• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMKN 7 PALANGKA RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMKN 7 PALANGKA RAYA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1023

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SMKN 7 PALANGKA RAYA

Umbar Wibowo

email:umbarwibowo15@gmail.com

ABSTRAK

Rendahnya keaktifan belajar siswa di kelas X SMKN 7 Palangka Raya berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Model problem based learning merupakan pembelajaran berbasis masalah yang menuntut siswa untuk berfikir dan menyelesaikan masalah melalui proses kerja kelompok, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan empat tahapan kegiatan setiap siklus mulai perencanaan (plan) – tindakan (action) – observasi (observe) – evaluasi atau refleksi (reflect). Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes tertulis. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas X SMKN 7 Palangka Raya.

Analisis data yang digunakan adalah data deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Jumlah keaktifan dari 32 siswa pada siklus I rata-rata 31.21% masuk kategori sedang, selanjutnya pada siklus II rata-rata mencapai 70.56 masuk kategori sangat tinggi. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa nilai post test siklus I nilai rata-rata 74,06 dan siklus II nilai rata-rata 85,31 berarti adanya peningkatan sebesar 11.25% dari 32 siswa nilai di atas KKM sebanyak 28 siswa dan 4 siswa nilainya sama dengan KKM.

Kata kunci: Problem Based Learning, keaktifan, hasil belajar.

Pendahuluan

(2)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1024

Permasalahan yang sering dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya kualitas hasil belajar ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi standar kompetensi seperti tuntutan kurikulum.

Berdasarkan pengamatan pada kelas X di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 7 Palangka Raya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ditemukan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih rendah. Rendahnya keaktifan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan mempengaruhi kualitas belajar yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Saat diberikan pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab pertanyaan dari guru. Peran serta siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, yakni hanya sedikit siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya. Pertanyaan yang diajukan siswa juga belum menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kritis berkaitan dengan materi yang dipelajari jawaban dari pertanyaan masih sebatas ingatan dan pemahaman saja, belum terdapat jawaban yang menunjukkan adanya analisis terhadap pertanyaan guru. Siswa masih cenderung malas untuk menggali kemampuan berpikirnya dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi pasif dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, tentu perlu dicari suatu formula pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, dan memupuk rasa tanggung jawab, meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.

(3)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1025

Menurut Michael Hicks dalam (Rusman 2018: 237) ada empat hal yang harus diperhatikan ketika membicarakan masalah, yaitu: memahami masalah, bagaimana memecahkan masalah tersebut, adanya keinginan memecahkan masalah, dan adanya keyakinan mampu memecahkan masalah terebut.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat tentunya mampu untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual.

Berdasarkan dari masalah di atas, maka penulis mengangkat judul

“Penerapan Model Problem Based Learning dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKN 7 Palangka Raya”

Model pembelajaran merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu dan dalam pemilihan suatu model harus disesuaikan terlebih dahulu dengan materi pelajaran. Tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga model pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan meningkat, maka penguasaan materi saja tidak cukup. Seorang pendidik perlu menguasai berbagai model pembelajaran dan dapat memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan serta memahami kemampuan peserta didik.

Menurut Husnul Hotimah (2020: 6) bahwa problem based learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. problem based learning adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran.

Problem based learning merupakan suatu model yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa

(4)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1026

dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Problem Based Learning telah banyak ditetapkan dalam pembelajran sains. Problem based learning termasuk dalam eksperimentasi sebagai suatu alat untuk memecahkan masalah (Fathurrohman:2015: 23).

Menurut Suparman (2014 vol 22 No 1) problem based learning adalah model strategi pembelajaran yang peserta didiknya secara kolaboratif memecahkan problem dan merefleksi pengalaman. Dengan problem based learning pembelajaran didorong oleh tantangan, masalah terbuka, peserta didik bekerja dalam kelompok kolaborasi kecil, dan guru sebagai fasilitator pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa problem based learning diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi dan diselesaikan oleh siswa secara ilmiah dalam kelompok kecil, sedangkan guru sebagai fasilitator pembelajaran. Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam model ini.

Terdapat lima tahapan pembelajaran sebagai berikut, dalam buku (Rusmono 2017: 81)

1) Mengorganisasikan siswa kepada masalah yakni menginformasikan tujuan- tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar yakni membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.

3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok yakni mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.

