Model pembelajaran merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, untuk secara aktif menggali dan menemukan konsep dan prinsip ilmiah secara holistik, bermakna dan otentik. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan bahan referensi oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Beberapa hal di atas merupakan contoh model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di sekolah, dimana dengan model pembelajaran ini pendidik dapat beradaptasi sesuai dengan kebutuhan proses pengajaran.
Model pembelajaran mencakup keseluruhan sistem pembelajaran yang meliputi komponen tujuan, kondisi pembelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi hasil belajar. Peneliti akan menguraikan berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dan digunakan dalam proses belajar mengajar khususnya di sekolah dasar. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran inovatif yang menekankan pada konseptual melalui aktivitas yang kompleks.
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mampu membimbing siswa untuk memahami apa yang telah dipelajarinya selama belajar. Dengan model pembelajaran ini, secara psikologis siswa didorong berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disampaikan guru. Apabila syarat-syarat yang dipersyaratkan tidak dapat dipenuhi maka akan sulit untuk menerapkan model pembelajaran ini.
Dilihat dari penekanannya pada proses pembelajaran, model pembelajaran tersebut cenderung mengakibatkan “tenggelam” dalam mengutamakan satu mata pelajaran atau lebih.
PROBLEM BASED LEARNING DAN PENERAPANNYA
Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran yang umum digunakan khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah dan wajib diketahui oleh guru, karena dengan mengetahui hal tersebut diatas dapat memudahkan guru dalam memilih model pembelajaran apa saja yang akan diterapkan untuk menyelesaikannya. . siswanya di kelas, proses pembelajaran. Mengembangkan keterampilan penelitian dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan menguasai pengetahuan substantif untuk menemukan solusi suatu masalah. 9. Keterbukaan proses dalam PBM melibatkan sintesis dan integrasi suatu proses. PBM melibatkan evaluasi dan revisi pengalaman siswa dan proses belajar. C. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. mengamati, mengarahkan siswa pada masalah).
Guru meminta siswa menganalisis data dan merumuskan jawaban sehubungan dengan permasalahan yang telah mereka sampaikan sebelumnya. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengusulkan suatu fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk mengangkat suatu masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan, melakukan percobaan, menerima penjelasan dan memecahkan masalah.
Guru membantu siswa merefleksikan atau mengevaluasi penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri. Setelah siswa siap dalam kelompok kecil, guru memberikan ulasan singkat mengenai materi penulisan sejarah yang akan disajikan, namun hanya secara garis besar.
Pendidik dapat memberikan tugas observasi agar siswa dapat bercerita. Pada fase ini guru berkeliling dan kadang bergantian masuk ke dalam kelompok dengan meminta siswa memahami materi cerita yang telah dibagikan sebelumnya. Pada tahap ini, siswa didorong untuk mengembangkan rencana tindakan berdasarkan temuan mereka. Rencana tindakan ini berupa rencana yang dilakukan siswa atau pemecahan masalah yang dihasilkan siswa, yang dapat dikembangkan menjadi sebuah cerita yang memuat permasalahan yang dicapai beserta solusi yang telah dibahas.
Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah ini, kita sebagai pendidik juga dapat menggunakan film pendek yang akan digunakan sebagai perbandingan cerita dengan kenyataan yang ada. Kemudian pendidik juga dapat menggunakan pengalaman pribadi yang akan dibagikan oleh pendidik kepada siswa, terlihat sederhana namun cara ini dapat memotivasi siswa. Berikut contoh model pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri model pembelajaran ini adalah menggunakan masalah nyata, pembelajaran berpusat pada siswa, dan keterlibatan siswa disini meliputi kelompok dan individu. kegiatan.
HASIL BELAJAR SERTA UPAYA PENINGKATANNYA 1. Hasil Belajar
Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Proses pembelajaran yang berkesinambungan menghasilkan hasil belajar yang dapat mengukur pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran. Hasil belajar peserta didik diarahkan secara optimal agar hasil belajar yang dicapai mencapai batas maksimal. Upaya lain yang harus dilakukan oleh seorang pendidik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda.
Selain itu, orang tua dapat memberikan perhatian dan motivasi lebih terhadap pembelajaran siswa. Tingkat kesukaran kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia pada ranah kognitif menunjukkan tingkat yang tinggi, pada ranah afektif menunjukkan tingkat yang rendah, dan pada ranah psikomotorik menunjukkan tingkat yang tinggi. Tingkat kesulitan keterampilan dasar mata pelajaran PJOK pada ranah kognitif menunjukkan tingkat yang rendah, pada ranah afektif menunjukkan tingkat yang rendah dan pada ranah psikomotorik menunjukkan tingkat yang tinggi.
Tingkat kesukaran kompetensi dasar mata pelajaran SBdP pada ranah kognitif menunjukkan tingkat yang rendah, pada ranah afektif menunjukkan tingkat yang rendah, dan pada ranah psikomotorik menunjukkan tingkat yang tinggi. Tingkat kesukaran kompetensi dasar mata pelajaran IPA pada ranah kognitif menunjukkan tingkat yang rendah, pada ranah afektif menunjukkan tingkat yang rendah, dan pada ranah psikomotorik menunjukkan tingkat yang tinggi. Tingkat kesukaran kompetensi dasar mata pelajaran IPS pada ranah kognitif menunjukkan tingkat yang rendah, pada ranah afektif menunjukkan tingkat yang rendah, dan pada ranah psikomotorik menunjukkan tingkat yang tinggi.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa. Dalam model ini siswa diminta aktif dalam pembelajaran melalui pemecahan masalah dengan memberikan siswa suatu masalah untuk dipecahkan. Masalahnya didasarkan pada kehidupan nyata. Pembelajaran ini membantu siswa untuk mengolah informasi yang sudah jadi dalam pikirannya dan menyusun pengetahuannya sendiri tentang dunia sosial dan lingkungannya, siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya dan membantu mengubah perilaku positif, atas dasar ini peneliti menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. untuk meningkatkan hasil belajar di kelas III sekolah dasar. Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan yang baik pada setiap siklusnya melalui penerapan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah dan penggunaan keterampilan proses ilmiah. Terlihat jelas bahwa skor yang diperoleh melalui penerapan Problem Based Learning meningkat setiap siklusnya, dimulai dari 18 pada siklus I, 22 pada siklus II, dan 27 pada siklus III.
Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran IPA Kelas V Semester II SDN Mudal Purworejo tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pada siswa kelas IV SD Negeri Nglempong Sleman Yogyakarta. Hasil belajar siswa kelas IV SDN 01 Wanarejan tahun pelajaran 2012/2011 masih rendah karena penyampaian materi didominasi dengan metode ceramah, guru tidak menghubungkan penyampaian materi dengan permasalahan nyata, siswa kurang mampu. kurang aktif dalam belajar.
Pendalaman Materi
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 24 siswa. Hasil nilai mata pelajaran IPA pada prasiklus adalah dari 24 siswa, 10 siswa masih mempunyai nilai ≤65, 9 siswa mempunyai nilai 65-75 dan hanya 5 siswa yang mempunyai nilai >75. Setelah siklus 1, hasil nilai mata pelajaran IPA meningkat menjadi 23 siswa dengan nilai ≥65 dan hanya satu siswa dengan nilai ≤65.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas IV serta kinerja guru pada materi pecahan melalui model PBL di SDN 01 Wanarejan Pemalang. Di Indonesia banyak sekali keberagaman, mulai dari bahasa, suku, agama, dan lain sebagainya. Materi pada subtema keberagaman budaya bangsaku membahas tentang kekompakan perbedaan suku, sosial, budaya, suku, dan agama berbagai provinsi di Indonesia.
Ciri khas materi Bhinneka Tunggal Ika ini membahas tentang kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat yang berbeda latar belakang suku, sosial, budaya, suku, dan agama.\. Bhinneka Tunggal Ika membahas tentang kerja sama yang dilakukan masyarakat di lingkungan rumah dan sekolah. Di SDN Bungurjaya 2 siswa masih bersikap pasif terhadap proses pembelajaran di kelas, kurang adanya motivasi yang diberikan guru kepada siswa, dan siswa cenderung pasif.
Kurangnya fase berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran menyebabkan siswa masih memperoleh nilai yang rendah pada saat KKM. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mencoba menggunakan salah satu model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Bhinneka Tunggal Ika dengan menggunakan soal-soal pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran dan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah tersebut dalam konteks siswa. ' pengalaman yang mereka miliki. berpengalaman.
ASUMSI DAN HIPOTESIS 1. Asumsi
Hipotesis