• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

26

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam penulisan ini penulis menggunakan obyek KM.MAGELLAN yang merupakan kapal container yang berfungsi untuk mengangkut muatan dalam bentuk barang barang yang dikemas menggunakan container KM. MAGELLAN merupakan kapal yang mempunyai trayek atau route yang tidak tetap atau tramper ship, dimana route atau trayekpelayaran yang ditempuh tergantung order dari Perusahaan untuk memuat dari suatu pelabuhan dan membongkar muatan di pelabuhan tujuan. KM. MAGELLAN merupakan kapal yang dibuat pada tahun 1994, yang merupakan salah satu armada dari perusahaan PT. SALAM PASIFIC INDONESIA LINE yang beralamatkan di Jalan Kalianak 51f . Surabaya, dengan nama panggilan kapal“ Y.E.Z.H“.

Sesuai dengan judul yang diangkat yakni “IMPLEMENTASI ISPS CODE DI KAPAL ” maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penulisan. Kapal KM. MAGELLAN memiliki rute pelayaran dari Surabaya – Batulicin, Surabaya- Balikpapan, Surabaya- Makasar, Surabaya – Banjarmasin, Surabaya -Baubau, Selain data-data kapal diatas, juga masih ada data-data lain yaitu

(2)

Ship Particulars

1. Name of vessel : KM. MAGELLAN

2. Call sign : Y E Z H

3. Port Reg : Jakarta

4. Flag : Indonesia

5. Imo Number : 9410739

6. Where Built : Xianyuan Ship Yard co.ltd 7. LOA (Lenght Over All) : 96,90 m

8. Breadth : 15,2m

9. Max draft : 5,65m

10. Dead weight : 6000 T

11. Gross tonnage : 2996 T

12. Net tonnage : 1830 T

13. Kind of ship : Container Ship

14. Classification : BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) Crew List (sijil anak buah kapal), yang terdiri dari 19 (sembilan belas) orang.

(3)

Gambar kapal KM. MAGELLAN B. HASIL PENELITIAN

Adapun permasalahan yang terjadi diatas kapal berdasarkan observasi yang dilakukan penulis saat penelitian, sehingga berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas.

Penerapan ISPS Code diatas kapal saat dipelabuhan melibatkan ABK khususnya deck department dan engine department.Dalam hal penerapan ISPS Code dikapal saat kapal sandar sebenarnya berjalan dengan cukup baik dan sesuai dengan aturan hanya saja ada satu factor yang tidak sempurna terlaksana. Hal inilah yang menyebabkan Penulis

(4)

mengatakan jika awak kapal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya ancaman keamanan diatas kapal saat kapal sandar dipelabuhan.

1. Penyajian Data

Beberapa permasalahan tentang tindakan sesuai dengan code yang berlaku, merupakan hasil penelitian dapat memberikan gambaran tentang kejadian-kejadian yang penulis alami pada saat melaksanakan praktek laut diatas kapal MV. MAGELLAN.

a. Kejadian pertama, pada voyage 23/2017 tanggal 10 Desember 2017 ketika kapal melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan Ternate, sebenarnya proses bongkar muat berjalan seperti biasa akan tetapi muatan yang telah siap di lashing crew ABK deck baru menyadari bahwa 2 stick bar dan 3 turnbuckle telah hilang, setelah kejadian itu SSO lebih intensif memperhatikan hal hal yang sekiranya menyangkut inventaris kapal untuk di jaga agar tidak terjadi kejadian serupa di pelabuhan lain.

b. Kejadian ke dua pada saat kapal KM. MAGELLAN sandar di pelabuhan Gorontalo, ada beberapa anak anak kecil naik ke kapal tanpa sepengetahuan perwira jaga maupun juru mudi jaga, kejadian itu terjadi pada saat crew kapal sedang melaksanakan ibadah sholat jumat di dekat pelabuhan, demgan kejadian itu telah hilang beberapa barang pribadi milik juru minyak dan juru mudi. Perlu d ketahui bahwa pada saat kapal sandar siapapun yang naik kekapal harus menuju chek point yang telah di sediakan di sana akan di berikan visitor card yang harus di gunakan oleh orang yang berkunjung di atas kapal, tidak hanya itu

(5)

juga pengunjung kapal harus wajib mengisi logbook pengunjung yang nantinya akan di pertanggung jawabkan ke SSO, serta mengetahui siapa saja yang telah berkunjung ke kapal.

