KERANGKA LAPORAN GEOTEKNIK KEWAJIBAN LAPORAN GEOTEKNIK
Laporan Survei Geoteknik
Hasil survei di lapangan dan pengujian di laboratorium harus disusun di dalam Laporan Survei Geoteknik yang tersusun sebagai berikut:
1) Lingkup Survei 2) Studi Terdahulu
3) Pengujian yang Dilakukan dan Alat yang Digunakan 4) Proses Pelaksanaan Survei
5) Analisis Data Hasil Survei 6) Kesimpulan dan Rekomendasi
. Laporan Survei dan Analisis Geologi
Hasil survei dan analisis Geologi disusun di dalam Laporan Survei Geologi. Laporan Survei ini memuat namun tidak terbatas pada substansi yang tersusun sebagai berikut:
1) Lingkup Survei 2) Studi Terahulu
3) Alat yang Digunakan dan Spesifikasinya 4) Jadwal Pelaksanaan Survei
5) Proses Pelaksanaan Survei 6) Analisis Data Hasil Survei 7) Kesimpulan dan Rekomendasi 8) Deskripsi
9) Penggambaran Laporan Survei Material
Hasil survei di lapangan dan pengujian di laboratorium harus disusun di dalam Laporan Survei Material yang merupakan bagian dari Laporan Perancangan Geoteknik. Laporan Survei Material memuat namun tidak terbatas pada substansi yang tersusun sebagai berikut:
1) Lingkup Survei 2) Studi Terdahulu
3) Alat yang Digunakan dan Spesifikasinya 4) Jadwal Pelaksanaan Survei
5) Proses Pelaksanaan Survei
6) Analisis Data Hasil Survei dan Labortorium 7) Kesimpulan dan Rekomendasi
8) Penggambaran (jika ada)
BAGIAN
PELAKSANAAN
9. Survei Geologi, Geoteknik dan Material 9.1. Survei Geoteknik
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam Survei Geoteknik, yaitu:
9.1.1. Laporan Survei Geoteknik
Hasil survei di lapangan dan pengujian di laboratorium harus disusun di dalam Laporan Survei Geoteknik yang tersusun sebagai berikut:
1) Lingkup Survei 2) Studi Terdahulu
3) Pengujian yang Dilakukan dan Alat yang Digunakan 4) Proses Pelaksanaan Survei
5) Analisis Data Hasil Survei 6) Kesimpulan dan Rekomendasi 9.1.2. Lingkup Survei
Lingkup Survei Geoteknik meliputi penyelidikan lapangan yang terdiri dari pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, pengambilan contoh tanah terganggu dan tanah tidak terganggu) sesuai dengan Metoda USCS (Unified Soil Classification System).
Survei Geoteknik harus memberikan deskripsi kondisi tanah yang relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan menetapkan dasar untuk penilaian parameter geoteknik yang relevan untuk semua tahap konstruksi.
Informasi dari Survei Geoteknik harus menjadi pertimbangan terhadap aspek-aspek berikut ini:
a. Kesesuaian lokasi terhadap jenis struktur yang diusulkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima
b. Deformasi tanah yang disebabkan oleh bangunan atau yang dihasilkan dari pekerjaan pembangunan dan perilaku terhadap waktu
c. Keamanan sehubungan dengan kondisi batasan-batasan utilitas eksisting yang diijinkan, misalnya terhadap penurunan, penggelembungan tanah, pergeseran massa tanah
d. Jenis-jenis penanganan perbaikan tanah yang diusulkan
e. Urutan tahapan pekerjaan tanah baik untuk timbunan maupun galian
f. Pengaruh dari bangunan serta penggunaannya terhadap lingkungan sekitarnya.
9.1.3. Studi Terdahulu
Studi terdahulu yang digunakan pada pelaksanaaan dan penyusunan laporan Survei Geoteknik, yaitu:
a. Dokumen Laporan Hasil Penyelidikan Tanah yang pernah dikerjakan di lokasi yang bersangkutan
b. Dokumen Feasibility Study yang bersangkutan c. Basic Design yang bersangkutan.
d. Informasi kondisi geologi dan/atau kondisi lingkungan di lokasi yang bersangkutan.
