10 BAB II
STUDI KELAYAKAN AWAL
2.1 Seleksi Proses
Metil akrilat merupakan suatu senyawa organik yang berbentuk cair dan tidak berwarna. Metil akrilat memiliki karakteristik yaitu memiliki bau yang kuat, larut pada pelarut organik dan tidak terlalu larut terhadap air. Senyawa ini memiliki rumus molekul CH2CHCO2CH3 (C4O2H6) dan merupakan senyawa metil ester yang berasal dari asam akrilat. Metil akrilat banyak digunakan sebagai pada industry polimer, cat, tekstil, sebagai acrylate fiber hingga sebagai reagen pada sintesis pada produk farmasi. Metil akrilat dapat diproduksi dengan menggunakan beberapa proses, seperti dibawah ini:
a. Proses Asetilen
Pada proses ini produk yang berupa metil akrilat dibuat dengan mereaksikan alkohol dan asetilen dengan menggunakan katalis nikel karbonil pada suasana asam. Proses ini dilakukan pasa suasana asam dengan menggunakan suhu 220-270oC pada kondisi tekanan 140,61-316,38 atm.
Proses ini memiliki kerugian karena nikel karbonil merupakan senyawa yang beracun dan memiliki sifat yang korosif serta memerlukan kondisi operasi yang tinggi. Reaksi pembentukan metil akrilat dengan menggunakan proses astilen dapat dilihat sebagai berikut:
4C2H2 + 4CH3OH + 2HCl + Ni(CO)4 → 4CH2=CHCOOCH3 + NiCl2 + H2
b. Proses Oksidasi Propilen
Pada proses ini produk yang berupa metil akrilat yang dilakukan pada fase uap (gas) dengan menggunakan katalis cobalt malybdate- tellurium yang dioprasikan pada suhu 250-300oC dengan tekanan operasi mencapai 5 atm. Proses ini, mula-mula dengan proses oksida yang kemudian akan membentuk senyawa akrolein. Pada saat mengoksidasi yang beroperasi pada suhu 330oC dengan umpan masuk yang bertekanan 3 atm
11 pada reaktor fixed bed multitube. Konversi reaksi yang dihasilkan pada proses ini sebesar 92%. Reaksi pembentukan yang terjadi sebagai berikut:
CH2CHCH3CN + O2 → CH2CHCHO + H2O 2 CH2CHCHO + O2 → 2 CH2CHCOOH
CH2CHCOOH + CH3OH → CH2CHCOOCH3 + H2O
(Kirk and Othmer, 1983) Pada suhu operasi umpan reaktor yang digunakan 250-330oC disebabkan katalis yang digunakan akan mengalami coke-up jika suhu operasi yang berlangsung diatas 330oC yang mengakibatkan terjadinya deposit karbon hingga katalis akan mengalami deaktivasi. Namun, jika proses operasi dibawah suhu 250oC maka akan terjadi penurunan kecepatan reaksi secra drastis. Uap panas yang keluar dari reaktor akan diturunkan suhunya dengan menggunakan alat pendingin untuk mengontrol reaksi. Asam akrilat diperoleh dengan melakukan pemisahan menggunakan menara distilasi.
Setelah itu dilakukan proses esterifikasi dengan menambahkan metanol dan katalis berupa asam mineral yang dioperasikan pada suhu 200oC hingga menghasilkan produk utama berupa metil akrilat. Konversi reaksi yang dihasilkan pada proses ini hanya sebesar 58% yang berlangsung dengan 2 tahap.
c. Proses Ketene
Pada proses ini produk yang berupa metil akrilat diperoleh dengan menggunakan bahan baku asam asetat. Asam asetat tersebut akan melewati dipiroisa hingga menjadi ketene. Kemudian ketene direaksikan dengan monomer formaldehida hingga membentuk β-propiolactone lalu dikonversikan menjadi metil akrilat. Namun, kelemahan pada proses ini ialah memiliki tahapan yang banyak dan β-propiolactone memiliki sifat racun yang membuat proses ini tidak aman. Reaksi pembentukan pada proses ini sebagai berikut:
CH3COOH → CH2=C=O → CH2-C=O → H2=CHCOOCH3 +H2O (Ullman, 1995) d. Proses Esterifikasi
12 Pada proses ini produk yang berupa metil akrilat diperoleh dengan mereaksikan asam akrilat dan methanol dengan bantuan katalis asam sulfat.
Proses ini beroperasi pada suhu 50-100oC dalam tekanan atmosfir dengan perbandingan mol antara asam akrilat dengan methanol yaitu 1 : 2 dalam reaktor alir berpengaduk. Proses esterifikasi ini, banyak digunakan karena prosesnya sederhana dan lebih menguntungkan dibandingkan proses yang lainnya. Konversi reaksi yang dihasilkan pada proses ini hingga 98%.
Reaksi pembentukan metil akrilat pada proses esterifikasi ialah sebagai berikut:
CH2CHCOOH + CH3OH → CH2CHCOOH3 + H2O
Berdasarkan dari beberapa penjelasan rangkaian proses pembuatan metil akrilat, maka akan dirancang pabrik metil akrilat dengan menggunakan metode esterifikasi. Hal ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti:
1. Bahan baku yang dapat diperoleh di Indonesia.
2. Prosesnya sederhana dibandingkan proses yang lain.
3. Konversi reaksi sebesar 98%.
4. Hasil samping yang dihasilkan berupa air dan tidak beracun.
5. Prosesnya pengoperasiannya lebih aman karena berjalan pada suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu hanya 50-100oC dengan tekanan 1 atm.
