• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik Dilihat dari Pendekatan Analisis Transaksional di Kelas XI SMA Negeri 2 Bayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Profil Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik Dilihat dari Pendekatan Analisis Transaksional di Kelas XI SMA Negeri 2 Bayang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Profil Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik Dilihat dari Pendekatan Analisis Transaksional di Kelas XI SMA Negeri 2 Bayang

By:

Husnatul Mardhiyah * Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons **

Suryadi, M.Pd **

*Student

**Lecturers

Program Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Husnatul Mardhiyah (12060185, Profile of Student’s Maladjusment Behavior Views of the Transactional Analysis of XI Grade at SMA N 2 Bayang, Thesis, Guidance and Counseling STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2016.

The background of this research is the students who have maladjusment behavior in the school.The purpose of this research describes : the profile of student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach related with 1) student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach in the aspect of ego status, 2) student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach in the aspect of life position, 3) student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach in the aspect of hunger structure. This research is descriptive quantitative. The population of this research is the entire students of XI grade at SMA N 2 Bayang. The sampling used proportional random sampling with the total is 162 students. The instrument of accumulation data used questioner. The technique to analyse the data is percentage technique.The result if this research informs that in commonly the profile of student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach are catagorized plentiful. The result of this research based on three subvariable, such as : 1) student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach in the aspect of ego status is categorized plentiful, 2) student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach in the aspect of life position is categorized plentiful, 3) student’s maladjusment behavior views of the transactional analysis approach in the aspect of hunger structure is categorized plentiful.

Keyword: Maladjusment, Transactional Analysis.

Pendahuluan

Setiap individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berfikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.

Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Menurut Pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.

Permasalahan-permasalahan dalam pendidikan tiap sekolah bahkan tiap anak

(3)

berbeda-beda, oleh karena itu dibutuhkan solusi yang berbeda pula. Perilaku bermasalah atau perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma sosial.

Sadli (Willis, 2010:5). Pendapat ini tentunya beranjak dari persepsi sosial karena label terhadap suatu tingkah laku menyimpang atau tidak, ditentukan oleh norma-norma yang dianut masyarakat tempat anak hidup dan berkembang.

Menurut Sobur (2003:341) tingkah laku salah suai (maladjusment) dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menangani atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari berbagai kebutuhannya sendiri. Kriteria semacam ini jelas bersifat negatif, dalam arti tidak memperhitungkan fakta bahwa seorang individu dapat berpenyesuaian baik (Well- adjusted) tanpa memanfaatkan dan

memperkembangkan kemampuan-

kemampuannya.

Berdasarkan permasalahan- permasalahan yang muncul disekolah maka beberapa teori-teori tentang konseling ini bermunculan. Dalam hal ini peran guru BK sangat penting di sekolah. Karena dari permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah, guru BK dapat membantu menyelesaikan atau membantu mencari penyelesaian dari permasalahan yang dialami oleh peserta didik di sekolah baik dengan menggunakan teori dan pendekatan- pendekatan dalam konseling maupun dengan menggunakan teknik-teknik lainnya. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan analisis transaksional, yang merupakan suatu pendekatan dalam bimbingan dan konseling.

Menurut Komalasari, Wahyuni, Karsih (2011:89) pendekatan analisis transaksional (transactional analysis) merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok.

Pendekatan ini berbeda dengan kebanyakan pendekatan terapi, baik dari segi kontraktual maupun pengambilan keputusan. Pendekatan ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga menfokuskan pada pengambilan

keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru

Hansen, dkk (Taufik, 2012:126) merumuskan empat ciri-ciri dari perkembangan kepribadian yang abnormal dalam pendekatan analisis transaksional yaitu : a. Kecenderungan untuk memilih posisi hidup devolusioner, revolusioner atau obvolusi-oner atau pada dirinya ada “not OK”, misalnya memilih untuk tidak berbuat yang sebetulnya perlu, memilih untuk tidak bertanya, berhias, dan lain- lain.

b. Kecendrungan untuk mempergunakan ego state yang tunggal, atau hanya satu saja tampil untuk situasi yang berbeda, misalnya pada situasi dan kondisi yang berbeda, ego state yang tampil cenderung satu saja apakah ego state adult, parent atau selalu child.

c. Ego state yang ditampilkannya seringkali terlalu “cair” sehingga tidak ada batas antara ego state yang satu dengan yang lainnya atau egostatenya bolong. Ini semua berkembang menjadi “untility parenting” (orang tua yang selalu tidak).