9.1.4. Pengujian yang Dilakukan dan Alat yang Digunakan a. Uji Lapangan pada Tanah dan Batuan
Pengambilan contoh tanah digunakan untuk memperoleh informasi tentang stratifikasi tanah dan parameter geoteknik sebagai input data pada metode perencanaan.
Uji lapangan harus direncanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor umum berikut ini:
Β· Peta geologi
Β· Jenis struktur dan jenis fondasi, serta pekerjaan yang diantisipasi selama konstruksi
Β· Jenis parameter geoteknik yang diperlukan
Β· Metode perencanaan yang diadopsi.
Uji lapangan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan Survei Geoteknik meliputi:
1) Untuk keperluan perencanaan struktur perkerasan jalan Uji lapangan yang umum dipakai:
Β· Pengujian CBR (California Bearing Ratio) lapangan
β’
Pengujian sondir atau uji CPT(Cone Penetration Test), mengacu pada SNI 2827-2008.Β· Pengukuran muka air tanah
Β· Pengujian Test Pit
Alat yang digunakan:
Β· Alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
Β· Alat Sondir atau CPT (Cone Penetration Test)
Β· Alat Pemboran tangan/mesin
Β· Alat Uji Test Pit
Β· Peta geologi untuk perkiraan adanya lokasi patahan
Β· Data β data bor terdahulu disekitar rencana jalan apabila ada
Β· Peta topografi untuk mengetahui kemiringan alamiah lereng eksisting yang ada dan sudah teruji
2) Untuk keperluan perencanaan jembatan Uji lapangan yang umum dipakai:
Β· Pengujian penetrasi standar atau uji SPT (Standard Penetration Test), mengacu pada SNI 4153-2008
Β· Pengujian sondir atau uji CPT (Cone Penetration Test), mengacu pada SNI 2827-2008
Β· Pengujian geser baling lapangan atau uji VST (Vane Shear Test), mengacu pada SNI 03-2487-1991.
Alat yang digunakan:
Β· Alat Uji SPT (Standard Penetration Test)
Β· Alat Uji Sondir atau CPT (Cone Penetration Test)
Β· Alat Uji Geser Kipas/Baling-baling
Β· Data β data bor terdahulu di sekitar rencana jalan apabila ada
Β· Peta topografi untuk mengetahui kemiringan alamiah lereng eksisting yang ada dan sudah teruji.
b. Uji Laboratorium pada Tanah
Program pengujian laboratorium harus disusun dengan memperhatikan korelasinya dengan program penyelidikan lainnya. Adapun prosedur, alat, dan penyampaian hasil pengujian harus mengikuti standar yang berlaku baik dari cara pelaporan, pengecekan kehandalan peralatan, prosedur, dan metode uji, serta penyampaian hasil pengujian klasifikasi tanah dan lokasi pengujian laboratorium.
Hasil pengujian tersendiri harus dibandingkan dengan hasil pengujian lainnya untuk memeriksa tidak terdapatnya kontradiksi di antara data yang tersedia. Hasil pengujian harus diperiksa dengan nilai-nilai yang diperoleh dari literatur, korelasi dengan sifat indeks dan pengalaman yang sebanding.
Uji laboratorium yang umum dipakai adalah sebagai berikut:
1) Uji Klasifikasi, Identifikasi dan Deskripsi Tanah
Klasifikasi, identifikasi dan deskripsi tanah harus dilakukan sesuai dengan SNI 03- 6797-2002 dan SNI 6371: 2015 yang terdiri dari:
Β· Pengujian kadar air, mengacu pada SNI 1965:2008
Β· Penentuan berat volume atau berat isi (bulk density)
Β· Penentuan kepadatan butiran, mengacu pada SNI 1976:2008
Β· Analisis ukuran butiran, mengacu pada SNI 3423:2008
Β· Penentuan batas konsistensi (batas Atterberg) Tata cara pengujiannya harus mengacu pada:
(a) Batas cair, mengacu pada SNI 1967:2008
(b) Batas plastis dan indeks plastisitas tanah, mengacu pada SNI 1966:2008
(c) Batas susut, mengacu pada SNI 3422:2008.
