BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tetang gambaran umum obyek penelitian sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “ANALISA ALAT-ALAT KESELAMATAN BASE ON SOLAS UNTUK MENGHINDARI KECELAKAAN DI ATAS KAPAL”
Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum obyek penelitian ini pembaca dapat memahami tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas MT. Blossom, kapal tempat penulis melaksanakan prala.
MT. Blossom adalah salah satu kapal jenis chemical tanker milik perusahaan Honglam Marine PTE LTD yang berkantor di 6 Shenton Way,
#16-08 OUE Downtown 2 Singapore 068809. Berikut data-data MT.
Blossom:
1. Call Sign : Nine Victor Charlie Lima Four (9VCL4)
2. Port Of Registry : Singapore
3. IMO : No.9449558
4. Dead Weight Tonnage (DWT) : 9,258.70 MT 5. Panjang Kapal : 114.90 Meter
6. Lebar Kapal : 18.60 Meter
7. Draft : 8.00 Meter
37
Gambar 1.6. MT. Blossom
Sumber: Database Komputer MT. Blossom B. Hasil Penelitian
1. Penyajian Data a. Data Observasi
Alat-alat keselamatan di atas kapal harus sesuai dengan standard SOLAS chapter III (life saving appliance), agar dapat menjamin keselamatan awak kapal dan menghindari kecelakaan di atas kapal.
Dalam pembahasan ini, penulis akan memberikan beberapa fakta atau peristiwa yang terjadi di kapal sehubungan dengan standardisasi alat-alat keselamatan di atas kapal sesuai dengan chapter III SOLAS.
Beberapa fakta atau peristiwa tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Data Pertama
Pada tanggal 20 November 2018 diadakan peragaan pemakaian immersion suit oleh superintendent. Seorang juru mudi dan seorang juru minyak diminta untuk memperagakan pemakaian immersion suit. Dari hasil peragaan tersebut juru minyak dapat mempergakan pemakaian dengan baik dan benar, dalam kurun waktu kurang dari dua menit sesuai dengan ketentuan SOLAS chapter III. Namun, immersion suit yang digunakan sebagai peraga oleh juru mudi mempunyai resleting yang tidak berfungsi dengan baik, butuh usaha keras dan waktu lama untuk menarik resleting itu, sehingga menghambat pemakainya untuk memakai immersion suit. Hal itu bisa berbahaya pada keadaan darurat, karena setiap orang harus memakai immersion suitnya masing-masing tanpa bantuan orang lain dan memakainya secepat mungkin agar dapat terhindar dari bahaya.
Setelah itu kapten memerintahkan kepada mualim III agar mengecek immersion suit milik semua crew, mencatat dan melaporkan bila ada kerusakan pada masing-masing immersion suit, serta melakukan perbaikan jika memungkinkan. Bila perbaikan tidak bisa dilakukan maka immersion suit yang rusak harus dikirim ke darat melalui offlanding dan meminta immersion suit baru dari perusahaan sebagai gantinya.
2) Data kedua
Pada tanggal 21 November 2018 diadakan lifeboat drill yang bersama superintendent perusahaan. Pada drill tersebut semua awak kapal diwajibkan memakai lifejacket dan berkumpul di muster station. Semua awak kapal memakai lifejacket-nya masing-masing yang telah disediakan di setiap cabin kapal. Mualim I memeriksa pemakaian lifejacket setiap crew dan ditemukan semua awak kapal memakai lifejacket dengan benar. Setiap tali pengikat pada lifejacket berada di posisi benar baik di leher maupun pinggang pengguna. Setelah pemeriksaan terhadap pemakaian lifejacket, dilakukan pengecekan pada lifejacket masing-masing apakah ada kerusakan atau tidak. Pertama dicek terlebih dahulu keadaan visual lifejacket apakah reflective tape lifejacket masih bagus dan tidak ada kerusakan dan nama kapal dan port of registry tidak rusak atau terhapus, kemudian peluit pada lifejacket dicek juga apakah masih berfungsi dengan baik, lampu pada lifejacket juga dicek apakah ketika terkena air dapat menyala atau tidak.
