• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

9 1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan dalam penelitian ini banyak kemudian yang memiliki kemiripan denganpenelitian sebelumnya, sehingga dari hasil penelusuran peneliti menemukan beberapa diantaranya :

Penelitian menurut Muhammad Iqbal Nuzulyansyah yang dilakukan pada tahun 2016 yang berjudul Pembunuhan Berencana yang dilakukan oleh anak di bawah umur menurut hukumIslam dan hukum positif.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Andika Putra Ramadhan Taringan telah melakukan tindak pidana pembunuhan secara sengaja menurut hukum pidana Islam dan hukum positif.terdakwa ini melakukan perbuatan ini karena merasa kesal terhadap temannya.

Di dalam hukum pidana Islam sendiri terdapat perbedaan pendapat mengenai kasus pembunuhan sengaja atau berencana oleh anak dibawah umur, ada yang berpendapat bahwa itu bisa dihukum dengan pembunuhan secara sengaja dan hukumannya berupa qis}a>s}dan ada yang berpendapat bahwa hukumannya bukan berupa qis}a>s}tetapi diganti dengan diya>t.1

Perbedaaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu peneliti terdahulu meneliti dan fokus pada pembunuhan berencana (sengaja) sedangkanpeneliti ingin

1Muhammad Iqbal Nusulyansyah, Pembunuhan Berencana Oleh Anak Di Bawah Umur Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif (ANALISIS PUTUSAN Nomor Perkara 7/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kbj). (Skripsi Sarjana; Program Studi Hukum Pidana Islam,Fakultas Syariah Dan Hukum: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta, 2016)

(2)

meneliti mengenai pembunuhan secara kompleks sedangkan persamaan penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pembunuhan yang dilakukan oleh anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Afif fadhli dengan judul penelitian” Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh anak (Studi kasus putusan nomor : 1291/pid.sus.anak/2014/PN.Mks) dari penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut.(1). Jaksa penuntut umum menggunakan 3 (tiga) dakwaan yang disusun secara alternatif yaitu: Kesatu, Primair Pasal 340 KUHP Pasal ke 56 ke-1 KUHP, subsidair Pasal 338 KUHP jo. Pasal 56 ke- 1 KUHP, lebih subsidair Pasal 351 ayat (3) KUHP jo. Pasal 56 ke-2 KUHP. Kedua, Primair Pasal 340 KUHP jo. Pasal ke 56 ke-2 KUHP, subsidair Pasal 338 KUHP, jo.Pasal 56-ke 2 KUHP, lebih subsidair Pasal 351 ayat (3) KUHP jo. Pasal 56 ke-2 KUHP. Ketiga, Primair Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat(1) ke-1 KUHP, subsidair Pasal 338 KUHP Pasal 51 ayat (1) ke-1 KUHP, lebih subsidair Pasal 351 ayat (3) KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Di antara unsur-unsur yang di dakwakan oleh jaksa penuntut umum tersebut, yang terbukti secara sah dan yang meyakinkan adalah Pasal 340 KUHP jo. Pasal 56 ke-1 KUHP. Dimana antara perbuatan dan unsur-unsur Pasal saling menccocoki.(2).Dalam putusan No.129/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Mks pengambilan keputusan yang diambil oleh Majelis Hakim menurut peneliti sudah sesuia dengan aturan hukum yang berlaku seperti yang diharapkan oleh peneliti. Karna alat bukti yang sah, dalam kasus yang ditulis oleh peneliti, alat bukti yang digunakan Hakimadalah keterangan saksi dan keterangan terdakwa beserta alat bukti pembunuhan. Majelis Hakim berdasarkan fakta-fakta di persidangan menilai bahwa terdakwa dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya dengan pertimbangan pada saat melakukan perbuatannya terdakwa

(3)

sadar akan akibat yang ditimbulkan dan tidak mengurungkan niatnya, pelaku dalam melakukan perbuatannya dalam keadaan sehat dan cakap untuk mempertimbangkan unsur melawan hukum, serta tidak adanya alasan penghapusan pidana.2

