• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bintara Tani Nusantara kecamatan Ranah Batahan kabupaten Pasaman barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Bintara Tani Nusantara kecamatan Ranah Batahan kabupaten Pasaman barat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS-JENIS ANURA YANG DITEMUKAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. BINTARA TANI NUSANTARA KECAMATAN RANAH

BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

Meri Anggara, Nurhadi dan Febri Yanti

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Merianggara0@gmail.com

ABSTRACT

The main habitats of Amphibia are primary forest, secondary forest, swamp, medium river, large river, pond and lake. Generally, Amphibia is found at night, and many do marriage during the rainy season. Amphibia desperately needs water in its life.The purpose of this study to determine the types of anura found in oil palm plantations PT. Bintara Tani Nusantara kecamatan Ranah Batahan kabupaten Pasaman barat. The study was conducted in October 2018. This study was a descriptive study of. The species of Amphibia found at the site, using the Visual Encounter Survey method (VES) is observers walking along predetermined paths or sampling at all three stations, where the station I contained in the nursery area of 3 to 10 months PT. Bintara Tani Nusantara, the second night of observation at Station II of the 7 year old palm plantation adjacent to the river adjacent to the river. On the third night, observations were made at station III at the 10 year old palm plantation. Based on research that has been done in PT.

Bintara Tani Nusantara kecamatan Ranah Batahan kabupaten Pasaman barat consists of 8 types namely Bufo Asper, Duttaphrynus melanostitcus, Hylarana parvaccola, Hylarana nicobariensis, Limnonectes paramacrodon, Fejervarya limnocharis, Fejervarya Cancrivora and Polypedates leucomystax. Physical factor in PT. Bintara Tani Nusantara kecamatan Ranah Batahan kabupaten Pasaman Barat condition of temperature and humidity of air still support for survival of Anura.

Keyword: Species, Anura, dan Oil Palm

PENDAHULUAN

Amphibia secara harpiah adalah satwa yang hidup di dua alam, dan digolongkan sebagai satwa berdarah dingin (ektotermal) artinya adalah satwa yang sangat tergantung pada

kondisi lingkungan yang stabil dalam hidupnya. Persebaran Amphibia di seluruh benua, kecuali benua Antartika, dan tidak ada satupun Amphibia yang hidup di lautan (Mistar, 2017).

(2)

Tidak ada jenis katak yang tahan hidup di air asin atau di air payau, kecuali pada dua jenis katak, salah satunya Fejerverya cancrivora katak rawa atau katak sawah. Sebagian besar Amphibia didapatkan hidup di kawasan hutan karena di samping membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi (75- 85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan (Iskandar, 1998).

Amphibia merupakan vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar (tak ada yang hidup di air laut) dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfibius dan bernapas dengan paru-paru), namun beberapa jenis Amphibia tetap mempunyai insang selama hidupnya.

Jenis-jenis yang tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah. Tengkorak lebar dan tertekan, dengan rongga otak yang kecil (Brotowidjoyo, 1994).

Amphibia berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup. Amphibia dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya tergantung pada

lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik.

Sebagian besar mempunyai anggota gerak dengan jari (Liswanto, 1998).

Secara umum Amphibia merupakan hewan yang aktif di malam hari, tinggal di daerah yang berhutan lembab hingga pegunungan dan ada beberapa spesies seluruh hidupnya tidak lepas dari air. Sekitar 70-80% berat tubuhnya adalah air.

Amphibia membutuhkaan

kelembaban yang cukup untuk melindungi diri dari kekeringan pada kulitnya. Sebagian besar dari ordo Anura melompat untuk melarikan diri dari predator. Beberapa jenis yang memiliki kaki yang relatif pendek memiliki strategi untuk menyamarkan warnanya menyerupai lingkungan untuk bersembunyi dari predator (Iskandar, 1998).

Menurut observasi dan pengamatan langsung yang telah peneliti lakukan di perkebunan kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara pada bulan April 2017 dengan salah satu perwakilan dari karyawan, Bapak Wijoko dan beberapa pekerja yang tinggal disana. Perkebunan kelapa sawit

(3)

memiliki luas area 7.185 Ha yang dahulunya adalah hutan Primer dan Skunder yang dijaga baik oleh masyarakat setempat. Masyarakat memanfaatkan hutan secara besar- besaran untuk lahan perkebunanan sawit, dengan adanya perubahan hutan menjadi lahan perkebunan sawit menyebabkan dampak negatif seperti daerah resapan yang berkurang sehingga tanah menjadi kering. Kemudian pemakaian pestisida dalam pengolahan kebun oleh masyarakat dapat menyebabkan masuknya senyawa-seyawa kimia ke habitat Anura sehingga berdampak negatif bagi kelangsungan hidup dari Anura.

