• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KARAKTERISTIK TINDAK PIDANA PENIPUAN DAN WANPRESTASI PERJANJIAN 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II KARAKTERISTIK TINDAK PIDANA PENIPUAN DAN WANPRESTASI PERJANJIAN 2.1"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

2 Tahun 1855, yang selanjutnya diterapkan khusus di negara-negara jajahan, termasuk beberapa kodifikasi peraturan pidana. Setiap penjajah membawa serta undang-undang yang berlaku dan diberlakukan di negara kolonial.Pada masa penjajahan Jepang, aturan hukum pidana diundangkan, seperti Gun Seirei. Pemerintah belum mampu dengan cepat menetapkan peraturan hukum sehingga menggunakan undang-undang zaman kolonial sebagai acuan peraturan hukum, termasuk peraturan hukum pidana di Indonesia.

Untuk mengisi kesenjangan peraturan pidana, pemerintah menggunakan peraturan hukum pidana dari Belanda yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 1946 jo Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang pelaksanaan KUHP di seluruh Indonesia. Hukum pidana tercipta dari suatu asas hukum yang merupakan konsep dasar yang digunakan dalam pembentukan aturan-aturan hukum pidana yang tertulis, termasuk rumusan kitab hukum pidana. Asas teritorial artinya hukum pidana berlaku terhadap segala tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang dimanapun di luar negeri.

Dalam pelaksanaan penegakan hukum pidana substantif, seseorang tidak dapat langsung mempertanggungjawabkan perbuatannya. Asas pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana dikenal dengan istilah “Geen straf zonder schuld, actus non facit reum nisi mens sist rea”.

Karateristik Tindak Pidana Penipuan

Nama yang digunakan bukanlah nama asal, tetapi nama, maruah atau jawatan orang lain yang tidak sepadan dengan keadaan sebenar, termasuk nama tambahan yang tidak diketahui oleh orang lain. Perbuatan yang dilakukan secara licik dan tipu daya untuk memanipulasi orang lain sehingga tergerak hati seseorang itu mengikut kehendak seseorang untuk mempercayai atau yakin akan kebenaran sesuatu kepada orang lain atas perbuatan itu termasuk menunjukkan surat palsu. Tindakan dengan kata-kata, yang tidak cukup dengan satu perkataan dusta, tetapi beberapa dusta untuk mempengaruhi atau menipu orang lain.

Perbuatan yang disamakan dengan membujuk orang lain, yaitu mempengaruhi seseorang sedemikian rupa atau dengan cara tertentu sehingga orang lain mau bertindak sesuai dengan keinginan pelaku untuk menyerahkan barang. Perbuatan yang menimbulkan kerugian materil terhadap orang lain adalah orang yang tergerak oleh perbuatan pelaku yang dapat mempengaruhi orang lain untuk menyerahkan sesuatu atau melepaskan utang atau menghapus utang. Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan menggunakan nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat atau serangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya atau memberinya hutang atau menghapuskan hutang, diancam dengan pidana. penipuan dengan ancaman hukuman penjara maksimal empat tahun.

Tindak pidana penipuan adalah memalsukan nama penulis buku dan lain-lain dalam Pasal 383 bis KUHP; Dengan berkembangnya teknologi informasi, penipuan melalui dunia maya sering terjadi, sehingga peraturan perundang-undangan mengatur larangan melakukan penipuan dengan menggunakan fasilitas Internet seperti dalam Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang pada intinya mengatur tentang larangan memanipulasi, membuat, mengubah, menghapus, memusnahkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik tersebut dianggap sebagai data yang otentik. Asas bahwa sidang pengadilan harus terbuka untuk umum dilakukan melalui sidang yang terbuka untuk umum, hal ini dapat menjadi pengecualian bagi perkara-perkara tertentu yang dapat dilaksanakan secara tertutup dengan tujuan untuk melindungi kepentingan korban, asalkan Hakim menganutnya. kebijakan ini diminta oleh penuntut umum, saksi, terdakwa, korban dan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 195 KUHAP.

Pemerintahan Orde Baru merancang peraturan perundang-undangan acara pidana yang menggantikan peraturan perundang-undangan kolonial yang melahirkan 5 Undang-Undang No. Penyidik ​​dapat melakukan penangkapan dan penahanan sejak saat dilakukan penyidikan untuk mencegah tersangka melarikan diri sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 KUHAP yang menjelaskan bahwa penangkapan adalah suatu perbuatan yang dilakukan penyidik ​​berupa pengekangan kebebasan untuk sementara waktu. tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti untuk kepentingan penyidikan atau penuntutan dan/atau peradilan. Dalam proses penyidikan tindak pidana penipuan, korban akan melaporkan kepada penyidik ​​dan menyerahkan bukti-bukti dan apabila dirasa cukup maka akan dilakukan penyidikan. Apabila penyidik ​​berpendapat bahwa proses penyidikan sudah cukup maka dilakukan proses lebih lanjut. dilakukan yaitu penuntutan oleh penuntut umum seperti pada pasal 1 angka 7 KUHAP yang pada pokoknya menyatakan bahwa Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan suatu perkara pidana kepada pengadilan negeri yang berwenang dengan permintaan agar perkara itu diselidiki. dan diputuskan oleh hakim dalam sidang pengadilan.

Sehubungan dengan proses tindak lanjut setelah penuntutan pada Pasal 77 KUHAP yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pengadilan Negeri berwenang. Kewenangan Pengadilan Negeri dalam mengadili perkara di daerah hukumnya adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 84 KUHAP. Setelah putusan disampaikan kepada terdakwa, maka ia berhak mengajukan proses banding atau kasasi sebagaimana diatur dalam KUHAP melalui Pasal 87 KUHAP yang menyatakan bahwa Pengadilan Tinggi berwenang mengadili perkara di tingkat yang lebih tinggi. pengadilan negeri di wilayah hukumnya tempat permohonan kasasi dimohonkan, sedangkan proses kasasi dalam Pasal 88 KUHAP menyatakan bahwa Mahkamah Agung berwenang mengadili semua perkara pidana yang dimintakan kasasi.

Karakteristik Perjanjian

Syarat Sah Perjanjian dan Akibat Hukumnya

Tidak semua jenis perjanjian termasuk dalam BW, karena Pasal 1319 BW mencantumkan semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak diketahui namanya. Syarat sahnya akad dalam Pasal 1320 BW alinea pertama didasarkan pada kata persetujuan, yang artinya para pihak diharapkan mengutarakan keinginannya, membuat keinginan atau pernyataan pihak yang satu disetujui pihak yang lain. Perjanjian adalah kesepakatan antara kehendak dan pernyataan kedua belah pihak, yang tidak hanya dinyatakan secara tegas, tetapi juga dilaksanakan dengan tindakan yang mencerminkan kehendak tersebut.

Teori deklarasi mengajarkan bahwa suatu kesepakatan terjadi apabila kehendak penerima dinyatakan dalam suatu penawaran tertulis; Jelaskan bahwa kesepakatan terjadi apabila surat wasiat yang dicetak bersifat mengikat dan dikirimkan oleh pihak yang menerima penawaran. Orang yang cakap secara hukum adalah perbuatan seseorang yang secara mandiri melakukan perbuatan hukum yang mengikat dirinya sendiri tanpa dapat diganggu gugat. Umumnya kapasitas hukum dinilai dari usia seseorang.

Pasal 50 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa dalam Undang-Undang Perkawinan usia dewasa adalah 18 tahun. Ketentuan mengenai ketentuan suatu perjanjian yang berbentuk tujuan tertentu diatur dalam Pasal 1320 ayat 3 BW yaitu prestasi yang menjadi hal utama dalam membuat suatu kontrak. Dalam pasal 1322 BW diatur bahwa wasiat seseorang pada waktu mengadakan suatu akad berkaitan dengan hakikat barang atau orang itu. Hakikat barang itu adalah sifat atau ciri-ciri barang yang menjadi alasan kedua belah pihak mengadakan suatu perjanjian.

Diatur dalam Pasal 1323-1327 BW) adalah keadaan atau keadaan dimana seseorang melakukan kekerasan dengan menutup kontrak dengan ancaman melanggar hukum, menimbulkan ketakutan bagi yang menerima kekerasan, ancaman tersebut tidak sah, dan ancaman tersebut bukan merupakan tindakan yang melanggar hukum. tindakan ilegal. Penipuan menjadi dasar pembatalan suatu perjanjian apabila penipuan yang dilakukan oleh salah satu pihak sedemikian rupa sehingga jelas dan nyata bahwa penipuan itu tidak dilakukan oleh pihak yang lain. Kecurangan tidak patut dicurigai, tetapi harus dibuktikan. Tidak semuanya dapat disepakati atau peraturan perundang-undangan membatasi hal-hal yang dapat diatur dalam isi perjanjian.

Apabila pihak membuat perjanjian, mereka mesti mematuhi peruntukan kandungan perundangan.

Karakteristik Wanprestasi

Pengertian Dan Bentuk Tindakan Wanprestasi

Debitur yang memenuhi kinerjanya tetapi melakukan kesalahan, apabila kesalahan kinerjanya tidak dapat diperbaiki, maka debitur tersebut dikatakan tidak memenuhi kinerjanya sama sekali 52.

Akibat Wanprestasi

Itikad buruk seseorang dapat menjadi dasar atau niat untuk melakukan wanprestasi, oleh karena itu undang-undang memberikan sanksi yang tegas bagi pihak yang melanggar isi perjanjian, sanksi dapat berupa: Ganti rugi biaya, kerugian dan bunga dalam hal kegagalan untuk memenuhi suatu kewajiban mulai diwajibkan terlebih dahulu jika, setelah dinyatakan lalai dalam memenuhi kewajiban, debitur terus melalaikan yang terakhir, atau jika sesuatu harus diberikan atau dilakukan yang hanya dapat diberikan atau dilakukan olehnya, hanya dapat diberikan atau dilakukan sebelum batas waktunya habis.” Mengenai perbuatan kreditur terhadap debitur dengan memberikan peringatan, Pasal 1238 BW menjelaskan untuk menentukan debitur.

Mengenai tuntutan ganti rugi, undang-undang memberikan ketentuan mengenai ganti rugi, hal ini tercantum dalam pasal 1247 BW dan pasal 1248 BW. Debitur wajib mengganti hanya biaya-biaya, kerugian-kerugian dan bunga-bunga yang diperkirakan atau dapat diperkirakan pada waktu dibuatnya perjanjian itu, kecuali tidak terpenuhinya perjanjian itu disebabkan oleh penipuan yang dilakukannya”. Kalaupun tidak dilaksanakannya kewajiban itu disebabkan oleh penipuan debitur, maka ganti rugi berupa biaya, kerugian dan bunga yang menyebabkan kerugian dan hilangnya keuntungan kreditur hanya mencakup hal-hal yang merupakan akibat langsung dari kerugian tersebut. tidak terlaksananya kewajiban.

Terakhir, ganti ruginya terbatas, yaitu hanya mencakup kerugian yang dapat diperkirakan dan merupakan akibat langsung dari pelanggaran tersebut. Hukum terbagi menjadi dua yaitu hukum publik dan hukum privat yang dikemukakan oleh Ulpianus. Konsep penipuan ada baik dalam hukum pidana maupun perdata, namun kita harus tetap membedakan antara penipuan pidana dan perdata serta konsep perbuatan melawan hukum, agar tidak terjadi kerancuan antara hukum pidana dan perdata, karena dalam praktiknya polisi sangat sering menjumpai hal tersebut. . laporan dugaan penipuan yang dilakukan seseorang yang berasal dari suatu hubungan.

Perbedaan wanprestasi dilakukan sejak setelah diterbitkannya perjanjian yang dapat berupa tidak ada kinerja sama sekali, kinerja terlambat, kinerja buruk. Penipuan dalam KUHP dilakukan oleh pelaku sejak awal transaksi bisnis dengan sengaja untuk menipu korban dengan serangkaian kebohongan yang harus memenuhi unsur Pasal 378 KUHP, seperti penggunaan alat pembohong. nama palsu, martabat palsu, serangkaian kata-kata palsu, menyerahkan sesuatu. Sedangkan dalam hukum perdata, apabila syarat hukum yang pertama sebagaimana Pasal 1320 BW, yaitu ingkarnya suatu perjanjian, dilanggar karena salah satu pihak melakukan penipuan, maka perjanjian itu sah.

Penipuan dalam hukum perdata mengandung unsur itikad buruk yang menjadi dasar seseorang untuk menipu pihak yang mengadakan perjanjian dengannya.

Referensi

Dokumen terkait

2 Pencurian ringan diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHP yang menyatakan ‚‚Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan 363 KUHP ke-4, begitu juga perbuatan yang

Perbuatan jahat pada Pasal 333 KUHP, bila dikaitkan dengan tindakan pemasungan terhadap ODGJ dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum yaitu

Perbuatan pidana (tindak pidana) adalah “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,

Pengertian tindak pidana menurut rancangan KUHP Nasional adalah mirip dengan pengertian perbuatan pidana menurut Moeljatno, Oleh karena untuk adanya tindak pidana itu, selain

Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.. Unsur-unsur objektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah :

Perjanjian gadai pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

Sedangkan pengertian anak sebagai korban kejahatan adalah anak yang menderita mental, fisik, dan sosial akibat perbuatan jahat (tindak pidana menurut Kitab Undang- Undang

Terlihat jika memang pengertian “jatuh sakit” dan “luka berat” dalam pasal ini sesuai dengan pengertian dalam KUHP, maka penempatan akibat perbuatan ini tidak sepadan, karena “jatuh