Setelah dilakukan pengecekan beberapa lampu lifejacket tidak berfungsi, tidak bisa menyala ketika terkena air. Hal ini bisa berbahaya jika dalam keadaan darurat di laut saat malam hari.
Ketika orang yang memakai lifejacket dengan lampu tidak menyala tersebut butuh pertolongan di tengah laut saat malam hari, akan sangat sulit bagi regu penolong untuk
menemukannya. Kemudian kapten memerintahkan mualim III untuk mencatat lifejacket siapa saja yang memiliki lampu yang tidak menyala, agar dapat diganti dengan lampu yang baru.
3) Data ketiga
Pada tanggal 21 November 2018, ketika dilakukan lifeboat drill setelah berkumpul di muster station dan melakukan pengecekan pada lifejacket, semua crew masuk kedalam lifeboat, agar dapat mengetahui dan hafal dengan letak tempat duduknya masing-masing di dalam lifeboat, serta dilakukan pengecekan pada kondisi mesin lifeboat dan safety harness masing-masing kru. Mesin lifeboat dapat menyala dengan baik dan setiap crew mengerti cara penggunaan safety harness-nya masing-masing namun beberapa tempat duduk crew safety harness-nya tidak dapat digunakan karena tidak bisa dikencangkan dan di-lock. Hal ini sangat berbahaya pada awak kapal pada saat lifeboat launcing, karena lifeboat di kapal MT.
Blossom menggunakan sistem free fall launching, dapat mengakibatkan terbenturnya kepala dan patahnya leher akibat kencangnya benturan lifeboat dengan permukaan air saat lifeboat launcher saat keadaan mendesak, maka dari itu penting adanya safety harness masing-masing awak kapal berfungsi dengan baik.
Berdasarkan data-data observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa:\
a) Seluruh awak kapal dapat menggunakan alat-alat keselamatan berupa lifejacket, immersion suit dan safety harness lifeboat dengan baik dan benar
b) Aturan SOLAS chapter III belum diterapkan dengan baik, pada saat lifeboat drill dan immersion suit training, ditemukan beberapa lampu lifejacket tidak berfungsi, resleting immersion suit tidak berfungsi dengan baik dan beberapa safety harness pada tempat duduk lifeboat tidak berfungsi. Semua itu melanggar ketentuan SOLAS chapter III.
b. Data Wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis, berikut informasi yang didapat dari para informan di atas kapal sehubungan dengan alat-alat keselamatan di atas kapal MT. Blossom penggunaannya oleh awak kapal, penerapannya sesuai dengan standart SOLAS, serta hubungannya dengan keselamatan di atas kapal. Beberapa informasinya di uraikan sebagai berikut:
1. Pada tanggal 23 November 2018 penulis melaksanakan wawancara bersama seorang informan yang bernama Gagah Muhendwiga yang bekerja sebagai seorang mualim III A di atas kapal MT. Blossom saat melaksanakan pemeriksaan personal life saving appliances pada masing-masing kabin awak kapal.
”Hampir semua alat-alat keselamatan di atas kapal MT. Blossom sesuai dengan standart SOLAS chapter III, namun karena pengecekan terhadap alat-alat keselamatan tidak menyeluruh ada beberapa alat-alat keselamatan yang tidak memenuhi standart SOLAS, bisa karena rusak atau lewat tanggal expired.
Terkendalanya pengecekan terhadap alat-alat keselamatan
disebabkan oleh padatnya pekerjaan di atas kapal. Sebenarnya, semua alat-alat keselamatan sudah terjadwal waktu pemeriksaan dan perawatannya dalam PMS (Planned Maintenance System).
Pendeknya rute-rute pelayaran dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, singkatnya waktu bongkar muat dari satu jetty ke jetty lainnya menyebabkan cargo operation semakin lama sehingga jam jaga mualim 3 menjadi overtime dan tidak ada waktu untuk memeriksa alat-alat keselamatan selama di pelabuhan.”(MA1_III.
25-11-2018)
Berdasarkan hasil wawancara singkat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa alat-alat keselamatan di atas kapal MT.