Penelitian mengenai Amphibia ini telah dilakukan oleh Vella (2014) mengenai jenis-jenis Amphibia yang ditemukan di kebun kelapa sawit Kenagarian Kunang Parik Rantang Kabupaten Sijunjung menemukan 13 jenis Amphibia. Azalia(2016) tentang Spesies Amphibia pada zona pemanfaatan TNKS Jorong Pincuran Tujuh Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan mendapatkan 20 spesies (89 Individu) termasuk ke dalam lima familia satu ordo. Riski

(2015) telah melakukan penelitian tentang Spesies Amphibia yang ditemukan dikebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan 12 spesies Anura dari 92 individu Egi (2015) mengenai Jenis-jenis katak (Amphibia : Anura) di desa Kepenuhan Hulu Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu propinsi Riau menemukan 10 jenis Amphibia.

Darmawan (2008) mengenai Keanekaragaman Amphibia di Berbagai Tipe Habitat : Studi kasus Di Eks-NPH PT Rimba Karya Indah Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi menemukan 37 jenis. Rolly Mardinata (2017) Keanekaragaman Amphibia Ordo Anura di Tipe Habitat Berbeda Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menemukan 11 jenis

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis telah melakukan penelitian jenis- jenis Anura yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusanatara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

(4)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2017.

Pengambilan sampel Anura telah dilakukan di perkebunan kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

Identifikasi sampel Amphibia dilakukan di Laboratarium Zoologi Prodi Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Penelitian ini adalah penelitan deskriptif terhadap spesies Amphibia yang ditemukan di lokasi, dengan menggunakan metode Visual Encounter Survei (VES) yakni pengamat berjalan disepanjang jalur yang telah ditentukan atau pengambilan sampel pada ketiga stasiun, dimana stasiun I yang terdapat di daerah pembibitan yang berumur 3 sampai 10 bulan PT.

Bintara Tani Nusantara, malam kedua pengamatan di Stasiun II perkebunan sawit yang berumur 7 Tahun berdekatan dengan sungai yang berdekatan dengan sungai. Pada malam ketiga pengamatan dilakukan

di stasiun III di perkebunan inti kelapa sawit berumur 10 tahun.

Pencarian Amphibia dengan metode Visual Encounter survei (VES) difokuskan pada jalur yang sudah ditentukan, dengan cara berjalan pada lokasi yang diduga banyak Amphibinya pada malam hari dari pukul 18.30 – 23.00 WIB, semua Amphibia yang telihat akan dikoleksi. Cara penangkapannya dengan menyinari mata Amphibia dengan senter agar buta sesaat dan tidak meloncat. Penangkapan dilakukan pada bagian belakang katak dan ditangkap dengan menggunakan tangguk.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian jenis-jenis Anura yang ditemukan di area kebun kelapa sawit PT Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat dengan mengunakan metode Visual Encounter Survey (VES)dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

Tabel 1.Spesies Anura Yang Ditemukaan di Perkebunan Kelapa Sawit PT.

Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat

Famili Spesies

Nama Indonesia/

Nama Lokal

Jumlah Individu Yang Ditemukan Tiap Stasiun

Total Idividu

1 2 3

Bufonidae 1. Bufo asper 1. Kodok Puru Besar/

Katak Kolam

0 6 9 15

2. Duttaprynus melanoctictus

2. Kodok Buduk/ Katak Rumah

17 2 2 21 Ranidae 1. Hylarana

baramica

1. Konkang Kolam/

Katak Hitam

1 0 1 2

2. Hylarana nicobariensis

2. Kongkang jangkrik/

Katak Hujan

2 3 2 7 Dicroglossidae 1. Fejervarya

cancrivora.