(5)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1027

4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya yakni membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, serta membantu mereka berbagi karya mereka.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yakni melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Modul teori belajar dan pembelajaran (kegiatan belajar 3) Model-model dan metode pembelajaran dalam kurikulum 2013 (2022: 82-85) menyebutkan langkah- langkah pembelajaran problem based learning yaitu:

1) Mengorientasi peserta didik pada masalah.

2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Strategi pembelajaran dengan problem based learning menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Panen dalam (Rusmono 2017: 74) mengatakan dalam strategi pembelajaran dengan problem based learning, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskan untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan mengguankan data tersebut untuk memecahkan masalah.

Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Problem Based Learning yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Menurut Husnul (dalam Trianto 2009) berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik pengajuan pertanyaan atau masalah sebagai berikut:

1) Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

(6)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1028

2) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

3) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

4) Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia.

5) Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah.

6) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Setiap kelompok, siswa melakukan kegiatan membuat rumusan masalah, membuat hipotesis, mengidentifikasi sumber informasi diskusi dan pembagian tugas, serta melaporkan kemajuan yang dicapai tiap kelompok agar di presentaikan di depan kelas. Sebuah kelompok menjadi fungsional, apabila seluruh anggotanya bekerja secara efektif untuk meningkatkan pembelajaran diri sendiri dan anggota kelompok lainnya. Dalam strategi pembelajaran problem based learning, yang lebi dipentingkan adalah dari segi proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar yang diperoleh.

Kelebihan model pembelajaran problem based learning antara lain menyelesaikan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pembelajaran, pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru bagi mereka, pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun proses belajar, pemecahan masalah dapat membantu

(7)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1029

siswa untuk berlatih berfikir dalam menghadapi sesuatu, pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari siswa, pemecahan masalah memberi kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan nyata.

Kelemahan dari model pembelajaran problem based learning adalah persiapan pembelajaran yaitu mengenai alat dan konsep yang kompleks, sulitnya mencari problem yang relevann dan konsumsi waktu (Maryam dkk, 2021: 832).

Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 8 aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Rusmono 2017: 10). Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Wilda dalam artikelnya Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IIS SMA menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari minat, motivasi, perhatian belajar dan kesiapan belajar sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari faktor metode guru mengajar, ruang kelas (fasilitas), dan teman bergaul. Faktor dominan yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor minat dan motivasi belajar.(2017: 9).

Metodologi Penelitian

(8)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1030

Penelitian tindakan ini menggunakan model Kurt Lewin dengan dua siklus.

Ada 4 hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian pendidikan yakni perencanaan (planning), tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus menerus.

(Djunaidi Ghany, 2008: 72)

Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru. Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi siswa dan lembar tes, untuk melihat suatu kemajuan atau keberhasilan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menerapkan model problem based learning dan nilai yang telah dipersentasekan setiap siklus pembelajaran.

Sumber data dari penelitian ini didapat dari siswa Kelas X sebagai informan utama dan sebagai informan tambahan Wali Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 7 Palangka Raya.

(9)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1031

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes sebagai teknik pengumpulan data utama. Sedangkan teknik pengumpulan data pendukung menggunakan dokumentasi.

Untuk mengetahui dan mengumpulkan data tentang keaktifan siswa, yang diamati adalah perilaku yang memenuhi indikator aktif dalam pelaksanaan presentasi pembelajaran Beriman Kepada Malaikat pada saat diterapkan model problem based learning. Pada penelitian ini pedoman perskoran untuk setiap kriteria adalah Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Sangat Rendah (SR) dengan perskoran 5,4,3,2,1. (Kunandar, 2011: 109)

Sedangakan untuk melihat keberhasilan siswa secara individual dengan melakukan pretest dan posttest untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan rumus persentase:

KS=𝑺𝑻𝑵x 100%

Keterangan:

KS = Kentuntasan belajar siswa ST = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah siswa di kelas Hasil Penelitian

Keaktifan siswa dilihat dari aspek memperhatikan, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan, berpendapat, kerjasama dalam kelompok, mengerjakan soal, belajar menggunakan sumber, dan presentasi kelompok dengan hasil penelitian sebagaimana tabel berikut:

Tabel 1

Hasil Presentasi Keaktifan Siswa Siklus I

No

Persentas e

Keaktifan Siswa (%)

Kriteria Frekuensi (siswa)

Persentase (%)

Rata- rata Kelas

(%)

(10)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1032

1 42 – 50 Sangat Tinggi 5 15.62

31.21

2 34 – 41 Tinggi 13 40.62

3 26 – 33 Sedang 8 25

4 18 – 25 Rendah 6 18.75

5 0 -17 Sangat

Rendah

0 0

Jumlah 32 100

Berdasarkan data yang disajikan diatas terlihat bahwa keaktifan siswa pada setiap kategori berbeda, yaitu dari 32 siswa terdapat 5 siswa masuk kategori sangat tinggi, 13 siswa masuk dalam kategori tinggi, 8 siswa masuk kategori sedang, 6 siswa masuk kategori rendah, dan tidak ada siswa yang masuk kategori sangat rendah.

Tabel 2

Hasil Presentasi Keaktifan Siswa Siklus II

No

Persenta se Keaktifa n Siswa (%)

Kriteria Frekuensi (siswa)

Persentase (%)

Rata- rata Kelas

1 42 - 50 Sangat Tinggi 8 25 (%)

70.56

2 34 - 41 Tinggi 14 43.75

3 26 - 33 Sedang 9 28.12

4 18 - 25 Rendah 1 3.12

5 0 -17 Sangat Rendah

0 0

Juml ah

32 100

Berdasarkan data yang disajikan didalam tabel terlihat bahwa keaktifan siswa pada setiap kategori berbeda, yaitu dari 32 siswa terdapat 8 siswa masuk kategori sangat tinggi, 14 siswa masuk dalam kategori tinggi, 9 siswa masuk kategori sedang, 1 siswa masuk kategori rendah, dan tidak ada siswa yang masuk kategori sangat rendah.

Tabel 3

Presentasi Keaktifan Siswa Siklus I ke Siklus II S

i k

l u s

I II

(11)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1033

No % Kriteria % Kriteria

1 15.62 Rendah 25 Sedang

2 40.62 Tinggi 43.75 Sangat Tinggi

3 25 Sedang 28.12 Sedang

4 18.75 Rendah 3.12 Sangat

Rendah

5 0 Sangat

Rendah 0 Sangat

Rendah Jumlah

100 100

Rata-

rata 31.21 Sedang 70.56 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui hasil bahwa adanya peningkatan dalam keaktifan siswa. Jumlah keaktifan pada siklus I rata-rata 31.21% masuk kategori sedang, selanjutnya pada siklus II rata-rata mencapai 70.56 masuk kategori sangat tinggi sebagaimana yang digambarkan pada diagram di bawah ini.

Diagram batang keaktifan siswa siklus I dan II

Berdasarkan dari data yang disajikan dalam gambar terlihat bahwa keaktifan siswa pada setiap siklus meningkat.

Siklus

(12)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1034

Data tentang hasil belajar siswa sebelum tindakan (pre test) siklus I digunakan untuk mengetahui nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus I dan post test I untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus I. adapaun hasilnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4

Hasil Pre Test dan Post Test siswa siklus I

Kategori

Siklus

Pre Test I Post Test Frekuensi

(siswa)

Persentase (%)

Frekuensi (siswa)

Persentase (%)

≥ KKM 0 0 14 43.75

≤ KKM 32 100 18 56.25

Jumlah 32 100 32 100

Rata-rata 59.12 74.06

Berdasarkan tabel dapat diperoleh informasi bahwa dari 32 siswa terdapat 14 siswa atau sekita 43.75% yang lulus nilai KKM dan 18 siswa atau sekitar 56.25%

yang tidak lulus nilai KKM.

Dilihat dari hasil siklus I yang belum memenuhi keberhasilan hasil belajar siswa, selanjutnya peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II dengan presentasi keberhasilan sebagai berikut:

Tabel 5

Hasil Pre Test dan Post Test siswa siklus I

Kategori

Siklus II

Pre Test Post Test

Frekuensi (siswa)

Persentase (%)

Frekuensi (siswa)

Persentase (%)

≥ KKM 11 34.37 28 87.5

≤ KKM 21 65.62 4 12.5

Jumlah 32 100 32 100

Rata-rata 73.84 85.31

Berdasarkan tabel dapat diperoleh informasi bahwa dari 32 siswa terdapat 28 siswa atau 87.5% yang lulus nilai KKM dan 4 siswa atau 12.5% yang nilainya

(13)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1035

sama dengan KKM. dengan nilai rata-rata pre test 73,84% dan nilai rata-rata post test 85,31% sehingga dapat dikatakan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa

Tabel 4

Jumlah Siswa yang Lulus KKM dari siklus I ke siklus II

kategori

Siklus I Siklus II

Pre

Test Post Test Persentase (%)

Pre

Test Post Test Persentase (%)

