• Tidak ada hasil yang ditemukan

jenis anura di kawasan kebun kelapa sawit

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "jenis anura di kawasan kebun kelapa sawit"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS – JENIS ANURA DI KAWASAN KEBUN KELAPA SAWIT MASYARAKAT JORONG TANDIKEK KENAGARIAN KINALI

KECAMATAN KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTIKEL

LISA FITRI YANI 11010103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

(2)
(3)

JENIS – JENIS ANURA DI KAWASAN KEBUN KELAPA SAWIT MASYARAKAT JORONG TANDIKEK KENAGARIAN KINALI KECAMATAN KINALI

KABUPATEN PASAMAN BARAT

Lisa Fitri Yani, Ismed Wahidi, Meliya Wati

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Lisa_fitsweet@yahoo.co.id

ABSTRACT

Anura is sensitive animals to ward change of environment condition such as water polution, alteration of habitation, alteration of climate and chemical combination. Conversion of rice paddy rice field into oil palm plantation will affect existence of Anura. This research had been done about kinds of Anura in area of oil palm plantation at society at Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Subdistrict Kinali Regency of West Pasaman the purpose of research is to know kinds of Anura and to know its envirotment influencing existence of Anura. This research at done had been done on September 2015 by Visual Encounter Survey (VES) method. The result was found 11 species, 8 genus, 5 families of 100 individuals of ordo Anura. Each is family dominate Bufonidae (Duttaprynus melanostictus, Phrynoidis asper dan Ingerophrynus quadriporcatus), Dicroglossidae (Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis dan Lymnonectes blythii), Ranidae (Hylarana erythraea, Hylarana parvaccola, dan Hylarana hosii), Microhylidae (Microhyla mantheyi) and Rhacophoridae (Polypedates leucomistax). Measuring of envirotment factors air temperature in the location of the research ranged beetwen 23-25o C and air moistness ranged beetwen 96-100%.

Key Word: Anura, Species and Oil Palm Plantation PENDAHULUAN

Indonesia menjadi salah satu pusat Amphibia di dunia, jumlah jenis Amphibia di dunia sekitar 6.300 jenis dan yang hidup di Indonesia sebanyak 392 jenis, 176 jenis Amphibia diantaranya termasuk endemik.

Menurut Global Amphibian Assessment 10

% Amphibia di Indonesia berada dalam risiko kepunahan. IUCN Redlist mencatat bahwa 3 spesies Amphibia Indonesia berada dalam Critically Endangered (Kritis), 9 spesies berada dalam Endangered (Terancam), dan 20 spesies berada dalam Vulnerable (Rentan).

Penelitian Anura di Indonesia kurang mendapat perhatian dan masih terbatas, hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan tentang peranan Anura di kalangan masyarakat. Anura merupakan hewan yang peka terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti pencemaran air, perubahan habitat, perubahan iklim dan

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan perkembangan sektor perkebunan yang menghilangkan habitat asli dari Anura sehingga akan berdampak terhadap kelangsungan hidup Anura.

perubahan dan kerusakan habitat merupakan ancaman utama terhadap konservasi Anura karena Anura membutuhkan kondisi lingkungan yang stabil. Dalam jangka waktu yang pendek perlindungan habitat dari alih fungsi lahan merupakan prioritas yang harus dilakukan terutama untuk mencegah kepunahan Anura (Mistar, 2003).

Salah satu contoh pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Kinali dengan luas sekitar 12.046 Ha yang terbagi dalam 17 jorong salah satunya adalah jorong Tandikek yang mempunyai luas sekitar ± 289 Ha. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan

(4)

Pasaman Barat ditemukan adanya alih fungsi lahan dari areal persawahan ke lahan kebun kelapa sawit. Proses pembukaan lahan dimulai pada tahun 1993 dan ditanami kelapa sawit pada tahun 2000. Hal ini mengakibatkan hilangnya lahan basah sebagai habitat untuk tempat tinggal Anura.

Dalam pengolahan kebun masyarakat juga menggunakan pestisida dan herbisida yang menyebabkan masuknya senyawa-senyawa kimia kedalam lingkungan. Pada ekosistem kebun Anura menempati posisi sebagai konsumen yang secara tidak langsung terkena dampak dari pemakaian pestisida yang mengakibatkan terbunuhnya serangga dan larvanya sebagai makanan utama dari Anura. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Jenis-jenis Anura di kawasan kebun kelapa sawit masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 di kawasan kebun kelapa sawit masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian inin adalah adalah parang, headlamp, meteran, kantong spesimen, karet gelang, kontong plastik, sarung tangan, botol koleksi, label, karung, alat suntik, tangguk kecil, jangka sorong, kamera digital, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70% untuk pembunuhan dan pengawetan spesies.Untuk pengukuran faktor lingkungan menggunakan Termometer dan Hygrometer.