Perbedaan yang di teliti oleh peneliti terdahulu dengan penelitan saat ini adalah peneliti terdahulu berfokus pada putusan dari Studi kasus Putusan Nomor:

129/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Mks tentang pembunuhan berencana pada ranah hukum positif sedangkan peneliti ingin meneliti mengenai pembunuhan menurut hukum posotif dan pidana Islam, persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pembunuhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Riswandi rahmat rifai dengan judul penelitian Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus putusan nomor: 78/Pid.Sus.B/2014/PN.Mks) dari penelitian ini peneliti mendapatkan hasil penelitian menunjukan bahwa a) penerapan unsur tindak pidana pembunuhan berencana Hukum dalam putusan nomor 78/Pid.Sus.B/2014/PN.Mks menurut peneliti sudah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku seperti yang diharapkan oleh peneliti. Karena berdasarkan keterangan saksi dan terdakwa dalam kasus yang di teliti.Majelis Hakim dalam fakta persidangan menilai bahwa terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan dalam keadaan sudah dan tau akibat dari yang ditimbulkan oleh perbuatannya. Sehingga Majelis Hakim menjatuhkan pidana seumur hidup atas tindak pidana dengan sengaja dan rencana terlebih dahulu untuk merampas nyawa orang lain serta pemerkosaan telah tepat.3

2Afif Fhadly, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana yang di Lakukan oleh anak( Studi kasus Putusan Nomor: 129/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Mks). (Skripsi.

Makassar: Program Studi Ilmu Hukum fakultas Hukum universitas hasanuddin, 2014)

3Riswandi Rahmat.R, Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus putusan nomor: 78/Pid.Sus.B/2014/PN.Mks) (Skripsi. Makassar: Universitas hasanuddin, 2016)

(4)

Perbedaan dengan penelitan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah peneliti sebelumnya meneliti tentang pembunuhan berencana dalam putusan nomor 78/Pid.Sus.B/2014/PN.Mks tentang hukum positif sedangankan peneliti meneliti tentang hukum positif dan pidana Islam sedangankan persamaan sama-sama meneliti tentang pembunuhan.

2.2 Tinjauan Teoretis

2.2.1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana berasal dari istilah hukum pidana belanda yaitu strafbaarfeit yang dari beberapa literatur hukum biasa diterjemahkan sebagai tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, dan perbuatan pidana.

Strafbaar feit terdiri dari 3 kata yaitu “ straf ” artinya pidana,“baar” artinya dapat atau boleh dan “feit” adalah perbuatan dan kata feit sendiri masih memiliki pengertian lain seperti tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.

Menurut Simons, merumuskan strafbaat feit adalah suatu tindakan melanggar hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakanya, yang dinyatakan sebagai dapat dihukum dan Wirjono Prodjikoro, menyatakan bahwa tindak pidana itu adalah suatu perbuatan yang pelakunya yang dapat dikenakan hukum pidana sedangkan J.E. Jonkers, mengatakan peristiwa pidana ialah perbuatan yang melawan hukum

(5)

yangberhubungan dengan kesengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.4

Berbagai pengertian pidana yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa makna dari tindak pidana ialah sesuatu tindakan melawan hukum yang melanggar dan memiliki pertanggung jawaban atas perbuatannya sehingga segala perbuatan yang disalahkan kepadanya akan dijatuhi pidana.

2.2.2 Pembagian Hukum Pidana

Hukum pidana dalam keadaan diam dan dalam keadaan bergerak.Hukum pidana dibedakan menjadi 2 yaitu hukum pidana materil dan hukum pidana formil pembagian hukum pidana terdiri atas :

2.2.2.1 Hukum pidana dalam arti objektif dan subjektif. Hukum pidana objektif adalah hukum pidana yang dilihat dari larangan-larangan berbuat sedangkan hukum pidana subjektif merupakan aturan yang berisi hak atau kewenangannegara untuk mencapai ketertiban umum.

