34
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Perusahaan
Dikutip dari (Kawan Lama, 2014) kawan Lama berdiri pada tahun 1955 ketika almarhum Mr. Wong Jin mendirikan toko perkakas sederhana berukuran 2x3 meter di Kawasan Glodok, Jakarta. Terus berkembang mulai periode 1970 an, bisnis keluarga ini menerapkan pendekatan yang lebih personal kepada para pelanggannya. Tidak hanya menunggu pelanggan datang tetapi langsung mendatangi mereka. Kawan Lama terus membangun hubungan langsung dengan para principal di berbagai negara.
Tahun 1980, generasi kedua keluarga Wong Jin memformalkan usahanya dengan nama PT Kawan Lama Sejahtera. Tahun 1982-1990 merupakan era ekspansi besar-besaran dengan mengembangkan jaringan distribusi ke berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa anak perusahaan berdiri dengan spesialisasi memasok dan melayani kebutuhan-kebutuhan pasar yang sifatnya khusus. Toko pun pindah ke pusat pertokoan empat lantai di Glodok Jaya yang nyaman, dengan konsep one stop shopping.
Tahun 1995-1996 semakin banyaknya produk yang dipasarkan agar lebih fokus melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggan, maka peruashaan meluncurkan kebijakan membangun Grup Kawan Lama. Kawan Lama mendirikan sejumlah anak perusahaan antara lain PT Ace Hardware Indonesia, PT Informa
Furnishings (dahulu Index Furnishings), Indokompresigma, Global Tools Indonesia, Kawan Lama Multiweldindo, Millerweldindo, Toys Kingdom, Chatime, dan Kawan Lama Internusa. Periode ini Kawan Lama meraih Sertifikat ISO 9002.
Tahun 1996, kantor pusat pindah ke gedung baru berlantai sembilan di kawasan Meruya Kembangan, Jakarta Barat. Perpindahan ke kantor dengan total luas sekitar showroom 2.000 m2 ini bukannya tanpa alasan. Kemajuan bisnis Kawan Lama membutuhkan fasilitas kantor yang dapat menjadi tempat bagus untuk melayani pelanggan atau mitra bisnis dengan baik dan memuaskan. Letak yang sangat strategis bagi pengembangan bisnis tidak lepas dari pertimbangan utama dalam memilih tempat di kawasan Puri Kembangan ini.
Memasuki 1997-1998, ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik, Kawan Lama justru berhasil menciptakan brand sendiri, Krisbow, yakni produk perkakas teknik, industri, permesinan, kebutuhan rumah tangga, dan hobi.
Produk Krisbow memiliki keunggulan tersendiri, harganya terjangkau dengan kualitas yang tetap terjaga. Kelahiran merek Krisbow dipicu idealisme melahirkan produk alternatif sebagai solusi saat krisis moneter tersebut. Nama Krisbow sendiri berasal dari nama salah satu pemilik, Krisnadi Wibowo.
Menyadari pasar yang lebih kompetitif dan tantangan era global, pada tahun 2004 kawan lama menetapkan visi baru: perusahaan kelas dunia (world class company). Dinamika ini diikuti oleh peningkatan kualitas layanan kepada pelanggan. Hal ini dipenuhi dengan pembaruan ISO 9002 menjadi ISO 9001:2000, lalu pembaruan dari 9001:2000 menjadi 9001:2008.
Tahun 2011 dengan berkembangnya teknologi informasi dan bisnis online di Indonesia. PT Kawan Lama Sejahtera meluncurkan bisnis unit barunya
yaitu Kawan Lama Online. Situs ini bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan pasar yang luas di Indonesia dengan mengusung kemudahan transaksi, kelengkapan produk dan layanan yang prima menjadikan situs ini berkembang cepat.
Chatime pertama kalinya masuk ke Indonesia pada Februari 2011 dengan mengambil lokasi di Alam Sutera. Konsep dari Chatime adalah “Good tea good time” dimana minuman ini sesuai dengan cita rasa yang digemari mulai dari anakanak, remaja, hingga dewasa. Chatime telah berkembang dengan cepat menjadi 100 outlet pada bulan November 2014 di kota- kota besar di Indonesia termasuk Jabodetabek, Cikarang, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Medan, Pontianak, Jambi, Palembang, Makasar, dan Manado.
