BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pewarnaan teknik ecoprint dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode kukus/steam dan pukul/pounding. Setiap metode dalam pewarnaan teknik ecoprint akan menghasilkan karakteristik hasil warna yang berbeda. hasil warna dengan metode kukus/steam cenderung lebih terlihat tulang daunnya dan warna lebih muda dari pada hasil pewarnaan pada metode pukul/pounding. Proses ekstrasi warna yang menempel pada bahan tekstil teknik pewarnaan tersebut terjadi pada saat pengukusan dan pemukulan menggunakan palu kayu/palu karet. Pada metode kukus, proses pewarnaan akan terjadi reaksi antara klorofil daun, uap panas, dan zat fiksasi yang terserap pada bahan tekstil. Sedangkan pada metode pukul terjadi reaksi klorofil daun yang menempel pada bahan tekstil dengan cairan zat fiksasi. Dari reaksi tersebut akan dihasilkan warna yang berbeda-beda tergantung dari jenis zat fiksasi yang digunakan.
2. Hasil uji tahan luntur warna dilakukan untuk mengetahui nilai ketahanan luntur hasil warna teknik ecoprint, sehingga diketahui kualitas warna. Hasil uji tahan luntur warna diperoleh nilai rata 3,5 pada metode kukus/steam. Sedangkan nilai rata-rata 3 pada metode pukul/pounding. Dengan rata rata nilai uji tahan luntur warna tersebut hasil pewarnaan dengan teknik ecoprint dikategorikan cukup baik untuk metode kukus, dan cukup untuk metode pukul.
3. Pengaruh dari dari penggunaan jenis zat fiksasi dan bahan tekstil pada pewarnaan ecoprint mengakibatkan nilai uji beda warna yang berbeda-beda pada setiap sampel hasil
uji pewarnaan. Berdasarkan nilai uji beda warna diperoleh hasil tingkat kecerahan warna (L*) yang paling tinggi pada pewarnaan menggunakan zat fiksasi tawas. Sedangkan hasil warna paling gelap pada pewarnaan menggunakan zat fiksasi tunjung. Hal ini sesuai dengan data pada tabel 15. Hasil uji beda warna yang paling mendekati saturasi sumbu merah hijau (a*) terjadi pada pewarnaan menggunakan zat fiksasi kapur. Hal ini sesuai dengan hasil data pada tabel 16. Tabel 17 merupakan hasil uji beda warna yang paling mendekati koordinat sumbu biru kuning (b*) yaitu terjadi pada hasil pewarnaan menggunakan zat fiksasi tawas. Berdasarkan perhitungan L*a*b* dimana nilainya merupakan nilai total refleksi cahaya pada benda yang dilakukan penyinaran (dE*ab) adalah pewarnaan menggunakan zat fiksasi tunjung dengan bahan sutera memiliki nilai tertinggi. Hal ini sesuai dengan tabel 18 hal ini menunjukan bahwa bahan sutera memiliki nilai daya serap terhadap warna yang tinggi dan zat fiksasi tunjung menghasilkan warna yang paling pekat dari semua jenis zat fiksasi yang digunakan.
4. Hasil penelitian dan pengujian dimuat dalam katalog. Katalog divalidasi oleh dosen pembimbing dan selanjutnya dinyatakan baik untuk digunakan sebagai sumber belajar serta dalam menambah khasanah pengetahuan.
B. Implikasi
Implikasi praktis penelitian yang berjudul pengaruh teknik ecoprint, bahan tekstil, dan zat fiksasi terhadap kualitas hasil pewarnaan menggunakan daun kersen (Muntingia Calabura L.) adalah pewarnaan teknik ecoprint menggunakan daun kersen metode kukus/steam dan metode
pukul/pounding dapat diterapkan dalam pewarnaan pada bahan tekstil. Daun kersen yang digunakan adalah daun yang tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda. Daun yang memiliki karakter paling lengket yang letaknya mendekati pucuk akan menghasilkan warna yang lebih kuat.
Hasil pewarnaan maksimal terjadi pada bahan tekstil yang berasal dari serat alami. Hal ini dikarenakan nilai uji tahan luntur warna yang paling baik terjadi pada pewarnaan menggunakan bahan tekstil jenis mori dan sutera. Keunggulan pewarnaan teknik ecoprint ini adalah ramah lingkungan dan tidak memerlukan waktu lama sehingga bisa diterapkan pada industri tekstil ramah lingkungan. Pewarnaan teknik ecoprint diperlukan zat fiksasi untuk memunculkan warna, memperkuat warna dan sebagai zat pengikat warna agar tidak mudah luntur dari pencucian. Zat fiksasi yang digunakan adalah tawas, tunjung, dan kapur. Jenis zat fiksasi memberikan pengaruh terhadap hasil warna. Zat fiksasi tawas menghasilkan warna kuning keemasan, zat tunjung menghasilkan warna hijau kehitaman, dan zat kapur menghasilkan warna hijau kecoklatan.
Penggunaan jenis bahan tekstil juga mempengaruhi hasil pewarnaan. Dari penelitian yang dilakukan jenis bahan sutra menghasilkan warna paling meresap dan memiliki tingkat ketahanan luntur yang baik.
C. Saran
1. Pengaruh terhadap pewarnaan ecoprint metode kukus tidak hanya sebatas penggunaan zat fiksasi, massa zat fiksasi, waktu pengukusan, suhu, dan jenis tumbuhan saja akan tetapi khusus pada teknik ini cara penggulungan bahan tekstil juga sangat pempengaruhi hasil warna yang rata. Pada proses penggulungan pada pewarnaan disarankan jangan sampai
ada yang terlipat dan disarankan juga untuk menggunakan alat bantu semacam pipa untuk menghasilkan warna yang rata.
2. Apabila menginginkan hasil warna yang lebih pekat, konsentrasi zat fiksasi perlu ditambahkan dan proses pewarnaan seperti pengukusan dan pemukulan juga harus lebih lama.
3. Penelitian yang dilakukan hanya sebatas pewarnaan teknik ecoprint dengan tumbuhan kersen atau Muntingia Calabura L., apabila peneliti selanjutnya atau praktisi ingin mengetahui hasil pewarnaan teknik ecoprint yang lain, Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait pewarnaan teknik ecoprint yang menggunakan tumbuhan jenis lain. Apabila melihat jenis tumbuhan di Indonesia yang sangat banyak, hal ini perlu dilakukan untuk mengeksplor potensi tumbuhan di Indonesia.
4. Metode peawrnaan pada ecoprint tidak hanya metode kukus dan metode pukul. Didalam penelitian ini hanya dilakukan dua macam metode. Apabila peneliti atau praktisi industri ingin mengetahui hasil pewarnaan teknik ecoprint dengan metode lain, maka dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait pewarnaan menggunakan metode tersebut.