Β·Penentuan indeks kepadatan tanah berbutir, mengacu pada SNI 1976-2008
Β·Penentuan penghancuran tanah (dispersibility), mengacu pada SNI 6874:2012.
2) Uji Indeks Kekuatan Tanah
Uji indeks kekuatan tanah bertujuan untuk menentukan parameter kuat geser terdrainase dan/atau tak terdrainase. Uji kekuatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Β· Uji kuat tekan bebas, mengacu pada SNI 3638:2012
Β· Uji triaksial tak terkonsolidasi tak terdrainase (triaksial UU), mengacu pada SNI 4813:2015
Β· Uji triaksial terkonsolidasi, mengacu pada SNI 2455:2015
Β· Uji geser langsung, mengacu pada SNI 2813:2008.
3) Uji Kompresibilitas dan Deformasi Tanah
Pengujian kompresibilitas dan deformasi tanah pada tanah lempung mencakup uji oedometer (uji konsolidasi) dan pengembangan serta evaluasi potensi keruntuhan (collapse potential). Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kompresi, konsolidasi dan karakteristik pengembangan tanah. Pengujian kompresibilitas oedometer (uji konsolidasi) harus merujuk pada SNI 2812:2011.
4) Uji Pemadatan Tanah
Pengujian pemadatan tanah pada pekerjaan jalan, terdiri atas:
Β· Uji pemadatan tanah (uji Proctor), mengacu pada SNI 1742:2008 untuk cara uji kepadatan ringan tanah dan SNI 1743:2008 untuk cara uji kepadatan berat tanah.
Β· Uji CBR (California Bearing Ratio), mengacu pada SNI 1744:2012.
Β· Uji permeabilitas tanah, mengacu pada SNI 03- 6870-2002 dan SNI 03-6871- 2002.
9.1.5. Proses Pelaksanaan Survei
a. Lokasi dan Kedalaman Titik Penyelidikan Lapangan
Lokasi dan kedalaman titik penyelidikan harus dipilih berdasarkan jenis struktur yang akan dibangun, tinggi timbunan atau galian. Pemilihan lokasi titik penyelidikan harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Titik penyelidikan harus diatur dalam pola sedemikian rupa sehingga stratifikasi tanah yang melintasi lokasi pembangunan dapat diperoleh
2) Diusahakan titik penyelidikan dilakukan pada sumbu jalan atau jembatan dan pada titik-titik kritis yang berperan dalam faktor keamanan stabilitas suatu struktur 3) Untuk struktur pada atau dekat lereng dan pada medan bertangga (termasuk galian),
titik penyelidikan juga harus dirancang sampai di luar area proyek, sehingga stabilitas lereng atau galian dapat dievaluasi. Apabila dipasang angkur, pertimbangan harus diberikan juga pada tegangan yang akan terjadi pada zona transfer beban.
Faktor-faktor berikut harus diperhatikan dalam menentukan jarak titik penyelidikan adalah sebagai berikut:
1) Apabila kondisi tanah relatif seragam atau tanah memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup, jumlah titik penyelidikan dapat lebih sedikit tetapi tidak boleh lebih sedikit dari yang ditentukan di dalam SNI 8460:2017 dan standar-standar yang berlaku.
2) Apabila penyelidikan tanah kombinasi dilakukan, misalnya, CPT (Cone Penetration Test) dan pengeboran, maka CPT harus dilakukan sebelum pengeboran. Jarak dari CPT dan pengeboran harus cukup jauh sehingga lubang bor tidak akan memotong lubang CPT. Jika pengeboran dilakukan sebelum CPT, CPT harus dilakukan pada jarak minimal 2 m dari lubang bor.