Blossom belum memenuhi standart SOLAS chapter III diakibatkan beberapa alat-alat keselamatan yang expired maupun rusak. Hal tersebut dapat terjadi karena mualim III, sebagai perwira yang bertanggung jawab terhadap alat-alat keselamatan di atas kapal, tentang kelengkapan dan perawatannya tidak melakukan pemeriksaan dan perawatan alat-alat keselamatan di atas kapal sesuai dengan jadwal dalam PMS.
2. Pada tanggal 15 Desember 2018 penulis mengadakan wawancara bersama dengan seorang informan bernama Naing Lin Aung yang merupakan Mualim I/chief officer pada saat itu. Wawancara dilaksanakan saat kargo operasi di dalam Cargo Control Room(CCR).
“Actually, all safety appliances onboard must be checked every week and month. However, due to the heavy work on the ship, so that 3rd officer could not check thoroughly. To overcome this, each time a drill is attended by all crew members that required personal life-saving appliances, chief officer as a leader of drill will check how crew using or wearing life saving appliances, if they cannot using or they wearing it incorrectly I will teach them how to wear it. But as long as I’m onboard on MT. Blossom I don’t find any mistake from all crew, all crew can wear and use life saving appliances correctly.
Besides of that, I will ask all crew members to inspect their each personal life-saving appliances if they find their personal life saving appliances broken I will report it to 3rd officer and also when training is held and the training is required to use the life- saving appliances, 3rd officer will check all the equipment..
However, all safety equipment on board will be checked by 3rd officer before inspection by the CDI (Chemical Distribution Institute).” (MU_I. 15-12-2018)
Dari data wawancara singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa mualim I sebagai pemimpin dalam drill akan mengecek pemakaian alat-alat keselamatan oleh setiap awak kapal sebelum drill dimulai. Selama mualim I berada di atas kapal MT. Blossom tidak menemukan awak kapal yang keliru dalam pemakaian alat- alat keselamatan. Mualim I juga memerintahkan setiap awak kapal untuk memeriksa kondisi personal life saving appliances masing-masing, apabila ditemukan kerusakan mualim I akan melaporkannya ke mualim III. Selain pada saat drill, saat training yang membutuhkan alat-alat keselamatan mualim III akan memeriksa kondisi alat-alat keselamatan tersebut.
3. Pada tanggal 1 Januari 2019, penulis melaksanakan wawancara seorang informan bernama Ronny Setyo Adi yang bekerja sebagai mualim III B saat melaksanakan dinas jaga di anjungan.
"Apabila ditemukan alat-alat keselamatan yang tidak memenuhi standart SOLAS maka akan diganti dengan spare alat-alat keselamatan yang baru yang disimpan di life saving appliances store. Apabila tidak ada spare, maka mualim 3 akan mengirimkan email requisition, untuk mengganti alat keselamatan yang rusak, perusahaan akan mengirimkannya ketika kapal berlabuh di Singapore saat bunkering, dan alat-alat keselamatan yang rusak akan dikirimkan ke kantor melalu off landing.”(MB_III. 01-01- 2019)
Dari data wawancara singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa jika mualim III menemukan alat-alat keselamatan keselamatan
yang tidak sesuai dengan aturan SOLAS maka mualim III akan menggantinya segera dengan yang baru.
4. Tanggal 7 Januari 2019, penulis mengadakan wawancara dengan seorang informan bernama Mariadi Mustari yang bekerja sebagai seorang juru mudi atau biasa disebut AB(Able Body). Wawancara dilaksanakan saat cargo watch.
“Kelengkapan dan standardisasi alat-alat keselamatan mempunyai pengaruh terhadap keselamatan di atas kapal, dengan lengkapnya dan sesuai standart alat-alat keselamatan di atas kapal, kecelakaan-kecelakaan di atas kapal dapat dihindari.
Seperti pada kasus MT. Aquabell terjadinya Man Over Board atau terjatuhnya seorang juru mudi ke laut saat pemasangan razor wire pada pinggiran-pinggiran kapal. Mungkin karena hantaman ombak yang cukup kuat membuat juru mudi terhempas terjun ke dalam laut. Kejadian pada saat itu terjadi di deck akomodasi pada pinggir railing, pada saat kejadian tidak tersedia adanya lifebuoy pada area tersebut. Seharusnya berdasarkan aturan SOLAS chapter III pada area akomodasi baik itu sebelah kanan (starboard side) atau sebelah kiri (port side) tersedia lifebuoy with line sehingga jika terjadi Man Over Board pada area deck akomodasi, dapat dicegah dengan melemparkan lifebuoy kearah korban.”(AB_A. 07-01-2019)
Dari data wawancara singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa alat-alat keselamatan di atas kapal berpengaruh untuk menghindari kecelakaaan di atas kapal. Dibuktikan dengan adanya kasus Man Over Board pada MT. Aquabelle dikarenakan tidak lengkapnya alat-alat keselamatan dengan kata lain tidak memenuhi aturan SOLAS.
c. Data Dokumentasi
Adapun hasil dokumentasi yang didapat dari penelitian yang dilakukan penulias di atas kapal MT. Blossom mengenai alat-alat keselamatan di atas kapal.
1) Pada gambar 1.6 disampaikan bahwa Mualim I selaku pemimpin koordinator drill memeriksa pemakaian alat-alat keselamatan setiap awak kapal dan mendapati seluruh crew mampu memakai lifejacket dengan baik dan benar kemudian memberikan intruksi untuk mengecek kondisi lampu, peluit, dan kondisi kesulurahan lifejacket setiap awak kapal.
2) Pada gambar 1.7 terlihat seorang deck cadet memeriksa kondisi steering, power, mesin dalam lifeboat, dan tempat duduk serta safety harness pada tempat duduk.
3) Dalam gambar 1.8 disampaikan bahwa kapten dalam monthly training menjelaskan kepada seluruh awak kapal tentang alat-alat keselamatan yang ada di atas MT. Blossom dan kegunaannya masing-masing.
4) Pada gambar 1.9 disampaikan bahwa mualim III dalam monthly sedang menjelaskan dan memperagakan cara menggunakan alat- alat keselamatan kepada seluruh awak kapal.
5) Dalam gambar 2.1 menunjukkan lampu pada salah satu lifejacket milik crew saat pemeriksaan lifejacket pada lifeboat drill sudah kadaluarsa pada Mei 2018. Gambar tersebut diambil saat November 2019, telah expired 5 bulan.
6) Pada gambar 2.2 disampaikan bahwa sedang dilakukan pemeriksaan terhadap immersion suit seorang awak kapal.
Immersion suit tersebut diperiksa mulai dari keadaan visual ada tidaknya kerusakan pada immersion suit seperti sobekan,
berfungsinya lampu dan tanggal expired-nya, ada tidaknya peluit, kondisi reflective tape, nama kapal dan bendera perusahaan di bagian belakang immersion suit, serta kondisi resleting immersion suit.
Berdasarkan data-data dokumentasi tersebut dapat diperoleh kesimpulan:
1) Seluruh awak kapal dapat menggunakan alat-alat keselamatan dengan baik dan benar, saat mualim I melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan lifejacket oleh seluruh awak kapal menemukan seluruh awak kapal dapat menggunakannya dengan baik. Kapten dan mualim III menjelaskan secara berkala saat training mengenai alat-alat keselamatan di atas kapal dan cara penggunaannya agar seluruh crew mengerti cara penggunaan alat-alat keselamatan di atas kapal.
2) Alat-alat keselamatan di atas kapal belum memenuhi aturan SOLAS chapter III, terbukti pada gambar 2.0 lampu lifejacket yang sudah expired 5 bulan.
C. Analisis Data dan Pembahasan
Dari data-data yang diperoleh penulis dari atas kapal MT. Blossom dapat dianalisa bahwa:
a. Seluruh awak kapal berperan dengan baik dalam penggunaan alat-alat keselamatan, seluruhnya dapat mengenakan dan menggunakan alat- alat keselamatan alat-alat keselamatan dengan baik dan benar.