2.2.2.2 Pada berlakunya hukum pidana. Hukum berlakunya dibedakan menjadi 2 yaitu hukum pidana umum dan hukum pidana khusus. Hukum pidana umum berlaku untuk semua warga negara sedangakan hukum pidana khusus dibentuk oleh negara yang hanya dikhususkan bagi subjek hukum

2.2.2.3 Pembedaan menurut sumbernya. Hukum pidana umum bersumber dari KUHP, sedangkan hukum pidana khusus bersumber diluar dari KUHP seperti per Undang-undangan.

4Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian 1 ,Stensel Pidana, Tindak Pidana, Teori- teori Pemidanaan, dan Batas Berlakunya Hukum Pidana (Jakarta:Raja Grafindo Persada) h.67-75.

Buku Hukum Pidana 1 ( Zainal AbidinFarid) kemudian di buku Dasar-Dasar Pidana ( Mahrus ali ).

(6)

2.2.2.4 Menurut wilayah berlakunya hukum pidana. Hukum pidana umum berlaku di wilayah negara bagi subjek hukum yang melanggar, sedangkan hukum pidana lokal dibuat oleh pemerintah daerah yang berlaku juga di daerah bagi subjek hukum.

2.2.2.5 Bentuk/wadahnya dibedakan menjadi 2 yaitu hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.5

2.2.3 Asas-Asas Dalam Hukum Pidana

Hukum pidana memiliki berbagai macam asas. Asas tersebut merupakan penyangga hukum pidana yang disimpulkan dari Pasal-Pasal buku 1 KUHP yang terdiri dari :

2.2.3.1 Asas legalitas. Asas legalitas mengatakan bahwa orang yang melakukan tindak pidana, dapat di pidana apabila orang tersebut dapat dinyatakan bersalah

2.2.3.2 Asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege mengatakan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam per Undang-undangan.

2.2.3.3 Asas teritorial mengatakan bahwa berlakunya Undang-undang pidana suatu negara semata-mata digantungkan pada tempat dimana tindak pidana atau perbuatan pidana dilakukan.

2.2.3.4 Asas perlindungan (nasional pasif ) mengatakan bahwa peraturan hukum di Indonesia berfungsi untuk melindungi kepentingan hukum terhadap gangguan dari setiap orang di luar Indonesia terhadap hukumIndonesia.

5Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, h.10-12.

(7)

2.2.3.5 Asas personal (nasional aktif ) mengatakan bahwa ketentuan hukum pidana berlaku bagi setiap warga Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar Indonesia.

2.2.3.6 Asas universal mengatakan bahwa tidak membeda-bedakan warga negara apapun, yang penting terjaminnya ketertiban dan keselamatan dunia.6

Berbagai uraian diatas mengenai tentang asas-asas hukum pidana dapat di pahami bahwa Indonesia merupakan negara hukum yang tidak pernah membeda- bedakan baik dariIndonesia maupun luar Indonesia bahwa yang melanggar atau melakukan kejahatan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.2.4 HukumPidana Islam (Fiqh Jinayah)

2.2.4.1 Pengertian Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah)

Hukum Pidana Islam atau biasa disebut dengan Jinayah merupakan semua perbuatan yang diharamkan untuk mencegah terjadinya perbuatan melanggar peraturan sesuai ketentuan Allah SwtSwt. tentang tingkah laku manusia yang bersifat mengikat untuk semua yang beragama Islam. Apabila dilakukan akan mendapatkan konsekuensi yang dapatmembahayakan agama, jiwa,akal, kehormatan dan harta benda.Menurut fuqaha Abdul Qadir Audah mengatakan bahwa jinayah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta dan lainnya, sehingga hal-hal yang bersifat larangan dan melanggar ketentuan dari Allah SwtSwt dilarang untuk melakukannya.7 Para fuqaha menyatakan bahwa jinayah dan jari>mahmemiliki pengertian yang sama yaitu sebagai tindak pidana. Jari>mahmerupakan

6Teguh prasetyo, Hukum pidana, h.37-45.

7Ahmad Wardi Muchlish, Pengantar dan AsasHukumPidana Islam( Jakarta : Sinar Grafika, 2006 ), h.37

(8)

hukuman terhadap sesuatu yang berhubungan dengan kejahatan akibat dari melangar hukum syara’.Secara umum jinayah dan jari>mahkalau menurut istilah umum maka sama-sama memiliki arti hukum.

Berbagai uraian diatas mengenai tentang hukum pidana Islam dan jari>mahdapat dipahami bahwa hukum pidana Islam atau jari>mahialah sesuatu keadaan dimana suatu perbuatan dilarang dilakukan selama dapat membahayakan mulai dari agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta, jadi secara tidak langsung hukum pidana Islam sangat menjaga kehidupan manusia tanpa memandang satu sama lain dari segi ras, agama dan lainyauntuk mencapai kemaslahatan dalam menjalani kehidupan.

2.2.4.2 Unsur-unsur Hukum Pidana Islam

Unsur-unsur Hukum pidana Islam dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Secara yuridis normative di satu aspek harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan larangan terhadap perilaku tertentu dan di ancam dengan hukuman.

2. Unsur moral, yaitu kesanggupan seseorang untuk menerima sesuatu yang secara nyata mempunyai nilai yang dapat dipertanggungjawabkan atau biasa disebut mukallaf.8

Berbagai penjelasan diatas dapat diuraikan bahwa dalam unsur hukum pidana Islam ada beberapa perbedaan ditinjau dari cara melakukan perbuatan.

2.2.4.3 Asas-Asas Hukum Pidana Islam

Asas Hukum Pidana Islam terdiri dari :

1. Asas legalitas yang berarti tidak ada tindak pidana dan tidak ada sanksi hukum atas suatu tindakan tanpa ada aturan.

8Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam ( Jakarta : Sinar Grafika ), h 22.

(9)

2. Asas material mengatakan bahwa tindak pidana ialah segala yang dilarang oleh hukum, baik dalam bentuk tindakan yang dilarang maupun tindakan yang di perintahkan, yang diancam hukum.

3. Asas moralitas

Ada beberapa asas moral dalam Hukum pidana Islam.

(1) Adamul uzri yang menyatakan bahwa seorang tidak diterima pernyataanya ketika mengatakan bahwa ia tidak tahu hukum.

(2) Raful qalam mengatakan bahwa sanksi atas suatu tindak pidana dapat dihapuskan karena alasan-alasan tertentu, karena pelakunya di bawah umur, orang yang tertidur, dan orang gila.

(3) Al-khath wanisya’n yang secara harfiah berarti kesalahan atau kelupaan. Asas ini mengatakan bahwa seorang tidak dapat dituntut pertanggungjawaban atas tindak pidana jika ia melakukan itu dalam keadaan kesalahan atau kelupaan.

(4) Suquth al’uqu’bah berarti gugurnya Hukuman. Asas ini mengatakan sanksi hukum dapat gugur karna 2 hal yaitu karna melaksakan tugas dan terpaksa 2.2.5 Jari>mah

Jari>mahmenurut Muhammad Abu Zahrah adalah melakukan perbutan yang

dilarang oleh Allah, membangkang perintah Allah, atau dengan kata lain membangkang terhadap perintah Allah Swtyang ditetapkan dalam hukum syara’ yang mulia.9

9M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Amzah),h. 10.

(10)

2.2.5.2 Tujuan jari>mah

Jari>mahdalamHukumIslam memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Pencengahan

Pencegahan adalah cara untuk menahan orang yang berbuat jari>mahagar ia tidak lagi mengulangi perbuatan jari>mahnya, atau agar si palaku jari>mahtidak lagi terus-menerus melakukan perbuatan jari>mah. Pencegahan juga dilakukan untuk memberikan pemahaman untuk orang lain agar tidak melakukan jari>mahsebab dari hukuman yang diberikan kepada pelaku jari>mahagar bisa memberikan pemahaman bahwa jika melakukan perbuatan jari>mahmaka akan dikenakan hukuman yang sesuai dengan perbuatannya.10

Uraian diatas dapat dipahami bahwa pencegahan merupakan hal yang paling fundamentalis dalam melakukan pemberian hukuman karna Masyarakat dapat memahami bahwa melakukan jari>mahakan mendapat konsekuensinya sehingga bisa terciptanya masyarakat yang aman damai dan tentram.

2. Perbaikan Dan Pendidikan

Tujuan kedua dari pemberian hukuman adalah memberikan pendidikan kepada pelaku jari>mahagar ia menjadi orang baik dan menyadari kesalahannya.

Dengan adanya pemberian hukuman ini, diharapkan bisa merubah pola pikir yang ada pada masyarakat sehingga mncul kesadaran untuk menjauhi perbuatan jari>mahbukan karna alasan takut tapi murni karena kesadaran diri dan kebenciannya terhadap

jari>mahserta harapan mendapat ridha AllahSwt.Melihat dari sumber pidana hukuman

dalam islam memiliki landasan yang sangat kokoh yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi

10Drs. H. Ahmad Warsdi Muchlich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana IslamI, h. 137.

(11)

saw dan bukan berdasarkan dugaan-dugaan manusia semata mengenai hal-hal yang dirasa adil. 11

2.2.6 Pembunuhan Menurut HukumIslam 2.2.6.1 Pengertian Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang meninggal.12 Menurut pengertian yang lain disampaikan oleh mustofa hasan bahwa Pembunuhan adalah perampasan atau penghilangan nyawa seseorang oleh orang lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh fungsi vital anggota badan karena berpisahnya roh dengan jasad korban.13

Pembunuhan pertamana kali yang dilakukan dalam kehidupan ini adalah pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil terhadap habil sesuai yang sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah/5:30



Terjemahnya :

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang- orang yang merugi.14

11Topo Santoso, Hukum Pidana Islam (Asy Syaamil Press & Grafika), h. 181.

12Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam ( Jakarta : Sinar Grafika ), h 24.

13Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah ) di Lengkapi

dengan Kajian Hukum Pidana Islam, ( Bandung : CV Pustaka Setia ), h. 273.

14Kementrian Agama RI, Al Qur’an Al-karim dan terjemahanya (Surabaya, Halim publishing dan distributing ), h. 112.

(12)

Dari uaraian diatas dapat dipahami bahwa pembunuhan merupakan perampasan nyawa seseorang yang mengakibatkan meninggal dunia. Namun dalam hukum pidana Islam ada pembunuhan yang diperbolehkan karena alasan hukum, seperti pelaku yang harus dijatuhi Hukuman qis}a>s}, dan pembunuhan yang terjadi dalam peperangan. Jadi pembunuhan yang tidak dibenarkan oleh syara’ adalah yang diharamkan oleh Allah Swtdan Rasulullah Saw. Yang terdapat dalam Q.S Al- Isra/17:33

 



Terjemahannya:

dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah Swt(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.15

kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau penguasa untuk menuntut qisas atau menerima diyat. qisas ialah mengambil pembalasan yang sama.

qisas itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diyat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diyat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan

15Kementrian Agama RI, Al Qur’an Al-karim dan terjemahanya (Surabaya, Halim publishing dan distributing ), h. 285.

(13)

hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diyat, Maka terhadapnya di dunia diambil qisas dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih. diyat ialah pembayaran sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan.

2.2.6.2 Macam-macam pembunuhan

Dalam fikih, tindak pidana pembunuhan disebut dengan al-jinayah ‘ala al- insaniyah (kejahatan terhadap jiwa manusia ), tindak pidana juga ini dimasukkan dalam KUHP yang terdapat pada BAB IX : Kejahatan terhadap Nyawa.

Ulama mazhab Hanafi membagi pembunuhan menjadi 5 macam yaitu 1. Pembunuhan sengaja

2. Semi sengaja

3. Pembunuhan karena tersalah 4. Pembunuhan semi tersalah

5. Pembunuhan tidak secara langsung

Sedangkan berbeda dengan pendapat yang disampaikan mengenai tentang pembunuhan menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali yang hanya membagi pembunuhan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Pembunhan sengaja

2. Pembunuhan semi sengaja 3. Pembunuhan tersalah

Lebih sederhana dijelaskan oleh ulama mazhab maliki yang membagi pembunuhan menjadi 2 yaitu

1. Pembunuhan sengaja

(14)

2. Pembunuhan tersalah.16

Berbagai uraian pemjelasan diatas mengenai tentang pembunuhan yang di kemukakan oleh para mazhab maka dapat dipahami bahwa dalam pembunuhan memiliki beberapa kategori seperti pembunuhan sengaja, tidak sengaja dan semi sengaja.