Kedalaman penyelidikan harus meliputi semua lapisan yang akan memengaruhi proyek atau terpengaruhi oleh konstruksi. Lereng dan medan bertangga harus dieksplorasi sampai kedalaman di bawah bidang gelincir yang potensial.
b. Jumlah Titik Penyelidikan Lapangan
Lokasi titik bor dalam, sondir, dan bor tangan tidak dapat ditentukan secara pasti tetapi ada pendekatan dasar yang umum digunakan sesuai kebutuhan perencanaan Rencana Teknik Akhir (RTA). Tahapan ini dapat dikatakan merupakan tahapan untuk mendetailkan analisa yang mengacu dari hasil Basic Design. Oleh karena itu diperlukan data penyelidikan tanah yang lebih detail dengan memperhatikan data β data dari Basic Design sebelumnya.
Jumlah titik penyelidikan tanah yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1) Pada struktur jalan, diberikan 1 titik per 50 sampai 200 m. Apabila diperlukan investigasi lebih detail maka ditambah titik diantaranya.
2) Pada bangunan struktur berat, diberikan 1 titik bor pada tiap bagian penopang struktur jembatan, yaitu masing β masing 1 titik pada abutment dan pada pier.
3) Pada terowongan transportasi, diberikan 1 titik tiap 10 sampai 75 m pada daerah pemukiman dan 20 sampai 200 m pada daerah terbuka. Apabila diperlukan investigasi lebih detail maka ditambah titik diantaranya.
4) Pada daerah stabilitas lereng, galian dalam, dan timbunan tinggi, diberikan 3 sampai 5 titik pada potongan kritis. Untuk kelongsoran yang masih aktif, minimum 1 titik pada sisi atas lereng yang longsor.
5) Pada lokasi bangunan yang relatif ringan dan sederhana dapat digunakan uji sondir dan bor tengah.
Catatan: Selain hal dijelaskan diatas, perencana juga disarankan pada beberapa titik untuk melakukan uji sondir berdampingan dengan bor dalam untuk mengetahui korelasi antara nilai NSPT dan tahanan konus qc.
Ketentuan pelaksanaan penyelidikan lapangan adalah sebagai berikut ini:
a. Untuk keperluan perencanaan struktur perkerasan jalan
1) Pemeriksaan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar eksisting dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer), dengan ketentuan interval pemeriksaan maksimal adalah 100 m dilakukan secara zig-zag.
2) Metode Test Pit (Sumur Uji), dengan jarak pengambilan maksimal 5 km.
3) Survei pengukuran kepadatan tanah dengan metode Sand Cone untuk menentukan πΎ π
b. Untuk keperluan perencanaan jembatan
1) Pekerjaan boring, mengacu pada ASTM D2113-94.
Β· Kedalaman bor minimum 40 m, kecuali ditemui lapisan tanah keras pada kedalaman yang lebih kecil dari 40 m dengan N/SPT β₯ 50 maka pengeboran dapat berhenti setelah menembus kedalaman 5 m.
Β· Setiap interval kedalaman 2 m harus dilakukan SPT (Standard Penetration Test) dan harus diambil contoh tanahnya.
Β· Hasil bor harus dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi dengan lithologi (geological description), nilai SPT, letak muka air tanah, dan data yang mendukung lainnya beserta letak kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan.
Β· Undisturbed sampel harus dikerjakan di laboratorium untuk menetukan indeks dan structural properties tanah. Besaran indeks meliputi: Specific Gravity, Bulk Density, kadar air, batas Atterberg, analisis ukiuran butiran. Besaran-besaran structural properties tanah meliputi: uji triaksial (unconsolidated undrained), uji kuat tekan bebas, uji geser langsung, uji konsolidasi.
2) Pekerjaan sondir, dengan ketentuan kapasitas tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan kedalamana mencapai 25 m.
3) Core Box, dengan ketentuan:
β’
Core box diberi tanda atau kode nomor lokasi bor, interval kedalaman bor, dan nomor boxΒ· Diperlihatkan dalam bentuk foto dalam setiap kedalaman.
