• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PESERTA DIDIK TERISOLIR KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PESERTA DIDIK TERISOLIR KELAS VIII"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PESERTA DIDIK TERISOLIR KELAS VIII

5

DI SMP NEGERI 26 PADANG

JURNAL

Oleh:

GUSFIRAWATI NPM: 11060343

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

The effectiveness of group guidance in student at VIII

5

grade in SMP Negeri 26 Padang

By:

Gusfirawati * Dr. Helma, M.Pd. * Fuaddillah Putra, M.Pd., Kons. **

*Student

**Lecturers

Guidance and Counseling Study Program, STKIP PGRI West Sumatera Email: Gusfirawati31@gmail.com

ABSTRACT

This research background is existence of students who had social interaction problem. Based on observations, it can be seen that there is outcast student in learning group. So that disturbed learning process. The purpose of the research is to know about condition in social interaction in student at VIII5grade in SMP N 26 Padang. The kind of this research is quantitative. With quasi eksperiment one group pretest and postest design. Sample of this research by using purposive sampling technique to the student at VIII 5 grade in SMP N 26 Padang quanted 14 people. To gotten the data by using questionnaire. Data analised by using techniques percentage. Based on data analysis, it was revealed that 1) social interaction of student at VIII 5 grade in SMP N 26 Padang before given group guiding reside at good enough criteria. 2) social interaction in student at VIII5grade in SMP N 26 Padang after given group guidance reside at good criteria.

Keywords: Group guidance, Social interaction, Student Pendahuluan

Dewasa ini kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan sehari- hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga tanpa adanya hubungan ini individu bukanlah individu lagi.

Itulah sebabnya maka Bonner, 1953 (Ahmadi, 2002:54) memberikan rumusan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih dan dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Sejalan dengan pendapat di atas Chaplin, 1979 (Ali, 2006:87) juga mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individu-individu itu saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang siswa atau lebih dan masing-masing siswa yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.

Dalam interaksi juga lebih dari sekedar

terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Di lingkungan sekolah banyak ditemukan peserta didik yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Ia tampak murung, mengasingkan diri, mudah tersinggung atau bahkan over acting. Hal ini bisa dilihat ketika peserta didik sedang bermain atau sedang mengerjakan tugas-tugas kelompok.

Supriatna (2011:212) bahwa gejala-gejala tersebut menunjukkan adanya kekurangmampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya adalah dengan teknik sosiometri. Dengan teknik ini dapat diketahui posisi peserta didik dalam hubungan sosialnya dengan peserta didik lainnya, dimana akan dapat dilihat mana peserta didik yang disenangi (populer) atau peserta didik yang tidak disenangi (terisolir).

Al-Mighwar (2006:133) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang remaja ditolak antara lain:

(3)

1. Penampilan dan tingkah laku, sering menantang, malu-malu dan suka menyendiri.

2. Kemampuan berfikir yang kurang.

3. Suka melanggar norma dan nilai-nilai kelompok, menguasai anak lain, curiga dan mementingkan kemauan sendiri.

4. Rumah yang jauh dari tempat teman sekelompok.

Andi Mappiare, 1982 (Wartini, 2013:132) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan diterima dalam kelompoknya adalah sebagai berikut:

a. Penampilan (performance) yang meliputi tampang baik, paling rapi serta aktif dalam urusan kelompok belajar.

b. Kemampuan berpikir, antara lain meliputi: mempunyai inisiatif dalam belajar, banyak memikirkan kepentingan kelompok belajar, dan mengemukakan buah pikiran dalam belajar.

c. Sikap, sifat, dan perasaan, antara lain: bersikap sopan dalam belajar, memperhatikan orang lain dalam belajar, penyabar dan dapat menahan amarah dalam belajar.

d. Pribadi, meliputi: jujur pada saat belajar, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, menaati aturan kelompok belajar.

e. Aspek lain meliputi: pemurah dan tidak pelit, suka bekerja sama dan membantu anggota kelompok belajar.

Beberapa problem pada peserta didik yang terasingkan menurut Saefullah (2012:347) yaitu:

a. Secara terbuka merasa diasingkan b. Sering terlibat dalam kejadian

interaksi negatif

c. Mempunyai masalah perilaku d. Sering memperlihatkan perilaku

agresif

e. Mempunyai status negatif yang stabil

f. Sering bermasalah di sekolah Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan bagi peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan berkembang secara optimal, baik dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar, maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku. Selanjutnya Danim (2010:145) menyatakan: “Bimbingan dan Konseling

merupakan upaya proaktif, sistemik dan sistematik dalam memfasilitasi dan menginisiasi peserta didik untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan prilaku yang efektif, pengembangan lingkungan dan peningkatan fungsi atau manfaat peserta didik dalam lingkungannya.”

Keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah diharapkan dapat berperan penting dalam membantu perkembangan potensi diri peserta didik secara optimal. Bimbingan dan Konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada individu agar individu tersebut dapat mengembangkan minat, bakat serta potensi yang ada sehingga tercapai kemandirian bagi individu tersebut yang mengacu kepada BK pola 17 Plus salah satu diantaranya yaitu layanan bimbingan kelompok.

Prayitno (1995:61) menyatakan bimbingankelompok adalah “sebagai upaya untuk membimbing kelompok-kelompok peserta didik agar kelompok itu menjadi besar, kuat dan mandiri”. Selanjutnya Sukardi (2008:78) menyatakan:“Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna unruk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan kepada peserta didik dalam menangani permasalahan dalam bentuk education yang dibahas dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dan kemandirian peserta didik. Tohirin (2011:172) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah secara umum untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khusus-nya kemampuan komunikasi peserta didik, secara khusus untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan ber-komunikasi baik verbal maupun non verbal.

Layanan bimbingan kelompok mempunyai manfaat yang besar bagi peserta didik diantaranya peserta didik terlatih mengemukakan pendapat di depan

(4)

umum dan mengemukakan ide-ide serta gagasannya yang akhirnya dapat menunjang dalam pencapaian keberhasilan belajar peserta didik.

Berdasarkan observasi peneliti di sekolah pada tanggal 12 Februari 2015 di SMP Negeri 26 Padang ditemukan beberapa fenomena yang terjadi pada peserta didik yaitu adanya peserta didik suka menganggu teman saat belajar, adanya peserta didik sering keluar masuk dalam proses belajar mengajar berlangsung dan peserta didik suka menyendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan peserta didik pada tanggal 14 Februari 2015 didapatkan informasi bahwa adanya peserta didik yang belum mampu melakukan penyesuaian diri dengan teman yang berbeda jenis kelamin serta peserta didik yang memiliki hubungan tidak baik dengan teman sebaya, kemudian informasi yang diperoleh dari peserta didik bahwa adanya peserta didik yang belum merasa pecaya diri dalam bergaul, adanya peserta didik yang tidak menghargai pendapat teman, adanya peserta didik yang diasingkan dalam kelompok belajar, serta adanya peserta didik yang suka mengejek teman saat bergaul sehingga teman yang diejek merasa rendah diri dan tidak percaya diri dengan keadaan dirinya.

Hal ini diperkuat dari hasil sosiometri yang diberikan guru BK pada bulan Maret terlihat dari 29 peserta didik ada yang terisolir/diasingkan dalam belajar sebanyak 14 orang. Sehingga berdasarkan fenomena yang ditemukan di lapangan peneliti tertarik untuk mengungkap bagaimana hubungan sosial peserta didik SMP Negeri 26 Padang. Untuk melihat gambaran penelitian ini maka peneliti tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Efektivitas bimbingan kelompok terhadap peserta didik terisolir kelas VIII5 diSMP Negeri 26 Padang”.

Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu peserta didik terisolir kelas VIII 5 di SMP Negeri 26 Padang.

Populasi dari penelitian ini sebanyak 14 peserta didik dan sampel penelitian adalah 14 peserta didik. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (Musfiqon, 2012:96)

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2014:13) data penelitian pada pendekatan kuantitatif

berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti nantinya akan menggunakan dan mengolah data yang telah didapatkan dari pemberian angket kepada peserta didik serta data tersebut diuji validitasnya.

Metode penelitian ini tergolong jenis metode penelitian quasi eksperiment design (rancangan penelitian semu), karena dalam rancangan ini tidak menggunakan randomnisasi pada awal pembentukan kelompok dan juga kelompok juga sering dipengaruhi oleh variabel lain dan bukan semata-mata oleh perlakuan. Agar penelitian ini terarah dengan tujuan penelitian, maka peneliti mencoba untuk membuat desain penelitian. Menurut Sugiyono (2014:103) Pre Eksperimental Design (Nondesign) belum eksperimen sungguhan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen semu adalah penelitian yang melakukan percobaan secara berulang-ulang guna melihat apakah ada pengaruh dari tindakan atau perlakuan yang telah diberikan.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Padang. Sedangkan waktu untuk melakukan penelitian adalah pada bulan September-Oktober 2015 selama 2 minggu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas VIII 5 di SMP Negeri 26 Padang, sampelnya sebanyak 14 peserta didik yang terisolir.

Jenis data yang digunakan ialah jenis data interval. Menurut Riduwan (2012:85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain, dan mempunyai bobot yang sama. Jadi data yang di intervalkan dalam penelitian ini adalah “Efektivitas Bimbingan Kelompok terhadap Peserta Didik Terisolir Kelas VIII5di SMP Negeri 26 Padang”. Menurut Riduwan, sumber data ada dua yaitu primer dan sekunder.

Maka sumber data ialah sumber data primer yang mana diperoleh langsung dari obyek yang akan menjadi sasaran penelitian tersebut. Sumber data primer yang dimaksud diperoleh dari seorang peserta didik yang terisolir. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari guru BK tentang jumlah peserta didik yang terisolir di SMP Negeri 26 Padang.Teknik analisis data dilakukan setelah data terkumpul adalah melalui angket.

(5)

Analisis yang digunakan adalah teknik analisis persentase yang dilakukan setelah semua jawaban terkumpul untuk mengungkapkan aspek yang diteliti.

Selanjutnya hasil jawaban tersebut ditabulasikan. Data yang diperoleh lalu dibahas dan diinterprestasikan berdasarkan deskriptif analisis.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Seleksi data

Seleksi data ini dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi syarat atau tidak, penyelesaian ini khusus data yang berasal dari angket.

2. Mengklasifikasikan Data

Setelah seleksi data, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data yang telah dikelompokkan dalam sebuah tabel, lalu diolah dengan menggunakan rumus norma sebagai berikut.

Pengkategorisasian Data Menurut Rumus Norma

Kategorisasi Rumus Norma Sangat Baik (μ + 1,5 SD) < X Baik (μ + 0,5 SD) < X ≤ (μ

+ 1,5 SD) Cukup Baik (μ- 0,5 SD) < X≤ (μ

+ 0,5 SD) Kurang Baik - 1,5 SD) < X≤ (μ

- 0,5 SD) Sangat Kurang

Baik

X≤ (μ - 1,5 SD)

Mean hipotetik (μ) dan deviasi standar hipotetik ( ) diperoleh dari rumus berikut ini (Azwar, 2005: 108):

₌ (i max +i min)∑ dan σ₌(X max–X min) Keterangan:

μ : Rerata/mean hipotetik i : Skor maksimal item i : Skor minimal item

∑k : Jumlah item

σ : Deviasi standar hipotetik X : Skor maksimal subjek (yang

dapat dicapai)

X : Skor minimal subjek (yang dapat dicapai)

Selanjutnya hasil data pada masing-masing item diinterpretasikan agar menjadi tafsiran jawaban yang diajukan dalam angket. Untuk mempermudahpenulis

menginterpretasikan data, dengan menggunakan rumus yang telah dikemukakan oleh Sudijono (2010: 43)

P = 100% Keterangan:

P : Persentase f : Frekuensi n : Jumlah sampel 100 : Jumlah angka mutlak Hasil dan Pembahasan

Secara umum hasil penelitian mengenai efektivitas bimbingan kelompok terhadap peserta didik terisolir, dimana hasil penelitian secara variabelnya sebagai berikut:

1. Penampilan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum hubungan sosial peserta didik dilihat dari penampilan sebanyak 10 peserta didik berada pada kriteria cukup baik dengan persentase 71,43%, Hal ini terungkap bahwa dari 14 peserta didik hanya 2 peserta didik berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 14,29%

,

selanjutnya 2 peserta didik dengan persentase 14,29% berada pada kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial peserta didik di SMP Negeri 26 Padang dapat dikatakan cukup baik.

Al-Mighwar (2006:133) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang remaja ditolak ialah penampilan dan tingkah laku, yang meliputi sering menantang, malu-malu dan suka menyendiri.

Senada dengan itu Andi Mappiare, 1982 (Wartini, 2013:132) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan diterima dalam kelompoknya adalah penampilan (performance) yang meliputi tampang baik, paling rapi serta aktif dalam urusan kelompok belajar.

Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan penampilan (performance) adalah tampang baik, paling rapi serta aktif dalam urusan kelompok belajar.

Berkaitan dengan itu, bagi peserta didik yang hubungan sosial masih belum baik perlu mendapatkan layanan bimbingan dan konseling seperti bimbingan kelompok, agar hubungan sosial peserta didik menjadi baik.

2. Kemampuan Berpikir

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum hubungan sosial peserta didik di SMP

(6)

Negeri 26 Padang dilihat dari kemampuan berpikir berada pada kriteria cukup baik sebanyak 10 peserta didik dengan persentase 71,43%. Hal ini terungkap bahwa dari 14 peserta didik 4 peserta didik berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 28,57%

.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial peserta didik di SMP Negeri 26 Padang dapat dikatakan cukup baik.

Al-Mighwar (2006:133) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang remaja ditolak ialah kemampuan berfikir yang kurang.

Senada dengan itu Andi Mappiare, 1982 (Wartini, 2013:132) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan diterima dalam kelompoknya adalah kemampuan berpikir, antara lain meliputi: mempunyai inisiatif dalam belajar, banyak memikirkan kepentingan kelompok belajar, dan mengemukakan buah pikiran dalam belajar.

Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan kemampuan berpikir ialah mempunyai inisiatif dalam belajar, banyak memikirkan kepentingan kelompok belajar, dan mengemukakan buah pikiran dalam belajar.

Berkaitan dengan itu, bagi peserta didik yang hubungan sosial masih belum baik perlu mendapatkan layanan bimbingan dan konseling seperti bimbingan kelompok, agar hubungan sosial peserta didik menjadi baik.

3. Sikap, Sifat, Perasaan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum hubungan sosial peserta didik dilihat dari sikap, sifat, perasaan sebanyak 3 peserta didik berada pada kriteria cukup baik dengan persentase 21,43%, Hal ini terungkap bahwa dari 14 peserta didik 11 peserta didik berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 78,57%

,

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial peserta didik di SMP Negeri 26 Padang dapat dikatakan kurang baik.

Menurut Hurlock (Prayitno,2006:88) sifat-sifat remaja yang ditolak dalam kelompok adalah sikap,sifat, perasaan yaitu suka menonjolkan diri sendiri, tidak dapat bekerjasama, memerintah

dan mengatur sesuka hati dan kurang bijaksana.

Senada dengan itu Andi Mappiare, 1982 (Wartini, 2013:132) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan diterima dalam kelompoknya adalah sikap, sifat, dan perasaan, antara lain:

bersikap sopan dalam belajar, memperhatikan orang lain dalam belajar, penyabar dan dapat menahan amarah dalam belajar.

Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan sikap, sifat, dan perasaan ialah bersikap sopan dalam belajar, memperhatikan orang lain dalam belajar, penyabar dan dapat menahan amarah dalam belajar.

Berkaitan dengan itu, bagi peserta didik yang hubungan sosial masih belum baik perlu mendapatkan layanan bimbingan dan konseling seperti bimbingan kelompok, agar hubungan sosial peserta didik menjadi baik.

4. Pribadi

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum hubungan sosial peserta didik dilihat dari pribadi sebanyak 6 peserta didik berada pada kriteria cukup baik dengan persentase 42,86%, Hal ini terungkap bahwa dari 14 peserta didik 8 peserta didik berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 57,14%

.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial peserta didik di SMP Negeri 26 Padang dapat dikatakan kurang baik.

Al-Mighwar (2006:133) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang remaja ditolak ialah pribadi, yang meliputi suka melanggar norma dan nilai-nilai kelompok, menguasai anak lain, curiga dan mementingkan kemauan sendiri.

Senada dengan itu Andi Mappiare, 1982 (Wartini, 2013:132) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan diterima dalam kelompoknya adalah pribadi, meliputi: jujur pada saat belajar, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, menaati aturan kelompok belajar.

Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan pribadi ialah jujur pada saat belajar, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, menaati aturan kelompok belajar.

(7)

Berkaitan dengan itu, bagi peserta didik yang hubungan sosial masih belum baik perlu mendapatkan layanan bimbingan dan konseling seperti bimbingan kelompok, agar hubungan sosial peserta didik menjadi baik.

5. Aspek Lainnya

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum hubungan sosial peserta didik dilihat dari aspek lainnya sebanyak 5 peserta didik berada pada kriteria cukup baik dengan persentase 35,71%, Hal ini terungkap bahwa dari 14 peserta didik 1 peserta didik berada pada kriteria sangat baik dengan persentase 7,14%

,

selanjutnya 5 peserta didik berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 35,71%, selanjutnya 1 peserta didik berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 7,14%, selanjutnya 2 peserta didik berada pada kriteria sangat kurang baik dengan persentase 14,29%

.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan sosial peserta didik di SMP Negeri 26 Padang dapat dikatakan cukup baik.

Menurut Hurlock (Prayitno,2006:88) sifat-sifat remaja yang ditolak dalam kelompok adalah aspek lain, yaitu status ekonomi jauh dari kebanyakan kelompok sehingga sulit untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

Senada dengan itu Andi Mappiare, 1982 (Wartini, 2013:132) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan diterima dalam kelompoknya adalah aspek lain meliputi: pemurah dan tidak pelit, suka bekerja sama dan membantu anggota kelompok belajar.

Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan aspek lain adalah pemurah dan tidak pelit, suka bekerja sama dan membantu anggota kelompok belajar.

Berkaitan dengan itu, bagi peserta didik yang hubungan sosial masih belum baik perlu mendapatkan layanan bimbingan dan konseling seperti bimbingan kelompok, agar hubungan sosial peserta didik menjadi baik.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan sosial peserta didik secara umum dari 14 orang peserta didik yang terisolir di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup baik.

Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik yang terisolir sudah mampu berhubungan dan bersosialisasi dengan baik. Lebih jelasnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hubungan sosial peserta didik dilihat dari penampilan berada pada kriteria cukup baik.

2. Hubungan sosial peserta didik dilihat dari kemampuan berpikir berada pada kriteria cukup baik.

3. Hubungan sosial peserta didik dilihat dari sikap, sifat, perasaan berada pada kriteria kurang baik.

4. Hubungan sosial peserta didik dilihat dari pribadi berada pada criteria kurang baik.

5. Hubungan sosial peserta didik dilihat dari aspek lainnya berada pada kriteria cukup baik dan kurang baik.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada

1. Bagi siswa yang masih mengalami masalah hubungan sosial agar terus berlatih dan lebih percaya diri lagi di kelas maupun lingkungan sekolah.

2. Bagi guru BK di sekolah agar lebih menerapkan layanan bimbingan kelompok karena berdasarkan observasi banyak peserta didik yang membutuhkan layanan ini untuk mengembangkan kemampuan nya serta memasukkan peserta didik atau mengikutsertakan peserta didik terisolir dalam setiap kegiatan yang bersifat kelompok.

3. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan untuk memberikan sarana dan prasarana yang menunjang dalam menerapkan layanan bimbingan kelompok agar pelaksanaan layanan dapat berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang lebih maksimal lagi.

4. Bagi Pengelola Program Studi, agar lebih memantapkan teknik-teknik khusus dan teknik-teknik umum di dalam mata kuliah teknik labor khususnya.

5. Peneliti selanjutnya,berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dikatakan berhasil namun peneliti tetap merekomendasikan kepada pe neliti selanjutnya supaya melakukan penelitian kembali mengenai layanan bimbingan kelompok dengan pelaksanaan yang lebih baik agar terwujudnya hasil yang diinginkan.

(8)

Kepustakaan

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial.

Jakarta: Rineka Cipta

.

Al-Mighwar, Mohammad. 2006. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Bandung:

Alfabeta.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori.

2006. Psikologi Remaja.

Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Danim, Sudarwan. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:

Alfabeta.

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok (Dasar dan Profil). Padang: Ghalia Indonesia.

Prayitno, Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja.

Padang: Angkasa Raya.

Riduwan. 2012. Pengantar Statika Sosial.

Bandung: Alfabeta.

Saefullah.2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung:

Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R

& D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Proses BK di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriatna, Mamat. 2011. BK Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta:

Rajawali Pers.

Wartini.dkk. 2013.Karakteristik Belajar Siswa Terisolir.Universitas Negeri Padang.

Referensi

Dokumen terkait

PIYAKORN WHANGMAHAPORN LEVEL OF STUDY DOCTOR OF PHILOSOPHY IN PUBLIC ADMINISTRATION FACULTY GRADUATE COLLEGE OF MANAGEMENT SRIPATUM UNIVERSITY YEAR 2011 ABSTRACT The purpose of