2.2.7 Anak

Anak merupakan regenerasi yang dipersiapkan untuk memimpin masa depan sehingga perlu adanya pembelajaran khusus terhadapnya, untuk memberikan pemahaman orang-orang yang berada disekitar dan diproyeksikan untuk memberikan peran terhadap Masyarakat dalam menangani setiap ketimpangan terjadi.

Menurut R.A Kusman “anak-anak yaitu manusia muda dalam umur yang muda jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”.Menurut the minimum age convention Nomor 138 (1973 ) pengertian anak adalah seorang yang berusia15 tahun kebawah , sebaliknya dalam konvention on the right of the child (1989) yang telah diratifikasi dalam pemerintahan Indonesia melalui Kepres Nomor 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun kebawah. Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah, sedangkan Uundang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menetapkan batas usia anak 16 tahun.17

16Topo Santoso, Asas-Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 167.

17Juju Samsuddin Saputra, Perlindungan Anak Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan (Yogyakarta : Deepublish, 2014), h. 1.

(15)

Disisi lain anak merupakan amanah dari Allah Swt. Sehingga orang tua diwajibkan untuk mengurus dan mendidik anak agar ia bisa menjadi manusia yang baik. orang tua sangat berpengaruh dalam pembentukan seorang anak untuk mewujudan sesuai yang tertulis dalam Q.S Al-Kahfi/18:46





Terjemahannya:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Dapat dipahami dari uraian ayat tersebut bahwa kelahiran anak merupakan anugrah luar biasa yang di berikan oleh AllahSWT untuk manusia sehingga seharusnya anak mempunyai posisi sentral dalam keluarga dan tidak perlu takut mengenai rezkinya karna Allah Swtsudah memngatur semuanya.

2.2.8 Jenis-Jenis Hukuman Anak

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang perlindungan Anak bahwa dalam menanggapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah laku anak, maka perlu mempertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan khasnya.

Menurut baharuddin lopa pada dasarnya tujuan Hukum ialah menegakkan keadilan sehingga ketertiban ketentraman Masyarakat dapat diwujudkan.18Lebih

18Juju Samsuddin Saputra, Perlindungan Anak Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan (Yogyakarta: Deepublish, 2014),h.50.

(16)

lanjut mengenai sanksi bagi anak yang melakukan tindak pidana terdiri dari pidana pokok dan pidana tambahan yang sesuai dalam Pasal 23 ayat 2 yaitu :

1. Pidana pokok (1) Pidana penjara (2) Pidana kurungan (3) Pidana denda (4) Pidana pengawasan 2. Pidana tambahan

(1) Perampapasan barang-barang tertentu (2) Pembayaran ganti rugi.19

Berbagai penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa khusus untuk anak ketentuan KUHP Pasal 10 mengenai sanksi pidana mati anak yang melakukan tindak pidana tidak dijatuhi hukuman untuk menjamim perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri

2.2.9 Teori Intrepretasi

Gracia menjelaskan bahwa istilah interpretation adalah terjemahan Inggris dari kata latininterpretation yang berasal dari kata interpres yang secara etimologis berarti “menyebarkan keluar”. Istilah latin interpretation paling tidak memiliki tiga makna yaitu :

1. Meaning (arti), sehingga memberi interpretasi itu sama dengan memberi arti sesuatu yang di tafsirkan.

19Nasriana, Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak di Indonesia ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011 ), h. 82.

(17)

2. Traslation, menerjemahkan sebuah teks dari bahasa tertentu dalam kebahasa yang lain

3. Istilah interpretation dipakai untuk menunjukan makna explanation (penjelasan), yang dengan arti ini interpretasi berarti menjelaskan sesuatu yan tersembunyi dan tidak jelas, membuat sesuatu yang teratur menjadi teratur, dan menyediakan informasi tentang sesuatu yng lainnya.

Gracia menyadari bahwa objek penafsiran pada dasarnya tidak hanya teks, melainkan juga fakta, perilaku orang dan bahkan alam.

