BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SHIP’S PARTICULAR MV. TANTO BAGUS Name of vessel : MV. Tanto Bagus
IMO No : 9210725
Call sign : YBMJ2
Type of vessel : General cargo / Container Port of registery : Jakarta
Flag : Indonesia
Class : BKI
Date register : 08, Agustus 2016 Gross tonnage : 7.091 MT
Neto tonnage : 3.492 MT Registery length : 117,42 mtrs
LOA : 126,42 mtrs
LPP : 116,60 mtrs
LBP : 116,60mtrs
Freeboard : 2,278 mtrs
Hight keel to mast : 40,50 mtrs
Air draft : 31,50 mtrs
Depth : 9.50 mtrs
Breadth : 19,40 mtrs
Light weight : 4716.60 MT
Deadwight : 8127.40 MT
Summer draft : 7.235 mtrs Tropical draft : 7,380 mtrs Winter draft : 7,080 mtrs Fresh water allowance : 0.150 mtrs HFO tank capacity : 566.80 MT
MDO tank capacity : 126.80 MT Lub oil tank capacity : 49.95 MT Fresh water tank capacity : 194.00 tons Ballast tank capacity : 2662,50 MT
MV. Tanto Bagus memiliki 21 crew sudah termasuk cadet deck satu orang, dan cadet mesin satu orang. Susunan kepemimpinan di atas kapal MV. Tanto Bagus yaitu
4.1 Tabel Struktur Organisasi Di Atas Kapal MASTER
CHIEF OFFICER CHIEF ENGINER
SECOND OFFICER THIRD OFFICER
SECOND ENGINER THIRD ENGINER FORTH ENGINER BOSTWAIN
ABLE SEAMAN I II III ORDINARY
SEAMAN CHIEF COOK
MESS BOY
ELECTRICEN
OILER I II III
Pada karya ilmiah terapan ini, penulis akan menjelaskan mengenai hasil penelitian yang didapat pada saat melaksanakan praktek layar di PT. TANTO INTIM LINE di kapal KM. TANTO BAGUS pada 21 Agustus 2018 sampai 26 Agustus 2019.
KM. TANTO BAGUS adalah kapal bertipe general kargo dengan GT 7091.
Pada saat penulis melaksanakan praktek layar dan penelitian di sana, kapal tersebut hanya memuat container saja. Selama penulis melakukan praktek di sana, KM. TANTO BAGUS hanya beroprasi dibeberapa pulabuhan dalam negri saja yaitu, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, pelabuhan Makasar, pelabuhan Gorontalo, pelabuhan Kendari, pelabuhan Ternate, dan pelabuhan Tobelo.
Sehubungan dengan judul penelitaian yang penulis ambil yaitu observasi keadaan cuaca di atas kapal maka tempat yang paling tepat untuk melakukan penelitian tersebut ialah anjungan karena semua alat – alat bantu untuk melakukan observasi cuaca terdapat di anjungan. Pada saat melaksanakan praktek layar penulis pernah merasakan atau mengalami beberapa jenis cuaca di laut, tapi penulis tidak pernah mengalami cuaca yang sangat ekstrim, karena jalur pelayaran yang hanya di dalam negri saja.
4.2 HASIL PENELITIAN 4.2.1 PENYAJIAN DATA
Selama penulis praktek layar, dan melakukan penelitian di MV. Tanto Bagus, penulis mendapatkan data sebagai berikut.
Cuaca adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan saat berlayar karena cuaca juga merupakan penunjang keselamatan saat berlayar, jadi apa bila tidak diperhatikan cuaca dapat mengakibatkan hal buruk pada pelayaran, hal
terburuknya, dapat menyebabkan kecelakaan, dan bisa saja kapal tersebut tidak sampai pada tujuannya.
Pada penelitian ini penulis mengambil data primer berupa wawancara yang penulis lakukan saat melaksanakan praktek layar di KM. Tanto Bagus, dan yang menjadi informan yaitu perwira deck di KM. Tanto Bagus karena merekalah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan navigasi di atas kapal.
4.2.1 Tabel Wawancara
1. Latar belakang Penulis melakukan wawancara tentang observasi keadaan cuaca kepada perwira di KM. Tanto Bagus.
2. Maksud dan tujuan Tujuan dari wawancara ini untuk mendapatkan data primer yang meliputi cara melakukan observasi keadaan cuaca di atas kapal, dan seperti apa kondisi cuaca yang baik dan kondisi cuaca yang buruk di laut.