2. Analisis data

Mengingat pola pikir ABK yang beraneka ragam, pada penelitian ini Penulis berpendapat bahwa penerapan ISPS Code pada saat kapal di pelabuhan banyak yang tidak sesuai dengan aturannya, hal ini sesuai pengamatan Penulis yang seringkali menyaksikan kejadian-kejadian dimana ABK yang sedang berdinas jaga pada saat kapal sandar tidak menerapkan atau melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan sesuai dengan peraturan. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan ABK dan kurangnya pengetahuan serta pemahaman tentang ISPS Code merupakan faktor lain yang berpengaruh dan memberikan andil yang besar penyebab terjadinya ancaman keamanan diatas kapal. Ada beberapa factor yang Penulis temukan dalam permasalahan ini:

a. Kurangnya rasa tanggung jawab dan kedisiplinan ABK.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut biasanya terjadi pada saat para ABK maupun perwira melaksanakan tugas tetapi tidak sungguh-sungguh.

Hanya sebagai syarat bahwa telah melakukan tugas dan pengecekan rutin secara berkala. Dari segi pandang kedisiplinan dan tanggung jawab, jurumudi jaga telah melalaikan tugas dan tanggung jawabnya yaitu tidak melakukan pemeriksaan berkala yang biasanya dilaksanakan minimal 1 jam sekali, ini dibuktikan dengan adanya

(6)

kehilangan peralatan lashing yang terletak di store depan yang baru diketahui setelah muatan siap di lashing dan kapalakan bertolak.

Ketidakdisiplinan jurumudi jaga tersebut juga disebabkan bahwa jurumudi jaga tersebut kurang memiliki pengetahuan yang cukup dan kemungkinan sewaktu pelaksanaan pelatihan di atas kapal, jurumudi jaga tersebut kurang memperhatikan dan menyimak ketika SSO menjelaskan tentang tata cara jaga di gangway yang benar. Sehingga berarti kedisiplinan jurumudi jaga tersebut kurang, dalam hal menyimak.

b. Rendahnya tingkat pengetahuan ABK.

Berdasarkan keterangan yang didapat dari beberapa ABK, ABK masih belum mengerti dan memahami isi dari tugas dan tanggung jawab dikapal padasaat melaksanakan dinas jaga kapal dipelabuhan sesuai ISPS Code, dikarenakan ABK tidak mengerti bahasa inggris dengan baik. Maka ABK hanya melakukan kegiatan berdasarkan kebiasaan.

Dengan ditemukan seorang jurumudi jaga tidak bisa menjawab pertanyaa dari auditor seputar pertanyaan tentang penerapan ISPS Code, terutama dalam hal mengambil tindakan bila bertemu dengan pengunjung yang dengan seenaknya pengunjung itu masuk yakni anak- anak kecil. Disini, urusan pengetahuan menjadi faktor utama dari penyebab-penyebab terjadinya kehilangan barang barang pribadi milik ABK KM. MAGELLAN.

(7)

B. PEMBAHASAN

1. Dari analisa data tersebut, maka penulis perlu membahas lebih lanjut mengenai penerapa ISPS Code diatas kapal sesuai dengan ISPS code regulation 2014 part 3 tentang tanggung jawab perusahaan kapal dan kapal. Para ABK harus mengerti terlebih dahulu mengenai aturan ini untuk selanjutnya penerapan diatas kapal secara langsung.

Dengan mengacu pada ISPS Code regulation 2014 part 3 yang mengatur tentang tanggung jawab perusahan pelayaran dan kapal.Awak kapal dapat dikatakan sebagai suatu kelompok kerja yang hidup bersama disatu tempat yaitu kapal. Setiap anggota kelompok telah mempunyai tugas masing-masing:

a. Jaga gangway ( gangway watch ) : memonitor akses ( monitoring acces) dan mengontrol pengunjung ( control of visitors ).

b. Patroli keamanan keliling ( security roving patrol : memonitor daerah terlarang, dek, dan sekitarnya.

c. Memonitor muatan dan gudang.

