan stabil 2. Dewasa
3. Arif dan Bijaksana 4. Berwibawa
5. Berakhlak mulia dan menjadi teladan
1. Disiplin Waktu 2. Disiplin Menegakkan
Aturan tata tertib 3. Disiplin Sikap 4. Disiplin Ibadah
32
peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.47
Adapun rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini yakni, Kepribadian guru Akidah Akhlak di MTs DDI Sokang Kab. Pinrang dan korelasi kepribadian guru Akidah Akhlak terhadap kedisiplinan peserta didik MTs DDI Sokang Kab. Pinrang.
1. Kepribadian guru Akidah Akhlak di MTs DDI Sokang Kab. Pinrang yaitu 86.65%
dari kriterium yang ditetapkan.
2. Kedisiplinan peserta didik di MTs DDI Sokang Kab. Pinrang yaitu 82.66% dari kriterium yang ditetapkan.
3 Terdapat korelasi kepribadian guru Akidah Akhlak terhadap kedisiplinan peserta didik MTs DDI Sokang Kab. Pinrang
47 M. Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Pranada Media Grup, 2008).