Peranan awak kapal dalam menggunakan alat-alat keselamatan terhadap kecelakaan di atas kapal begitu penting. Setiap awak kapal dituntut untuk mengerti penggunaan alat-alat keselamatan di atas kapal, terutama personal life saving appliances, yang disediakan dan digunakan hanya untuk masing-masing awak kapal. Karena jika terjadi situasi darurat maka setiap awak kapal yang berhadapan dengan situasi darurat tersebut dapat menggunakan alat-alat keselamatan yang dibutuhkan agar dapat menghindari terjadinya kecelakaan diatas kapal.
Dari data-data yang dikumpulkan oleh penulis, penulis menemukan bahwa seluruh awak kapal mengerti cara menggunakan alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal terutama personal life saving appliances.
b. Aturan chapter III SOLAS mengenai pernangkat pertolongan dan alat- alat pengaturnya belum diterapkan dengan benar di atas kapal MT.
Blossom.
Beberapa alat-alat keselamatan di atas MT. Blossom tidak memenuhi aturan SOLAS chapter III. Beberapa Life Saving Appliance berupa immersion suit tidak memenuhi standart SOLAS Chapter III karena adanya ketidak berfungsian pada resleting dari beberapa immersion suit, hal ini tidak memenuhi ketentuan SOLAS chapter III yang mengharuskan immersion suit menutupi seluruh bagian tubuh kecuali wajah. Selain itu sangat berbahaya berbahaya jika resleting Immersion Suit tidak tertutup dengan sempurna karena ketika abandon
ship maka akan menyebabkan air laut masuk dan mengenai badan, kemungkinan tubuh menjadi tidak bisa mengapung, dan suhu menjadi terekspos suhu luar, sangat berbahaya bila suhu sekitar sangat ekstrem khususnya pada malam hari. Selain itu meneurut ketentuan SOLAS pada chapter III, penggunaan Immersion Suit diharuskan dalama waktu kurang dari dua menit dan tanpa bantuan dari orang lain.
Dengan tidak berfungsinya resleting dengan baik, dapat menghambat pemakaian immersion suit sehingga dapat menyebabkan proses pemakaian immersion suit lebih dari dua menit, hal ini dapat membahayakan awak kapal saat terjadi keadaan darurat yang mengharuskan pemakaian immersion suit.
Tidak berfungsinya lampu pada beberapa lifejacket beberapa awak kapal menandakan Life Saving Appliances dari MT. Blossom belum sesuai dengan standart SOLAS. Sesuai dengan ketentuan SOLAS chapter III setiap lifejacket harus memiliki lampu sebagai sinyal yang berfungsi menarik perhatian kapal lain atau tim penyelamat khususnya di malam hari. Apabila lampu lifejacket mati akan sulit bagi regu penyelamat atau kapal lain melihat/menemukan keberadaan korban pada saat malam hari meskipun lifejacket memiliki reflective tape lifejacket yang berfungsi untuk memantulkan cahaya, namun menjadi tidak efektif apabila tidak terdapat cahaya sama sekali.
Berikut ketentuan lampu lifejacket berdasarkan SOLAS chapter III:
a) Memiliki intensitas cahaya tidak kurang dari 0,75 cd dari semua arah
b) Memiliki sumber energi yang mampu memberikan intensitas bercahaya 0,75 cd untuk jangka waktu minimal 8 jam
c) Terlihat lebih besar dari bagian belahan atas seperti saat dipasang pada lifejacket
d) Cahaya dari lampu lifejacket berwarna putih
e) Jika lampu lifejacket merupakan lampu yang berkedip, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Dapat dioperasikan secara manual,
2) Kedipan tidak kurang dari 50 kedipan dan tidak lebih dari 70 kedipan per menit dengan intensitas cahaya efektif setidaknya 0,75 cd.