9.1.6. Analisis Data Hasil Survei Analisis data hasil survei meliputi:
Β· informasi untuk menentukan tipe sub-struktur
Β· karakteristik dan parameter tanah serta daya dukung tanah
Β· prediksi penurunan tanah
Β· kualitas dan skema air bawah tanah
Β· potensi likuifaksi tanah
Β· identifikasi batuan dasar sepanjang trase koridor jalan dan jembatan
Β· deskripsi kondisi geologi di lokasi struktur
Β· peta geologi di lokasi struktur.
9.1.7. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan dan rekomendasi Survei Geoteknik diperoleh dari hasil analisis data hasil survei.
9.2. Survei Geologi
9.2.1. Lingkup Survei dan Analisis
Lingkup Survei dan Analisis Geologi, meliputi:
1) Mengumpulkan data dan melakukan analisis data sekunder meliputi namun tidak terbatas pada:
a. Peta geologi, dimana jenis batuan yang ada di sepanjang trase jalan dipetakan, batas-batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1 : 2.000 ukuran A3, b. Peta dan sejarah gempa,
c. Peta percepatan gempa,
d. Jenis-jenis dan riwayat pembentukan batuan dan endapan,
e. Daerah sesar/patahan, pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain: sesar/patahan, kekar, struktur geologi perlapisan batuan, dan perlipatan.
2) Investigasi pergerakan lempeng geologi.
Apabila data sekunder dirasa kurang maka perlu dilakukan survei geologi ke lapangan. Beberapa hal yang dilakukan pada saat survei geologi sebagai berikut:
a. Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail pada peta dasar topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:25.000.
b. Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia, kemudian hasilnya diplot di atas peta geologi teknik termasuk di dalamnya pengamatan tentang:
Β· Gerakan tanah,
Β· Tebal pelapukan tanah dasar,
Β· Kondisi drainase, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah,
Β· Tata guna lahan,
Β· Kedalaman rawa (apabila rencana trase jalan tersebut harus melewati daerah rawa),
Β· kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang ada, jenis dan karakteristik batuan, kondisi lereng serta kekerasan batuan.
c. Melakukan identifikasi risiko bahaya geologi yang mungkin terjadi di sepanjang area Jalan Tol
d. Memberikan solusi atas hasil identifikasi risiko yang terjadi
Informasi yang diperoleh harus memungkinkan penilaian terhadap aspek-aspek:
kesesuaian lokasi sehubungan dengan pembangunan yang diusulkan dan tingkat risiko yang dapat diterima.
9.2.2. Tujuan Survei
Survei Geologi, mendapatkan informasi mengenai susunan dan pelapisan tanah dan batuan, serta sifat-sifat fisis dan sifat-sifat mekanis tanah dan batuan pada rencana trase jalan tol.
9.2.3. Studi Terdahulu
Studi terdahulu pelaksanaan dan penyusunan laporan Survei dan Analisis Geologi, yaitu:
a. Peta geologi dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya yang menunjukkan:
Β· jenis-jenis dan riwayat pembentukan batuan dan endapan,
Β· daerah sesar/patahan, dan
Β· struktur geologi perlapisan batuan.
b. Dokumen Feasibility Study jalan yang bersangkutan.
c. Basic Design jalan yang bersangkutan.
9.2.4. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan Survei Geologi, meliputi dengan menggunakan alat:
Β· Geolistrik
Β· Peta geologi untuk perkiraan adanya lokasi patahan/sesar, dan sebagainya.
Β· Data β data bor terdahulu disekitar rencana jalan apabila ada
Β· Peta topografi untuk mengetahui kemiringan alamiah lereng eksisting yang ada dan sudah teruji
Β· Peta Geologi Regional
Β· palu geologi untuk mengambil contoh batuan,
Β· kompas geologi untuk menentukan jurus dan kemiringan lapisan batuan, dan
Β· loupe (kaca pembesar) untuk mengidentifikasi jenis mineral yang ada.
9.2.5. Proses Pelaksanaan Survei Geologi dengan Alat Geolistrik
Survei Geologi dengan Alat Geolistrik dilakukan untuk memaksimalkan sebaran lokasi pengujian tanah. yang dilakukan didasarkan pada pengukuran resistivitas lapisan tanah.
Pengukuran Geolistrik dilakukan dengan menggunakan empat elektrode, dengan menerapkan salah satu dari dua konfigurasi, yaitu Konfigurasi Menner atau Konfigurasi Schlumberger. Pemilihan konfigurasi dilakukan dengan mempertimbangkan ketelitian hasil pembacaan terhadap kondisi lapangan yang ada.
Adapun pelaksanaan pengukuran harus mengacu pada ketentuan dan prosedur dari konfigurasi yang dipilih, dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Jarak separasi antar elektrode harus dipilih sedemikian dengan mempertimbangkan pelapisan tanah yang akan diuji, dengan jarak pisah maksimum sebesar 10 m.
b. Kedaiaman yang diharapkan disesuaikan dengan hash Soil Investigation atau data Basic Design yaitu minimal pada kedalaman 60 m.
c. Karena aliran yang diinjeksi ke dalam tanah dapat berjumlah besar, personal harus ekstra berhati-hati saat mengurusi kabel yang digunakan.
d. Cek adanya bocoran aliran balk di ujung awal maupunujung akhir pengukuran guna menjaga kualitas data hasil pembacaan.
e. Rute pembacaan diletakkan sejauh mungkin dari konduktor yang baik seperti pagar kawat, jaringan telepon dan pipa bawah tanah, dan struktur lain yang dapat mendistorsi pola aliran arus. Hindari pula jaringan pembangkit listrik, khususnya yang dilengkapi dengan kawat bumi, karena obyek tersebut dapat menimbulkan voltase yang tinggi di dalam tanah dan mengganggu pengukuran yang dilakukan.
f. Peralatan yang digunakan harus dikalibrasi dan dicek secara teratur termasuk
kualitas pengukuran.
g. Data hasil pengukuran harus disimpan dengan baik, dengan mencantumkan tanggal, posisi pengukuran, kondisi topografi, kondisi drainase, jarak antar elektrode, besarnya pembacaan voltase dan anus atau resistensi, serta adanya kemungkinan kontaminasi guna mempermudah pembacaan dan interpretasi lapisan berikutnya.
9.2.6. Hasil Output
Output dari pekerjaan survei dan analisis geologi adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Batuan Dasar Sepanjang Trase Koridor Jalan dan di lokasi Jembatan, b. Deskripsi kondisi Geologi Sepanjang Trase Koridor Jalan dan di Lokasi Jembatan, c. Peta Geologi Sepanjang Trase Koridor Jalan dan di Lokasi Jembatan.
d. Hasil output dari pekerjaan survei geolistrik adalah:
Β· Pemodelan hasil survei dalam bentuk 2D dan 3D baik dengan software Rockworks 15, RockPlot 3D Viewer atau software lainnya.
Β· Analisis hasil survei dalam bentuk stratigrafi tanah 9.2.7. Laporan Survei dan Analisis Geologi
Hasil survei dan analisis Geologi disusun di dalam Laporan Survei Geologi. Laporan Survei ini memuat namun tidak terbatas pada substansi yang tersusun sebagai berikut:
1) Lingkup Survei 2) Studi Terahulu
3) Alat yang Digunakan dan Spesifikasinya 4) Jadwal Pelaksanaan Survei
5) Proses Pelaksanaan Survei 6) Analisis Data Hasil Survei 7) Kesimpulan dan Rekomendasi 8) Deskripsi
9) Penggambaran 9.3. Survei Material
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam Survei Material, yaitu:
9.3.1. Lingkup Survei
Penentuan lokasi quarry baik untuk bahan timbunan jalan (borrow pit), maupun untuk struktur jembatan diutamakan yang ada di sekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik material, perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.