3. Topik wawancara Observasi keadaan cuaca di KM. Tanto Bagus.
4. Waktu dan tempat kegiatan Wawancara dilaksanakan pada Tanggal : 24 Maret 2019 Waktu : 17.00
Tempat : KM. Tanto Bagus 5. Laporan hasil wawancara Narasumber : Nahkoda
Pewawancara : Stefri Pantow
Pewawancara : Selamat sore kapten, mohon izin minta waktunya sebentar, saya akan melakukan wawancara untuk menyelesaikan karya ilmiah terapan yang merupakan persyaratan kelulusan.
Narasumber : Selamat sore det, iya silahkan apa yang mau kamu tanyakan ?
Pewawancara : Bagaimana cara melakukan observasi cuaca di atas kapal ?
Narasumber : Observasi berarti pengamatan,
berarti kita mengamati cuaca. Yang kita amati dari cuaca yaitu unsur – unsurnya. Mengamati cuaca di atas kapal berarti mengamti unsur – unsur cuaca di laut yaitu, angin, tekanan udara, suhu udara, besar ombak, dan awan. Kita biasa melakukan observasi cuaca di laut dengan dua cara yaitu dengan observasi visual dan observasi instrumental.
Pewawancara : Apa yang dimaksud dengan observasi secara visual dan instrumental ?
Narasumber : Observasi visual yaitu observasi yang dilakukan langsung menggunakan panca indra yaitu mata, dan observasi instrumental adalah observasi yang dilakukan dengan bantuan alat – alat pegukur.
Pewawancara : Unsur – unsur cuaca apa saja yang dapat diobservasi menggunakan cara visual dan cara instrumental ?
Narasumber : Observasi secara visual digunakan untuk objek yang kelihatan langsung oleh mata seperti, bentuk dan jenis awan.
Observasi secara instrumental dilakukan untuk mengamati objek yang tidak bisa dilihat langsung oleh mata seperti, angin, tekanan udara, dan suhu udara. Kita bisa menggunakan anemometer, barometer, dan thermometer untuk melakukan observasi secara instrumental.
Pewawancara : Seperti apa keadaan cuaca yang baik dan cuaca yang buruk di laut ?
Narasumber : Keadaan cuaca yang baik di laut adalah kondisi cuaca yang tidak berpotensi menimbulkan bahaya dalam pelayaran. Ukuran kapal juga mempengaruhi bahaya atau tidak bahayanya suatu keadaan cuaca di laut. Misalnya untuk kapal berukuran 7000 GT seperti kapal kita kondisi laut slight to moderate sea dengan kecepatan angin lebih dari 10 knots, dan kurang dari 20 knots, dengan besar ombak sekitar 1 – 2 meter, tidak menjadi ancaman dalam pelayaran, jadi masih tergolong cuaca baik. Tapi untuk
kapal – kapal yang berukuran kecil mungkin saja sudah menjadi ancaman karena dapat berpotensi menyebabkan bahaya dalam pelayaran.
6. Waktu dan tempat kegiatan Tanggal : 15 Juli 2019 Waktu : 16.30
Tempat : KM. Tanto Bagus 7. Laporan hasil wawancara Narasumber : Mualim Satu
Pewawancara : Stefri Pantow
Pewawancara : Selamat sore chief, mohon izin minta waktunya sebentar, saya akan melakukan wawancara untuk menyelesaikan karya ilmiah terapan yang merupakan persyaratan kelulusan.
Narasumber : iya silahkan det.
Pewawancara : Bagaimana cara melakukan observasi cuaca di atas kapal ?
Narasumber : Untuk melakukan observasi cuaca di atas kapal, kita harus mengetahui terlebi dahulu apa yang akan kita observasi atau amati dari cuaca. Yang kita amati dari cuaca yaitu unsur – unsurnya seperti, angin, tekanan udara, suhu udara,serta jenis dan bentuk awan. Kita bisa menggunakan pengamatan visual untuk objek yang nampak langsung, dan menggunakan alat bantu ukur untuk objek yang tidak bisa dilihat langsung oleh mata atau cara instrumental
Pewawancara : Unsur – unsur cuaca apa saja yang bisa kita amati menggunakan cara visual dan instrumental ?
Narasumber : Dengan cara visual kita bisa mengamati bentuk dan jenis awan. Apakah awan yang ada di sekitar kita berpotensi menurunkan hujan atau tidak. Kita bisa melihat pedoman seperti Cloud Chart yang ada di atas kapal untuk membantu kita dalam mengetahui jenis, bentuk serta karakteristik dari awan yang ada di sekitar kita. Untuk objek yang tidak bisa dilihat langsung oleh mata, kita harus menggunakan alat
bantu ukur seperti anemometer untuk mengukur kecepatan angin, barometer untuk mengukur tekanan udara, dan thermometer untuk mengukur suhu udara.
Pewawancara : Seperti apa kondisi cuaca yang baik dan kondisi cuaca yang buruk di laut ? Narasumber : Kondisi cuaca yang baik di laut berdasarka obsrvasi cuaca atau pengamatan cuaca seperti, langit tampak cerah, hanya terlihat awan awan yang tidak berpotensi menurunkan hujan seperti, awan Cirrus, ataupun awan Cirrostratus yang hanya berpotensi menurunkan hujan gerimis tapi langit tetap cerah, kecepatan angin kurang dari 20 knots dengan keadaan laut atau sea like a mirror sampai slight sea.
Sedangkan kondisi cuaca yang buruk seperti, terdapat awan yang berpotensi menimbulkan hujan lebat seperti awan Cumolonimbus, tekanan udara lebih rendah dari biasanya menandakan akan turun hujan, dikarenakan angin bertiup ketempat itu, kecepatan angin lebih dari 30 knots dengan kondisi laut berdasarkan skala beaufort yaitu moderate sea sampai very high phenomenal dengan besar ombak 3 – 14 meter.
8. Waktu dan tempat kegiatan Tanggal : 19 Februari 2019 Waktu : 14.00
Tempat : KM. Tanto Bagus 9. Laporan hasil wawancara Narasumber : Mualim Dua Pewawancara : Stefri Pantow
Pewawancara : Selamat siang second, mohon izin minta waktunya sebentar, saya akan melakukan wawancara untuk menyelesaikan karya ilmiah terapan yang merupakan persyaratan kelulusan.
Narasumber : iya silahkan det.
Pewawancara : Bagaimana cara melakukan observasi cuaca di atas kapal ?
Narasumber : Untuk melakukan observasi cuaca di atas kapal, kita harus mengetahui apa saja unsur – unsur cuaca, karena unsur – unsur cuaca tersebut saling berhubungan misalnya untuk mengetahui besar ombak, kita harus mengetahui terlebi dahulu kecepatan angin, kemudian kita hitung menggunakan tabel perhitungan skala beaufort.
Pewawancara : Unsur – unsur cuaca apa saja yang bisa kita amati menggunakan cara visual dan instrumental ?
Narasumber : Dengan cara visual kita bisa mengamati objek yang bisa dilihat langsung oleh mata. Untuk cra instrumental kita harus menggunakan alat bantu ukur seperti, anemometer untuk mengukur kecepatan angin, barometer untuk mengukur tekanan udara, dan thermometer untuk mengukur suhu udara.
Pewawancara : Seperti apa kondisi cuaca yang baik dan kondisi cuaca yang buruk di laut ? Narasumber : Untuk mengetahui seperti apa kondsi cuaca yang baik dan cuaca yang buruk di laut kita bisa menggunakan skala beaufort sebagai pengukur dari keadaan laut atau sea state level. Misalnya keadaan laut sea like a mirror dengan kecepatan angin kurang dari 1 knot jadi tidak ada ombak merupakan kondisi cuaca yang baik, sedangkan kondisi laut lebih dari moderate sea sea sudah merupakan kondisi cuaca yang buruk di laut karena dapat berpotensi menyebabkan bahaya dalam pelayaran.
10. Waktu dan tempat kegiatan Tanggal : 20 November 2018 Waktu : 20.30
Tempat : KM. Tanto Bagus 11. Laporan hasil wawancara Narasumber : Mualim Tiga
Pewawancara : Stefri Pantow
Pewawancara : Selamat malam third, mohon izin
minta waktunya sebentar, saya akan melakukan wawancara untuk menyelesaikan karya ilmiah terapan yang merupakan persyaratan kelulusan.
Narasumber : iya silahkan det.
Pewawancara : Bagaimana cara melakukan observasi cuaca di atas kapal ?
Narasumber : Untuk melakukan observasi cuaca di atas kapal, kita harus mengetahui apa saja unsur – unsur cuaca. Unsur – unsur cuaca yaitu angin, tekanan udara, suhu udara, jenis dan bentuk awan. Untuk melakukan pengamatan atau observasi cuaca kita harus mengetahui hubungan dari unsur – unsur cuaca tersebut seperti angin dan ombak, di mana kecepatan angin berpengaruh pada besar ombak, juga tekanan udara, angin dan awan, di mana jika tekanan udara rendah kemungkinan akan turun hujan karena angin akan bertiup ke tempat tersebut sehingga akan mengumpulkan awan di tempat itu, dan kemungkinan akan hujan.
Pewawancara : Unsur – unsur cuaca apa saja yang bisa kita amati menggunakan cara visual dan instrumental ?
