BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praktikum
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh data yang dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pengovenan Tahu Waktu
(menit)
Berat Cawan + Tahu (kg)
Berat tahu (kg)
0 0,03331 0,00639
10 0,03320 0,00628
20 0,03271 0,00579
30 0,03188 0,00496
40 0,03090 0,00398
50 0,03036 0,00344
60 0,02981 0,00289
70 0,02946 0,00254
80 0,02920 0,00228
90 0,02898 0,00206
100 0,02885 0,00193
110 0,02868 0,00176
120 0,02858 0,00166
130 0,02853 0,00161
140 0,02853 0,00161
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 9
Waktu
(menit) Berat Tahu
(kg) x ∆x N
(kg air/m2 jam)
0 0,07762 0,74804 -0,00928 0,02142
10 0,07486 0,73875 -0,00607 0,03075
20 0,07316 0,73268 -0,00957 0,04102
30 0,07063 0,72310 -0,00349 0,02659
40 0,06975 0,71961 -0,00696 0,02438
50 0,06806 0,71265 -0,00780 0,02297
60 0,06626 0,70484 -0,00665 0,02242
70 0,0648 0,69819 -0,00803 0,02208
80 0,06312 0,69016 -0,00862 0,02208
90 0,06141 0,68153 -0,00873 0,02169
100 0,05977 0,67279 -0,00940 0,02015
110 0,0581 0,66339 -0,00996 0,01989
120 0,05643 0,65343 -0,00972 0,01852
130 0,05489 0,64370 -0,01778 0,01800
140 0,05228 0,62592 -0,00412 0,01605
150 0,05171 0,62179 -0,01153 0,01533
160 0,05018 0,61026 -0,01333 0,00951
170 0,04852 0,59693 -0,01057 0,00805
180 0,04728 0,58636 0 0
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 7
Waktu (menit)
Berat Tahu
(kg) x ∆x N
(kg air/m2 jam)
0 0,07424 0,748044 -0,02623 0,057864
10 0,06724 0,721814 -0,00862 0,063781
20 0,06522 0,713198 -0,00823 0,023799
30 0,0634 0,704965 -0,00857 0,022704
40 0,06161 0,696393 -0,01029 0,019007
50 0,05959 0,686101 -0,01079 0,01891
60 0,05761 0,675313 0 0
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan pada Variasi Temperatur Skala 8 dan Laju Udara Skala 9
Waktu (menit)
Berat Tahu
(kg) x ∆x N
(kg air/m2 jam)
0 0,08407 0,748044 -0,04273 0,106742
10 0,07188 0,705315 -0,00692 0,125973
20 0,07023 0,698392 -0,00726 0,093569
30 0,06858 0,691135 -0,01305 0,032599
40 0,0658 0,678086 -0,01108 0,029381
50 0,06361 0,667003 -0,01176 0,027687
60 0,06144 0,655242 0 0
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Teoritis pada Teoritis pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 9
Waktu (menit
)
Tf
(K)
v1
(m/s)
v2
(m/s)
q (W)
m x 10-8 (kg/s)
NC
(kg air/m2 jam)
0 304,
4 1,32 0,07989 0,0921
8 3,60483 0,002551
10 304,
4 1,12 0,69143 0,2322
4 9,08186 0,006426
20 305,
4 1 0,61735 0,2215
6 8,6643 0,006131
30 306,
4 1,18 0,72847 0,2373
2 9,28067 0,006567
40 306,
9 1,31 0,80872 0,2478
3 9,69174 0,006858
50 306,
9 1,02 0,62969 0,2233
9 8,73589 0,006182
60 307,
9 1,35 0,83342 0,2509
4 9,81332 0,006944
70 307,
9 1,34 0,82724 0,2501
7 9,78313 0,006923
80 307,
9 1,3 0,80255 0,2470
5 9,661 0,006836
90 308,
4 1,25 0,77168 0,2430
6 9,50517 0,006726
100 308,
9 1,31 0,80872 0,2478
3 9,69174 0,006858
110 308,
9 1,27 0,78403 0,2446
7 9,56794 0,00677
120 308,
9 1,24 0,76551 0,2422
5 9,47357 0,006704
130 309,
4 1,32 0,81490 0,2486
1 9,72234 0,00688
140 309,
4 1,27 0,78403 0,2446
7 9,56794 0,00677
150 309,
4 1,32 0,81490 0,2486
1 9,72234 0,00688
160 309,
9 1,28 0,79020 0,2454
6 9,5991 0,006792
170 309,
9 1,35 0,83342 0,2509
4 9,81332 0,006944
180 309,
9 1,37 0,84577 0,2524
8 9,87332 0,006987
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Teoritis pada Teoritis pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 7
Waktu (menit
)
Tf
(K) v1
(m/s) v2
(m/s) q
(W) m x 10-7
(kg/s) NC
(kg air/m2 jam)
0 309,
9
1,06 1,00843 0,2715 6
1,06197 0,00751
10 309,
9
0,98 0,93232 0,2628 8
1,02801 0,00727
20 310,
4 0,98 0,93232 0,2628
8 1,02801 0,00727
30 310,
4
0,98 0,93232 0,2628 8
1,02801 0,00727
40 310,
9
1,05 0,99891 0,2705 0
1,05781 0,00748
50 310,
9
0,99 0,94183 0,2639 9
1,03234 0,00730
60 310,
9
0,98 0,93232 0,2628 8
1,02801 0,00727 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Teoritis pada Teoritis pada Variasi
Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 9 Waktu
(menit )
Tf
(K)
v1
(m/s)
v2
(m/s)
q (W)
m x 10-7 (kg/s)
NC
(kg air/m2 jam)
0 310, 4
0,6
0,37041
0,1790
2 7,00074 0,00495
10 310,
9
1,42
0,87663
0,2562
5 1,00211 0,00709
20 310,
9 1,33
0,82107 0,2493
9 9,7528 0,00690
30 310,
9
1,25
0,77168
0,2430
6 9,50517 0,00672
40 310,
9 1,36
0,83959 0,2517
1 9,84339 0,00696
50 311,
4
1,27
0,78403
0,2446
7 9,56794 0,00677
60 311,
4
1,2
0,74082
0,2389
8 9,3456 0,00661
4.2 Pembahasan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan bahan yang dikeringkan. Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban relatif yang rendah sehingga terjadi penguapan. Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi (Geankoplis, 1993).
Salah satu alat pengeringan yang sering digunakan adalah tray dryer. Pada percobaan ini metode tray drying dipilih karena memiliki kelebihan untuk proses pengeringan, yaitu penggunaan udara panas yang diharapkan membuat proses pengeringannya menjadi lebih cepat dan efektif. Alat ini terdiri atas beberapa komponen utama yaitu nampan (tray), pemanas (heater), timbangan, dan blower.
Bahan yang akan dikeringkan menggunakan tray dryer harus berbentuk lembaran yang dihamparkan di atas tray. Proses pengeringan dimulai saat pemanas menyala dan panas yang dihasilkan mengalir melaui udara melintasi permukaan padatan dengan bantuan blower (Manfaati, dkk., 2019).
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pengeringan pada suatu padatan berupa tahu. Tahu terlebih dahulu dilakukan pre-treatment berupa pemotongan dengan ketebalan 0,5 cm. Pemotongan bahan bertujuan untuk memperluas luas permukaan bahan sehingga air dapat mudah keluar ke permukaan bahan sehingga
dapat mempercepat proses pengeringan (Supriyono, 2003). Setelah itu, tahu ditimbang dan dinyatakan sebagai berat tahu basah, kemudian dioven pada suhu 110°C dan dilakukan penimbangan dengan waktu interval 10 menit hingga berat tahu konstan dan dinyatakan sebagai berat tahu kering. Pengovenan tersebut digunakan untuk menghitung kadar air mula-mula pada tahu.
Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat tray dryer. Laju alir udara serta suhu pengeringan try dryer diatur dan percobaan dilakukan sebanyak tiga kali. Percobaan pertama dilakukan dengan variasi laju alir udara pada skala 9 dan suhu pengeringan pada skala 10. Percobaan kedua dilakukan dengan variasi laju alir udara pada skala 7 dan suhu pengeringan pada skala 10.
Percobaan ketiga dilakukan dengan variasi laju alir udara pada skala 9 dan suhu pengeringan pada skala 8. Pada setiap percobaan dilakukan pengukuran temperatur, laju alir udara, dan berat tahu yang dilakukan setiap 10 menit.
Percobaan pertama dilakukan hingga selisih berat penimbangan ∆θ = 0,1 gram atau mencapai berat konstan. Percobaan kedua dan ketiga dilakukan selama 60 menit.
4.2.1 Kurva Karakteristik Pengeringan
Secara umum, mekanisme pengeringan dapat dibagi menjadi 4 periode pengeringan yaitu penyesuaian awal, periode laju pengeringan konstan, periode laju pengeringan menurun yang pertama dan periode laju pengeringan menurun yang kedua. Lamanya setiap periode berbeda-beda tergantung jenis bahan dan kondisi pengeringan. Jika dibuat kurva antara laju pengeringan sebagai sumbu y dan kadar air sebagai sumbu x, maka kurva ini disebut kurva karakteristik pengeringan (Geankoplis, 1993). Percobaan dilakukan dengan mengalirkan udara kering pada sampel tahu dengan laju alir udara pada skala 9 dan temperatur pada skala 10. Pengaliran udara dilakukan selama 180 menit dengan pengukuran temperatur, laju alir udara, dan berat tahu yang dilakukan setiap 10 menit. Kurva karakteristik proses pengeringan tahu dapat disajikan pada Gambar 4.1.
