• Tidak ada hasil yang ditemukan

bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BENTUK TINGKAH LAKU SALAH SUAI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BERDASARKAN PENDEKATAN KONSELING EGO

(Studi di Kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok)

Latiffah Nur, Rahma Wira Nita, Citra Imelda Usman Program Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat

Latiffahnur09@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by the existence of learners who conduct mis- behavior in learning that is the shy learner speak at the time of learning process, change the conversation when asked by teacher, angry when opinion is not accepted by friend, angry when get low score, always anxiously asked by the teacher during the learning process. The purpose of this study was to describe the profile of misbehavior forms of learners in learning based on ego counseling approaches seen from: (1) alienation, (2) behavioral inadequacy, (3) anxiety, (4) defense mechanism, (5) Tends to stiffen. This research was conducted at SMAN 1 X Koto Singkarak of Solok Regency, this type of research is descriptive quantitative with student population of class XI as many as 133 students.

Sampling in this study using propotional random sampling technique with the number of samples of 60 students. The instrument used in this study is a questionnaire while for data analysis using interval techniques. The results of this study reveal that: 1) alienation is on many criteria with 51.67%; 2) discrepancies in behavior are at very high criteria by 45%; 3) the anxiety is on the criteria pretty much 48.33%; 4) defense mechanisms are at very high criteria by 55%; 5) tend to rigidly be on the criteria very much with 73.33%. Based on the results of the study, it is recommended to the BK Teachers to be able to carry out counseling services both in formal, individual, group and classical to overcome the wrong forms of misconduct experienced by learners.

Keywords: Estrangement, Incongruity, Anxiety, Defense Mechanisms,Tends to Stiffen

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan investasi penting yang dapat menentukan masa depan bangsa.

Saat ini, pesatnya perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

dunia pendidikan terutama di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan bagi negara berkembang seperti Indonesia di dunia yang penuh dengan persaingan ini. Peningkatan kualitas

(2)

2 sumber daya manusia tersebut sangat bergantung pada kualitas pendidikan disuatu negara. Sekolah adalah salah satu lembaga yang bisa mengembangkan potensi peserta didik.

Sekolah bertujuan untuk menciptakan individu yang berkualitas, dimana individu yang berkualitas tersebut ialah individu yang mampu mengembangkan segala yang dimilikinya dan mampu memandang positif terhadap dirinya dan orang lain. Salah satu komponen dari sekolah adalah adanya peserta didik. Peserta didik merupakan komponen yang penting dalam sistem pendidikan, dimana peserta didik pada sekolah menengah atas tersebut berada pada masa remaja.

Menurut Ali dan Asrori (2012:9) “Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence yang berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Pada masa remaja ini, individu banyak mengalami permasalahan, karena pada masa ini adalah masa peralihannya dari masa anak-anak ke masa dewasa. Kebingungan yang

dialami oleh remaja sebagai akibat dari masa peralihan tersebut terkadang menimbulkan perilaku yang salah suai yang ditampilkan dalam bentuk kurangnya percaya diri, rasa kecemasan, depresi, dan pikiran yang negatif terhadap dirinya dan orang lain.

Peserta didik di SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok juga termasuk individu yang sedang berada pada masa remaja dan tidak terlepas dari permasalahan yang berkaitan dengan tingkah laku salah suai terutama dalam belajar.

Permasalahan-permasalahan tersebut seringkali dianggap wajar terjadi di sekolah, padahal berbagai perilaku salah suai tersebut dapat berdampak tidak bagus pada perkembangan pribadi dan aktualisasi diri peserta didik. Tingkah laku salah suai tersebut banyak terjadi pada proses belajar mengajar dan menjadi masalah dalam belajar peserta didik.

Oleh karena itu peserta didik memerlukan arahan dan bimbingan untuk dapat memahami tentang dirinya dan mengatasi permasalahan dirinya. Pemberian arahan dan bimbingan di sekolah dapat

(3)

3 dilakukan melalui bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling yang juga merupakan bagian dari pendidikan, mempunyai tanggung jawab besar dalam mewujudkan manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Konseling perorangan merupakan salah satu layanan di dalam bimbingan dan konseling yang dapat membantu individu atau peserta didik dalam mengentaskan permasalahannya. Prayitno dan Erman Amti (2004:105) menyatakan bahwa “Konseling perorangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”.