Melakukan pengambilan contoh material yang ada di Quarry untuk diuji di Laboratorium mengenai kualitas material yang ada di Quarry yang bersangkutan.
9.3.2. Uji Laboratorium Pada Material a. Uji Index Properties Maetrial
Klasifikasi, identifikasi dan deskripsi tanah harus dilakukan sesuai dengan SNI 03-6797- 2002 dan SNI 6371: 2015.
i. Penentuan Berat jenis (specific gravity)
ii. Penentuan berat volume atau berat isi (bulk density) iii. Analisis ukuran butiran
iv. Penentuan batas konsistensi (batas Atterberg)
Batas-batas konsistensi digunakan untuk mengkarakterisasi perilaku tanah lempung dan lanau ketika kadar air berubah. Klasifikasi lempung dan lanau terutama berdasarkan pada batas konsistensi.
b. Uji Kimia dan Kandungan Organik Material
(kehilangan pemijaran/loss of ignition, kadar organik total, bahan organik), kadar karbonat, kadar sulfat, nilai pH (keasaman atau alkalinitas) dan kadar klorida. Pengujian kimia yang dijelaskan di sini bertujuan untuk klasifikasi tanah dan untuk menilai efek merugikan tanah dan air tanah terhadap beton, baja dan tanah itu sendiri.
c. Uji Pemadatan Tanah
i. Uji pemadatan tanah (uji Proctor)
Pengujian pemadatan tanah (uji Proctor) digunakan untuk menentukan hubungan antara kepadatan kering dan kadar air ketika sejumlah upaya pemadatan diberikan serta harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang diberikan di dalam SNI 1742:2008 untuk cara uji kepadatan ringan tanah dan SNI 1743:2008 untuk cara uji kepadatan berat tanah.
ii. Uji California Bearing Ratio (CBR)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan nilai CBR contoh tanah yang dipadatkan atau contoh tanah terganggu. Pengujian CBR harus merujuk pada SNI 1744:2012.
iii. Uji permeabilitas tanah
Pengujian ini dilakukan untuk menetapkan koefisien permeabilitas (konduktivitas hidraulik) untuk aliran air melalui tanah jenuh air. Pengujian permeabilitas harus merujuk pada SNI 03- 6870-2002 dan SNI 03-6871-2002.
9.3.3. Tujuan Survei
Survei Material bertujuan untuk:
a. Mendapatkan informasi mengenai jumlah material yang ada di Quarry baik untuk bahan timbunan jalan (borrow pit), maupun untuk struktur jembatan.
b. Mendapatkan informasi mengenai sifat-sifat fisis dan sifat-sifat mekanis tanah dan batuan dari material di Quarry.
9.3.4. Studi Terdahulu
Studi terdahulu yang digunakan pada pelaksanaaan dan penyusunan laporan Survei Geologi, Geoteknik dan Material, yaitu:
a. Dokumen Laporan Hasil Penyelidikan Tanah yang pernah dikerjakan di lokasi jalan yang bersangkutan.
b. Dokumen Feasibility Study jalan yang bersangkutan.
c. Basic Design jalan yang bersangkutan.
9.3.5. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan Survei Material, meliputi: alat pengambilan contoh material.
9.3.6. Proses Pelaksanaan Survei
Proses kegiatan Survei Material yang harus dilakukan, meliputi: pengambilan contoh material dari Quarry dan jalur kerja.
9.3.7. Laporan Survei Material
Hasil survei di lapangan dan pengujian di laboratorium harus disusun di dalam Laporan Survei Material yang merupakan bagian dari Laporan Perancangan Geoteknik. Laporan Survei Material memuat namun tidak terbatas pada substansi yang tersusun sebagai berikut:
1) Lingkup Survei 2) Studi Terdahulu
3) Alat yang Digunakan dan Spesifikasinya 4) Jadwal Pelaksanaan Survei
5) Proses Pelaksanaan Survei
6) Analisis Data Hasil Survei dan Labortorium 7) Kesimpulan dan Rekomendasi
8) Penggambaran (jika ada)