Safety harness pada tempat duduk beberapa awak kapal tidak berfungsi dengan baik, tidak bisa dikencangkan dan di-lock. Hal ini sangat berbahaya bagi jenis free fall lifeboat karena dapat menyebabkan cedera saat launching lifeboat karena benturan dengan permukaan air. Seperti dalam aturan SOLAS pada chapter III tentang lifeboat, free fall lifeboat harus dilengkapi dengan safety harness di setiap kursi dengan warna kontras yang dirancang untuk menahan seseorang dengan berat 100 kg di tempat selama peluncuran jatuh bebas serta sekoci dalam posisi terbalik.
Alat-alat keselamatan diatas kapal MT. Blossom tidak diperiksa kondisinya dan dirawat secara berkala Di dalam PMS (Planned Maintenance System) telah terjadwal tugas-tugas mualim III untuk merawat dan memeriksa kelengkapan alat-alat keselamatan di atas kapal, baik itu tugas yang harus dilaksanakan sehari-hari, atau weekly maupun monthly. Namun, dalam prakteknya padatnya pekerjaan di atas kapal membuat mualim III tidak bisa melaksanakan perawatan dan pemeriksaan alat-alat keselamatn sesuai jadwal.
Padatnya pekerjaan di atas kapal, seperti kapas bersandar dan lepas sandar, kargo operasi dalam waktu yang hampir bersamaan dan dalam pelabuhan-pelabuhan yang berdekatan, banyaknya training dan drill setiap bulannya dan sebagainya menyebabkan mualim III tidak bisa memenuhi kewajibannya untuk memeriksa dan merawat alat-alat keselamatan di atas kapal. Seharusnya perusahaan meminta waktu lebih kepada pencarter untuk anchorage sehingga dapat memberi waktu jeda istirahat lebih dalam kargo operasi dan kapal bersandar dan lepas sandar, agar mualim III dapat mendapatkan waktu lebih menjalankan tugasnya atas alat-alat keselamatan. Namun, mualim III akan memeriksa dan memelihara semua alat-alat keselamatan hingga semua dalam kondisi bagus dan sesuai standart SOLAS chapter III sebelum inspeksi yang dilakukan oleh CDI (Chemical Distribution Institute) dilaksanakan. Namun apabila pada saat drill dan training mualim III menemukan atau mengetahui ada alat-alat keselamatan rusak, tidak berfungsi dengan baik, expired atau tidak memenuhi
standart SOLAS maka mualim III akan memperbaiki, jika tidak bisa diperbaiki akan mengganti dengan spare yang ada di atas kapal atau meminta yang baru pada perusahaan.
c. Alat-alat keselamatan berpengaruh terhadap keselamatan di atas kapal dan untuk menghindari kecelakaan di atas kapal
Pada contoh kasus MT. Aquabelle yang didapat penulis dalam hasil wawancara dengan narasumber jurumudi A dapat dianalisis bahwa dengan tidak lengkapnya alat-alat keselamatan dapat mengakibatkan terjadinya keselakaan Man Over Board (MOB) di atas kapal. Pada kasus tersebut karena tidak adanya lifebuoy pada bagian kanan deck akomodasi, menyebabkan orang yang jatuh ke laut tidak dapat ditolong dengan melemparkan lifebuoy with line untuk menarik kembali orang tersebut. Selain itu, beberapa contoh kasus alat-alat keselamatan di atas MT. Blosssom yang tidak sesuai aturan SOLAS chapter III seperti resleting immersion suit yang susah untuk ditutup, lampu lifejacket yang tidak bisa menyala, dan safety harness tempat duduk lifeboat tidak dapat digunakan dengan baik.