Orang semacam ini sering kali mengacaukan penampilan egostatenya pada situasi dan kondisi yang relatif sama.

d. Ego statenya tercemar, misalnya ego state adult dicemari oleh ego state child, dan ego state parent. Bentuk nyatanya berwujud prasangka yaitu menganggap sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan.

Bentuk nyata lainnya ialah delusi, yaitu melihat sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Prasangka dan delusi dapat merusak persepsi dan akhirnya merusak penyesuaian diri. Usaha untuk menyehatkan kepribadian sendiri adalah melalui cara menghilangkan prasangka dan delusi tersebut

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk mendeskripsikan:

1. Profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari analisis transaksional dalam aspek status ego.

(4)

2. Profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari analisis transaksional dalam aspek life position.

3. Profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari analisis transaksional dalam aspek struktur hunger.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan waktu Praktik Pengalaman Lapangan Sekolah di SMA Negeri 2 Bayang pada 07 Desember 2015 diperoleh informasi bahwa adanya peserta didik yang mempunyai tingkah laku salah suai di sekolah seperti adanya peserta didik yang masih suka merajuk disekolah jika dimarahi oleh gurunya, adanya peserta didik yang merasa tidak percaya diri dalam mengambil atau membuat keputusan, adanya peserta didik yang tidak mandiri (ketergantungan dengan orang lain), adanya peserta didik yang tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya, adanya peserta didik yang tidak bisa menerima pendapat orang lain (mau menang sendiri).

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan 5 orang peserta didik pada 08 Desember 2015 diperoleh informasi bahwa adanya peserta didik yang merasa dipermalukan di kelasnya, adanya peserta didik yang kecewa dengan sahabatnya karena tidak menepati janjinya, adanya peserta didik yang merasa diperolok-olokkan oleh temannya di dalam kelas, adanya peserta didik yang merasa dikekang oleh orang tuanya, adanya peserta didik yang merasa diancam oleh temannya jika tidak mengikuti perintahnya, adanya peserta didik yang merasa tidak dihargai di kelasnya, adanya peserta didik yang merasa dimanfaatkan oleh temannya, adanya peserta didik yang tidak mau menerima pendapat dan kritikan dari siapapun.

Wawancara dengan 2 orang guru BK pada 09 Desember 2015 diperoleh informasi bahwa adanya peserta didik yang suka menyendiri, adanya peserta didik yang tidak bisa menggunakan waktu luangnya dengan baik, adanya peserta didik yang tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, adanya peserta didik yang tidak mendapat perhatian dari orang tuanya, adanya peserta didik yang merasa dibedakan di rumahnya, adanya peserta didik yang merasa tidak di akui di dalam keluarganya.

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian pada masa sekarang. Menurut Sugiyono (2009:31) “Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, aktual, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail”.

Disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilaksanakan berdasarkan kepada masalah yang sedang terjadi sekarang dan bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan, sehingga pemahaman terhadap permasalahan lebih jelas. Penelitian ini akan mengungkapkan dan menggambarkan apa adanya mengenai profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional di kelas XI SMA N 2 Bayang.

Adapun penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2016.

Tempat atau lokasi untuk melaksanakan penelitian ini adalah di SMA N 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Alasan peneliti memilih tempat ini karena ditemukan masalah yang terkait dengan tingkah laku salah suai peserta didik di sekolah.

Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu peserta didik kelas XI di SMA N 2 Bayang. Populasi dari penelitian ini sebanyak 274 orang dan sampel penelitian yaitu sebanyak 162 orang yang diambil secara acak. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional random sampling.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Arikunto (2010:159) variabel interval adalah variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel yang lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti misalnya suhu udara di luar. Jadi data yang di intervalkan dalam penelitian ini adalah “tingkah laku salah suai peserta didik dalam analisis transaksional melalui penelitian

”.

Sumber data dalam penelitian ini adalah orang atau subjek yang dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi

(5)

yang berhubungan dengan masalah yang diungkap oleh peneliti. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari peserta didik kelas XI yang menjadi sampel dan kaitannya dengan profil tingkah laku salah suai peserta didik.

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Memeriksa kelengkapan isi instrumen (angket) yang telah diterima dari sampel penelitian.

b) Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan penelitian yang telah dijawab responden.

c) Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan data ke tabel pengolahan.

d) Mencari presentase untuk setiap data atau total skor pernyataan sabyek penelitian dengan rumus presentase yang dikemukakan oleh Yusuf (2007:224) sebagai berikut:

100

N P f

Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi n = Jumlah sampel 100 = Bilangan tetap

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional di kelas XI SMA N 2 Bayang dapat diungkapkan sebagai berikut:

1. Profil Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik Dilihat dari Pendekatan Analisis Transaksional dalam Aspek Status Ego.