6. Katalis yang digunakan murah dan mudah diperoleh di Indonesia.
2.2 Deskripsi Proses
2.2.1 Tahap Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk proses pembuatan metil akrilat pada proses esterifikasi seperti asam akrilat, metanol dan katalis berupa asam sulfat. Bahan baku asam akrilat diperoleh dari tangki penyimpanan pada suhu 30oC dan tekanan 1 atm.
Bahan baku metanol diperoleh dari tangki penyimpanan pada suhu 30oC dan tekanan 1 atm. Serta katalis berupa asam sulfat dari tangki penyimpanan pada suhu 30oC dan tekanan 1 atm. Kemudian ketiga bahan baku dari tangka penyimpanan akan dipompa HE (Heat exchanger) untuk dinaikkan suhunya hingga mencapai
13 suhu 60oC sebelum menuju reaktor esterifikasi yang beroperasi pada suhu 60oC dan tekanan 1 atm.
2.2.2 Tahap Reaksi
Proses reaksi pembentukan metil akrilat berlangsung pada continuous stirred tank reactor (CSTR) yang beropeasi pada kondisi isothermal pada suhu 60oC dan tekanan 1 atm. Reaksi yang terjadi menggunakan perbandingan mol bahan baku asam akrilat dan metanol sebesar 1 : 2 dengan menggunakan katalis asam sulfat 98%. Reaksi pembantukan metil akrilat bersifat eksotermis sehingga membutuhkan jaket pendingin agar dapat mempertahan kondisi operasinya.
2.2.3 Tahap Pemurnian Produk
Pada tahap ini bertujuan untuk memurnikan metil akrilat hingga mencapai kemurnian 99,5%. Aliran yang keluar dari reaktor esterifikasi kemudian dialirkan menuju separator sentrifugal untuk memisahkan heavy phase dan light phase. Light phase berupa metil akrilat dan sedikit air dengankan heavy phase berupa metanol, air, asam sulfat, asam akrilat dan sedikit metil akrilat. Kemudian heavy phase dialirkan menuju ke menara distilasi pertama untuk memisah hasil bottom product berupa asam sulfat dan asam akrilat untuk dialirkan ke arus recycle. Hasil top product pada menara distilasi pertama akan dialirkan ke menara distilasi kedua untuk memisahkan metanol (top product) dan campuran metil akrilat dan air (bottom product). Hasil top product dari menara distilasi kedua berupa metanol akan dialirkan Kembali ke reaktor untuk di recycle.
Hasil light phase dari separator sentrifugal dan bottom product dari menara distilasi kedua kemudian akan dialirkan ke menara distilasi ketiga untuk memperoleh kemurnian produk hingga 99.5%. Hasil metil akrilat diperoleh di light product pada menara distilasi ketiga kemudian akan diturunkan suhunya hingga mencapai suhu 30oC dengan menggunakan heat exchanger lalu di alirkan ke tangka penyimpanan produk pada suhu 30oC dan tekanan 1 atm. Hasil bottom product pada menara distilasi ketiga kemudian dialirkan menuju unit pengolahan limbah.
14 2.3 Spesifikasi Bahan dan Produk
2.3.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama a. Asam Akrilat (CH2CHCOOH)
Bentuk : cair tidak berwarna (pada suhu 30oC, 1 atm) Berat Molekul : 72,06 g/mol
Kemurnian, % berat : minimal 99%
Densitas : 1,0511 g/ml (20oC) Pengotor, % berat : air, maksimal 1%
Viskositas : 1.19 cp (20oC)
Kelarutan : miscible dalam air dan sedikit larut di acetone
(www.shokubai.co.jp) b. Metanol (CH3OH)
Bentuk : cair
Berat Molekul : 32,04 g/mol Kemurnian, % berat : minimal 99,85%
Densitas : 0,7924 g/cm3
Pengotor, % berat : air, maksimal 0.15%
Viskositas : 0.55 cp (20oC)
Kelarutan : full miscible dalam air
(www.kaltimmethanol.com) 2.3.2 Spesifikasi Bahan Baku Pendukung
Asam Sulfat (H2SO4)
Bentuk : cair
Berat Molekul : 98.08 g/mol Kemurnian, % berat : 98 %
Densitas : 1.84 g/cm3
Pengotor, % berat : air, 2 % Viskositas : 3,9 cp (20oC)
Kelarutan : miscible dalam air
(www.indoacid.com)
15 2.3.3 Spesifikasi Produk Utama
Metil Akrilat (CH2CHCOOCH3)
Bentuk : cair
Berat Molekul : 86.09 g/mol Kemurnian, % berat : minimal 99,5%
Densitas : 0.9561 g/cm3
Pengotor, % berat : air, metanol, maksimal 0.5%
Viskositas : 0,49 cp (20oC)
Kelarutan : miscible dalam alcohol, sedikit larut dalam air
(www.basf.com)
2.3.4 Spesifikasi Produk Samping Air (H2O)
Bentuk : cair tidak berwarna
Berat Molekul : 18 g/mol Kemurnian, % berat : minimal 99,5%
Densitas : 997 g/cm3
Pengotor, % berat : -
Viskositas : 1.002 cp (20oC)
Kelarutan : larut dalam asam asetat, amnonia, metanol, asam sulfat.
(www.labchem.com)