Resleting immersion suit tidak dapat digunakan menyebabkan immersion suit tidak dapat menutup dengan sempurna, sehingga air laut dapat masuk kedalam badan dan suhu tubuh akan hilang sehingga berbahaya untuk tubuh. Lampu lifejacket yang tidak dapat menyala menyebabkan apabila terjadi abandon ship saat malam hari menyebabkan tim penyelamat tidak dapat menemukan awak kapal tersebut. Safety harness yang tidak dapat berfungsi dengan baik pada
free fall lifeboat seperti yang terdapat pada MT. Blossom dapat menyebabkan cedera pada awak kapal. Karena ketika lifeboat diluncurkan benturan lifeboat dengan permukaan air laut dapat menyebabkan awak kapal mengalami benturan apabila safety harness pada tempat duduk tidak menahan badan awak kapal.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data-data penelitian yang dikumpulkan penuli, analisa dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Seluruh awak kapal MT. Blossom mengerti cara menggunakan alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal terutama personal life saving appliances. Tiap bulannya dilaksanakan training yang membahas alat- alat keselamatan sehingga seluruh awak kapal dapat selalu mengingat dan mengerti alat-alat keselamatan apa saja yang ada diatas kapal dan cara penggunaannya.
Peranan awak kapal dalam menggunakan alat-alat keselamatan terhadap kecelakaan di atas kapal begitu penting. Setiap awak kapal dituntut untuk mengerti penggunaan alat-alat keselamatan di atas kapal, terutama personal life saving appliances, yang disediakan dan digunakan hanya untuk masing-masing awak kapal. Karena jika terjadi situasi darurat maka setiap awak kapal yang berhadapan dengan situasi darurat tersebut dapat menggunakan alat-alat keselamatan yang dibutuhkan agar dapat menghindari terjadinya kecelakaan diatas kapal.
2. Alat-alat keselamatan di atas kapal tempat penulis melaksanakan prala belum sesuai dengan aturan SOLAS chapter III. Jadi dengan kata lain SOLAS chapter III belum diterapkan dengan baik di atas kapal MT.
Blossom. Masih terdapat alat-alat keselamatan tidak memenuhi standart SOLAS, baik karena rusak maupun karena expired. Mualim III sebagai
perwira yang bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan alat- alat keselamatan tidak melakukan pemeriksaan terhadap alat-alat keselamatan di atas kapal secara rutin sesuai dengan instruksi dari perusahaan yang ada dalam PMS (Planned Mintenance System) dikarenakan padatnya pekerjaan di atas kapal.
3. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa alat-alat keselamatan di atas kapal berpengaruh untuk keselamatan dan menghindari kecelakaan di atas kapal. Dengan lengkapnya alat-alat keselamatan di atas kapal dan alat-alat keselamatan tersebut sesuai dengan standart SOLAS chapter III maka kecelakaan di atas kapal dapat dihindari. Seperti yang terjadi pada kasus MT. Aquabelle, kecelakaan Man Overboard dapat di hindari apabila terdapat Lifebuoy di samping kanan deck akomodasi sesuai aturan SOLAS chapter III.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, penulis menemukan beberapa kekurangan – kekurangan yang perlu untuk ditingkatkan lagi, sehingga penulis berusaha untuk memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun saran-saran sebagai berikut :
1. Mualim III sebagai perwira yang bertanggung jawab terhadap alat-alat keselamatan harus mengatur waktu seefisien mungkin agar dapat melaksanakan pemeriksaan terhadap alat-alat keselamatan di atas kapal sesuai dengan jadwal yang terdapat pada PMS (Planning Maintenance System) dan sesuai dengan ketentuan SOLAS chapter III. Kemudian
melaporkan hasil-hasil pemeriksaan, apabila ditemukan kurangnya alat- alat keselamatan atau alat-alat keselamatan yang tidak memenuhi aturan standart SOLAS chapter III harus dilaporkan ke perusahaan agar dapat mendapatkan spare atau alat-alat keselamatan yang baru.
2. Perusahaan diharapkan secara rutin melakukan kegiatan audit ke kapal, agar mengetahui apakah ada kelengkapan, kekurangan dan kerusakan terhadap alat-alat keselamatan kapal untuk segera diperbaiki dan bila perlu diganti. Perusahaan juga harus meminta waktu lebih kepada perusahaan pencarter untuk memberikan waktu luang lebih seperti anchorage time agar mualim III dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Apabila mualim III meminta spare atau ganti alat-alat keselamatan maka perusahaan harus memenuhinya dengan segera.
Semoga saran di atas dapat diterapkan di kapal dan mampu meningkatkan keselamatan di atas kapal.