Penelitian ini merupakan penelitian survey langsung terhadap spesies Anura yang didapat dilokasi, dengan pengambilan sampel menggunakan metode visual encouter survey (VES) yaitu metoda yang dilakukan pada jalur-jalur yang sudah ditentukan dengan berjalan disepanjang jalur untuk mencari Anura dengan periode waktu tertentu (Sriyanto, 2013). Dalam penelitian ini pengambilan sampel terdiri dari empat stasiun yang bertujuan untuk mengetahui jenis Anura pada lokasi penelitian.

Pengambilan sampel Anura dilakukan dengan cara berjalan pada jalur yang sudah ditentukan. Pembuatan panjang jalur pengamatan mengacu pada penelitian Patriani (2015), dimana jalur pengamatan yang dibuat pada setiap lokasi yaitu jalur pengamatan pertama di sungai sekitar kebun kelapa sawit sepanjang 500 m dan lebar 10 m, jalur pengamatan kedua kebun kelapa sawit yang bersebelahan dengan sawah sepanjang 500 m dan lebar 10 m, jalur pengamatan 3 kebun kelapa sawit yang dekat dari pemukiman penduduk sepanjang 500 m dan lebar 10 m dan stasiun 4 kebun kelapa sawit yang jauh dari pemukiman penduduk sepanjang 500 m dan lebar 10 m.

Penangkapan dilakukan pada masing-masing stasiun dua kali pengamatan selama dua minggu.

Identifikasi dilakukan di Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Pengidentifikasian meliputi pembuatan deskripsi dan pengukuran morfologi. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan panduan buku karangan Inger dan Stuebbing (2005), Iskandar (1998) dan Mistar (2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan memakai metode Visual Encounter Survey maka diperoleh 11 spesies, 8 genus, 5 famili dari 100 individu ordo Anura di kawasan kebun kelapa

sawit masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Spesies-spesies tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

Tabel 1: Spesies Anura yang tertangkap di Kawasan Kebun Kelapa Sawit Masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat

N O

Taksa/ Famili Spesies Nama

Indonesia

Stasiun Jumlah

1 2 3 4

1 Bufonidae 1. Duttaprynus melanostictus

Gravenhorst Kodok Puru

2 2 12 4 20

2. Phrynoidis asperr Gravenhorst

Kodok Buduk sungai

10 2 0 0 12

3. Ingerophrynus quadriporcatus Boulenger

Bangkong Rawa

2 0 2 0 4

2 Dicroglossidae

4. Fejervarya cancrivora Gravenhorst

Katak Sawah

0 4 0 0 4

5.Fejervarya limnocharis Boie

Katak Tegalan

2 11 0 0 13

6.Limnonectes blythii Boulenger

Katak Panggul

9 0 2 0 11

3 Ranidae 7.Hylarana erythraea Schlegel

Kongkang Gading

0 9 2 0 11

8.Hylarana parvaccola Inger

Kongkang Kolam

2 9 0 0 11

9.Hylarana hosii Boulenger

Kongkang Racun

1 0 0 0 1

4 Microhylidae 10.Microhyla mantheyi

Percil 0 0 0 2 2

5 Rhacophoridae

11.Polypedates leucomistaxGravenhorst

Katak pohon bergaris

0 0 3 8 11

Jumlah

28 37 21 14 100

Tabel 2: Pengukuran faktor fisika lingkungan No Faktor kondisi

lingkungan

Stasiun Kisaran

1 2 3 4

1 Suhu (oC) 23 23 25 25 23-25

2 Kelembaban (%) 100 100 96 96 96-100

Jumlah spesies yang didapatkan selama penelitian di kawasan kebun kelapa sawit masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat yaitu 11 spesies, 8 genus, 5 famili dari 100 individu ordo Anura yang didapatkan. Jumlah spesies yang didapatkan ini relatif sedikit jika dibandingkan dengan hasil penelitian Darmawan (2008) Keanekaragaman Amfibi di PT Rimba Karya Indah di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi 5 famili 37 spesies, penelitian Wanda(2012) di Hutan Harapan Jambi yaitu 5 famili dengan 19 spesies, penelitian Putra (2012) di Hutan Harapan Jambi yaitu 3 famili dengan 14 spesies, penelitian Silfiana (2014) di Kebun Kelapa

Hal ini disebabkan lokasi penelitian yang dilakukan di Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat seragam (monokultur), kondisi vegetasi pada lokasi penelitian merupakan vegetasi terbuka. Zug (1993) menyatakan bahwa habitat yang memiliki tingkat heterogenitas tinggi memiliki jumlah spesies yang tinggi pula.