Interpretasi yang kemudian di maksud peneliti adalah mengenai tentang kecakapan Hukum (ahliyyah) caraetimologia hliyyah berarti kecakapan menangani suatu urusan. Misalnya seseorang dikatakan ahli untuk menduduki suatu jabatan/posisi, berarti ia memiliki kemampuan pribadi untuk itu.

Secaraterminologi,kata Ushul fiqh merupakan gabungan dari dua kata yakni ushul berarti pokok, dasar dan fondasi. Sedangkan fiqh paham yang mendalam.20 Para ahli mendefinisikan ahliyyahdengan: Suatu sifat yang dimiliki seseorang, yang dijadikan ukuran olehSyariuntuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara.

Ahliyyah adalah sifat yang menunjukkan seseorang itu telah mampu sempurna jasmani maupun akalnya, sehingga seluruh tindakannya dapat dinilai oleh syara. Apabila seseorang telah mempunyai sifat ini, maka ia dianggap telah sah melakukan suatu tindakan hukum, seperti transaksi yang bersifat pemindahan hak milik kepadaorang lain, atau transaksiyang bersifat menerimahak dariorang lain.

Sifat kecakapan bertindak hukum itu datang kepada seseorang secara evolusi melalui

20Suyatno, Dasar-Dasar Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, (Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2011). h.23.

(18)

tahapantertentu,sesuaidenganperkembanganjasmanidanakalnya.Olehkarenaitu para ulama ushul fiqh, membagi ahliyyah tersebut sesuai dengan tahapan perkembangan jasmanidan akalnya.

Dalam pembahasan tentang mahkum‘alaih telah disebutkan bahwa salah satu syarat seorang mukallaf untuk ditaklif adalah bahwa ia ahli atau cakap bagi apa yang ditaklifkan kepadanya. Kecakapan seperti ini disebut juga dengan ahliyyahtaklif.

Fase-fase yang dilalui manusia dari sejak lahir sampai usia dewasa terdiri dari tiga fase yakni sebagai berikut:

1. Fase Tidak AdanyaKemampuan Berpikir

Sesuaidengan kesepakatan fukaha, fase inidimulaisejak seseorang dilahirkan sampai mencapai umur 7 tahun. Sebenarnya ketamyizan seoranganak itu tidak dapat dipastikandengan tercapainya umur ini, sebab seorang anak adakalanya sudah mencapai umur 7 tahun, mengingat kondisi jasmani dan iklim daerah tempat anak itu berada. Maka dari itu selama seorang anak belum mencapai tujuh tahun belum disebut mumayyiz, meskipun ada sebagian anak yang telah mencapai tamyiz sebelum umurnya tujuh tahun. Karenanya, apabila anak kecil melakukan tindak pidana apapun sebelum ia berusia tujuh tahun,dia tidak dihukum, baik pidana maupun hukuman ta’dibiy (hukumanuntukmendidik).Anak keciltidak dijatuhihukuman h{udu{>d, qis{a>s{,

dan ta’zi>rapabiladia melakukantindakpidanah{udu{>ddantindakpidanaqis{a>s{ (misalnya

membunuh atau melukai)

2. FaseKemampuan Berpikir yangLemah

Fase ini dimulai sejak seseorang anak berumur 7 tahun sampai berumur 15 tahun. Anak dalam masa ini disebut anak mumayyiz. Anak mumayyiz tidak dapat dimintai pertanggung jawaban pidana. Pada keadaan ini seorang anak tidak dapat

(19)

dimintai pertanggungjawabannya dari tindak pidananya secara jināyah, jadi dalam kasus pencurian mereka tidak dikenai hukum had,dan tidakdi qis{a>s{

Apabila membunuh ataupun melukai. Akan tetapi dapat dimintai pertanggungjawabannya secara tindakan kedisiplinan dan dianggap sebagai pelanggaran kedisiplinan atau aturan. Sehingga tidak bisa dikenai hukuman ta’zi>r kecuali yang bersifat tindakan untuk melatih kedisiplinan seperti teguran atau pemukulan.

3. FaseKemampuan Berpikir Penuh (sempurna)

Ketika telah sempurna pengetahuannya atau akalnya. Ini dimulai dari umur lima belas tahun dalam pendapat sebagian para Ulama, fiqh, dan delapan belas tahun menurut pendapat Imam Hanifah juga Imam Malik. Keadaan ini seseorang sudah dapat dikenai pertanggungjawaban secara jināyah dari tindak pidananya apa saja. Ia dikenai had jika mencuri atau zina, diqis{a>s{ jika membunuh atau melukai, dan di ta’zi>r dengan semua ta’zi>r.

2.3 Tinjauan Konseptual

Agar tidak terjadinya kekeliruan dalam menjabarkan mengenai skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Pembunuhan(Studi Putusan Nomor 10/Pid.Sus.

Anak/2018/Pn.Pinrang)’’maka peneliti ingin menjelasakan beberapa batasan dalam pembahasan selanjutnya agar tujuan yang ingin disampaikan bisa terwujud,maka beberapa istilah yang harus diberikan penjelasan.

2.3.1 Hukum Pidana Islam

Hukum Pidana Islamatau biasa disebut dengan jinayah merupakan semua perbuatan yang diharamkan untuk mencegah terjadinya perbuatan melanggar

(20)

peraturan sesuai ketentuan Allah SwtSwt. tentang tingkah laku manusia yang bersifat mengikat untuk semua yang beragaama Islam. Apabila dilakukan akan mendapatkan konsekuensi yang dapat membahayakan agama, jiwa,akal, kehormatan dan harta benda.

Jinayah adalah tindakan atau perbuatan seseorang yang mengancam fisik dan tubuh manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian terhadap harga diri dan harta kekayaan manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu dianggap haram untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai sanks hukum baik didunia maupun di akhirat.21

2.3.2 Kejahatan

Kejahatanmerupakan tindakan memperkosa suatu kepentingan hukum seperti pembunuhan, pencurian atau lain sebagainya atau juga dapat membahayakan suatu kepentingan hukum dalam pengertian yang konkkret seperti yang terdapat dalam Pasal 489 tentang kenakalan terhadap orang atau barang dan Pasal 497 tentang membahayakan kepentingan umum akan bahaya kebakaran. Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat di pahami dari berbagai sisi yang berbeda.

Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.22

2.3.3 Pemidanaan

Pemidanaan merupakan pemberian hukuman kepada pelaku kejahatan atau biasa disebut dengan perbuatan pidana. Perbuatan pidana merupakan kelakuan yang

21Muhammad Arifin, Fiqh Jinayat, (Group Penerbit CV BUDI UTAMA, 2017), h.53.

22Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Krimonologi, (PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2011), h. 1

(21)

oleh aturan-aturan dan norma dilarang dan diancam pidana dengan catatatan bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang,

2.3.4 Anak

Anak Menurut R.A Kusman “anak-anak yaitu manusia muda dalam umur yang muda jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk melakukan hal-hal tertentu.

2.3.5 Pembunuhan

Pembunuhanmerupakan suatu proses perampasan, atau menghilangkan nyawa orang lain sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Pembunuhan dicantumkandalam KUHP pidana Pasal 338-340 yang menjelaskan tentang pembunuhan atau kejahatan terhadap jiwa orang.Kejahatan ini dinamakan “makar mati” atau pembunuhan.

(22)

2.4 Bagan Kerangka Pikir

Kerangka merupakan gambaran tentang pola antara konsep dan variabel berkesinambungan dan merupakan gambaran yang utuh terhadap fokus penelitian seperti berikut .

Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir

Hukuman bagi anak pelaku kejahatan pembunuhan

Teori Jari>mah Teori Interpretasi

Analisis Hukum Pidana Islam

Hasil Penelitian Putusan Nomor 10/Pid.Sus/2018/Pn.Pinrang

Referensi

Dokumen terkait

Taktik yang digunakan influenser sekaligus aktris Maudy Ayunda yaitu ia menggunkan sosial medianya sebagai alat untuk memengaruhi pengikut sosial medianya untuk tidak meninggalkan