≥ KKM 0 14 43.75 11 28 87.5

≤ KKM 32 18 56.25 21 4 12.5

Jumlah 32 32 100 32 32 100

Nilai Rata- rata

73,84 85,31

Berdasarkan tabel d i atas dapat diperoleh informasi bahwa dari 32 siswa terdapat 14 siswa atau sekitar 43.75% yang lulus nilai KKM dan 18 siswa atau sekitar 56.25% yang tidak lulus nilai KKM. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X SMKN 7 Palangka Raya pada siklus I antara hasil pre test dan post test terdapat kenaikan 14,94%. Sedangkan pada siklus II dapat diperoleh informasi bahwa dari 32 siswa terdapat 28 siswa atau sekitar 87.5%

yang lulus nilai KKM dan 4 siswa atau sekitar 12.5% yang sama dengan nilai KKM.. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X SMK N 7 Palangka Raya pada siklus II adanya peningkatan hasil belajar.

Selanjutnya dari Siklus I ke siklus II hasil post test juga mengalami peningkatan hasil belajar seperti gambar diagram berikut:

(14)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1036

:

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari nilai post test siklus I yaitu 74,06% ke siklus II 85,31% dengan peningkatan sebesar 11.25%. nilai rata-rata siklus I yaitu 73,84 dan nilai rata-rata siklus II yaitu 85,31 Dengan demikian penerapan pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa Kelas X SMKN 7 Palangka Raya.

Kesimpulan

Pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Jumlah keaktifan dari 32 siswa pada siklus I rata-rata 31.21% masuk kategori sedang, selanjutnya pada siklus II rata-rata mencapai 70.56 masuk kategori sangat tinggi. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa nilai post test siklus I nilai rata-rata 74,06 dan siklus II nilai rata-rata 85,31 berarti adanya peningkatan sebesar 11.25% dari 32 siswa nilai di atas KKM sebanyak 28 siswa dan 4 siswa nilainya sama dengan KKM. Dengan demikian penerapan pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa Kelas X SMKN 7 Palangka Raya.

Siklus I Siklus II

Pre test 59.12 73.84

Pos test 74.06 85.31

0 20 40 60 80 100

Nilai Rata-rata Hasil Belajar

Diagram Batang Siklus I dan Siklus II

(15)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

1037

Daftar Pustaka

Djunaidi Ghany, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN Malang Press Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar- ruzz

media.

Husnul Hotimah (2020), Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning Dalam meningkatkan Kemampuan Bercerita pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Edukasi 2020 VII (3).

Kunandar. (2011). Langkah Mudah penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Maryam dkk, (2021), Peningkattan Hasil Belajar Melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas V UPT SPF SDN Bontoramba 1, Pinisi Jurnal PGSD Vol 1 Nomor 3 November 2021 Hal. 821-826 e-ISSN: 2798-9097 Marsudi vol 23, No 1 (2016): (Mei) dalam Jurnal Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan yang berjudul “Penerapan model Konstruktivistik dengan Media File gambar 3D untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Hasil Belajar Modul PPG Daljab (2022), Teori Belajar dan Pembelajaran (Kegiatan Belajar 3), Model-

model dan metode pembelajaran dalam kurikulum 2013.

Rusman. (2018). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme.

Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada.

Rusmono. (2017). Strategi Pembelajaran dengan PBL itu Perlu: Untuk meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suparman. (2014). Peningkatan kemandirian belajar dan minat belajar mahasisaw mata kuliah elektronika analog dengan pembelajaran PBL. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Vol 22, No. 1, Mei 2014.

Wilda Dwi Angraini, (2016), Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IIS SMA, Artikel Penelitian, Universitas Tanjung Pura Pontianak.

Referensi

Dokumen terkait

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

Giafik Persen Aktivitas Fraksi Etil Asetat Biji, Serabut Buah, dan Daging Buah dari Pare Putih dan Hijau dibandingkan dengan Kontrol Positif Vitamin c, BHT,

dari shuhuf, bentuk plural dari kata shahîfah yang berarti ‘surat kabar’), dan al-Kitâb (Buku), sebagai dua media komunikasi dalam proses komunikasi massa yang

Theoretically, this study is expected to enrich the literature on need analysis for economics and business students of vocational school in the context of 2013

”Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10

No Waktu MATERI NARASUMBER. SENIN, 21

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa pemanasan melalui permainan tradisional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

Tahun Pelajaran ……… Bulan Januari s.d Maret 2016 Melaksanakan tugas mengajar dengan beban kerja sebanyak ……… Jam Tatap Muka (JTM) yang terdiri