Hal ini berhubungan langsung antara jumlah spesies dengan tipe habitat yang dicipatakan oleh vegetasi. Selain itu, terbatasnya kemampuan penulis, singkatnya waktu penelitian juga menjadi faktor sedikitnya spesies Anura yang didapatkan.

Rendahnya jumlah Anura yang di temukan di kawasan Kebun Kelapa Sawit Masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian

(6)

Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat disebabkan oleh aktifitas masyar akat yaitu pembukaan lahan yang menyebabkan hilangnya lahan basah. Sama halnya dengan yang dijelaskan Kusrini (2007) salah satu penyebab faktor terjadinya penurunan jumlah spesies Anura adalah dengan hilangnya habitat lahan basah, pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan sektor perkebunan akan mengakibatkan kurangnya lahan basah.

Selain itu penyebab rendahnya jumlah Anura di Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat adalah vegetasi terbuka. Tempat-tempat dengan vegetasi terbuka lebih rentan terhadap efek radiasi, berbagai hasil penelitian menunjukkan radiasi UV-B dapat membunuh beberapa telur Anura (Rahman, 2009). Menurut Elton (1998) dalam Rihi (2013) menyatakan bahwa vegetasi mempunyai peranan utama dalam habitat yaitu sebagai tempat untuk mencari makanan, tempat berlindung serta untuk berkembang biak.

Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat bahwa jumlah dan jenis Anura yang ditemukan pada masing-masing stasiun bervariasi. Pada stasiun 1 jumlah Anura yang didapatkan lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun 2. Pada stasiun 1 jenis Anura yang ditemukan Duttaprynus melanostictus, Phrynoidis asper, Ingerophrynus quadriporcatus, Fejervarya limnocharis, Limnonectes blythii, Hylarana parvaccola dan Hylarana hosii dengan total dari semua jenis 28 individu. Pada stasiun 1 jenis yang paling banyak ditemukan adalah Phrynoidis asper dan Limnonectes blythii. Jika dilihat dari ciri morfologinya kedua jenis ini memiliki selaput renang yang penuh sehingga lebih bersifat akuatik dari pada teresterial. Iskandar (1998) menjelaskan jenis ini terdapat disepanjang tepi sungai kadang-kadang ditemukan berendam di air pada siang hari, bersembunyi dibawah batuan dan baru keluar pada malam hari.

Pada stasiun 2 Anura yang ditemukan 37 individu meliputi Duttaprynus melanostictus, Phrynoidis asper, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Hylarana erythraea dan Hylarana parvaccola. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Fejervarya limnocharis, hal ini dikarenakan letak kebun kelapa sawit

berdekatan dengan sawah dan rerumputan yang mendukung untuk kehidupan jenis ini.

Iskandar (1998) menjelaskan habitat jenis ini di sawah pada ketinggian 700 m – 1200 m, faktor lain yang menyebabkan jumlah Fejervarya limnocharis ini banyak karena jenis ini menghuni habitat yang telah terganggu pada daerah dataran rendah sampai pegunungan dataran rendah (Mistar, 2008).

Pada stasiun 3 Anura yang ditemukan 21 individu meliputi jenis Duttaprynus melanostictus, Ingerophrynus quadriporcatus, Limnonectes blythii, Hylarana erythraea, dan Polypedates leucomistax. Diantara jenis tersebut Duttaprynus melanostictus yang paling banyak ditemukan, hal ini dikarenakan jenis ini mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Menurut Fitri et al. (2008) dalam Pradana (2013) jenis ini mudah beradaptasi dengan gangguan manusia sedangkan menurut Iskandar (1998) jenis ini selalu berada didekat hunian manusia atau wilayah terganggu dan tidak pernah ditemukan di hutan hujan tropis.

Pada stasiun 4 Anura yang ditemukan hanya 14 individu terdiri dari Duttaprynus melanostictus, Microhyla manthyei dan Polypedates leucomistax. Jenis yang paling banyak ditemukan pada stasiun 4 adalah Polypedates leucomistax yang ditemukan digenangan air disekitar kebun, kadang juga ditemukan diantara rerumputan serta juga pada serasah. Iskandar (1998) jenis ini sering mendekati hunian manusia karena tertarik oleh serangga disekeliling lampu.

Sebelas spesies Anura yang ditemukan di kawasan kebun kelapa sawit, jenis Duttaprynus melanostictus merupakan jenis yang ditemukan pada semua stasiun.

Hal ini disebabkan karena jenis ini mudah beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Fitri et al. 2008 dalam Pradana (2013) jenis ini mudah beradaptasi dengan gannguan manusia, selain itu tidak adanya masyarakat yang menangkap untuk dijadikan umpan pancing serta tidak ditemukannya predator (pemangsa) seperti ular. Rahman (2009) menjelaskan spesies asing dapat memangsa atau berkompensi dengan spesies lokal yang pada akhirnya mengakibatkan kekalahan pada populasi lokal.