Menurut Erikson 1968 (Taufik, 2012:73) Model konseling ego lebih menekankan pada fungsi ego, menggunakan satu istilah yang sangat menonjol yaitu “ego strength” yang artinya kekuatan ego, dan ini pulalah alasan model Erikson ini dinamakan dengan konseling ego.

Kegiatan konseling adalah usaha memperkuat “ego strength” individu yang bermasalaah adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Fungsi ego sendiri menurut para pengikut Freud (Hendri, 2013:171) dalam bidang psikologi ego adalah lebih dari sekedar wasit penengah yang harus peka akan keinginan-keinginan dari “tuan-tuannya” dan yang harus mengkompromikan dengan keinginan-keinginan tersebut.

Pendekatan konseling ego dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan-permsalahan yang dialami oleh peserta didik di sekolah terutama dalam permasalahan tingkah laku salah suai yang dialami oleh peserta didik dalam belajar.

Menurut Sobur (2003:341)

“Tingkah laku salah suai dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menangani atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari berbagai kebutuhannya sendiri”.

Sedangkan menurut Prayitno (2000:76) “Tingkah laku salah suai adalah apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, ia

(4)

4 akan kehilangan hubungan dengan kenyataan persepsinya terhadap kenyataan menjadi kacau”.

Menurut Erikson 1968 (Hendri, 2013:186) tingkah laku salah suai (maladaptive behavior) adalah perilaku yang biasanya mengiringi individu berada pada tingkah ketegangan atau kecemasan, perilaku ini cenderung kaku karena adanya keracunan persepsi dirinya terhadap pengalaman yang sudah ia alami sendiri. Menurut Mudjiran (2007 : 150) perilaku menyimpang adalah prilaku seseorang yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma baik agama, hukum maupun adat istiadat.

Munculnya tingkah laku salah suai pada diri seseorang disebabkan oleh tiga faktor yaitu: 1) Individu dimasa lalunya kehilangan

kemampuan atau tidak

diperkenankan merespon rangsangaan dari luar secara tepat sehingga pada saat sekarang menjadi salah suai dalam bertingkah. 2) Apabila pola coping yang sudah terbina pada dirinya sekarang tidak

sesuai lagi dengan situasi sekarang.

3) Fungsi ego tidak berjalan dengan baik, saat bertingkah laku. Menurut Erikson 1968 (Hendri, 2013:185) Bentuk/karakteristik pribadi menyimpang: estrangement (keterasingan), incongruity (ketidaksesuaian tingkah laku), anxiety (kecemasan), defense mechanisms (mekanisme pertahanan), dan Cenderung kaku.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkah laku salah suai adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya termasuk ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menangani atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari berbagai kebutuhannya sendiri.

Berdasarkan apa yang dijelaskan di atas, tingkah laku salah suai tersebut banyak dilakukan oleh peserta didik di sekolah dan hal tersebut perlu adanya arahan dan bimbingan dari pihak sekolah untuk membantu peserta didik mengatasi permasalahannya tersebut.

(5)

5 Berdasarkan observasi pada tanggal 4 April 2017 yang dilakukan di SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok bahwasanya peserta didik dalam proses belajar adanya yang pemalu, mengalihkan pembicaran, marah ketika pendapatnya tidak diterima, marah ketika mendapatkan nilai yang rendah, minder dengan teman yang berprestasi, selalu cemas saat ditanya, tidak mau bertanya, memiliki kecurigaan yang berlebihan, kurang motivasi belajar, kurang merespon guru saat belajar, menyendiri karena tidak mau bergaul dengan teman pada saat proses belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, guru BK dan wali kelas pada tanggal 5 -7 April 2017 adanya peserta didik pada saat proses belajar pemalu, mengalihkan pembicaran, marah ketika pendapatnya tidak diterima, marah ketika mendapatkan nilai yang rendah, minder dengan teman yang berprestasi, selalu cemas saat ditanya, tidak mau bertanya, memiliki kecurigaan yang berlebihan, kurang motivasi belajar,

kurang merespon guru saat belajar, menyendiri karena tidak mau bergaul dengan teman pada saat proses belajar.

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan oleh peneliti dibagian latar belakang, maka peneliti ingin mengangkat masalah tersebut untuk diteliti yaitu Bentuk Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik dalam Belajar Berdasarkan Pendekatan Konseling Ego.

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dibatasi masalah sebagai berikut :

1. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari keterasingan.

2. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari ketidaksesuaian tingkah laku.

3. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari kecemasan.

4. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling

(6)

6 ego dilihat dari mekanisme pertahanan.

5. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari cenderung kaku.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka dapat merumuskan pokok dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana Bentuk Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik dalam Belajar Berdasarkan Pendekatan Konseling Ego (Studi di Kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok)”

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari keterasingan.

2. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari ketidaksesuaian tingkah laku.

3. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari kecemasan.

4. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari mekanisme pertahanan.

5. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego dilihat dari cenderung kaku.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Darmawan (2013:37) “Penelitian kuantitatif adalah proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketehui”.

Selanjutnya Sugiyono (2013:7) mengemukakan penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang data penelitiannya berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik.

(7)

7 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hal dengan menggunakan angka sehingga data yang dikumpulkan, dapat ditafsirkan dan ditampilkan hasilnya secara sistematis, faktual dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan tentang bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego di kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 133 peserta didik di kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak.

Sedangkan teknik pengambilan sampel dengan teknik propotional random sampling. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menghitung interval skor. Disamping itu juga dilakaukan berbagai macam uji terhadap data yang terhadap data yang terdapat dalam uji validitas dan reliabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, gambaran secara umum mengenai bentuk tingkah laku salah suai peserta didik di kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok, dapat dilihat secara umum dari 60 peserta didik terdapat 13 peserta didik berada pada kategori sangat banyak dengan persentase 21,67%, 44 peserta didik berada pada kategori banyak dengan persentase 73,33%, 3 peserta didik berada pada kategori sedang dengan persentase 5%.

Yusuf dan Nurihsan (2007:145) menyatakan bahwa kepribadian salah suai terjadi karena adanya inkongruen dalam diri individu yang menyebabkan seseorang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, berperilaku defensif dan berpikir yang kaku atau picik.

Menurut Mappiare (Susistri, 2016:10) “Tingkah laku salah suai adalah perilaku bermasalah artinya tingkah laku bermasalah yang masih dianggap wajar dan dialami oleh remaja, yaitu tingkah laku yang

(8)

8 masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan secara fisik dan psikis, serta masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya”.

1. Bentuk Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik dalam Belajar Berdasarkan Pendekatan Konseling Ego di Kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari Keterasingan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego di kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari keterasingan berada pada kategori banyak dengan persentase 51,67%. Berdasarkan keterangan tersebut bahwa peserta didik banyak yang melakukan tingkah laku salah suai dalam belajar dilihat dari keterasingan.

Rogers (Hendri, 2013:185) berpendapat bahwa keterasingan adalah individu yang dalam perkembangannya mendapat nilai-

nilai tertentu yang tidak dapat membenarkan diri sendiri.

Seorang anak akan melakukan banyak hal yang dapat memuaskan dirinya tapi dapat menyebabkan orang lain memberikan respon negatif kepadanya. Seorang anak membuat keributan saat orang tuanya meminta dia untuk diam atau dia akan bermain dengan benda-benda yang seharusnya tidak boleh ia sentuh.

2. Bentuk Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik dalam Belajar Berdasarkan Pendekatan Konseling Ego di Kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari Ketidaksesuaian Tingkah Laku

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego di kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari ketidaksesuaian tingkah laku berada pada kategori sangat banyak dengan persentase 45%.

Berdasarkan keterangan tersebut

(9)

9 bahwa peserta didik sangat banyak yang melakukan tingkah laku salah suai dalam belajar pada aspek ketidaksesuaian tingkah laku.

Erikson 1968 (Hendri, 2013:185) Ketidaksesuaian tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman keadaan dan ketidak sesuaian antara konsep diri dan pengalaman maka timbulah ketidak sesuaian tingkah laku karena ketidak mampuan menilai diri sendiri secara positif, kecuali nilai-nilai yang dipaksakan. Hal ini sering menimbulkan kecemasan terhadap individu tersebut.

3. Bentuk Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik dalam Belajar Berdasarkan Pendekatan Konseling Ego di Kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disumpulkan bahwa bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego di kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok

dilihat dari kecemasan berada pada kategori sedang dengan persentase 48%.

Erikson 1968 (Hendri, 2013:185) Kecemasan muncul sebagai reaksi terhadap penolakan, merasa terancam, takut disakiti yang akhirnya memicu bagaimana ia melakukan pembelaan terhadap dirinya.

Sedangkan Taufik (2016:153- 155) menjelaskan bahwa pada diri individu tersebut muncul kecemasan setiap kali menghadapi situasi tertentu, atau kecemasan bahwa yang dilakukannya itu akan gagal atau kecemasan akan selalu ditimpa musibah.

4. Bentuk Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik dalam Belajar Berdasarkan Pendekatan Konseling Ego di Kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari Mekanisme Pertahanan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego di

(10)

10 kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari mekanisme pertahanan berada pada kategori sangat banyak dengan persentase 55%. Berdasarkan keterangan tersebut peserta didik sangat banyak yang melakukan tingkah laku salah suai dalam belajar pada aspek mekanisme pertahanan.

Erikson 1968 (Hendri,

2013:185) Mekanisme

pertahanan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mempertahankan supaya persepsinya terhadap pengalaman terjadi tetap konsisten dengan struktur self. Contoh, seorang wanita yang menggunakan rasio berpikir untuk menilai apa yang talah dilakukan.

5. Bentuk Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik dalam Belajar Berdasarkan Pendekatan Konseling Ego di Kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok dilihat dari Cenderung Kaku

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bentuk tingkah laku salah suai peserta

didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego di kelas XI SMAN 1 X Koto Singkarak Kabupaten Solok pada aspek cenderung kaku berada pada kategori sangat banyak dengan persentase 73,33%. Berdasarkan keterangan tersebut peserta didik sangat banyak yang melakukan tingkah laku salah suai dalam belajar pada aspek cenderung kaku.

Erikson 1968 (Hendri, 2013:185) Cenderung kaku (tidak fleksibel) karena adanya kerancuan persepsi dirinya terhadap pengalaman yang sudah ia alami sendiri. Dampaknya individu tersebut tidak mampu menjadi pribadi yang fleksibel, tidak bisa berbaur dengan lingkungan dan irasional.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego di kelas XI SMAN 1

(11)

11 X Koto Singkarak Kabupaten Solok sebagai berikut:

1. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego, dilihat dari keterasingan berada pada kriteria banyak.

2. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego, dilihat dari ketidaksesuaian tingkah laku berada pada kriteria sangat banyak.

3. Profil bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego, dilihat dari kecemasan berada pada kriteria cukup banyak.

4. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan konseling ego, dilihat dari mekanisme pertahanan berada pada kriteria sangat banyak.

5. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar berdasarkan pendekatan

konseling ego, dilihat dari cenderung kaku berada pada kriteria sangat banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif.

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Hendri, Novi. 2013. Model- model Konseling. Medan: Perdana Publishing.

Mudjiran, dkk. 2007.

Perkembangan Peserta Didik. Padang: FIP Padang.

Prayitno. 2000. Konseling Pancawaskita. Padang: UNP.

Prayitno, dan Erman Amti. 2004.

Wawasan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Susistri, Dwika. 2016. Bentuk Tingkaah Laku Salah Suai Peserta Didik Dilihat Dari Pendekatan Konseling Realitaas.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi Metode R&D. Bandung:

Alfabeta.

(12)

12 Taufik. 2012. Model-model

Kondseling. Padang: UNP Press.

Taufik. 2016. Pendekatan dalam Konseling. Padang:

Universitas Negeri Padang.

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari dari kerjasama guru BK dengan guru