• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III "

Copied!
158
0
0

Teks penuh

Judul Skripsi: PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 KOTA OLIFANT LAMPUNG PADA TENGAH PELAJARAN 2015/2016. Skripsi yang berjudul: Penggunaan Metode Pemecahan Masalah untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 4 Kota Gajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016 ini disusun oleh: KHOIRUDIN YUSUF, Program Studi NPM: Keguruan Madrasah Ibtidaiyah PGMI), diujikan dalam sidang munaqosyah Jurusan Tarbiyah pada hari/tanggal : Selasa, 10 Maret 2016. Untuk mengatasi hal tersebut, Metode Pemecahan Masalah dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah permasalahan belajar siswa karena dapat merangsang siswa untuk aktif dan memudahkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan metode pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika dapat mengurangi kesulitan dan meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 4 Kota Gajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran. metode pemecahan masalah dapat mengatasi permasalahan dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 4 Kota Gajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016.” Matematika.

Latar Belakang Masalah

Hasil observasi lain yang dilakukan peneliti pada kesempatan selanjutnya di kelas V menunjukkan bahwa siswa cukup aktif dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru, meskipun beberapa siswa terlihat sibuk selama pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23 siswa yang mengikuti ulangan harian, hanya 4 siswa yang mencapai KKM, sedangkan 19 siswa lainnya tidak mencapai KKM. 8 seperti pada tabel di atas, dari 23 siswa hanya 10 siswa yang mencapai kriteria sempurna, yang menunjukkan maksimal 75% siswa yang mendapat nilai sempurna.

Berdasarkan data di atas diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran telah dilakukan oleh guru dengan maksimal, namun siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mendapatkan kriteria ketuntasan. Berdasarkan data di atas dapat diamati bahwa masih banyak siswa yang mengalami kendala belajar, karena guru masih menggunakan metode lama yaitu metode yang masih menitikberatkan pada guru sebagai pusatnya. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pihak sekolah telah melakukan kegiatan remedial bagi siswa yang belum tuntas, namun belum ada upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika.

Identifikasi Masalah

Batasan Masalah

Rumusan Masalah

12 Metode Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran Matematika Dapat Mengatasi Ketidakmampuan Belajar Siswa Kelas V SDN 4 Kota Gajah Lampung Tengah.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan

Manfaat

Penelitian yang Relevan

Metode Problem Solving

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah metode pembelajaran yang mencoba membahas masalah guna menemukan solusi atau jawaban. Sama halnya dengan metode pengajaran, metode pemecahan masalah sangat baik untuk menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa. Siswa harus memiliki keterampilan memecahkan masalah. Siswa akan memiliki keterampilan ini jika guru mengajarkan bagaimana matematika efektif untuk siswa mereka.

Ketika memecahkan masalah, siswa diharapkan mampu memahami proses pemecahan masalah tersebut dan dilatih untuk memilih dan mengidentifikasi istilah dan konsep yang relevan, mencari, merumuskan rencana solusi dan keterampilan mengorganisasi yang dimiliki sebelumnya. C. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah.. langkah-langkah sistematis untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut.18. 35 kegiatan matematika seperti menemukan generalisasi dan menyajikan konsep dengan strategi pemecahan masalah. Memasukkan pemecahan masalah ke dalam pembelajaran matematika berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi cara berpikir, kebiasaan ketekunan, rasa ingin tahu yang tinggi, dan kepercayaan diri dalam situasi yang tidak biasa yang akan membantu siswa jauh melampaui kelas matematika. Dengan menghadapi masalah, siswa berusaha mencari solusi, melalui proses pemecahan masalah mereka belajar penemuan. e.

Hipotesis Tindakan

Saat anak-anak mulai mengembangkan pemikiran formal mereka pada tahap ini, mereka juga mulai memahami logika dan penalaran serta mampu menggunakan abstraksi.

METODOLOGI PENELITIAN

Devinisi Operasional Variabel

  • Variabel Terikat
  • Variabel Bebas

Pemecahan masalah kesulitan matematika merupakan pelajaran yang dapat membantu siswa mengurangi kesulitan belajar yang mereka hadapi sebelumnya. Dengan kata lain penerapan strategi ini diharapkan dapat membantu siswa mengurangi kesulitan dan mendukung kreativitas siswa dalam menemukan ide-ide baru, serta memodifikasi metode yang ada agar lebih memudahkan siswa memahami mata pelajaran yang dipelajari. sulit. 47 Dengan menggunakan metode pemecahan masalah diharapkan dapat membantu siswa lebih analitis dalam mengambil keputusan dalam kehidupan3.