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek status ego di kelas XI SMA N 2 Bayang maka tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai di sekolah dalam aspek status

ego, dimana peserta didik berada pada status ego parent dan status ego child.

Ego state orang tua (parent) atau bagian orang tua dalam kepribadian adalah sebuah introyeksi dari orang tua dan pengganti orang tua. Ego state anak-anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls dan spontanitas.

Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan, dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yang direspon dengan melihat, mendengar dan memahami sesuatu, manipulasi lingkungan seperti menunjukkan sikap manja, menangis, dan merajuk.

Dapat disimpulkan bahwa dalam tingkah laku salah suai peserta didik jika dalam aspek status egonya terdiri dari ego state parent dan ego state child. Dimana ego state parent merupakan kondisi ego orang tua yang ditampilkan seseorang dalam berbicara layaknya orang tua karena penampilan dalam berbicara terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Sedangkan ego state child merupakan keadaan dan reaksi emosi yang kreatif, emosional dan ingin terbebas dari pengaruh orang lain.

a. Ego Parent

Dari hasil pengolahan data dapat disimpukan bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek ego parent tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek ego parent, seperti: peserta didik yang suka memerintah seenaknya di dalam kelas.

Berdasarkan pendapat di atas maka sesuai dengan pendapat Berne (Sutja, 2016:90) Bahwa kondisi ego orang tua (ego state parent) atau aslinya disebut oleh Berne dengan Extripsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang dalam berbicara seperti layaknya bokap atau nyokap yakni penampilan dalam berbicara yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan.

Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengancam, mengkritik, mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb.

(6)

Dapat disimpulkan bahwa ego state parent merupakan kondisi ego orang tua yang ditampilkan seseorang dalam berbicara layaknya orang tua karena penampilan dalam berbicara terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan

b. Ego Child

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek ego child tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai di sekolah dalam aspek ego child, seperti: peserta didik yang suka merajuk jika dimarahi oleh gurunya di sekolah .

Berdasarkan keterangan di atas maka sesuai dengan pendapat (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:107) bahwa ego state anak-anak terdiri dari perasaan, impuls- impuls dan spontanitas. Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan, dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yang direspon dengan melihat, mendengar dan memahami sesuatu, manipulasi lingkungan seperti menunjukkan sikap manja, menangis, dan merajuk.

Dapat disimpulkan bahwa ego state child merupakan keadaan dan reaksi emosi yang kreatif, emosional dan ingin terbebas dari pengaruh orang lain.

2. Profil Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik Dilihat dari Pendekatan Analisis Transaksional dalam Aspek Life Position

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpukan bahwa profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek life position di kelas XI SMA N 2 Bayang tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek life positionnya di sekolah, dimana peserta didik berada pada posisi hidup yang tidak baik seperti STOKO, STOKTO dan STOKTO.

Berne (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:112) anak-anak sebelum menyusun naskah hidupnya sudah mempunyai

beberapa keyakinan tentang dirinya dan orang sekitarnya yang dipertahankan seumur hidupnya. Posisi hidup ini berhubungan dengan eksistensi hidup individu karena merupakan penilaian dasar terhadap diri dan orang lain. Keyakinan-keyakinan ini dinamakan posisi hidup (psychological position).

Dapat disimpulkan bahwa dalam tingkah laku salah suai peserta didik jika dalam aspek life positionnya, terdiri dari SOKTO, STOKO dan STOKTO. SOKTO merupakan posisi dimana seseorang yang merasakan dirinya beres dan orang lain tidak beres. Sedangkan STOKO merupakan posisi dimana seseorang merasa dirinya tidak beres dan hanya orang lain yang beres. Dan STOKTO merupakan posisi dimana dia merasa bahwa dirinya sendiri tidak berdaya dan orang lain dirasakannya juga tidak berdaya

a. SOKTO

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek SOKTO tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek SOKTO, dimana peserta didik merasa bahwa posisi hidupnya berada pada posisi SOKTO (Saya OK-Kamu tidak OK).

Thompson, dkk (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:113) I’m OK, you’re not OK (SOKTO), posisi ini bertitik tolak dari posisi saya baik, tetapi yang lain tidak baik. Sepintas dapat terlihat seperti sikap pemenang, namun kemenangannya diperoleh dengan mengalahkan orang lain dengan banyak konflik dan persaingan dan hanya merupakan kemenangan sepihak. Posisi ini dimiliki oleh individu yang merasa menjadi korban atau orang yang diperlakukan tidak baik.