Tugas dan tanggung jawab SSO antara lain :

a. Menjalankan pemeriksaan keamanan secara rutin terhadap kapal.

b. Menerapkan dan menjalankan rancangan keamanan kapal ( ship security plan )

c. Mengusulkan perubahan pada rancangan keamanan kapal untuk mengoreksi kekurangan dan memuaskan keperluan keamanan di kapal.

d. Yakinkan keamanan yang baik dan penuh kewaspadaan di kapal dan dalam pelabuhan.

(8)

e. Yakinkan bahwa pelatihan yang cukup telah dilakukan pada semua personil yang bertanggung jawab pada keamanan kapal.

f. Melaporkan semua kejadian terhadap tindakan tidak sah mengenai beberapa pelabuhan kepada petugas keamanan fasilitas pelabuhan dan meyakinkan bahwa laporan telah diteruskan , dan menginformasikan kepada nahkoda, petugas keamanan pelabuhan jika diperlukan, kepada organisasi keamanan yang diakui / terdaftar.

g. Melaporkan semua kejadian terhadap tindakan tidak sah yang dilakukan di atas kapal, kepada nahkoda, dan petugas keamanan perusahaan.

h. Melakukan koordinasi penerapan rancangan keamanan kapal dengan petunjuk petugas keamanan fasilitas pelabuhan.

Tugas dan tanggung jawab awak kapal : a. Praktek keamanan yang baik setiap waktu.

b. Menjalankan tugas keamanan mereka seperti yang diperintahkan.

c. Mengetahui posisi dan tugas mereka sesuai dengan tugas keamananmereka masing-masing.

d. Mempunyai pengetahuan tentang berbagai rencana dan prosedur pada rancangan keamanan kapal, terutama sekali mengenai kontrol akses dan pencarian.

e. Mengerti tugas keamanan mereka ketika berdinas jaga atau patroli keliling kapal.

f. Mempunyai peralatan keamanan masing-masing.

g. Bebas dalam menggunakan tenaga.

(9)

Peralatan keamanan minimum setiap personil yang menjalankan tugas keamanan yaitu :

a. Walky talky ( handled radio ) b. Peluit ( whistle or horn ) c. Senter ( flashlight )

Yang harus dilakukan sewaktu patroli keliling yaitu :

a. Awak kapal yang menjalankan patroli harus dilengkapi dengan peralatan sesuai dengan SSP.

b. Patroli, paling tidak satu kali satu jam, periksa keamanan ruangan radio, anjungan, kamar mesin dan area terlarang yang ditandai (designated restricted areas ).

c. Patroli akan berupa patroli keliling yang berkelanjutan.

d. Rute dan putaran patroli akan berubah sebanyak mungkin untuk mengurangi kemungkinan yang terjadi.

e. Lakukan pemeriksaan rutin pada pintu dan semua akses disisi kapal (ship side openings ) yang harus ditutup.

f. Pengecekan pada haluan, mooring deck dan daerah deck yang lain.

g. Jika diperlukan, perwira jaga atau SSO akan menjamin bahwa pelanggaan keamanan dicatat secara detil.

Untuk patroli keliling, pada tingkat keamanan siaga 2, patroli dilakukan dengan selang waktu tidak melebihi 30 menit.Untuk tingkat keamanan siaga 3, patroli dilakukan dengan selang waktu tidak melebihi 15 menit.

(10)

Akan tetapi pada kenyataannya perwira jaga dan juru mudi jaga yang sedang melaksanakan tugas jaga di pelabuhan dalam melaksanakan tugas jaga tidak sesuai dengan apa yang menjadi tugas dan tangung jawab ABK sewaktu jaga dipelabuhan , seperti misalnya :

a. Juru mudi jaga atau perwira jaga tidak melaksanakan tugas patroli keliling secara rutin minimal 1 jam dalam keamanan level 1 pada saat kapal sandar. Dalam pengamatan penulis pada waktu di kapal Juru mudi jaga dan perwira jaga dalam melaksanakan tugas jaga hanya berjaga di area pop deck saja selama jam jaga berlangsung.

b. Pada waktu jaga jurumudi jaga tidak memeriksa pengunjung yang naik kekapal sesuai dengan prosedur. Padahal dalam aturannya setiap pengungjung yang naik kepal harus ditanya keperluannya, dipriksa barang- barangnya dan mengisi log book pengunjung dan diberikan id visitor. Inilah akibat dari kurangnya rasa tanggung jawab akan menjaga keamanan dan kurangnya disiplin terhadap peraturan yang ada.

Dari kejadian kehilangan dua unit stick bar dan tiga unit trunbuckle dapat disimpulkan penerapan ISPS Code di KM. MAGELLAN belum optimal.

(11)

Berikut adalah gambar yang di ambil penulis untuk di dokumentasikan pada saat melakukan dinas jaga pelabuhan :

(12)

2. Untuk kasus yang kedua pada penyajian data, telah disebutkan bahwa telah ditemukan seorang anak-anak yang telah naik ke atas kapal dan telah mengambil beberapa barang pribadi milik ABK, terutama dalam hal mengambil tindakan bila bertemu dengan pengunjung yang tidak berkepentingan di atas kapal. Disini, pengetahuan menjadi faktor utama dari penyebab-penyebab kehilangan beberapa barang pribadi milik ABK. Dari segi pandang kedisiplinan, jurumudi jaga telah melalaikan tugasnya yaitu memeriksa dan mencatat pengunjung yang masuk. Ketidakdisiplinan jurumudi jaga tersebut juga disebabkan bahwa jurumudi jaga tersebut kurang memiliki pengetahuan yang cukup dan kemungkinan sewaktu pelaksanaan pelatihan di atas kapal, jurumudi jaga tersebut kurang memperhatikan dan menyimak ketika SSO menjelaskan tentang tata cara jaga di gangway yang benar.

Sehingga berarti pengetahuan ABK tentang ISPS Code masih kurang.

(13)

38 A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang Penerapan ISPS Code Untuk Mencegah Ancaman Keamanan di kapal tempat penulis melaksanakan praktek layar adalah:

1. Pengetahuan awak kapal tentang ISPS Code masih kurang, disebabkan karena sewaktu pelaksanaan pelatihan (drill) di kapal, jurumudi jaga tersebut kurang memperhatikan dan menyimak ketika SSO menjelaskan tetang tata cara dinas jaga di gang way yang benar. Dari beberapa sudut pandang yang di paparkan untuk masalah ini, dapat diselesaikan dengan cara pelatihan dan latihan yang rutin, intensif dan menunjangnya peralatan keamanan di kapal.

2. Pelaksanaan ISPS Code pada KM. MAGELLAN kurang optimal disebabkan karena kurangnya kesadaran dan kedisiplinan crew kapal tentang aturan ISPS Code, terbukti dengan adanya kejadian kehilangan alat bongkar muat pada KM. MAGELLAN pada saat sandar dipelabuhan Ternate, sehingga perlu peningkatan pengawasan terhadap kapal dan lingkungan disekitar kapal.

B. SARAN

Dalam hal ini penulis akan memberi saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukkan guna memperbaiki masalah tentang penerapan ISPS Code. Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut,

a. Perlunya kesadaran yang sangat tinggi untuk bertanggung jawab melaksanakan ISPS Code dengan baik, baik itu perwira maupun ABK.

b. Perusahaan pelayaran harus menyiapkan dan mensupply peralatan yang di butuhkan kapal dalam pengimplementasian ISPS Code di atas kapal.

c. Perwira yang bertindak sebagai atasan harus menjadi teladan bagi awak kapalnya, terutama dalam hal verdinas jaga.

(14)

d. Pihak perusahaan seharusnya memberikan petunjuk berupa video mengenai bagaimana penerapan ISPS Code yang baik di atas kapal, juga pemberian buku- buku pedoman agar awak kapal dapat memahami bagaimana penerapan ISPS Code yang baik di kapal.

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Scope and Limitation of the Research The scope of this study was focused on several points like teaching plan of reading skill, the activity of reading comprehension class, the