Pada akhir tahun 2011, Chatime telah memiliki 9 gerai. Jumlah tersebut naik tiga kali lipat sampai September 2012, yakni 28 gerai yang tersebar di 11 kota. Tidak hanya tersedia di gerai bentuk fisik, bubble tea Chatime pun tersedia di armada AirAsia untuk rute penerbangan Jakarta-Bali sejak awal September 2012.
A. Profil Perusahaan
Chatime didirikan di Taiwan pada Tahun 2003, perusahaan teh yang bertujuan untuk menjadi yang paling dicintai dan dihormati di dunia. Untuk mencapai tujuan perusahaan Chatime berkomitmen untuk melayani konsumen, pelanggan, dengan teh berkualitas tinggi secara konsisten dan layanan pelanggan yang luar biasa di toko modern. Perusahaan ini menggunakan mesin teh dan kopi yang berkualitas tinggi (dengan teknologi canggih) untuk membuat secara konsisten teh segar (Chatime, 2016).
Chatime merupakan franchise internasional dengan lebih 1000 outlet di seluruh dunia termasuk Amaerika Serikat, Australia, Hongkong, Cina, Filipina,
Macau, Korea dan sekarang di Indonesia. Setiap harinya Chatime melayani 400.000 pelanggan (Chatime, 2016).
Chatime menjual minuman yang umumnya berbahan dasar teh. Teh tersebut dikombinasikan dengan beragam topping seperti mutiara yang terbuat dari tapioka, pudding, jeli, dan lain-lain. Di Indonesia, Chatime dioperasikan oleh grup Kawan Lama Sejahtera dengan nama PT Food Beverage Indonesia sekaligus menjadi sister company dari gerai Ace Hardware dan Toys Kingdom. Chatime memiliki sedikitnya 1002 cabang di 26 Negara. Pada tahun 2006, Chatime membuka gerai pertama di luar Taiwan, tepatnya di California, Amerika Serikat.
Chatime menjaga cita rasa aslinya dan menkombinasikan 30 persen produk baru dikeluarkan per tahunnya. Tidak hanya menjaga kelezatannya tapi juga kreativitasnya yang selalu menjadikan pelanggan dijamin selalu segar. Chatime telah menjadi salah satu perusahaan bubble tea Internasional terbesar pada saat ini dan juga sebagai perusahaan yang terdaftar dipasaran Taiwan. Sampai september 2010, Chatime memiliki lebih dari 480 toko seluruh dunia di Taiwan, Malaysia, Cina, Los Angeles, Vietnam, Philipina, Hongkong, Indonesia, Australia, Korea, dan Jepang.
Kawan Lama Group merupakan pemain baru dalam bisnis bubble tea.
cukup banyak brand dan jenis yang nyaris sama menggeluti usaha ini. Bahkan, tidak jarang bubble tea dijajakan bersamaan dengan aneka minuman lainnya didalam satu gerai. Namun, yang ditawarkan Chatime kepada konsumen adalah hal revolusioner ketimbang jenis bubble tea yang telah lebih dulu hadir. Sedikitnya 115 gerai Chatime di Indonesia telah beroperasi.
B. Visi Misi Perusahaan dan Logo Perusahaan
Adapun visi dan misi dari Chatime adalah sebagai berikut:
1. Visi dan Misi a. Visi
Menjadi pemimpin retail minuman bubble tea nomer satu di Indonesia.
b. Misi
Menyediakan pilihan produk berkualitas dan lengkap disertai pelayanan profesional untuk segmen pasar kelas menengah atas, dengan harga yang wajar dan kompetitif
2. Logo Perusahaan
Gambar III.1 Logo Perusahaan Sumber: www.karirkawanlama.com
3.1.2. Struktur Organisasi dan Fungsi A. Struktur Organisasi Chatime
Struktur organisasi di Chatime meliputi bagian-bagian sebagai berikut.
Gambar III.2.
Struktur Organisasi Chatime Sumber: Data diolah penulis, 2018
Berdasarkan gambar III.2. yang berupa struktur organisasi Chatime menjelaskan jika Owner membawahkan General Manager. Owner juga membawahkan secara langsung Operasional Manager. Dan terakhir Operasional Manager membawahkan Area manager, Store manager, Assistant Store Manager dan Staff.