Dengan kata lain, jika seorang siswa dilatih memecahkan masalah, maka siswa tersebut akan mampu mengambil keputusan.

Setting Penelitian

SubjekPenelitian

Prosedur Tindakan

  • Perencanaan Tindakan
  • Pelaksanaan Tindakan
  • Kegiatan Inti
  • Kegiatan Penutup
  • Pengamatan (Observasi) Tindakan
  • Refleksi
  • Tes Diagnostik
  • Observasi

54 Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi selama kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh peneliti. Pada tindakan siklus II, kegiatan yang dilakukan adalah memperbaiki kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Tes hasil belajar adalah tes yang mengukur kinerja seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang sengaja dilakukan berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai.

Pada penelitian ini digunakan tes diagnostik untuk mengetahui letak kelemahan siswa dalam matematika pada materi pecahan. C6, penilaian.7 Berdasarkan buku pegangan siswa kelas V SD N 4 Kotagajah, tingkatan soalnya adalah C1, C2 dan C3. Oleh karena itu, penyusunan soal dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga aspek yaitu: C1, C2 dan C3. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, dimana pelaksanaannya lebih bebas.

Teknik ini digunakan untuk mendukung analisis tes untuk mengungkap kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar matematika, faktor-faktor yang dihadapi siswa, serta solusi yang dilakukan siswa dan guru untuk mengatasi kesulitan belajar matematika khususnya pecahan. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap subjek penelitian. 10 Pendapat lain mengatakan bahwa observasi adalah “pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki, dimana orang yang akan mengamati (observer) secara langsung mengamati peristiwa atau fakta. di lapangan.”11. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi untuk memperoleh data sarana dan prasarana sekolah, data aktivitas matematika siswa, dll.

Metode ini digunakan sebagai metode pendukung untuk mendapatkan data tentang kurikulum, standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam silabus, materi yang akan diajarkan kepada siswa dan RPP. Untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar siswa pada pembelajaran matematika pecahan digunakan tes diagnostik berupa soal uraian. Jika dikelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom, maka sebaran aspek kognitif pada butir tes adalah sebagai berikut.

Panduan wawancara untuk siswa dikembangkan untuk mendukung tes diagnostik untuk kesulitan belajar matematika pada pecahan.

Tabel 3.1  Kategori Kesulitan
Tabel 3.1 Kategori Kesulitan

Teknik Analisis Data

  • Teknik Analisis Data Kuantitatif
  • Teknik Analisis Data Kualitatif
  • Hasil Survey
  • Mengidentifikasi Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
  • Deskripsi Hasil Penelitian
  • Perencanaan
  • Kegiatan Awal
  • Observasi/Pengamatan a) Kesulitan belajar siklus I
  • Pertemuan I
  • Pertemuan II
  • Pertemuan III
  • Observasi/Pengamatan
  • Refleksi Siklus II

Pembelajaran pada siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, presetting pada siklus I dan siklus II diberikan sebelum tindakan dilaksanakan. Soal yang digunakan untuk mendiagnosis masalah belajar siswa adalah soal pretest dan posttest siklus I dan siklus II. Berdasarkan data kesulitan belajar siswa di atas dapat diketahui bahwa kesulitan belajar pada siklus I mengalami penurunan yang signifikan.

Walaupun masih ada dua indikator yang masih sulit dipahami siswa, namun permasalahan kedua indikator tersebut akan dibahas pada II. b) Hasil pengamatan atau observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I Aktivitas siswa pada siklus pertama diamati pada saat siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah yang disesuaikan dengan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Masalah belajar siswa pada siklus I berkurang secara signifikan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode problem solving. Perencanaan langkah-langkah yang akan dilaksanakan di II. siklus, didasarkan pada pelaksanaan siklus I. yang dilakukan.

Hasil pada siklus I dapat dikatakan memuaskan, namun masih terdapat kesalahan siswa pada soal-soal berbentuk cerita, sehingga perlu diulang pada siklus II. Pada siklus I, materi menambah pecahan, pada siklus II. siklusnya sebaliknya, yaitu mengurangi pecahan. Pada Siklus I, posttest diberikan pada pertemuan ketiga, dan pada Siklus II, setelah akhir pertemuan ketiga.

