• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTAN PERMATA SARI NPM. 10060265

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "INTAN PERMATA SARI NPM. 10060265"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK (Studi di Kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang)

E-JURNAL

Oleh:

INTAN PERMATA SARI NPM. 10060265

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

PROFIL KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK (Studi di Kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang)

Oleh:

Intan Permata Sari

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research Dotted dismisses from condition found the problems of Senior High school students in Pertiwi 1 Padang in class XI related with confidence such as lack of motivation from the students in learning and associated the students lack unimpeded in social interaction. This research purpose for description profile the students’confidence, with the limitation of a problem that isforms the students’confidence in learning and associated. This is Descriptive research. The population of this research is the students of Senior high school in Pertiwi 1 Padang which the totaled of the population 320 students and totaled sample 76 students. This research used simple random sampling from get the sample. The researcher used instrumentation in this research with questionnaire. While for analysis the data used percentage technique. The result of research based part of variable, such as: 1) the students’confidence in learning include to a criterion confident, 2) the students’ confidence in associated includeto a criterion confident. So the researcher suggests from the students to explore excess in their self and Increase the power of speech to the students feel comfort include environment promiscuit

Keyword: confidence profil, confidence in learning, confidence in associating PENDAHULUAN

Dunia pendidikan sekarang ini, khususnya lembaga Sekolah Menengah Atas (SMA) menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan, bahkan mengkhawatirkan, hal ini berkaitan dengan kondisi sosial peserta didik yang jauh dari kata mampu, yang mengakibatkan rendahnya kepercayaan diri peserta didik dalam belajar dan bergaul di sekolah.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Tugas perkembangan pada masa remaja menunjukkan perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Sesuai dengan pendapat Hurlock (2002:209) “semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa”.

Erikson (2007:71) menyatakan bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas merupakan tahap perkembangan Erickson yang kelima yang terjadi disaat individu berada pada masa remaja. Pada tahap ini, remaja berusaha

untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Mulai dari Erickson, banyak para ahli psikologi memandang bahwa identity formation (pembentukan identitas/jati diri) merupakan tugas perkembangan utama bagi remaja.

Yusuf (2007:71) menjelaskan bahwa apabila remaja gagal dalam mengembangkan identitas dirinya maka mereka akan mengembangkan perilaku menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat. Salah satu perilaku menyimpang dan perilaku kriminalitas adalah tawuran antar pelajar. Salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan remaja yaitu menutup diri. Peserta didik yang menutup diri dapat juga disebabkan kurang percaya diri.

Menurut Fatimah (2006:149) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

(3)

Angelis (1997:10) menyatakan bahwa :

Kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segala yang kita inginkan dan butuhkan dalam hidup. Ia terbina dari keyakinan diri sendiri, bukan dari karya-karya kita, walaupun karya- karya itu sukses.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang atau individu akan kemampuan atau kelebihan- kelebihan yang dimilikinya, mampu menghadapi segala rintangan atau tantangan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya serta mampu menyalurkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya yang diwujudkan melalui kegiatan beajar atau pekerjaannya.

Menurut Thantaway (2005:87), dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling, percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemerosotan kepercayaan diri bagi pelajar. Diantaranya disebabkan oleh diri peserta didik itu sendiri, orang tua, teman sebaya, dan pihak sekolah.

Faktor yang menyebabkan rendahnya kepercayaan diri peserta didik yang penulis maksud di sini karena kurang mampunya seorang peserta didik dalam bidang ekonomi.

Masih banyak peserta didik yang tidak memahami dirinya sendiri diakibatkan kemampuan finansial. Akibatnya peserta didik tidak berusaha sekuatnya mengembangkan secara optimal kekuatan atau potensi yang ada pada diri peserta didik, dan disisi lain tidak berusaha mereka atau memperkecil kelemahan-kelemahannya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan 2 (dua) orang guru BK tanggal 7 Januari 2014 terungkap bahwa sebagian besar peserta didik kurang percaya diri dalam belajar oleh faktor utama dikarenakan faktor ekonomi.