0.570 0.59 0.61 0.63 0.65 0.67 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.01
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05
Kadar air (x) Laju Pengeringan (N) (kg air/m2 jam)
Gambar 4.1 Kurva Karakteristik Pengeringan pada Tahu
Gambar 4.1 menunjukkan nilai laju pengeringan berbanding dengan kadar air pada tahu. Pada gambar dapat dilihat bahwa pada periode 30 menit pertama laju pengeringan terus meningkat, periode tersebut dapat disebut dengan periode penyesuian awal. Tahap penyesuaian awal akan meningkat seiring dengan air yang berkurang yang dapat disebabkan oleh pengkondisian sampel, seperti pemanasan, pembukaan pori, dll (Hariyadi, 2018). Laju pengeringan pada periode penyesuaian awal akan mengalami penurunan jika suhu awal padatan lebih tinggi dibandingkan suhu bola basah udara pengering dan meningkat jika suhu awal padatan lebih rendah dibandingkan suhu bola basah udara pengering (Geankoplis, 1993).
Periode selanjutnya pada menit ke 50 hingga menit 80 mengalami penurunan yang tidak jauh berbeda dan mendekati konstan. Pada periode ini harusnya dapat terjadi periode konstan karena pada tahap ini terjadi proses laju air yang berdifusi ke permukaan sebanding dengan air yang menguap pada permukaan bahan, namun hal tersebut sedikit terjadi penyimpangan yang dapat disebabkan oleh temperatur dan laju alir udara yang berubah serta kurang akuratnya pengukuran yang dilakukan sehingga mempengaruhi kondisi dan perhitungan (Ridhatullah dan Hasibuan, 2019).
Periode berikutnya adalah peropde yang terjadi setelah mencapai titik kritis, maka akan terjadi periode laju pengeringan menurun yang disebabkan laju air yang berdifusi ke permukaan lebih kecil dari pada jumlah air yang menguap sehingga kecepatan difusi air tidak bisa mengimbangi kecepatan penguapan di
permukaan padatan (Ridhatullah dan Hasibuan, 2019). Kadar air pada saat laju pengeringan berubah dari laju pengeringan tetap ke laju pengeringan menurun disebut titik kritis. Titik kritis pada percobaan yang telah dilaksanakan terjadi pada menit 100 dengan kadar air (x) 0,67279 kg air/kg tahu dan laju pengeringan 0,02015 kg air/m2 jam. Periode laju pengeringan menurun dapat diamati ketika praktikum yaitu munculnya permukaan kering pada tau yang berwarna kecoklatan atau yang disebut dry spot. Periode laju penurunan dapat diamati pada menit 90 hingga menit 180.
Bentuk kurva yang didapat dari hasil pengolahan data ini tidak sesuai dengan bentuk kurva pengeringan standar pada umumnya. Kesalahan dalam pengumpulan data atau ada perubahan kondisi saat pengambilan data dapat mempengaruhi bentuk kurva yang ditampilkan sehingga tidak sesuai secara teoritis. Faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu suhu udara dan luas permukaan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil percobaan, periode pengeringan belum sampai pada tahap akhir dimana laju pengeringan turun secara tajam atau tidak beraturan (Hariyadi, 2018).
4.2.2 Penentuan Kadar Air Kesetimbangan
Kadar air kesetimbangan dapat ditentukan dengan mengeringkan sejumlah tahu yang sebelumnya ditimbang berat basahnya kemudian dihitung dengan mengurangkan berat basahnya dikurang berat tahu yang telah kering. Kadar air kesetimbangan suatu bahan dapat diartikan sebagai kadar air minimum yang dapat dikeringkan di bawah kondisi pengeringan yang tetap atau pada suhu dan kelembaban relatif yang tetap. Bahan tidak menyerap molekul-molekul air dari udara maupun melepaskan molekul-molekul air ke udara pada saat kadar air kesetimbangan tercapai (Brooker, dkk., 1981). Kurva kadar air kesetimbangan dapat disajikan pada Gambar 4.2.
0 20 40 60 80 100 120
140 160
180 0.5
0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8
Waktu (menit) Kadar Air (Kg air/ Kg tahu)
Gambar 4.2 Kurva Kadar Air Kesetimbanngan
Berdasarkan kurva diatas dapat disimpulkan bahwa kadar iar tahu mengalami pengurangan secara linear yang menunjukkan hubungan linera antara waktu pengeringan dan kadar air yang berada di dalam tahu. Hubungan tersebut menunjukkan semakin lama waktu pengeringan atau semakin lama waktu kontak suatu bahan dengan udara pengering maka kandungan air dalam tahu akan teruapkan sehingga massa air yang dikandung tahu akan semakin berkurang.
Menurut Geankoplis (1993), Pengurangan kadar air secara linear terjadi pada tahap awal pengeringan hingga laju pengeringan konstan. Kemudian jika pengeringan dilanjutkan, kemiringan kurva akan berubah menjadi landai (laju pengeringan berkurang) dan tidak menjadi linear, hingga akhirnya kurva menjadi datar. Kadar air produk akan berada pada kondisi konstan sehingga disebut dengan kadar air kesetimbangan pada kondisi ini. Namun, pada percobaan ini tidak ditemukan kadar air kesetimbangan tersebut. Kadar air kesetimbangan belum tercapai karena masih terdapat kandungan air pada tahu, sehingga masih dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses pengeringan.
4.2.3 Pengaruh Variasi Laju Alir dan Temperatur Terhadap Laju Pengeringan
Percobaan selanjutnya dilakukan dengan memvariasikan laju alir udara pengering dan suhu pengeringan. Hasil yang didapat kemudian dibandingkan dan disajikan pada kurva yang disajikan pada Gambar 4.3 dan 4.4.
0.67 0.68 0.69 0.7 0.71 0.72 0.73 0.74 0.75 0.760 0.02
0.04 0.06 0.08
Laju alir 9 Laju alir 7 kadar air (x) Laju Pengeringan (kg air/m2 jam)
Gambar 4.3 Pengaruh Variasi Laju Alir Terhadap Laju Pengeringan
0.640 0.66 0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.05
0.1 0.15
suhu 8 suhu 10 kadar air (x) Laju Pengeringan (kg air/m2 jam)
Gambar 4.4Pengaruh Variasi Suhu Terhadap Laju Pengeringan
Gambar 4.3 menyajikan perbandingan pengaruh laju alir terhadap laju pengeringan tahu sedangkan Gambar 4.4 menyajikan perbandingan pengaruh suhu terhadap laju pengeringan. Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi laju alir udara dan suhu udara pengering, maka akan meningkatkan laju pengeringan yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Anton (2011), bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan yakni luas permukaan, perbedaan suhu, kecepatan aliran udara, dan tekanan udara. Semakin tinggi suhu udara pengering akan menyebabkan perbedaan suhu yang besar antara medium pemanas dengan bahan yang dapat menyebabkan semakin cepat perpindahan panas ke dalam bahan dan semakin cepat pula laju pengeringa. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan tinggi menyebabkan semakin cepat dan mudah uap air terbawa dan teruapkan sehingga proses pengeringan akan semakin cepat.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kurva karakteristik merupakan grafik hubungan antara laju pengeringan terhadap kadar air suatu padatan.
2. Mekanisme pengeringan dapat dibagi menjadi 4 periode pengeringan yaitu penyesuaian awal, periode laju pengeringan konstan, periode laju pengeringan menurun yang pertama dan periode laju pengeringan menurun yang kedua yang tergantung pada jenis bahan dan kondisi pengeringan.
3. Kadar air kesetimbangan belum tercapai karena masih terdapat kandungan air pada tahu, sehingga masih dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses pengeringan.
4. Titik kritis pada percobaan yang telah dilaksanakan terjadi pada menit 100 dengan kadar air (x) 0,67279 kg air/kg tahu dan laju pengeringan 0,02015 kg air/m2 jam.
5. Laju pengeringan konstan didapatkan sekitar menit 50 hingga 80 yang berkisar antara 0,02297 hingga 0,02208 kg air/m2 jam.
6. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan yakni luas permukaan, perbedaan suhu, kecepatan aliran udara, dan tekanan udara.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang diperoleh, maka hal yang disarankan praktikan untuk praktikum selanjutnya sebagai berikut.
1. Sebaiknya dapat melakukan percobaan pengeringan dengan bahan baku yang berbeda dengan variasi ketebalan yang berbeda.
2. Sebaiknya dalam melakukan percobaan pengeringan tahu dapat dilakukan dengan waktu yang lebih lama agar dapat dihasilkan data yang lebih akurat.
3. Sebaiknya praktikan dapat menggunakan peralatan secara tepat dan lebih teliti sehingga dihasilkan data yang akurat dan mengurangi eror.
LAMPIRAN B PERHITUNGAN B.1 Perhitungan Kadar Air Mula-Mula
Berat cawan + tahu basah = 0,03331 kg
Berat cawan = 0,02692 kg
Berat cawan +tahu kering = 0,02853 kg
Wb = 0,03331 – 0,02692 = 0,00639 kg
Wc = 0,02853 – 0,02692 = 0,00161 kg
% Kadar air mula-mula = Wb- Wc Wb
x 100%
= 0,00639-0,00161
0,00639 x 100%
= 74,80%
B.2 Perhitungan Laju Pengeringan Hasil Percobaan
1. Percobaan pertama dilakukan dengan mengatur tray dryer dengan skala laju udara pengering 9 dan temperatur 10.
Panjang tray = 0,275 m
Lebar tray = 0,185 m
Luas tray (A) = 0,050875 m2 Berat tray (WT) = 0,34143 kg Berat tray + tahu awal = 0,41905 kg Berat tahu (WM) = 0,07662 kg Ketebalan tahu (∆x) = 0,005 m
Perbedaan waktu (∆θ) = 10 menit = 0,1667 jam a. Berat tahu kering (LS)
LS = (100% - %kadar air mula-mula) x WM
LS = (100% - 74,80%) x 0,07762 LS = 0,019557 kg
b. Kadar air (x)
X = Berat tahu basah-Berat tahu kering Berat tahu basah
X1 = 0,07762-0,019557
0,07762 = 0,74804
X2 = 0,07486-0,019557
0,07486 = 0,73876
c. Beda kadar air (∆x)
∆x = X2 – X1
∆x = 0,73876 - 0,74804
∆x = -0,00929 d. Laju pengeringan (N)
N = - LS∆X A∆θ
N = - 0,019557 x -0,00929 0,050875 x 0,1667 N = 0,02143 kg air/m2 jam
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menit berikutnya menggunakan rumus yang sama dan disajikan oada Tabel B.1.
Tabel B.1 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 9
Waktu (menit)
Berat Tahu
(kg) x ∆x N
(kg air/m2 jam)
0 0,07762 0,74804 -0,00928 0,02142
10 0,07486 0,73875 -0,00607 0,03075
20 0,07316 0,73268 -0,00957 0,04102
30 0,07063 0,72310 -0,00349 0,02659
40 0,06975 0,71961 -0,00696 0,02438
50 0,06806 0,71265 -0,00780 0,02297
60 0,06626 0,70484 -0,00665 0,02242
70 0,0648 0,69819 -0,00803 0,02208
80 0,06312 0,69016 -0,00862 0,02208
90 0,06141 0,68153 -0,00873 0,02169
100 0,05977 0,67279 -0,00940 0,02015
110 0,0581 0,66339 -0,00996 0,01989
120 0,05643 0,65343 -0,00972 0,01852
130 0,05489 0,64370 -0,01778 0,01800
140 0,05228 0,62592 -0,00412 0,01605
150 0,05171 0,62179 -0,01153 0,01533
160 0,05018 0,61026 -0,01333 0,00951
170 0,04852 0,59693 -0,01057 0,00805
180 0,04728 0,58636 0 0
2. Percobaan pertama dilakukan dengan mengatur tray dryer dengan skala laju udara pengering 7 dan temperatur 10.
Panjang tray = 0,275 m
Lebar tray = 0,185 m Luas tray (A) = 0,05087 m2 Berat tray (WT) = 0,34979 kg Berat tray + tahu awal = 0,42403 kg Berat tahu (WM) = 0,07424 kg Ketebalan tahu (∆x) = 0,005 m
Perbedaan waktu (∆θ) = 10 menit = 0,1667 jam a. Berat tahu kering (LS)
LS = (100% - %kadar air mula-mula) x WM
LS = (100% - 74,80%) x 0,07424 LS = 0,01871 kg
b. Kadar air (x)
X = Berat tahu basah-Berat tahu kering Berat tahu basah
X1 = 0,07424-0,01871
0,07424 = 0,74804
X2 = 0,06724-0,01871
0,06724 = 0,72181
c. Beda kadar air (∆x)
∆x = X2 – X1
∆x = 0,72181 - 0,74804
∆x = -0,02623 d. Laju pengeringan (N)
N = - LS∆X A∆θ
N = - 0,01871 x - 0,02623 0,050875 x 0,1667 N = 0,05786 kg air/m2 jam
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menit berikutnya menggunakan rumus yang sama dan disajikan oada Tabel B.2.
Tabel B.2 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udata Skala 7
Waktu (menit)
Berat Tahu
(kg) x ∆x N
(kg air/m2 jam)
0 0,07424 0,748044 -0,02623 0,057864
10 0,06724 0,721814 -0,00862 0,063781
20 0,06522 0,713198 -0,00823 0,023799
30 0,0634 0,704965 -0,00857 0,022704
40 0,06161 0,696393 -0,01029 0,019007
50 0,05959 0,686101 -0,01079 0,01891
60 0,05761 0,675313 0 0
3. Percobaan pertama dilakukan dengan mengatur tray dryer dengan skala laju udara pengering 9 dan temperatur 8.
Panjang tray = 0,275 m
Lebar tray = 0,185 m
Luas tray (A) = 0,05087 m2 Berat tray (WT) = 0,34990 kg Berat tray + tahu awal = 0,43397 kg Berat tahu (WM) = 0,08407 kg Ketebalan tahu (∆x) = 0,005 m
Perbedaan waktu (∆θ) = 10 menit = 0,1667 jam a. Berat tahu kering (LS)
LS = (100% - %kadar air mula-mula) x WM
LS = (100% - 74,80%) x 0,08407 LS = 0,02118 kg
b. Kadar air (x)
X = Berat tahu basah-Berat tahu kering Berat tahu basah
X1 = 0,08407 - 0,02118
0,08407 = 0,74804 X2 = 0,07188 - 0,02118
0,07188 = 0,70532 c. Beda kadar air (∆x)
∆x = X2 – X1
∆x = 0,70532 - 0,74804
∆x = -0,04273 d. Laju pengeringan (N)
N = - LS∆X A∆θ
N = - 0,02118 x -0,04273 0,050875 x 0,1667 N = 0,10674 kg air/m2 jam
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menit berikutnya menggunakan rumus yang sama dan disajikan oada Tabel B.3.
Tabel B.3 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan pada Variasi Temperatur Skala 8 dan Laju Udata Skala 9
Waktu (menit)
Berat Tahu
(kg) x ∆x N
(kg air/m2 jam)
0 0,08407 0,748044 -0,04273 0,106742
10 0,07188 0,705315 -0,00692 0,125973
20 0,07023 0,698392 -0,00726 0,093569
30 0,06858 0,691135 -0,01305 0,032599
40 0,0658 0,678086 -0,01108 0,029381
50 0,06361 0,667003 -0,01176 0,027687
60 0,06144 0,655242 0 0
B.3 Perhitungan Laju Pengeringan Teoritis
1. Perhitungan laju pengeringan secara teoritis pada laju udara skala 9 dan temperatur skala 10 (Pada 0 menit).
Temperatur udara (Tg) = 304,65 K Temperatur bola basah (TW) = 304,15 K Temperatur rata-rata (Tf) = 31,25 K Massa jenis udara (ρ) = 1,14013 kg/m3 Viskositas (μ) = 1,8766 x 10-5 kg/m.s2
Panas laten uap air (λw) = 2557,2 x 103 J/kg (App. A.2-9 Geankoplis) Bilangan Prandtl (NPr) = 0,70487 (App. A.3-7 Geankoplis)
Konduktivitas panas tahu (k) = 0,027 W/m.K Tebal tahu (∆x) = 0,005 m Panjang tray (L) = 0,275 m Luas tray (A) = 0,050875 m2 Luas penampang ujung (A1) = 0,0484 m2 Luas penampang tengah (A2) = 0,0784 m2 Laju udara dryer (v1) = 1,32 m/s a. Laju udara pada bagian ujung dryer (v2)
v2 = v1 x A1 A2
= 1,32 x 0,0484
0,0784
=
0,07899 m/s b. Bilangan Reynold (Nre)NRe = ρ x v x L μ
= 1,14013 x 0,07899 x 0,275 1,8766 x 10-5
= 1319,879 (NRe < 300000, aliran laminar) c. Bilangan Nusselt (NNu)
NNu = 0,664 (NRe)0,5(NPr)1/3
= 0,664 (1319,879)0,5(0,70487)1/3 = 21,46865 d. Koefisien perpindahan panas konvektif (h)
h = NNu x kt L
=
21,46865 x 0,0270,275 = 2,107831W/m2.K e. Laju perpindahan panas konveksi (q1)
q1 = h x A x ∆T
= 2,107831 x 0,050875 x (304,65-304,15) = 0,053618 W f. Koefisien perpindahan panas overall (U)
U =
1 1 h + ∆x
kt
= 1 1
2,107831 +0,005 0,027
= 1,516056 W/m2.K g. Laju perpindahan panas konduksi (q2)
q2 = U x A x ∆T
= 1,516056 x 0,050875 x (304,65-304,15) = 0,03856 W h. Laju perpindahan panas total (q)
q = q1 + q2
= 0,053618 + 0,038565 = 0,092183 W i. Jumlah air yang diuapkan (m)
m = q
λw
= 0,03856
2557,2 x 103 = 3,60483 x 10-8 kg/s j. Laju pengeringan teoritis (Nc)
NC = 3600 m A
NC = 3600 x 3,60483 x 10-8
0,05087 = 0,00255 kg air/ m2 jam
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menit berikutnya menggunakan rumus yang sama dan disajikan pada Tabel B.4.