Dapat disimpulkan bahwa SOKTO merupakan posisi dimana seseorang yang merasakan dirinya beres dan orang lain tidak beres. Dalam hal ini orang tersebut merasa bahwa apa saja yang dilakukan oleh orang lain selalu “not OK”.

(7)

b. STOKO

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek STOKO tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek STOKO, dimana peserta didik merasa bahwa posisi hidupnya berada pada posisi STOKO (Saya tidak OK-Kamu OK).

I’m not OK, you’re OK (STOKO), posisi ini merupakan dasar naskah hidup banal (losing life history). Posisi ini biasanya dimiliki oleh individu yang merasa tidak punya kekuatan dibanding orang lain.

Thompson, dkk (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:113).

Dapat disimpulkan bahwa STOKO merupakan posisi dimana seseorang merasa dirinya tidak beres dan hanya orang lain yang beres. Pada posisi ini, dia lebih meyakini hanya orang lainlah yang bisa sehingga dalam kehidupannya dia lebih banyak menuruti keinginan orang-orang disekitarnya.

c. STOKTO

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek STOKTO tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek STOKTO, dimana peserta didik merasa bahwa posisi hidupnya berada pada posisi STOKTO (Saya tidak OK-Kamu tidak OK).

I’m not OK, you’re not OK (STOKTO), posisi ini merupakan dasar paling kuat untuk menyusun naskah hidup pecundang (loser script). Dalam situasi not OK-not OK ini kedua pihak kalah menurut Child-nya.

Thompson, dkk (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:114).

Dapat disimpulkan bahwa STOKTO merupakan posisi dimana dia merasa bahwa dirinya sendiri tidak berdaya dan orang lain dirasakannya juga tidak berdaya, seperti : orang yang putus asa, frustasi dan sebagainya.

3. Profil Tingkah Laku Salah Suai Peserta Didik Dilihat dari Pendekatan Analisis Transaksional dalam Aspek Struktur Hunger

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpukan bahwa profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek struktur hunger di kelas XI SMA N 2 Bayang tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek struktur hungernya di sekolah, yang terdiri atas withdrawing, rituals, pastimes, activities, games dan intimacy.

Dapat disimpulkan bahwa pada tingkah laku salah suai peserta didik jika dalam aspek struktur hungernya terdiri dari : withdrawing, rituals, pastimes, activities, games, intimacy. Withdrawing yaitu memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Rituals atau basa-basi yaitu individu yang melakukan hubungan sosial untuk memperoleh sentuhan dengan sedikit model energi atau juga melihat sedikit resiko.

Pastime yaitu individu dalam mencari sentuhan dengan cara melakukan waktu dan kegiatan itu biasanya tanpa tujuan yang jelas. Activities yaitu melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang dalam kegiatan itu dapat diperoleh sentuhan. Games yaitu individu dalam upaya memperoleh sentuhan dengan cara melakukan permainan dengan orang lain.

Sedangkan intimacy yaitu individu yang memperoleh sentuhan dengan cara intim dengan orang lain atau juga benda tertentu. a. Withdrawing

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek withdrawing tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek withdrawing, dimana banyak peserta didik yang menarik dirinya di sekolah.

Menurut Thompson (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:127). Menarik diri (withdrawing), di mana tidak terjadi transaksi.

Ini melibatkan resiko yang sedikit dan tidak terjadi stroke

.

Withdrawing yaitu memutuskan

(8)

hubungan atau hubungan menarik diri.

Individu mencari sentuhan dengan cara melakukan fantasi, bicara dengan diri sendiri atau menyendiri.

Dapat disimpulkan bahwa Withdrawing yaitu memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri.

b. Rituals

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek rituals tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek rituals, dimana banyak peserta didik yang mendapatkan sentuhan dari berbasa basi di sekolah.

Menurut Thompson (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:127) melakukan ritual (rituals), melibatkan transaksi sosial yang telahditentukan seperti “halo” dan “apa kabar?” merupakan transaksi yang tidak personal.” Rituals atau basa-basi yaitu individu yang melakukan hubungan sosial untuk memperoleh sentuhan dengan sedikit model energi atau juga melihat sedikit resiko.

Dapat disimpulkan bahwa Rituals atau basa-basi yaitu individu yang melakukan hubungan sosial untuk memperoleh sentuhan.

c. Pastimes

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek pastimes tergolong ke dalam kategori sangat banyak. Hal ini terjadi karena sangat banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek pastimes, dimana sangat banyak peserta didik yang tidak menggunakan waktu luangnya dengan baik di sekolah maupun di rumah.