Narasumber : Dengan cara visual kita bisa mengamati objek yang bisa dilihat langsung oleh mata. Untuk cra instrumental kita harus menggunakan alat bantu ukur seperti, anemometer untuk mengukur kecepatan angin, barometer untuk mengukur tekanan udara, dan thermometer untuk mengukur suhu udara.
Pewawancara : Seperti apa kondisi cuaca yang baik dan kondisi cuaca yang buruk di laut ? Narasumber : Kondisi cuaca yang baik ialah saat keadaan langit cerah, dan tekanan udar lebih tinggi dari biasanya, karena angin akan bertiup dari daerah itu. Kondisi cuaca yang buruk ialah saat tekanan udara menjadi rendah dari biasanya karena angin akan bertiup ke daerah itu, semakin kencang tiupan angin akan berpengaruh terhadap
besar ombak, serta akan mengumpulkan awan di sekitar tempat itu dan berotensi akan menimbulkan hujan.
Gambar keadaan cuaca tenang di atas KM. Tanto Bagus.
Gambar di atas penulis ambil saat berlayar di laut Maluku saat dalam perjalanan Surabaya menuju Ternate, berdasarkan pengamatan visual kondisi cuaca pada saat itu cerah dan terdapat awan Stratus (St). Awan Stratus merupakan jenis awan yang terbentuk pada ketinggian sekitar 2000 m, dengan lapisan yang melebar dan menbentang kesegala arah serta dengan tekstur awan yang tipis dan berlapis-lapis.
Gambar Anemometer di atas KM. Tanto Bagus.
kecepatan angin saat itu sekitar 16 knots, jadi berdasarkan tabel perhitungan skala beaufort kondisi laut saat itu adalah slight sea dengan besar ombak saat itu sekitar 0.6 sampai 1.2 meter, tekanan udara saat itu 1013 mb (milibar) serta suhu udara yaitu 30℃.
Gambar Barometer di atas KM. Tanto Bagus.
Gambar Termometer di atas KM. Tanto Bagus.
Di lain waktu saat penulis berlayar dari Tobelo menuju Surabaya, penulis pernah mengalami keadaan cuaca yang lumayan buruk di laut Jawa tepatnya di Utara pulau Kangean dengan kecepatan angin 40 knots, dan berdasarkan tabel perhitungan skala beaufort kondisi laut saat itu ialah moderate to rough sea dengan besar ombak sekitar 3 – 4 meter.
Lewat pengamatan visual terdapat awan Altostratus dan Cumulus di sekitar daerah pelayaran yang waktu itu kita lewati. Awan Altostratus merupakan awan yang berwarna abu-abu kebiruan dengan bentuk lebar surat dan menutupi langit-
langit baik secara total maupun secara keseluruhan dan dapat berpotensi menurunkan hujan, dan Awan cumulus merupakan jenis awan yang tumbuh berbentuk secara vertikal keatas. Dengan bentuknya seperti perkembangan kembang kol. Awan cumulus akan terus dan dapat bertambah besar pada bagian puncaknya yang dapat mencapai ketinggian 1000 m.
Gambar Anemometer di atas KM. Tanto Bagus
Gambar keadaan laut Jawa Utara pulau Kangean.
Gambar awan Altostratus dan Cumulus.
4.3 PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah penulis peroleh saat praktek layar di MV.
Tanto Bagus. Observasi cuaca berarti pengamatan cuaca. Untuk mengamati cuaca kita dapat menggunakan penglihatan atau visual, seperti mengamati jenis dan bentuk awan, karena itu kita harus mengetahui jenis – jenis dan bentuk awan serta karakteristiknya. Di atas kapal KM. Tanto Bagus telah tersedia Cloud Chart sebagai pedoman untuk mengetahui jenis dan bentuk awan yang ada di sekitar kapal.
Untuk melakukan pengamatan terhadap unsur – unsur cuaca yang tidak bisa dilihat langsung oleh mata atau secara visual, kita dapat menggunakan alat – alat bantu ukur yang ada di atas kapal seperti, anemometer, barometer, dan thermometer untuk melakukan pengamatan terhadap kekuatan angin, tekanan udara, suhu udara, kita dapat melihat kekuatan angin di anemometer dan menggunakan sakala beaufort untuk mengetahui besar ombak dan kondisi laut atau sea state level.
Dengan melakukan pengamatan atau observasi cuaca di atas kapal, kita dapat mengetahui seperti apa kondisi cuaca yang baik dan kondisi cuaca yang buruk di laut.
Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang telah penulis lakukan saat praktek layar di KM. Tanto Bagus, kita dapat mengetahui kondisi cuaca yang baik di laut yaitu, kondisi cuaca yang tenang, kondisi cuaca yang tidak membahayakan pelayaran, misalnya keadaan langit cerah, hembusan angin kurang dari 30 knots dengan kondisi laut dari sea like a mirror sampai slight to moderate sea, dengan besar ombak 0 – 2 meter masih tergolong cuaca yang tidak membahayakan pelayaran untuk kapal yang berukuran 7000 GT seperti KM. Tanto Bagus.
Dari penelitian ini kita juga dapat mengetahui kondisi cuaca buruk di laut berarti, kondisi cuaca yang dapat membahayakan pelayaran. Seperti yang pernah penulis alami saat berlayar di Utara pulau Kangean, tampak awan Altostratus, dan Cumulus di sekitar kapal yang berkemungkinan dapat menurunkan hujan, kekuatan angin mencapai 40 knots, dan berdasarkan skala beaufort besar ombak sekitar 3 – 4 meter dengan kondisi laut saat itu slight to moderate sea. Keadaan cuaca seperti itu sudah termasuk cuaca yang buruk untuk kapal seukuran KM.
Tanto Bagus, karena dapat membahayakan pelayaran. Ukuran kapal juga mempengaruhi kemampuan kapal untuk melakukan pelayaran, misalnya untuk ukuran kapal lebih besar kondisi slight to moderate sea belum termasuk kondisi cuaca yang membahayakan pelayaran.
BAB V
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Karena cuaca merupakan suatu fenomena alam yang tidak bisa dicegah dengan kemampuan manusia, maka kita harus mempersiapkan kedatangannya.
Observasi keadaan cuaca di laut bertujuan untuk mengetahui seperti apa kondisi cuaca baik dan cuaca buruk di laut.
Berdasarkan hasil penelitian di atas kapal MV. Tanto Bagus saat penulis melaksanakan praktek layar lewat wawancara terhadap perwira kapal yaitu, Nahkoda, Mualim satu, Mualim dua, dan Mualim tiga yang mempunyai tanggung jawab dalam hal navigasi, dapat diketahui cara melakukan observasi cuaca di atas kapal yaitu dengan menggunakan pengamatan visual atau penglihatan untuk objek yang bisa dilihat langsung oleh mata seperti, jenis dan bentuk awan dengan meggunakan cloud chart yang ada di atas kapal sebegai pedoman, dan skala beaufort untuk menghitung besar ombak dan sea state level atau kondisi laut.
Untuk melakukan pengamatan terhadap angin, tekanan udara, suhu udara yang tidak bisa di lihat langsung dengan mata, kita harus menggunakan alat bantu ukur yaitu anemometer untuk mengukur kekuatan angin dan melihat arah angin, barometer untuk mengukur tekanan udara, dan thermometer untuk mengukur suhu udara.
Dari hasil penelitian yang penulis peroleh, kita telah mengetahui kondisi cuaca yang baik yaitu kondisi cuaca yang tidak membahayakan pelayaran seperti, keadaan langit cerah, hembusan angin kurang dari 30 knots dengan kondisi laut dari sea
like a mirror sampai slight to moderate sea, dengan besar ombak 0 – 2 meter masih tergolong cuaca yang tidak membahayakan pelayaran untuk kapal yang berukuran 7000 GT seperti KM. Tanto Bagus.
Kita juga telah mengetahui kondisi cuaca yang buruk ialah kondisi cuaca yang dapat menyebabkan bahaya dalam pelayaran misalnya tampak awan yang berpotensi menurunkan hujan seperti awan Altostratus, dan Cumulus di sekitar kapal, kekuatan angin mencapai 30 knots atau lebih, dan kita bisa mengukur besar ombak dengan menggunakan skala beaufort berdasarkan kekuatan angin dari anemometer.
5.2 SARAN
Setelah penulis membahas tentang observasi keadaan cuaca di atas KM. Tanto Bagus untuk mengetahui seperti apa kondisi cuca yang baik dan kondisi cuaca yang buruk di laut, maka penulis akan memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak – pihak yang bersangkutan. Adapun saran sebagai berikut :
1. Sebagai perwira yang bertanggung jawab dibagian navigasi harus mengetahui cara melakukan observasi keadaan cuaca untuk mengetahui kondisi cuaca yang baik dan buruk di laut.
2. Harus mengetahui unsur – unsur cuaca yang merupakan objek untuk melakukan pengamatan atau observasi cuaca di atas kapal.
3. Bisa mengoprasikan alat bantu pengamatan cuaca di atas kapal, agar bisa mengamati unsur – unsur cuaca yang tidak bisa dilihat langsung oleh mata.