Tabel B.4 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Teoritis pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 9
Waktu (menit
)
Tf
(K) v1
(m/s) v2
(m/s) q
(W) m x 10-8
(kg/s) NC
(kg air/m2 jam)
0 304,
4 1,32 0,07989 0,0921
8 3,60483 0,002551
10 304,
4 1,12 0,69143 0,2322
4 9,08186 0,006426
20 305,
4 1 0,61735 0,2215
6 8,6643 0,006131
30 306,
4 1,18 0,72847 0,2373
2 9,28067 0,006567
40 306,
9 1,31 0,80872 0,2478
3 9,69174 0,006858
50 306,
9 1,02 0,62969 0,2233
9 8,73589 0,006182
60 307,
9 1,35 0,83342 0,2509
4 9,81332 0,006944
70 307,
9 1,34 0,82724 0,2501
7 9,78313 0,006923
80 307,
9 1,3 0,80255 0,2470
5 9,661 0,006836
90 308,
4 1,25 0,77168 0,2430
6 9,50517 0,006726
100 308,
9 1,31 0,80872 0,2478
3 9,69174 0,006858
110 308,
9 1,27 0,78403 0,2446
7 9,56794 0,00677
120 308,
9 1,24 0,76551 0,2422
5 9,47357 0,006704
130 309,
4 1,32 0,81490 0,2486
1 9,72234 0,00688
140 309,
4 1,27 0,78403 0,2446
7 9,56794 0,00677
150 309, 1,32 0,81490 0,2486 9,72234 0,00688
4 1 160 309,
9 1,28 0,79020 0,2454
6 9,5991 0,006792
170 309,
9 1,35 0,83342 0,2509
4 9,81332 0,006944
180 309,
9 1,37 0,84577 0,2524
8 9,87332 0,006987
2. Perhitungan laju pengeringan secara teoritis pada laju udara skala 7 dan temperatur skala 10 (Pada 0 menit).
Temperatur udara (Tg) = 310,15 K Temperatur bola basah (TW) = 309,65 K Temperatur rata-rata (Tf) = 309,9 K Massa jenis udara (ρ) = 1,14013 kg/m3 Viskositas (μ) = 1,8766 x 10-5 kg/m.s2
Panas laten uap air (λw) = 2557,2 x 103 J/kg (App. A.2-9 Geankoplis) Bilangan Prandtl (NPr) = 0,70487 (App. A.3-7 Geankoplis)
Konduktivitas panas tahu (k) = 0,027 W/m.K Tebal tahu (∆x) = 0,005 m Panjang tray (L) = 0,275 m Luas tray (A) = 0,050875 m2 Luas penampang ujung (A1) = 0,0484 m2 Luas penampang tengah (A2) = 0,0784 m2 Laju udara dryer (v1) = 1,32 m/s a. Laju udara pada bagian ujung dryer (v2)
v2 = v1 x A1 A2
= 1,06 x 0,0484
0,0784
=
1,00843 m/s b. Bilangan Reynold (Nre)NRe = ρ x v x L μ
= 1,14013 x 1,00843 x 0,275 1,8766 x 10-5
= 16848,5 (NRe < 300000, aliran laminar) c. Bilangan Nusselt (NNu)
NNu = 0,664 (NRe)0,5(NPr)1/3
= 0,664 (16848,5)0,5(0,70487)1/3 = 76,70415 d. Koefisien perpindahan panas konvektif (h)
h = NNu x kt L
=
76,70415 x 0,0270,275 = 7,53095 W/m2.K e. Laju perpindahan panas konveksi (q1)
q1 = h x A x ∆T
= 7,53095 x 0,050875 x (310,15-309,65) = 0,19156 W f. Koefisien perpindahan panas overall (U)
U =
1 1 h + ∆x
kt
= 1 1
7,53095 +0,005 0,027
= 3,14495 W/m2.K g. Laju perpindahan panas konduksi (q2)
q2 = U x A x ∆T
= 3,14495 x 0,050875 x (310,15-309,65) = 0,07999 W h. Laju perpindahan panas total (q)
q = q1 + q2
= 0,19156 + 0,07999 = 0,27157 W i. Jumlah air yang diuapkan (m)
m = q
λw
= 0,027157
2557,2 x 103 = 1,06197 x 10-7 kg/s j. Laju pengeringan teoritis (Nc)
NC = 3600 m A
NC = 3600 x 1,06197 x 10-7
0,05087 = 0,00751 kg air/ m2 jam
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menit berikutnya menggunakan rumus yang sama dan disajikan pada Tabel B.5.