2. Fejervarya limnocharis.

3. Limnonectes paramacrodon

1. Katak sawah/ Katak Sawah

2. Katak tegalan/

Katak Bergaris 3. Bangkong Rawa/

Bobok

0 0 0

2 2 8

3 4 0

5 6 8 Rhacoporidae 1. Polypedates

luecomistax

1. Katak pohon/ katak Hijau

1 0 1 2

TOTAL 21 23 21 65

Keterangan:

Stasiun I: Pembibitan kelapa sawit berumur 3 sampai 10 bulan.

Stasiun II: Perkebunan kelapa sawit berumur ±7 tahun dekat sunga.

Stasiun III: Perkebunan kelapa sawit berumur ±10 tahun.

Jenis Anura yang ditemukan di perkebunan kelapa Sawit PT. Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari 4 famili, 8 spesies dan 65 individu.

Tabel 2. Pengukuran Suhu dan Kelembababan pada lingkungan pada Perkebunan kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

Faktor lingkungan yang diukur Stasiun I Stasiun II Stasiun III Rata-Rata

Suhu udara ( ) 26 27 26 26- 27

Kelembaban udara (%) 91 96 94 91- 96

Jenis-jenis Anura yang ditemukan pada ketiga stasiun yang dilakukan di

perkebunan PT. Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah

(6)

Batahan Kabupaten Pasaman Barat adalah delapan spesies, pada stasiun I ditemukan empat spesies, Jumlah individu terendah ditemukan pada stasiun I sebanyak 21 individu, pada stasiun I ini adalah pembibitan perkebunan yang berumur tiga sampai sepuluh bulan yang berdekatan denagn pemukiman.

Anura yang sering ditemukan adalah Duttaprynus melanoctictus yaitu sembilan individu, ini dikarenakan Duttaprynus melanoctictus merupakan jenis Anura paling umum ditemukan di berbagai tempat termasuk perkampungan dan kota yang luas, lahan olahan, tempat terbuka, kebun, parit di pinggiran jalan serta biasa berada di tanah kering, diatas rumput dan diatas serasah (Kusrini, 2013), jenis yang paling sedikit ditemukan pada stasiun ini adalah Hylarana baramica, jenis inihanya ditemukan satu jenis pada semua stasiun dan hanya ditemukan pada stasiun I, habitat ini tidak sesuai dengan habitat aslinya karena habitat aslinya terdapat di hutan primer dan hutan sekunder, sesuai dengan pendapat Mistar (2003: 22) spesies ini hidup di hutan primer dan hutan

sekunder bahkan sekali-kali mengunjungi pemukiman penduduk dimana terdapat air tenang atau air yang berarus lambat, sedangkan pada stasiun I ini tidak terdapat aliran air, dimana daerah pembibitan ini adalah lahan terbuka disekitar pemukiman masarakat PT. Bintara Tani Nusantara.

Pada stasiun II ditemukan enam spesies.Jumlah individu terbanyak ditemukan pada stasiun II sebanyak 23 individu. Jenis Limnonectes paramacrodon hanya dijumpai pada stasiun II disebabkan pada stasiun ini memiliki sungai yang mendukung kelangsungan hidup Anura, Karena pada umumnya Anura tinggal di daerah berhutan yang lembab dan beberapa jenis seluruh hidupnya tidak bisa lepas dari air. Sekitar 70 sampai 80% dari berat tubuh Anura adalah air. Anura membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk melindungi diri dari kekeringan pada kulitnya, Hal ini disebabkan karena kulit pada Anura dugunakan pernapasan selain paru- paru (Darmawan, 2008). Untuk mempertahankan suhu tubuh, biasanya Amphibia hidup tidak jauh

(7)

dari sumber air (Mistar, 2008).

Bahkan beberapa jenis Amphibia tidak pernah meninggalkan air dan lainnya hidup disekitar sungai (Iskandar, 1998).

Pada stasiun III

ditemukanenam spesies Anura, Jumlah individu ditemukan pada stasiun III sebanyak 21 individu.

Jenis Bufo asper yang dijumpai pada stasiun III ditemukan pada pinggiran anak sungai yang menyatu dengan aliran buangan dari pabrik PT.

Bintara Tani Nusantara, menurut Mistar (2017) Bufo asper umum dijumpai diatas tanah, kayu lapuk dan akar-akar pohon disepanjang sungai lebar sampai anak sungai dengan lebar dua meter.

Hilangnya lahan basah akan menghilangkan habitat Amphibia.

Selain itu, perubahan kualitas lahan basah melalui eutrofikasi, pencemaran, introduksi ikan asing, hilangnya hutan dan padang di sekitarnya dapat menurunkan populasiAmphibia. Selain itu, banyak jenis Amphibiamemerlukan lahan basah temporer yang hanya muncul pada saat musim semi atau musim hujan. Sebagai contoh,

genangan atau kubangan yang timbul pada musim hujan di dalam hutan atau kebun-kebun memiliki peran penting bagi pembesaran berudu katak pohon atau jenis lain (Kusrini, 2008).

Sedikitnya spesies Amphibia yang didapatkan pada kawasan PT.

Bintara Tani Nusantara kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat,Juga diduga disebabkan oleh limbah pabrik serta limbah rumah tangga seperti sampah yang dibuang kealiran sungai. Serta pembuangan sisa oli yang tidak dipakai kealiran sungai.Pencemaran ini akan mengakibatkan berkurangnya spesies dari Amphibia, karena Amphibia selalu berasosiasi dengan air (Iskandar, 1998) Amphibia memerlukan air untuk bertelur dan berkembang. Susanto (1999) Boby (2008) menyatakan bahwa telur-telur yang sudah dikeluarkan biasanya akan menetas pada air yang suhunya 24-27 ,ini berarti berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada Tabel 2 bahwa di perkebunan kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara masih mendukung

(8)

perkembangbiakan Amphibia dewasa maupun pada saat berudu.

Amphibia membutuhkan kelembaban yang cukup untuk melindungi diri dari kekeringan pada kulitnya (Iskandar, 1998).

Kelembaban yang di peroleh dilokasi penelitian berkisar 91-96 %. Menurut Priyono (2001) Saputra, dkk. (2014) Ordo Anura masih dapat ditemukan pada lingkungan dengan kelembaban antara 71-92%.

Menurut Rahman (2009) Amphibia sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan kelembaban.

Faktor lain yang mempengaruhi kelangsungan hidup Amphibia tersebut adalah Alih fungsi lahan dari hutan primer dan skunder menjadi perkebunan kelapa sawit lebih dari 20 tahunan terjadi perubahan pada iklim global misalnanya gejala el- nino atau pemanasan global akan merubah perilaku kawin, mempengaruhi keberhasilan reproduksi, menurunkan fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan sensivitas terhadap kontaminasi bahan kimia di lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup Anura mempengaruhi jenis-jenis

Anura yang di dapatkan dalam proses penelitian.

KESIMPULAN

Berdasarkanhasilpenelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Anura yang ditemukan di perkebunan PT. Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari 8 jenis yaitu Bufo Asper, Duttaphrynus melanostictus, Hylarana parvaccola, Hylarana nicobariensis, Limnonectes paramacrodon, Fejervarya limnocharis,Fejervarya Cancrivora dan Polypedates leucomystax.

Faktor fisika di perkebunan kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat kondisi suhu dan kelembaban udara masih mendukung untuk kelangsungan hidup Anura.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukaya. D. 1994.

Zoologi Dasar. Jakarta:

Erlangga.

Endri, Nevridedi. Nopiansyah, Fifin.

Gusman, David. 2010.

Herpetopauna : Mengenai Reptil dan Amfibia di Taman

(9)

Nasional Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Siberut.

Darmawan, Boby. 2008.

Keanekaragaman Amfibi Diberbagai Tipe Habitat: Studi Kasus Di Eks-HPH PT Rimba Karya Indah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.

Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata. IPB.

Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Seri Panduan Lapangan: Puslitbang

Biologi LIPI.

Kamsi, Mistar. Handayani, Siska.

Siregar, Junaidi, Ahmad.

Fredriksson, Gabriella. 2017.

Panduan Lapangan Amfibi

Reftil Kawasan Hutan Batang Toru.. Medan : Hrpetologer Mania Publishing.

Kusrini, Mirza D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor: Institut Pertania Bogor.

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibia Kawasan Ekosistem Lauser. Bandung: LIPI-NGO Movement.

Rahman, Lutfiah nuraini. 2009.

Penurunan Populasi Amphibia : Apa Penyebab Dan Upaya Pencegahannya.

Bogor: Depertemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Kehutanan IPB anggota sylva Indonesia IPB.

Referensi