Dalam wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan peserta didik mempunyai kepercayaan diri yang rendah karena kurang mampu di bidang ekonomi, mereka cenderung lebih suka untuk menyendiri, merasa malu, dan mereka tidak mau bergaul

dengan teman sebaya lainnya, Sehingga menimbulkan masalah dalam prestasi belajarnya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Pertiwi 1 Padang, peneliti melihat bahwa siswa tidak memilki rasa percaya diri dalam belajar hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi untuk bertanya, memperhatikan pelajaran, dan suka melamun dan menyontek dalam belajar dan ujian

Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia pada tanggal 10 Januari 2014 dari wawancara tersebut terungkap bahwa peserta didik pada saat sekarang ini khususnya di kelas XI SMA Pertiwi 1 tidak memiliki motivasi dalam belajar, sering melamun, tidak mampu mengeluarkan pendapat dan hasil ujiannya kurang memuaskan, dan dalam bergaul dengan temannya kurang leluasa hal tersebut dilandasi oleh kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki.

Wawancara kedua juga dilakukan dengan guru Sejarah pada tanggal 20 Januari 2014 dari wawancara tersebut terungkap bahwa peserta didik kurang rasa percaya diri sering kali terjadi pada peserta didik yang memiliki ekonomi yang lemah atau di bawah rata-rata, hal tersebut dikarenakan mereka kurang bisa untuk berbaur dengan teman yang lainya. Sehingga diperlukan pembinaan dan konseling.

Selain informasi dari guru, peneliti juga melakukan wawancara dengan peserta didik. Dari hasil wawancara pada tanggal 10 Januari 2014 terungkap bahwa kurangnya semangat dalam belajar disebabkan oleh berbagai faktor tidak hanya masalah internal tapi juga eksternal, salah satu masalah eksternal yaitu kurangnya motivasi dari lingkungan keluarga yang disebabkan oleh lemahnya ekonomi keluarga.

Guru BK mengambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa masalah yang melandasi peserta didik kurang percaya diri dalam belajar. Hal ini terlihat dari penjelasan guru mata pelajaran yang sudah diwawancarai, bahwa peserta didik tidak memiliki rasa percaya diri dalam belajar dan bergaul.

Dalam hal ini guru BK telah melakukan beberapa hal terkait dengan menimbulkan motivasi dan semangat peserta didik baik dalam bergaul maupun dalam

(4)

belajar melalui konseling perorangan dengan menanyakan penyebab dan hal yang membuat peserta didik malas dalam belajar dan menyebabkan prestasi belajar menjadi rendah. Hal tersebut dapat sedikit membantu permasalahaan yang dialami peserta didik.

Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu rasanya membatasi masalah sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang penulis miliki, adapun batasan yang akan penulis teliti adalah:

1. Bagaimana profil kepercayaan diri peserta didik dalam belajar?

2. Bagaimana profil kepercayaan diri peserta didik dalam bergaul?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Profil kepercayaan diri dalam belajar di SMA Pertiwi 1 Padang

2. Profil kepercayaan diri dalam bergaul di SMA Pertiwi 1 Padang

Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan judul penelitian, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Guru BK

Sebagai bahan untuk menyusun program layanan dan kegiatan pendukung BK serta memberikan layanan untuk meningkatkan kepercayaan diri kepada peserta didik yang membutuhkan sehingga dapat berkembang secara optimal.

2. Guru Mata Pelajran

Agar dapat menjadi bahan masukan untuk membantu memotivasi kepercayaan diri peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.

3. Kepala Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah dan untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.

4. Pengelola Program Studi

Untuk menambah dan

mengembangkan ilmu mengenai kepercayaan diri seseorang.

5. Peneliti

Sebagai bekal pengetahuan baru untuk dapat mengetahui kepercayaan diri peserta didik baik dalam belajar maupun bergaul, memperoleh ilmu pengetahuan atau pengalaman dalam melakukan

penelitian, baik secara teori maupun praktik dan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan serta sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat.

6. Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel lain.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pertiwi 1 Padang. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, menurut Yusuf (2005:80) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara mendetail dengan apa adanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh peserta didik yang telah menjalani proses konseling perorangan yang berjumlah 320, dengan jumlah sampel sebanyak 76 orang. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan rumus presentase yaitu:

P = x 100 Keterangan:

P = persentase F = Frekuensi

N = jumlah Responden 100 = jumlah angka mutlak

Setelah diperoleh persentase kemudin dilakukan klasifikasi jawaban dengan tingkatan sebagai berikut:

Sangat Percaya Diri = 81% - 100%

Percaya Diri = 61 % - 80%

Cukup Percaya Diri = 41% - 60%

Kurang Percaya Diri = 21% - 40%

Sangat Kurang Percaya Diri= 0% - 20%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang profil kepercayaan diri peserta didik (studi di kelas XI SMA

(5)

Pertiwi 1 Padang), secara umum diketahui bahwa 56 dari 76 responden (73,68%) menyatakan bahwa kepercayaan diri peserta didik termasuk pada kriteria perrcaya diri.

Hal tersebut dapat dilihat dari setiap sub variabel yang menunjukkan bahwa kepercayaan diri peserta didik dalam belajar diketahui 56 dari 76 responden (73,68%) menyatakan bahwa kepercayaan diri peserta didik dalam belajar termasuk pada kriteria percaya diri, kepercayaan diri peserta didik dalam bergaul diketahui 50 dari 76 responden (65,79%) menyatakan kepercayaan diri peserta didik dalam bergaul termasuk pada kriteria percaya diri. Meskipun gambaran secara umum profil perilaku sosial remaja tergolong percaya diri, tetapi tetap perlu ditingkatkan lagi agar kepercayaan itu semakin kuat dan peserta didik sangat percaya diri baik dalam belajar maupun dalam bergaul.

1. Profil Kepercayaan Diri Peserta Didik dalam Belajar

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, dapat diungkapkan profil kepercayaan diri peserta didik dalam belajar di kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang bahwa dari 76 responden dilihat dari beberapa aspek yaitu: a) Bersikap tenang, yaitu terdapat 44 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 57,89%, b) mempunyai potensi dan kemampuan, yaitu terdapat 35 responden yang menyatakan bahwa peserta didik cukup percaya diri dalam belajar 46,05%, c) Mampu menetralisasi ketegangan, yaitu terdapat 33 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 43,42%, d) mampu menyesuaiakn diri dan berkomunikasi, yaitu terdapat 39 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 51,32%, e) memiliki kondisi fisik dan psikis yang menunjang, yaitu terdapat 36 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 47,47%, f) memiliki kecerdasan yang cukup, yaitu terdapat 47 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 61,84%, g) memiliki tingkat pendidikan yang cukup, yaitu terdapat 27 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 35,53%, h) memiliki keahlian dan

keterampilan, yaitu terdapat 35 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 46,05%, i) memiliki kemampuan bersosialisasi, yaitu terdapat 32 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 42,11%, j) memiliki latar belakang yang baik, yaitu terdapat 48 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 63.16%, k) Tahan menghadapi cobaan, yaitu terdapat 43 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam belajar 56,58%.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa profil kepercayaan diri peserta didik dalam belajar di kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang, secara umum termasuk pada kriteria percaya diri 73,68%, artinya peserta didik sudah percaya diri dalam belajar dilihat dari beberapa aspek yang disebutkan sebelumnya, tetapi hal itu harus ditingkatkan lagi agar peserta didik sangat percaya diri dalam belajarnya.

Menurut Oemar Hamalik (2001:102) peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

2. Kepercayaan Diri dalam Bergaul Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, dapat diungkapkan bahwa profil kepercayaan diri peserta didik dalam bergaul di kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang yaitu dapat diungkapkan bahwa 50 dari 76 responden dilihat dari beberapa aspek yaitu: a) Bersikap tenang, yaitu terdapat 39 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 51,32%, b) mempunyai potensi dan kemampuan, yaitu terdapat 37 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 48,68%, c) Mampu menetralisasi ketegangan, yaitu terdapat 37 responden yang menyatakan bahwa peserta didik