OWNER General Manager
Oprasional Manager Sales
Operasional Manager Product
Operasional Manager People
Area Manager
Store Manager Assistant Store
Manager Staff
B. Fungsi Organisasi Chatime
Berdasakan gambar III.2. Berikut fungsi organisasi Chatime dari setiap jabatan meliputi:
1. Owner
Tugas dan tanggung jawab pemilik/Owner adalah memberi arahan serta informasi penting berkaitan dengan keseluruhan perusahaan. Selain itu juga pemilik /biasa kita sebut direktur ini bertugas mengambil keputusan penting untuk kemajuan perusahaan.
2. General Manager
Tugas dan tanggung jawab general manager adalah:
a. memimpin, mengelola, dan mengoordinasikan semua hal yang berkaitan dengan jalannya roda perusahaan,
b. Memimpin perusahaan dan menjadi motivator bagi karyawannya, c. Mengelola perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan, d. Mengelola perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan,
e. Merencanakan, mengelola, dan mengawasi proses penganggaran di perusahaan,
f. Merencanakan dan mengontrol kebijakan perusahaan agar dapat berjalan degan maksimal,
g. Memastikan setiap departemen melakukan strategi perusahaan dengan efektif dan optimal,
h. Mengelola anggaran keuangan perusahaan,
i. Memutuskan dan membuat kebijakan untuk kemajuan perusaahan, j. Membuat prosedur dan standar perusahaan,
k. Membuat keputusan penting dalam hal investasi, integrasi, aliansi dan divestasi,
l. Merencanakan dan mengeksekusi rencana startegis perusahaan jangka menengah dan jangka panjang untuk kemajuan perusahaan,
m. Menghadiri pertemuan, seminar, konferensi maupun pelatihan.
3. Operasional Manager
Tugas dan tanggung jawab operasioanal manager adalah:
a. Mengelola operasional harian perusahaan,
b. Mengelola dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan c. Memangkas habis biaya-biaya operasi yang sama sekali tidak
menguntungkan perusahaan,
d. Mengawasi pergerakan produksi barang atau penyediaan jasa,
e. Mengawasi persediaan, distribusi barang dan tata letak fasilitas operasional, f. Membuat pengembangan operasi dalam jangka pendek dan jangka panjang, g. Meningkatkan sistem operasional, proses dan kebijakan dalam mendukung
visi dan misi perusahaan,
h. Melakukan pertemuan rutin dengan direktur eksekutif secara berkala, i. Mengatur anggaran dan mengelola biaya.
4. Area Manager
Tugas dan tanggung jawab area manager adalah:
a. Mengelola operasional harian perusahaan,
b. Mempertahankan staf dengan merekrut, memilih, mengorientasi, dan melakukan pelatihan karyawan, menjaga lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan tertib,
c. Menyelesaikan dan mengevaluasi kinerja staf dengan berkomunikasi, perencanaan, monitoring, dan menilai hasil pekerjaan,
d. Melakukan coaching, conseling, dan mendisiplinkan karyawan, mengembangkan, mengoordinasikan sistem, kebijakan, prosedur, dan standar produktivitas,
e. Menetapkan tujuan strategis dengan mengumpulkan bidang bisnis yang bersangkutan, keuangan, layanan, dan informasi,
f. Mengidentifikasi dan mengevaluasi tren, memilih tindakan, mendefinisikan tujuan dan mengevaluasi hasil,
g. Menyelesaikan tujuan keuangan dengan perencanaan kebutuhan, mempersiapkan anggaran tahunan, pengeluaran, menganalisis varians, dan memulai tindakan korektif,
h. Mempertahankan kualitas layanan dengan menegakkan standar kualitas dan layanan pelanggan, menganalisis dan menyelesaikan kualitas dan layanan masalah pelanggan, merekomendasikan perbaikan sistem,
i. Mempertahankan pengetahuan profesional dan teknis dengan menghadiri workshop pelatihan, meninjau publikasi profesional, membangun jaringan pribadi, benchmarking, berpartisipasi dalam sosial bermasyarakat secara profesional,
j. Mengambil keputusan, membuat rencana, menyusun organisasi, pengarahan organisasi, pengendalian, penilaian dan pelaporan.
5. Store Manager
Tugas dan tanggung jawab store manager adalah:
a. Membuat schedule kegiatan atau jadwal kegiatan pekerjaan
b. Bertanggung jawab dalam melaksanakan koordinasi dalam membina kerja sama team,
c. Merencanakan strategi penjualan dalam pencapaian suatu target penjualan, d. Bertanggung jawab dalam pencapaian suatu target penjualan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan aturan,
e. Bertanggung jawab terhadap pemberi pekerjaan yang berkaitan terhadap kegiatan tim pelaksana pekerjaan,
f. Melakukan pengecekan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan,
g. Melaksanakan presentasi dengan area manajer dan operasional manajer.
6. Asisten Store Leader
Tugas dan tanggung jawab asisten store leader adalah:
a. Memantau progress pekerjaan yang dilakukan staff,
b. Bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi langsung dan tidak langsung kepada semua staff yang berada di bawah tanggung jawabnya, antara lain memberikan pelatihan kepada karyawan agar dapat mencapai tingkat batas minimum kemampuan yang diperlukan bagi teamnya dan dapat menerapkan sikap disiplin kepada karyawan sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan,
c. Mengoordinasikan seluruh aktivitas team dalam mengelola seluruh kegiatan operasional,
d. Membimbing dan mengarahkan anggota team dalam mempersiapkan semua laporan yang diperlukan.
7. Staff
Tugas dan tanggung jawab asisten staff adalah:
a. Staff produksi bertugas memproduksi teh, topping seperti Pearl (bubble), Pudding, Grass Jelly dan topping lainnya
b. Staff Barista melayani pembuatan racikan minuman Chatime sesuai pesanan customer
c. Staff kasir melayani transaksi pembelian hingga penginputan jumlah transaksi harian.
3.1.3. Aktivitas/Kegiatan Perusahaan
Operasional Chatime BTC dimulai jam 08.00 sampai dengan jam 22.00, tetapi jam operasional penjualan dapat dilakukan dari jam 10.00, karena sebelum jam tersebut staff yang bertugas di bagian produksi melakukan produksi dari bahan raw material hingga siap saji, seperti produksi teh dan berbagai topping lainnya.
Staff yang bertugas sebagai barista, di pagi hari melakukan persiapan equipment yang digunakan untuk operasional store, seperti melakukan sanitasi peralatan dan perlengkapan barang. Staff kasir di pagi hari melakukan perhitungan ulang jumlah transaksi hari kemarin, penginputan jumlah transaksi hingga melaporkan hasil penjualan melalui email kepada accounting.
Di outlet Chatime BTC terdiri dari tujuh karyawan, satu leader, satu asisten leader, dua kasir, dan tiga staff. Proses transaksi dilakukan dari awal customer memesan minuman di kasir lalu dibuatkan oleh staff dan terahir mengambil minuman di bagian pick up. Chatime juga menyediakan pesanan dengan takaran gula dan es sesuai dengan permintaan pesanan konsumen. Di Chatime BTC terdapat area Dine In di dalam mall dan di luar mall.
3.2. Metode Penelitian
Sugiyono (2014) mendefinisikan metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Kemudian, berpendapat bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau angket sebagai sumber data utama. Dalam penelitian survei, responden diminta untuk memberikan jawaban singkat yang sudah tertulis di dalam kuesioner atau angket untuk kemudian jawaban dari seluruh responden tersebut diolah menggunakan teknik analisis kuantitatif tertentu.
3.2.1. Desain Penelitian
Menurut sugiyono (2014) Dalam melakukan penelitian, perlu adanya desain penelitian. Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis saja.
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian. Proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut.
1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyususn instrumen penelitian 7. Kesimpulan
3.2.2. Operasionalisasi Variabel
Sugiyono (2016) mendefinisikan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Operasionalisasi varibel tentunya diperlukan untuk menemukan jenis indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait di dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian. Variabel yang digunakan adalah variabel independent dan variabel dependent.
A. Variabel Independent
Menurut Sugiyono (2016) variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predicator, antecedent, independen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah segmentasi pasar dan marketing event.
B. Variabel Dependent
Menurut Sugiyono (2016) variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependennya adalah volume penjualan.
Varibel-variabel yang akan diukur beserta dimensi dan indikator harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum menyusun kuesioner. Adapun dimensi dan indikator yang mengacu pada teori yang telah dikemukakan dalam Bab II. Lebih jelasnya, variabel dan skala pengukurannya akan dibahas dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel III.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala No
Segmentasi (X1)
Segmentasi Pasar (Segmentation) adalah Proses membagi pasar menjadi kelompok- kelompok pembeli khas yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri.
(Gunawan Adi Chandra & Serli Wijaya, 2006)
a. Segmentasi Geografi, yaitu pengelompokan dilakukan berdasarkan faktor geografinya, seperti berdasarkan daerah asal atau tempat konsumen.
b. Demografi Segmentasi, yaitu
pengelompokan dilakukan berdasarkan variabel usia, jenis kelamin dan pekerjaan konsumen.
c. Psychographic Segmentation, yaitu pengelompokan didasarkan pada karakteristik setiap konsumen, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, interest, minat dan sikap.(Gunawan Adi Chandra &
Serli Wijaya, 2006)
Ordinal 1
2
3
Marketing Event (X2)
Pemasaran Event (Marketing Event) adalah suatu bentuk promosi yang dilakukan dan didesain untuk menarik perhatian sehingga mampu menciptakan suatu kesan dan
pengalaman tersendiri bagi konsumen. (Sukoco, 2014)
a. Kesesuaian acara dengan harapan
b. Kesesuaian waktu dan tempat pelaksanaan event
c. Informasi yang ditawarkan d. Kesan pengunjung e. Nilai manfaat f. Antusias pengunjung
g. Frekuensi dukungan perusahaan dalam mensponsori kegiatan event
h. Keterlibatan komunikasi langsung dengan event dan peserta
i. Pengetahuan peserta terhadap merek sponsor (Katili, n.d.)
Ordinal 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lanjutan Tabel III.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala No
Volume Penjualan
(Y)
Volume Penjualan adalah jumlah unit penjualan nyata perusahaan dalam satu periode tertentu.
Jadi volume penjualan dapat dikatakan sebagai hasil kegiatan penjualan yang diukur dengan satuan.
(Karim, Sepang, &
Lumanauw, 2014)
a. Menjajakan produk dengan sedemikian
rupa sehingga konsumen melihatnya
Ordinal 1 b. Menempatkan dan pengaturan yang teratur
sehingga produk tersebut akan menarik perhatian konsumen
2
c. Mengadakan analisa pasar 3
d. Menentukan calon pembeli atau konsumen
yang potensial 4
e. Mengadakan pameran 5
f. Mengadakan discount atau potongan harga 6
Sumber: Data diolah penulis, 2018
Operasional variabel X1, X2, dan Y ini diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.
Sugiyono (2014) mengungkapkan “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”.
Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian maka peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai 5 berikut ini:
Tabel III.2.
Skala Penilaian Instrumen Pernyataan
No Skala Likert Keterangan Skor
1 SS Sangat Setuju 5
2 ST Setuju 4
3 CS Cukup Setuju (Netral) 3
4 TS Tidak Setuju 2
5 STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2016)
3.2.3. Sumber Data
Sugiyono (2016) menjelaskan bahwa Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Berbagai sumber yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini.
(Malau, 2017) menjelaskan bahwa metode pengumpulan data di bagi menjadi dua, diantaranya:
A. Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:
1. wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada percakapan intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang telah ditetapkan.
2. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari responden konsumen di Chatime BTC bulan Juni-Juli 2018.
B. Data Sekunder
Data sekunder berasal dari berbagai sumber. Kuantitas data sekunder yang tersedia di sedikit atau tidak ada tantangan biaya penelitian untuk memilih data hanya relevan untuk studi masalah atau isu yang terdiri dari dua jenis yaitu data
internal dan data eksternal. Data internal meliputi catatan penjualan, ulasan kinerja produk, laporan kegiatan tenaga penjualan, dan laporan biaya pemasaran. Data eksternal berasal dari berbagai sumber, termasuk catatan pemerintah sindikasi jasa penelitian, dan publikasi industri. Database terkomputerisasi menyediakan akses ke data dalam jumlah besar baik dari dalam maupun luar organisasi lain yang tersedia untuk para peneliti pemasaran.
3.2.4. Populasi dan Sampel A. Populasi
(Sugiyono, 2016) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen Chatime BTC pada bulan Juni 2018 sebanyak 9000 konsumen.
B. Sampel
Sugiyono (2016:120) menjelaskan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Metode pengambilan sampelnya menggunakan metode Slovin
𝑛 =
𝑁1+𝑁𝑒2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = Jumlah Populasi = 9000 Konsumen
e = kesalahan dalam pengambilan sampel, misal 10 % maka perhitungannya sebagai berikut.
𝑛 = 9000
1+9000 (0,1)2
= 9000
1+9000 (0,01)
= 9000
1+90 = 98,99
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh sampel sebanyak 98,99 dan dibulatkan menjadi 100 responden. Jadi sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 100 atau responden (n=100).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental sampling (sampling kebetulan). Sedangkan accidental sampling dilakukan apabila pemilihan anggota sampel dilakukan terhadap orang yang ditemui sedang berkunjung membeli Chatime BTC.
3.2.5. Teknik Pengumpulan Data
Sebuah penelitian tentu diperlukan adanya teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan kuesioner.
A. Wawancara
Sugiyono (2017:138) memaparkan “teknik wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon”.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang dilakukan secara tidak terstruktur.
Sugiyono (2016:191) menjelaskan “wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data”.
Pedoman wawancara hanya berupa garis besar permasalahan yang diteliti.
B. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiono (2017:145) observasi adalah “suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses psikologis”.
Dalam penelitian ini teknik observasi yang digunakan yaitu observasi serta (participant observation). Sugiono (2017:138) menjelaskan bahwa “observasi dengan teknik observasi berperan serta yaitu, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian, sehingga observasi dilakukan dengan cara mengamati dan berperan sebagai konsumen”.
C. Studi Kepustakaan
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan.
Studi kepustakaan dilakukan melalui pencarian literature yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, seperti buku, jurnal penelitian terdahulu, artikel dan juga berbagai dokumen yang berkaitan dengan teori-teori mengenai segmentasi pasar, marketing event dan volume penjualan.
D. Kuesioner
Sugiyono (2016:193) menjelaskan “kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Kuesinoer merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan oleh responden. Dalam penelitian ini kuesioner berupa pernyataan-pernyataan untuk mewakili variabel dan diberikan kepada konsumen Chatime BTC.
3.2.6. Rancangan Analisis Data dan Hipotesis A. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Sugiyono (2014) mengemukakan pengertian validitas adalah derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Data yang valid akan didapatkan dari instrumen yang valid.
Untuk menguji validitas instrumen, peneliti menggunakan korelasi bivariate pearson (produk momen pearson) dengan bantuan program IBM SPSS 20. Untuk menguji validitas dan reabilitas instrumen, penulis menggunakan analisis dengan SPSS. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menguji apakah kuesioner yang dibuat tersebut valid atau tidak, dengan menggunakan taraf signifikan yaitu:
a. Jika r hitung > r tabel, maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid b. Jika r hitung < r tabel, maka item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid 2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Sugiyono (2014) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur sama. Uji
reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakan alat ukur yang dirancang dalam bentuk kuesioner dapat diandalkan, suatu alat ukut dapat diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulang kali akan memberikan hasil yang relatif sama (tidak berbeda jauh).
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha.
Koefisien cronbach alpha yang > 0.60 menunjukkan kehandalan (reliabilitas) instrumen (bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama) dan jika koefisien cronbach alpha yang
< 0.60 menunjukkan kurang handalnya instrumen (bila variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda). Selain itu, cronbach alpha yang semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya.
B. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif, Sugiyono (2016) menerangkan “analisis deskriptif adalah pengujian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum”. Dalam penelitian ini analisis deskriptif adalah penyajian data dari responden melalui tabel dan grafik yang diperoleh dari perhitungan persentase (%).
Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan microsoft excel dan program SPSS (Statistical Product And Service Solution). Kemudian hasil data yang telah dikonversi tersebut selanjutnya diolah menggunakan analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier ganda.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kuantitatif yaitu analisis data yang berbentuk angka-angka.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014), sedangkan analisis verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Analisis deskriptif dilakukan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk ke dalam kategori; sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Analisis deskriptif dilakukan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk ke dalam kategori; sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Menurut Narimawati, (2017) agar lebih mudah dalam menginterprestasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap skor tanggapan responden melalui persentase jumlah skor tanggapan responden dan melakukan perbandingan anatar skor aktual dengan skor ideal.
Skor Aktual
Presentase Skor Aktual = X 100%
Skor Ideal
Keterangan :
a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atau kuesioner yang telah diajukan.
b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.
Prinsip pengklasifikasian persentase skor jawaban responden dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel IV.3.