Data di atas merupakan data kesulitan belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode Problem Solving pada siklus II. Pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan memuaskan, hal ini terlihat dari berkurangnya kesulitan siswa pada setiap indikator. Aktivitas siswa pada pertemuan pertama mencapai 3,57, pada pertemuan kedua mencapai rata-rata 3,50 dan pada pertemuan ketiga mencapai 4,00, sehingga seluruh siswa siklus II mencapai rata-rata 3,70.

Pada siklus pertama keberanian untuk maju sangat rendah, namun pada siklus kedua keberanian semakin bangkit. Jadi pada siklus II nilai keaktifan siswa pada pertemuan pertama mencapai 2,47, pada pertemuan kedua mencapai 2,51 dan pada pertemuan ketiga mencapai 2,86. Berikut hasil belajar siswa pada Siklus II sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah.

Gambar 4.2  Denah SDN 4 Kotagajah
Gambar 4.2 Denah SDN 4 Kotagajah

Pembahasan

  • Analisis Kesulitan Siswa
  • Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II
  • Analisis Keberhasilan Perindikator
  • Analisis Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Setelah menggunakan metode problem solving dengan 3 kali pertemuan tatap muka, setiap sesi tatap muka berlangsung selama 3 x 35 menit, diadakan post test untuk mengetahui apakah pelajaran yang disampaikan dipahami oleh siswa atau belum. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode pemecahan masalah pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Dari gambar grafik di atas terlihat aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari hasil rata-rata per siklus.

Berdasarkan tabel di atas, pretes Siklus I dan Siklus II rata-rata kelas tidak ada yang tuntas untuk setiap indikator. Penggunaan metode pemecahan masalah dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pemahaman siswa dalam memahami pelajaran khususnya pelajaran matematika. Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar I. dan II.

Setelah pembelajaran pada siklus II tercapai hasil yang memuaskan, semua nilai siswa diatas KKM dan 75% siswa menguasai indikator. Hasil observasi aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi menunjukkan peningkatan rata-rata aktivitas belajar guru pada siklus I sebesar 2,68 dan pada siklus II sebesar 2,76 dengan persentase 89,58% pada siklus I meningkat menjadi 95% pada siklus II. Penggunaan metode pemecahan masalah secara berkelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 1 sebesar 2,77 dan peningkatan sebesar 0,52 pada siklus II sebesar 3,29, dengan nilai rata-rata kedua siklus 303.

Dengan data tersebut dapat diartikan bahwa metode problem solving dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Penggunaan metode pemecahan masalah berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang menunjukkan peningkatan persentase kesempurnaan belajar siswa. Dalam II. Pada siklus II nilai rata-rata siswa setelah diberikan soal postes adalah 91,22, sedangkan pada siklus sebelumnya adalah 32,65.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Tabel persentase jenis kesulitan pretest siklus I
Tabel persentase jenis kesulitan pretest siklus I

Kesimpulan

Diharapkan dengan menggunakan metode pemecahan masalah dapat dijadikan sebagai alternatif baru yang memberikan sumbangan pemikiran dan informasi khususnya bagi guru matematika dalam mengatasi kesulitan belajar siswa bernalar. Siswa harus dapat bekerja sama, memotivasi dan membantu temannya dalam memecahkan masalah.

Gambar

Tabel 3.1  Kategori Kesulitan
Gambar 4.2  Denah SDN 4 Kotagajah
Tabel 4.5  Persentase kesulitan
Tabel di atas menjelaskan bahwa hasil belajar siswa mengalami  peningkatan  cukup  tinggi  dari  nilai  preetest  ke  nilai  postest
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika siswa kelas

Pengaruh Model Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gugus VI Kecamatan Banjarangkan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana pada mata pelajaran IPA untuk melihat kreativitas siswa kelas V

Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I pertemuan I dalam menerapkan Penerapan Problem Solving pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10

H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Ujung-Ujung 02 antara menggunakan model Problem

Penelitian dilakukan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving. Model Creative Problem Solving merupakan penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa

dilaksanakan oleh guru mata pelajaran matematika untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar matematika di SMP Negeri 1

Dalam penelitian ini mengangkat judul Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving terhadap prestasi belajar siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V di