Jenis yang hanya ditemukan pada satu stasiun adalah Fejervarya cancrivora

(7)

pada stasiun 2, Hylarana hosii pada stasiun 1 dan Microhyla mantheyi pada stasiun 4.

Fejervarya cancrivora merupakan katak sawah yang umumnya ditemukan pada habitat yang telah terganggu (Mistar, 2008).

Hylarana hosii merupakan katak berwarna hijau yang ditemukan di pinggir sungai.

Iskandar (1998) mendeskripsikan jenis ini memiliki kulit dengan kelenjer racun yang dapat memberikan bau busuk. Mistar (2008) menjelaskan Hylarana hosii tinggal di sungai yang beraliran sedikit deras dengan dasar yang berbatu dan jernih. Microhyla mantheyi ditemukan disekitar rerumputan, sulitnya ditemukan jenis ini karena memiliki ukuran yang relatif kecil dan sering dianggap anak dari katak dewasa.

Berdasarkan Tabel 2. hasil pengukuran faktor fisika lingkungan di lokasi penelitian menunjukkan nilai yang sesuai bagi kehidupan Anura. Suhu udara

yang diperoleh di lokasi penelitian berkisar 23-25°C. Menurut Goin et al (1978) dalam Rihi (2013) toleransi suhu untuk kehidupan Anura antara 3-41o C, sehingga kisaran suhu udara yang tercatat di lokasi penelitian dapat mendukung kehidupan Anura. Selain suhu kelembaban juga berpengaruh terhadap kehidupan Anura untuk melindungi kulitnya dari kekeringan (Iskandar 1998).

Kelembaban yang diperoleh di lokasi penelitian berkisar 96% - 100%. Menurut Prihatman (2000) kelembaban yang diperlukan untuk kehidupan Anura 60-65%

sehingga kelembaban yang didapatkan sangat tinggi sangat baik bagi kehidupan Anura. Penurunan suhu udara dan naiknya kelembaban pada malam hari memberikan kondisi yang baik bagi aktifitas katak.

.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jenis – jenis Anura di kawasan kebun kelapa sawit masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat yaitu Duttaprynus melanostictus, Phrynoidis asper, Ingerophrynus quadriporcatu, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis Lymnonectes blythi, Hylarana erythraea, Hylarana parvaccola, Hylarana hosii, Microhyla mantheyi dan Polypedates leucomistax. Suhu udara yang tercatat di

lokasi penelitian berkisar 23-25oC yang dapat mendukung keberadaan Anura sedangkan kelembaban udara yang tercatat di lokasi penelitian sangat tinggi yaitu 96- 100% sangat baik bagi kehidupan Anura untuk melindungi dirinya dari kekeringan.

Disarankan survey yang menyeluruh di Sumatera Barat untuk mendapatkan gambaran mengenai jenis-jenis Anura terutama ditipe habitat yang berbeda untuk melengkapi data Anura yang sudah ada di Sumatera Barat.

KEPUSTAKAAN

Inger, Robert F dan Robert Stuebing.

2005. A field Guide The Frogs Of Borneo. Malaysia: Natural Hystori Publication Borneo.

Iskandar, D. T. 1998. Amphibia Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi-LIPI.

Kusrini, Mirza D. 2007. Konservasi Amfibi di Indonesia Masalah Global dan Tantangan. Media Konservasi Vol.

XII, No. 2 Agustus 2007: 89 – 95.

Diakses 07 Juni 2015.

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibia

Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amphibia dan Reptil di Areal Mawas Propinsi Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus). Kalimantan Tengah: Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo.

Patriani, Riski. 2015. Spesies Amphibia Yang Di Temukan Di Kebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi Sarjana Biologi Prodi Pendidikan Biologi. Padang: STKIP PGRI Padang Sumatera Barat.

(8)

Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Kodok.

Jakarta: Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Bappenas.

Rahman, Luthfia Nuraini. 2009. Penurunan Populasi Amphibia: Apa Penyebab dan Upaya Pencegahannnya.

Bandung: Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Kehutanan IPB Anggota PC sylvia Indonesia IPB 2009.

Rihi, Robert Umbu. 2013. Menapaki Khasanah Keanekaragaman Hayati.

Kakatua. Hlm. 13-14.

Sriyanto, Agues. 2013. Perencanaan dan Survey Keanekaraman hayati.

Bandung: ICWRMIP-CWMBC.

Zug, George R. 1993. Herpetology An Intoductory Biologiy Of Amphibians Reptiles. London: Academic Press.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil