• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelsi Febriani - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pelsi Febriani - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KERJASAMA GURU BK DENGAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN AGAMA PESERTA DIDIK DI SMAN 1 KOTO XI TARUSAN

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh:

Pelsi Febriani

Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Padang Sumatera Barat Pelsi.febriani@yahoo.com

ABSTRACT

This research is based on the who do not observe the Dzuhur time together and only some are motivated to participate in activities associated with the religious. The purpose of this study was to reveal: 1) Cooperation between counseling teachers with Islamic religious educations teachers in improving the understanding of students to improve congregational prayers. 2) Cooperation between counseling teachers with Islamic religious educations teachers to improve the motivation

of students to improve congregational prayers.

This research is quantitative descriptive. The population in this study were all students at SMA N 1 Koto XI Tarusan the district of Pesisir selatan totally 733 students . The sampling used for stratified random sampling technique. The number of samples in this study were 87 students. The instrument used in this study was a questionnaire. As for the use of data analysis techniques percentage.

Results of the study revealed that: 1) Cooperation between counseling teachers with Islamic religious education teachers in improving the students understanding to improve congregational prayers are in good category. 2) Cooperation between counseling teachers with Islamic religious education teachers to improve students motivation to improve congregational prayers are in good category. Based on the results of this research was recommended to the teachers to be able to carry out the process Dzuhur congregational prayer in school, so that students can be better.

Keywords : counseling teachers, teachers of Islamic religious, religious understanding.

PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Atas adalah pendidikan formal di Indonesia setelah lulusan dari Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah Atas pada umumnya berusia 16-18 tahun. Di Indonesia, setiap warga Negara berusia 7-18 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni Sekolah Dasar (atau sederajat) 6 tahun, sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun, dan sekolah menengah atas (atau sederajat) 3 tahun.

Menurut Suhartono Suparlan (2006:79-80) pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan

segala potensial yang ada dalam diri individu.

Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas, dan matang.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pasal 1 Butir 1, bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

(2)

UU No. 20 Tahun 2003: Pasal 39 Ayat 2 mengemukakan bahwa “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”, maka tantangan baru bagi tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang pada umumnya masih ketinggalan jika dibandingkan dengan pendidikan pada negara-negara industri maju.

Sekolah pada umumnya pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003: Bab II Pasal 3, peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, belum terlaksana dengan efektif. Pencapaian tujuan pendidikan ini, di samping memerlukan usaha peserta didik dengan bimbingan pendidik, juga memerlukan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Tanpa iman dan taqwa kehidupan akan terasa gersang, tanpa tujuan hidup yang jelas, kehidupan akan terasa resah dan gelisah.

Dengan pendidikan yang biasanya, peserta didik belum dapat mencapai tujuan hidup yang hakiki, yaitu mencari ridho Allah SWT. Untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia kini, dan di akhirat nanti.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2005 (Prayitno, 2007:36) menyatakan bahwa “Konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah dan madrasah”. Hal ini berarti dalam melakukan pelayanan kepada peserta didik dalam berbagai bentuk layanan, diantaranya layanan konseling perorangan, layanan informasi, layanan bimbingan kelompok, dengan harapan nantinya peserta didik mampu menghadapi tantangan- tantangan yang terjadi dalam hidup dan kehidupannya.

Guru bimbingan dan konseling merupakan salah satu tenaga pendidik yang ada di lingkungan sekolah. Dalam hal ini berarti guru BK juga bertugas mewujudkan suasana belajar dan tugas pembelajaran layanan bimbingan dan konseling. Tugas utama seorang guru BK ialah memberikan bantuan berupa layanan melalui bimbingan kearah kemandirian peserta didik, baik itu bimbingan yang menyangkut keadaan pribadi sampai kepada

bimbingan yang menyangkut untuk Kehidupan Efektif Sehari-hari (KES).

Menurut Daradjat (2011:266) guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah dua macam peranan yang mengandung banyak perbedaan dan persamaan. Keduanya sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan mencintai peserta didik. Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapat kesempatan menghadapi sekumpulan peserta didik di dalam interaksi belajar-mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat mengiringi mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri.

Menurut Tohirin (2007: 139) mengartikan bimbingan kehidupan keberagamaan adalah bantuan yang diberikan guru BK kepada peserta didik agar mereka mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama.

Menurut Tohirin (2011: 139) tujuan layanan bimbingan dan konseling bidang kehidupan beragama adalah agar peserta didik memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agamanya.

Menurut Neviyarni (2009: 13) tujuan pendidikan Islam untuk menghasilkan manusia sebagai seorang muslim. Tujuan ini tidak mungkin dicapai melalui bagian-bagian kecil informasi agama yang tidak terintegrasi yang seharusnya dipelajari dengan hati dan diuji pada akhir tahun ajaran, khususnya bila konsep, sikap, moral, dan penampilan perilaku seseorang yang tidak atau anti Islam.

Menurut Daulay (2004:38) operasional pendidikan agama di sekolah- sekolah umum diatur oleh Menteri Agama dengan Menteri Pendidikan Kebudayaan (sekarang bernama Menteri Pendidikan Nasional). Di sekolah-sekolah negeri sejak dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, pendidikan agama dilaksanakan dua jam pelajaran setiap minggunya.

Menurut Daulay (2004:39) beberapa problema pendidikan agama di sekolah : 1. Peserta Didik

2. Pendekatan kognitif 3. Pendekatan parsial 4. Sarana dan fasilitas

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka batasan masalah pada penelitian ini yaitu:

(3)

1. Guru BK dan guru PAI belum mengarahkan peserta didik untuk melakukan sholat berjamaah.

2. Guru BK dan guru PAI belum menumbuhkan kesadaran peserta didik dalam pelaksanaan sholat zuhur berjamaah.

3. Guru BK dan guru PAI belum memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan keagamaan.

4. Guru BK dan guru PAI belum membantu kesadaran bagi peserta didik sehingga peserta didik masih berbicara dan bergurau saat mengikuti kegiatan keagamaan.

5. Guru BK dan guru PAI belum memberikan arahan untuk menjaga kebersihan masjid sekolah

6. Hanya sebagian peserta didik yang aktif dalam kegiatan keagamaan di luar jam sekolah.

7. Sebagian peserta didik jarang memberikan salam kepada guru dan staf lainnya.

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah

“Bagaimana kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman peserta didik untuk mengikuti sholat berjamaah.

2. Kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan motivasi peserta didik untuk pelaksanaan sholat berjamaah di sekolah.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan batasan masalah dan tujuan penelitian yang dirumuskan, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Yusuf (2005:83) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau menggambarkan secara detail

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan September 2015 di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan pengamatan peneliti di sekolah tempat peneliti melakukan Praktik Lapangan di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir

Selatan dari tanggal 11 Agustus sampai tanggal 22 Desember 2014. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurut Arikunto (2006:130) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Selanjutnya Yusuf (2005: 183) “populasi adalah totalitas semua nilai-nilai yang mungkin dan pada karakteristik tertentu sejumlah objek yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Sugiyono (2014:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang menjadi penelitian ini adalah semua peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto, 2006:131).

Sementara Riduwan (2005:56) menjelaskan

“sampel adalah populasi yang mempunyai ciri- ciri keadaan tertentu yang akan diteliti”.

Sugiyono (2014: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

Penelitian ini menggunakan teknik pengampilan sampel secara stratified random sampling yaitu mengambil sampel yang membagi kelompok, kemudian sampel diambil dari kelompok-kelompok tersebut. Yusuf (2005: 198) stratified random sampling adalah suatu prosedur atau cara dalam menentukan sampel dengan membagi populasi atas beberapa stara sehingga tiap strata menjadi homogen dan tidak tumpang tindih dengan kelompok lain, atau satu kelompok dengan yang lain bertingkat/berlapis yang merupakan rank order.

Peneliti akan mengambil sampel secara bertingkat sesuai urutan kelas X, XI, dan XII.

Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan sistem acak, dimana setiap kelas akan dibuat nomor dan kemudian diacak. Dan yang keluar nomornya akan dijadikan kelas sampel penelitian.

Menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane (Riduwan, 2010:65) sebagai berikut:

= .d + 1 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama

(4)

peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 21 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (24,14%), 45 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (51,72%), 21 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria sangat baik dengan persentase (24,14%).

2. kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari dari kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman peserta didik untuk meningkatkan sholat berjemaah, dari 87 peserta didik terdapat 18 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (20,69%), 42 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (48,28%), 27 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria sangat baik dengan persentase (31,03%).

3. kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 4 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (4,60%), 18 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (20,6%), 43 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (49,43%), 22 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (25,29).

4. kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 7 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (8,05%), 24 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (27,59%), 29 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (33,33%), 27 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria sangat baik dengan persentase (31,03) 5. kerjasama guru BK dengan guru PAI

dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan

Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 2 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (2,30%), 19 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (21,84%), 47 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (54,02%), 19 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria sangat baik dengan persentase (21,84) 6. kerjasama guru BK dengan guru PAI

dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 2 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (2,30%), 17 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (19,54%), 38 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (43,68%), 30 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (34,48%) 7. kerjasama guru BK dengan guru PAI

dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 2 peserta didik yang berada pada kriteria sangat kurang baik dengan persentase (2,30%), 7 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (8,05%), 21 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (24,14%), 30 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (34,48%), 27 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria sangat baik dengan persentase (31,03%).

8. kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 5 peserta didik yang berada pada kriteria sangat kurang baik dengan persentase (5,75%), 10 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (11,49%), 36 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (41,38%), 25 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (28,74%), 11 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria sangat kurang baik dengan persentase (12,64%).

(5)

9. kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, dari 87 peserta didik terdapat 6 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (6,90%), 22 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria cukup baik dengan persentase (25,29%), 32 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria baik dengan persentase (36,78%), 27 dari 87 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase (31,03%).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman keagamaan peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut:

1. Kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman peserta didik untuk mengikuti sholat berjamaah berada pada kategori baik, dilihat dari aspek tata cara pelaksanaan sholat berjamaah, manfaat sholat berjamaah, dan keutamaan sholat berjamaah.

2. Kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan motivasi peserta didik untuk pelaksanaan sholat berjamaah di sekolah berada pada kategori baik, dilihat dari aspek prasyarat penguasaan materi sholat berjamaah, keterampilan pelaksanaan sholat berjamaah, dan sarana dan prasarana pelaksanaan sholat berjamaah.

SARAN

1. Peserta didik

Peserta didik hendaknya memahami tata cara pelaksanaan sholat berjamaah, manfaat sholat berjamaah, keutamaan sholat berjamaah, dan memiliki keterampilan dalam pelaksanaan sholat berjamaah. Agar kehidupan peserta didik lebih baik lagi dari sebelumnya.

2. Guru BK

Guru BK agar dapat memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang sholat berjamaah, memberikan materi tentang agama, dan melaksanakan atau mengikuti kegiatan agama.

3. Guru mata pelajaran

Guru mata pelajaran juga ikut serta dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang sholat berjamaah dan materi umum lainnya.

4. Kepala Sekolah

Sebagai pimpinan sekolah, kepala sekolah harus mampu mengarahkan dan

menfasilitasi peserta didik untuk dapat memahami pelaksanaan sholat berjamaah dan memberikan jam khusus dalam pelaksanaan keagamaan.

5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling

Program Studi Bimbingan dan Konseling hendaknya mampu mencetak calon pendidik yang mampu memberikan pelayanan yang baik baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah 6. Peneliti selanjutnya

Direkomendasikan Peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti lebih baik lagi.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Asdi Mahasatya Daradjat, Zakiah. 2011. Metodik Khusus

Pengajaran Agama Islam. Jakarta:

Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam.

Jakarta: Kencana.

Neviyarni, 2009. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berorientasi Khalifah fil Ardh, Bandung : Alfabeta.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suhartono, Suparlan. 2006. Filsafat Pendidikan.

Yogyakarta: Ar-Puzz Media Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di

Sekolah dan Madrasah ( Berbasis

(6)

Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.

2003. Bandung: Fokusmedia.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian

“Dasar-dasarPenyelidikan Ilmiah”.

Padang: UNP Press

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menumbuhkan Jiwa Ukhuwah Islamiyah Pada Peserta Didik Di Madrasah Aliyah Darunnajah Kelutan

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1..