• Tidak ada hasil yang ditemukan

penyesuaian diri peserta didik slow learner - nanopdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penyesuaian diri peserta didik slow learner - nanopdf"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK SLOW LEARNER DALAM BELAJAR

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata-1)

Oleh:

NURMAILIZA SARI NPM. 12060141

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)

1

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK SLOW LEARNER DALAM BELAJAR

Nurmailiza Sari*

Dr. Yuzarion Zubir, S.Ag., S.Psi., M.Si**

Ryan HidayatRafiola, M.Pd.,Kons***

* Department student

** Department lectures I

*** Department lectures II

Student Guidance and Counseling STKIP PGRI West Sumatra

ABSTRACT

This study is motivated by condition where students have different ability in learning;

some students are fast learner and other students are slow learner. The problem observed in this study is self-adjustment of slow learner student from aspect of: 1) personal aspect, and 2) social aspects. This study was descriptive-qualitative. Data was collected by guided-interview and analyzed by data reduction, data presentation, and data verification. Study finding revealed that:

(1) self-adjustment of slow learner student from personal aspect obtained that they had lower intelligence than other students and had difficulties in learning, so that they usually left behind the progress of subject learning compared to their peer; (2) self-adjustment of slow learner student from social aspect obtained that they can adjusted with their friend and school environment.

Keywords: Self-adjustment of slow learner student

Pendahuluan

Sekolah sebagai wadah yang menampung beragam siswa dengan latar belakang berbeda, memungkinkan mereka membawa berbagai permasalahan ke sekolah yang akan mengganggu kegiatan belajarnya. Satu hal penting agar dapat mengikuti proses belajar dengan baik adalah kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan sejumlah faktor eksternal. Penyesuaian tersebut meliputi penyesuaian terhadap guru, penyesuaian diri terhadap mata pelajaran, penyesuaian terhadap teman sebaya, dan penyesuaian terhadap lingkungan sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Willis (2012: 140) penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan.

Peserta didik yang mampu menyesuaikan diri dengan baik mempunyai perkembangan sosial yang sehat dan dapat melakukan kegiatan belajar dengan perasaan yang nyaman.

Schneider, 1964 (Rumini, 2004:146) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan satu proses yang mencakup respon- respon mental dan tingkah laku, yang

merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada dan berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan dalam dirinya, sehingga terwujud tingkat keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia berada.

Masalah yang sering terjadi yaitu kesulitan penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar. Pada umumnya

“kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan- hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya.

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan yang mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.

Menurut Wahab (2015: 96) kesulitan belajar

(3)

2 mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya termasuk pengertian-pengertian seperti: learning disorder (ketergangguan belajar), learning disabilities (ketidakmampuan belajar), learning disfunction (ketidakfungsian belajar), learning achiever (pencapaian rendah) dan slow learner (lambat belajar).

Menurut Mulyadi (2010: 123) murid yang lambat belajar (slow learner) adalah sekelompok murid di sekolah yang perkembangan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan rata-rata teman seusianya. Pada umumnya mereka ini mempunyai kemampuan kecerdasan dibawah rata-rata. Murid yang lambat belajar tersebut sering dikenal sebagai anak yang “sub norma, mentally retarted” seperti yang dijelaskan dalam “Dictionary of Psychology”; slow learner: a non technical tern variously applied to children who are some what mentally retarted are developing at a slower that normal rate” (Mulyadi, 2010: 123).

Anak-anak memiliki tingkat yang berbeda–beda dalam belajar. Salah jika menempatkan mereka semua pada satu anggapan negatif karena mereka memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dengan anak lain, baik akademis atau yang lainnya. Penting untuk dicatat bahwa lambat belajar tidak dapat dikategorikan sebagai orang–orang khusus tetapi mereka hanya memiliki masalah belajar.

Karena pada dasarnya slow learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang.

Meskipun mereka ingin mempelajari hal-hal yang baru tapi mereka menghadapi kesulitan dalam belajar karena harus memahami konsep- konsep baru dengan cepat.

Murid lambat belajar berbeda dengan murid yang prestasi belajarnya rendah (under achiever). Murid lambat belajar perkembangan atau prestasi belajarnya lebih rendah dari rata- rata karena mempunyai kemampuan kecerdasan yang lebih rendah dari rata-rata.

Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler.

Anak yang demikian akan mengalami hambatan belajar, sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di bawah prestasi belajar anak-

anak normal lainnya yang sebaya dengannya.Sedangkan murid yang berprestasi rendah (under achiever) prestasi belajarnya lebih rendah dari rata-rata, tetapi kemampuan kecerdasannya normal atau mungkin lebih tinggi.

Slow learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat. Murid lambat belajar (slow learner) bisa mengikuti pembelajaran sebagaimana kelas reguler biasa (tanpa harus memerlukan adanya peralatan yang khusus), hanya program belajarnya mungkin agak sedikit disesuaikan, terutama berkaitan dengan metode dan rentang waktunya. Masalah pokok yang dialami murid-murid yang lambat belajar adalah keterlambatan dalam belajar akibat dari keterbatasan kemampuan yang dimilikinya.

Penyesuaian diri menjadi masalah akibat keadaan emosi yang kurang terkendali, sehingga sering terjadi perselisihan dengan teman-temannya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik slow learner adalah peserta didik yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata dan perkembangan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan rata-rata teman sebayanya.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melakukan PPLBK Sekolah dan PPLBK Kependidikan mulai dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2015, terdapat adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar seperti ada peserta didik yang kemampuan kecerdasannya rendah sehingga tidak mampu mengikuti proses belajar dengan baik dan kesulitan memahami penjelasan guru.

Selain itu, tidak adanya usaha peserta didik untuk bertanya jika ada materi pelajaran yang belum dipahami. Kemudian motivasi dan minat belajar yang rendah membuat peserta didik kurang aktif dalam belajar. Ada peserta didik yang kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya dan lambat dalam menyelesaikan tugas sekolah, sehingga peserta didik mendapatkan nilai di bawah KKM. Ada peserta didik yang kurang mampu berkomunikasi dengan teman sebaya dan tidak dapat mengendalikan emosinya bila menghadapi masalah.

(4)

3 Oleh karena itu, berdasarkan masalah yang peneliti temukan selama melaksanakan kegiatan PPLBK Sekolah dan PPLBKKependidikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar”.

Untuk lebih terarahnya penelitian ini maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Fokus masalah umum

Fokus umum penelitian ini adalah penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar.

2. Fokus masalah khusus

a. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek pribadi.

b. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek sosial.

Berdasarkan uraian pada fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rumusan masalah umum

Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimana penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar?

2. Rumusan masalah khusus

Rumusan masalah khusus dalam penelitian ini yaitu bagaimana:

a. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek pribadi?

b. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek sosial?

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap:

1. Tujuan umum penelitian

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar.

2. Tujuan khusus penelitian

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek pribadi.

b. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek sosial.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Yusuf (2005: 83) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengetahui fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau mecoba menggambarkan secara detail.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka yang menjadi tempat penelitian ini adalah SMAN 9 Padang. Informan kunci dalam penelitian ini adalah dua orang peserta didik slow learner, dan sebagai informan tambahan yaitu guru BK, wali kelas dan teman informan kunci.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan studi dokumentasi.Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara, yaitu; 1) kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferability), 3) dapat dipercaya (depenability). Data ini diuji dengan melakukan triangulasi waktu. setelah itu dianalisis dengan 3 tahap; 1) reduksi data 2) penyajian data dan 3) penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

1. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek pribadi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek pribadi peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya faktor inteligensi yang rendah, selain itu peserta didik juga lambat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, selama proses belajar peserta didik kurang konsentrasi dalam belajar dan kurang mampu menyampaikan pendapat di depan kelas.

Meskipun demikian kemauan peserta didik untuk belajar sangat kurang, sehingga membuat mereka kesulitan dalam mengikuti materi pelajaran dan tidak dapat menyesuaikan diri.

Menurut Fatimah (2008:207) Penyesuaian pribadi adalah kemampuan

(5)

4 seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya.

Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh adanya kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidakpuasan, dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya. Hal inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya, individu harus melakukan penyesuaian diri.

2. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek sosial

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek sosial peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan baik. Mereka dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik, mereka juga mengenal lingkungan sekolah dengan baik. Selain itu mereka juga bisa menghargai teman- teman yang lain meskipun terkadang mereka suka mengganggu dan mengutamakan ego, namun demikian tidak mengurangi rasa saling menghargai.

Mereka juga dapat menjalin keakraban dengan teman sekelas seperti pada waktu istirahat berlangsung mereka ikut berkumpul dan bermain bersama dengan teman-teman. Walaupun RR dan DYA kurang dapat menyesuaikan diri ketika belajar, tetapi mereka dapat menyesuaikan diri dari segi sosial.

Menurut Fatimah (2008:207) penyesuaian sosial terjadi dalam lingkungan hubungan sosial ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-

hubungan sosialtersbut mencakup hubungan dengan anggota keluarga, masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.

Melalui proses penyesuaian sosial, individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya. Seperti yang dikatakan oleh Sigmud Freud bahwa hati nurani (super ego), akan berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal- hal yang tidak diterima oleh masyarakatnya.

Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah biologi) disebut dengan istilah adjusment. Adjusment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan (Fatimah, 2008: 194). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus- menerus menyesuaikan diri.

Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Sebagaimana dinyatakan Thorndike dan Hogen (Sundari, 2005: 39) sebagai berikut: “penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mendapatkan ketentraman secara internal dan hubungannya dengan dunia sekitarnya”.

Menurut Desmita (2011: 195), secara garis besar penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek kepribadian, yaitu:

1. Kematangan emosional mencakup aspek-aspek:

a. Kemantapan suasana kehidupan emosional.

b. Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain.

c. Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan.

d. Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri.

2. Kematangan intelektual mencakup aspek-aspek:

a. Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri.

(6)

5 b. Kemampuan memahami orang lain

dan keragamannya.

c. Kemampuan mengambil

keputusan.

d. Keterbukaan dalam mengenal lingkungan.

3. Kematangan sosial mencakup aspek- aspek:

a. Keterlibatan dalam partisipasi sosial.

b. Kesediaan kerja sama.

c. Kemampuan kepemimpinan.

d. Sikap toleransi.

e. Keakraban dalam pergaulan.

4. Tanggung jawab mencakup aspek-aspek:

a. Sikap produktif dalam mengembangkan diri.

b. Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel.

c. Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal.

d. Kesadaran akan etika dan hidup jujur.

e. Melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai.

f. Kemampuan bertindak independen.

Kesimpulan dan saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek pribadi

a. Peserta didik kesulitan dalam memahami materi pelajaran karena disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya faktor inteligensi yang rendah.

b. Peserta didik Lambat dalam mengerjakan tugas.

c. Jarang mengumpulkan tugas tepat waktu, jika sudah mendekati ujian baru semua tugas dikumpulkan.

d. Peserta didik kurang konsentrasi dalam belajar.

e. Peserta didik tidur pada saat guru menerangkan materi pelajaran.

f. Peserta didik keluar masuk kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

g. Kemampuan mengingat materi pelajaran peserta didik hanya sekitar 30-40 %.

h. Kurang mampu menyampaikan pendapat di depan kelas.

i. Tidak bisa mengambil keputusan terkait dengan masalah belajar.

j. Kurang minat belajar pada diri peserta didik.

2. Penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar dilihat dari aspek sosial

a. Peserta didik dapat bersosialisasi dengan teman-teman.

b. Mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah.

c. Mengenal lingkungan sekolah dengan baik.

d. Tidak pernah mengikuti kegiatan sosial disekolah.

e. Bisa menghargai teman apabila terjadi perbedaan pendapat.

f. Dapat menjalin keakraban dengan teman-teman.

g. Kurang peduli dengan teman.

h. Tidak ikut dalam mengerjakan tugas kelompok.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diajukan saran kepada berbagai pihak, sebagai berikut:

1. Peserta didik

Kepada peserta didik untuk sungguh- sungguh dalam belajar dan jika kurang memahami materi pelajaran segera tanyakan kepada guru atau teman, dan sering mengulangi pelajaran di rumah, jika perlu mengikuti bimbingan belajar/les diluar jam sekolah.

2. Guru BK

Kepada guru BK untuk lebih memperhatikan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan peserta didik dalam belajar.

Kemudian bekerja sama dengan wali kelas dan guru mata pelajaran lainnya dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik.

3. Guru wali kelas

Kepada guru wali kelas untuk lebih memperhatikan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memberikan arahan agar lebih baik lagi.

Serta bekerja sama dengan guru BK, guru mata pelajaran dan orang tua untuk

(7)

6 membantu dan membimbing peserta didik dalam belajar.

4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling

Kepada pengelola program studi sebagai bahan masukan dalam mengembangkan mata kuliah yang berhubungan dengan kesulitan belajar peserta didik khususnya peserta didik slow learner.

5. Peneliti selanjutnya

Agar dapat melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam tentang penyesuaian diri peserta didik slow learner dalam belajar pada aspek atau variabel lain.

Kepustakaan

Fatimah, Enung. (2008). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia.

Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar

& Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogjakarta. Nuha Litera.

Rumini, Sri & Siti, Sundari. (2004).

Perkembangan Anak & Remaja.

Jakarta:Rineka Cipta.

Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta

Tim Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Padang: STKIP

PGRI Sumbar Press.

Wahab, Rohmalina. (2015). Psikologi Belajar.

Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Willis, Sofyan S. (2012). Psikologi Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Yusuf, A. Muri. (2005). MetodologiPenelitian.

Padang: UNP.

Referensi

Dokumen terkait

Intra operatif findings; A (Arrow) shows 4-0 mm PTFE graft sewn to the right innominate artery for aortic cannulation, B (Arrow) the site of the future aortic arch-descending

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam mewujudkan kepercayaan diri peserta peserta didik dilihat dari tahap pembentukan yang menyatakan baik 21 peserta didik dengan presentase