Menurut Thompson (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:127) mengisi waktu luang (pastimes), memberikan stroke yang dapat diterima oleh kedua belah pihak (mutually acceptable). Pastime yaitu individu dalam mencari sentuhan dengan cara melakukan waktu dan kegiatan itu biasanya tanpa tujuan yang jelas, misalnya mengobrol, ngomong-ngomong dan sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa pastime yaitu individu dalam mencari sentuhan dengan cara melakukan waktu dan kegiatan itu biasanya tanpa tujuan yang jelas

d. Activities

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek activities tergolong ke dalam kategori banyak. Hal ini terjadi karena banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek activities, dimana banyak peserta didik yang melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan sentuhan.

Menurut Thompson (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:127) melakukan aktivitas (activities), adalah di mana waktu distruktur dengan berbagai tugas. Activities yaitu melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang dalam kegiatan itu dapat diperoleh sentuhan.

Dapat disimpulkan bahwa melakukan aktivitas (activities), adalah di mana waktu distruktur dengan berbagai tugas.

e. Games

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek games tergolong ke dalam kategori sangat banyak. Hal ini terjadi karena sangat banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek games, dimana sangat banyak peserta didik yang melakukan permainan untuk mendapatkan sentuhan.

Menurut Thompson (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:127) bermain games, di mana kebutuhan untuk mendapatkan stroke dipenuhi dengan cara yang tidak jujur.

Games yaitu individu dalam upaya memperoleh sentuhan dengan cara melakukan permainan dengan orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa Bermain games, di mana kebutuhan untuk mendapatkan stroke dipenuhi dengan cara yang tidak jujur.

f. Intimacy

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek intimacy tergolong ke dalam kategori sangat banyak. Hal ini

(9)

terjadi karena sangat banyak peserta didik yang memiliki tingkah laku salah suai dalam aspek intimacy, dimana sangat banyak peserta didik yang memperoleh sentuhan dengan cara intim dengan orang lain atau juga benda tertentu.

Menurut Thompson (Komalasari, Wahyuni dan Karsih, 2011:127) menjalani intimasi (intimacy), memberikan stroke tanpa syarat (unconditional stroking). Intimacy (intimacy) bebas dari games dan eksploitasi.

intimacy yaitu individu yang memperoleh sentuhan dengan cara intim dengan orang lain atau juga benda tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa intimacy yaitu individu yang memperoleh sentuhan dengan cara intim dengan orang lain.

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai profil tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional di kelas XI SMA N 2 Bayang.

Temuan peneliti ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek status ego berada pada kategori banyak.

2. Tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek life position berada pada kategori banyak.

3. Tingkah laku salah suai peserta didik dilihat dari pendekatan analisis transaksional dalam aspek struktur hunger berada pada kategori banyak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran untuk:

1. Peserta Didik, diharapkan dapat merubah tingkah laku salah suainya, baik dalam aspek status egonya, life position maupun struktur hungernya.

2. Guru BK, diharapkan dapat mencegah tingkah laku salah suai peserta didik dengan menggunakan pendekatan analisis transaksional dan layanan-layanan dalam bimbingan dan konseling.

3. Guru Mata pelajaran, diharapkan dapat membantu mengembangkan life positionnya yang baik khususnya untuk perilaku yang saya oke-kamu oke (SOKO).

4. Pengelola Program Studi BK, diharapkan sebagai bahan masukan dalam rangka mempersiapkan calon pendidik yang baik untuk dapat membantu mencegah tingkah laku salah suai peserta didik dengan menggunakan pendekatan analisis transaksional.

5. Peneliti selanjutnya, sebagai sumber informasi untuk bisa melakukan penelitian di bidang yang lain dengan menggunakan metode pendekatan analisis transaksional.

Kepustakaan

Komalasari, Wahyuni, Eka, Karsih. 2011.

Teori dan Teknik Konseling. Jakarta:

Indeks.

Sutja, Akmal. 2016. Teori dan Aplikasi Konseling: dari Psikoanalisa sampai Gestalt. Bandung: WR.

Yusuf, Muri A. 2007. Metodologi Penelitian.

Padang: UNP Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Taufik. 2002. Model-model Konseling.

Padang: FIP UNP

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia.

Undang-undang Pendidikan Nasional No.20, Tahun 2003. Tentang Sistim Pendidikan Nasional.

Willis S, Sofyan. 2010. Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian dapat diketahui bahwa dengan penggunaan model Contextual Teaching and Learning CTL hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif, afektif