Kriteria Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual No Persentase Skor Kategori Skor
1 20,00 – 36,00 Sangat Rendah / Tidak Baik 2 36,01 – 52,00 Rendah / Kurang Baik
3 52,00 – 68,00 Cukup / Cukup Baik
4 68,01 – 84,00 Tinggi / Baik
5 84,01 – 100 Sangat baik / Sangat Baik Sumber : Narimawati (2017)
Adapun kategori yang digunakan untuk kategori interpretasi hasil penelitian variabel penelitiannya adalah sebagai berikut Sugiono (2014:135)
STB TB CB B SB
Sumber : sugiono (2014)
Gambar III.3.
Garis Kontinum Penelitian 2. Analisis Verifikatif
Analisis verikatif merupakan analisis untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini analisis statistika verifikatif bermaksud untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan analisis strategi pemasaran melalui segmentasi pasar dan marketing event dalam meningkatkan volume penjualan Chatime BTC.
C. Rancangan Uji Hipotesis 1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik, baik normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Penjelasam dari masing- masing uji asumsi klasik adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Sunjoyo (2013) menjelaskan bahwa uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal apa tidak. Dalan penelitian ini uji normalitas akan dilakukan dengan menggunakan one sample kolmogrov-smirnov test dengan menggunakan taraf signifikasi 0.05. data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikasi lebih besar dari 5% atau 0.05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Ghozali (2012) menjelaskan bahwa variabel ortoginal adalah variabel independen sama dengan nol, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari:
1) Nilai Tolerance
2) Varlance Inflation Factor (VIF)
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/ Tolerance). Ghozali (2012) juga menjelaskan nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah apabila nilai tolerance < 0.10 maka tidak terjadi kolinieritas dalam variabel regresi tersebut.
c. Uji Auto Korelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mencari tahu apakah kesalahan (errors) suatu data pada periode tertentu berkorelasi dengan periode lainnya (Sufren, 2013:108). Model regresi yang baik adalah tidak mengalami autokorelasi. Cara untuk mengetahui apakah suatu model regresi mengalami autokorelasi atau tidak dengan mengecek nilai Durbin-Watson (DW). Syarat untuk tidak terjadi autokorelasi adalah 1 < DW < 3 Sufren (2013:109).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan kepengamatan yang lain, Ghozali (2012) menerangkan jika varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas“. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di- studentized.
2. Uji Regresi Berganda
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda, regresi berganda berguna untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara dua buah variabel bebas (X1) dan (X2) atay lebih dengan sebuah variabel terikat (Y).
Persamaan regresinya menurut Sugiyono (2014) sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Variabel terikat
a = Bilangan Berkonstanta b = Koefisien arah garis X1 = Variabel bebas 1 X2 = Variabel bebas 2 a. Koefisien Korelasi (R)
Menurut Sugiyono dalam Akila (2017) analisis koefisien korelasi digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan hasil hubungan antara variabel.Menurut
Y’= a + b1X1 + b2X2
Sugiyono (2014:184) terdapat standar untuk dapat menginterpretasikan besar kecilnya koefisien korelasi antar kedua variabel adalah sebagai berikut:
Tabel III.4.
Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Korelasi
Tingkat Hubungan 0,00 – 0, 199 Sangat Rendah 0,20 – 0, 399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2014)
Pada tabel III.3 yang merupakan tabel interpretasi koefisien korelasi menjelaskan bahwa jika nilai interval koefisien korelasi 0,00-0,199 menunjukan tingkat hubungan sangat rendah. Jika nilai interval koefisien korelasi 0,20-0,399 menunjukkan tingkat hubungan rendah. Jika nilai interval koefisien korelasi 0,40-0,599 menunjukkan tingkat hubungan sedang. jika nilai interval koefisien korelasi 0,60-0,799 menunjukkan tingkat hubungan kuat. Dan jika nilai interval koefisien korelasi 0,80-1,00 menunjukkan tingkat hubungan sangat kuat.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Ghozali (2012) menjelaskan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen amat terbatas. Nilai yang mendekati
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
c. Uji Statistik T (Parsial)
Menurut Ghozali (2012) untuk mengetahui atau menguji apakah ada pengaruh antara masing-masng variabel bebas secara individual terhadap variabel dependen. Apabla signifikasi < 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan secara parsal antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
d. Uji Statistik F (Simultan)
Ghozali (2012) menjelaskan pengujian signifikasi persamaan dilakukan dengan menggunakan uji F yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara simultan mempengaruh variabel terkat. Apabila nilai F hitung > F
tabel 5% dapat diterima pada kepercayaan 95%, maka Ho ditolak dan Ha diterima.