Tabel B.5 Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Teoritis pada Variasi Temperatur Skala 10 dan Laju Udara Skala 7
Waktu (menit
)
Tf
(K) v1
(m/s) v2
(m/s) q
(W) m x 10-7
(kg/s) NC
(kg air/m2 jam)
0 309,
9
1,06 1,00843 0,2715 6
1,06197 0,00751
10 309,
9
0,98 0,93232 0,2628 8
1,02801 0,00727
20 310,
4
0,98 0,93232 0,2628 8
1,02801 0,00727
30 310,
4
0,98 0,93232 0,2628 8
1,02801 0,00727
40 310,
9 1,05 0,99891 0,2705
0 1,05781 0,00748
50 310,
9
0,99 0,94183 0,2639 9
1,03234 0,00730
60 310,
9
0,98 0,93232 0,2628 8
1,02801 0,00727
3. Perhitungan laju pengeringan secara teoritis pada laju udara skala 9 dan temperatur skala 8 (Pada 0 menit).
Temperatur udara (Tg) = 310,65 K Temperatur bola basah (TW) = 310,15 K Temperatur rata-rata (Tf) = 310,4 K Massa jenis udara (ρ) = 1,14013 kg/m3 Viskositas (μ) = 1,8766 x 10-5 kg/m.s2
Panas laten uap air (λw) = 2557,2 x 103 J/kg (App. A.2-9 Geankoplis) Bilangan Prandtl (NPr) = 0,70487 (App. A.3-7 Geankoplis)
Konduktivitas panas tahu (k) = 0,027 W/m.K Tebal tahu (∆x) = 0,005 m Panjang tray (L) = 0,275 m Luas tray (A) = 0,050875 m2 Luas penampang ujung (A1) = 0,0484 m2 Luas penampang tengah (A2) = 0,0784 m2 Laju udara dryer (v1) = 1,32 m/s k. Laju udara pada bagian ujung dryer (v2)
v2 = v1 x A1 A2
= 0,6 x 0,0484
0,0784
=
0,37041 m/s l. Bilangan Reynold (Nre)NRe = ρ x v x L μ
= 1,14013 x 0,37041 x 0,275 1,8766 x 10-5
= 6188,65 (NRe < 300000, aliran laminar) m. Bilangan Nusselt (NNu)
NNu = 0,664 (NRe)0,5(NPr)1/3
= 0,664 (6188,65)0,5(0,70487)1/3 = 46,48744 n. Koefisien perpindahan panas konvektif (h)
h = NNu x kt L
=
46,48744 x 0,0270,275 = 4,56422 W/m2.K o. Laju perpindahan panas konveksi (q1)
q1 = h x A x ∆T
= 4,56422 x 0,050875 x (310,65-310,15) = 0,11610 W p. Koefisien perpindahan panas overall (U)
U =
1 1 h + ∆x
kt
= 1 1
4,56422 +0,005 0,027
= 2,47353 W/m2.K q. Laju perpindahan panas konduksi (q2)
q2 = U x A x ∆T
= 2,47353 x 0,050875 x (310,65-310,15) = 0,06292 W r. Laju perpindahan panas total (q)
q = q1 + q2
= 0,11610 + 0,06292 = 0,17902 W
s. Jumlah air yang diuapkan (m)
m = q
λw
= 0,17902
2557,2 x 103 = 7,00074 x 10-7 kg/s t. Laju pengeringan teoritis (Nc)
NC = 3600 m A
NC = 3600 x 7,00074 x 10-8
0,05087 = 0,00495 kg air/ m2 jam
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menit berikutnya menggunakan rumus yang sama dan disajikan pada Tabel B.6.
Tabel B.6Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Teoritis pada Variasi Temperatur Skala 8 dan Laju Udara Skala 9
Waktu (menit
)
Tf
(K)
v1
(m/s)
v2
(m/s)
q (W)
m x 10-7 (kg/s)
NC
(kg air/m2 jam)
0 310,
4
0,6
0,37041
0,1790
2 7,00074 0,00495
10 310,
9 1,42
0,87663 0,2562
5 1,00211 0,00709
20 310,
9
1,33
0,82107
0,2493
9 9,7528 0,00690
30 310,
9
1,25
0,77168
0,2430
6 9,50517 0,00672
40 310,
9 1,36
0,83959 0,2517
1 9,84339 0,00696
50 311,
4
1,27
0,78403
0,2446
7 9,56794 0,00677
60 311,
4 1,2
0,74082 0,2389
8 9,3456 0,00661