(6)

percaya diri dalam bergaul 48,68%, d) mampu menyesuaiakn diri dan berkomunikasi, yaitu terdapat 31 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 40,79%, e) memiliki kondisi fisik dan psikis yang menunjang, yaitu terdapat 39 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 51,31%, f) memiliki kecerdasan yang cukup, yaitu terdapat 42 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 55,26%, g) memiliki keahlian dan keterampilan, yaitu terdapat 35 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 46,05%, h) memiliki kemampuan bersosialisasi, yaitu terdapat 31 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 40,79%, i) memiliki latar belakang yang baik, yaitu terdapat 34 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 44,74%, j) Tahan menghadapi cobaan, yaitu terdapat 28 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul dengan 36,84%, k) Selalu bereaksi positif dalam menghadapi masalah, yaitu terdapat 39 responden yang menyatakan bahwa peserta didik percaya diri dalam bergaul 51,32%.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat di ambil kesimpulkan bahwa profil kepercayaan diri peserta didik dalam bergaul di kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang, secara umum termasuk pada kriteria percaya diri dengan presentase 65.79%, artinya peserta didik sudah percaya diri dalam bergaul terkait aspek- aspek yang disebutkan sebelumnya.

Meskipun demikian tetapi tetap saja harus lebih ditingkatkan lagi agar peserta didik sangat percaya diri dalam bergaul.

Kepercayaan diri adalah sesuatu yang tak ternilai.

Menurut penulis rasa percaya diri sangat penting untuk dimiliki setiap orang. Rasa percaya dri yang tinggi bisa membantu seseorang untuk sukses dalam pergaulan sosial. Namum masih ada beberapa peserta didik yang merasa minder ketika akan bergaul atau memulai pembicaraan dengan orang yang baru dikenal, sering merasa grogi, deg degan pada saat berbicara didepan umum atau

sedang presentasi. Adanya rasa takut salah, takut direndahkan, merasa diri kita lebih bodoh atau jelek dibanding orang lain. Berdasarkan hal tersebut akan membuat seseorang mengundurkan diri dari lingkungan mereka lebih sering tertutup dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Jika hal itu terus dibiarkan tidak menuup kemungkinan akan membuat seseorang tersebut akan terisolir dari lingkungan sosialnya.

Menurut Widarso (2005: 44) dengan memiliki rasa percaya diri, seseorang dapat melakukan apapun dengan keyakinan bahwa itu akan berhasil, apabila ternyata gagal, seseorang tidak lantas putus asa, tetapi tetap masih mempunyai semangat, tetap bersikap realistis, dan kemudian dengan mantap mencoba lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil profil kepercayaan diri peserta didik (studi di kelas XI SMA Pertiwi 1 padang) dilihat dari:

1. Kepercayaan diri dalam belajar berada pada kriteria sangat percaya diri 7,89%, percaya diri 73,68%, kriteria cukup percaya diri 18,42%, kriteria kurang percaya diri dan sangat kurang percaya diri 0% atau tidak ada.

2. Kepercayaan diri dalam bergaul berada pada kriteria sangat percaya diri 22,37%, percaya diri 65,79%, kriteria cukup percaya diri 11,84%, kriteria kurang percaya diri dan sangat kurang percaya diri 0% atau tidak ada.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti ingin mengajukan saran kepada:

1. Guru, agar dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik baik itu dalam belajar maupun dalam bergaul.

2. Peserta Didik, agar dapat meningkatkan lagi kepercayaan diri masing-masing agar mampu mencapai kepercayaan diri yang lebih baik kedepannya.

3. Kepala Sekolah, agar bisa membantu meningkatkan dan memberikan contoh kepercayaan diri kepada peserta didik.

4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, agar dapat membentuk calon guru BK yang memiliki kepercayaan diri yang

(7)

mantap serta menjadi model dan teladan baik di sekolah maupun di masyarakat.

5. Peneliti selanjutnya, penulis mengharapkan skripsi ini bisa bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penelitiaan selanjutnya dengan meneliti berbagai variabel yang berbeda dengan variabel penelitian ini.

KEPUSTAKAAN

De Angelis Barbara. 2000. Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian.

Jakarta: Gramedia.

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia.

Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Hakim, Thursan. 2004. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri (Edisi Kedua).

Jakarta: Puspa Swara.

Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga.

Yusuf, 2005. Metodelogi Penelitian. Padang:

UNP Press.

Yusuf, A Muri. (2007). Metode Penelitian.

Padang UNP. Press

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam mewujudkan kepercayaan diri peserta peserta didik dilihat dari tahap pembentukan yang menyatakan baik 21 peserta didik dengan presentase

Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dalam Pembinaan Perilaku Belajar Kognitif Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan,